Anda di halaman 1dari 7

Nama : Celvin Dicky Wahyudi

NIM : 2031710009
Dept. : Teknik Kimia
QUIS 2 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Apa arti Pembangunan Nasional ?


Jawab :
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan
keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Dalam
pengertian lain, pembangunan mewujudkan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya pembangunan yang untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.
2. Jelaskan proses Pembangunan Nasional yang terjadi pada masa pemerintahan:
• Orde lama
• Orde baru
• Pemerintahan sekarang
Jawab :
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan
keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Dalam
pengertian lain, pembangunan mewujudkan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya pembangunan yang untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.
Pembangunan nasional dimulai dari, oleh, dan untuk rakyat, dan dilaksanakan
dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik serta pertahanan. Pembangunan nasional
pada hakikatnya memerlukan keselarasan antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat
merupakan aktor utama dalam pembangunan sedangkan pemerintah memiliki kewajiban
untuk membimbing dan mengarahkan, serta menciptakan suasana yang kondusif bagi
warganya. Pembangunan nasioanal sejatinya telah dilakukan sejak zaman Orde Lama,
Orde Baru sampai era Reforasi untuk terus mendorong kesejahteraan dan kemajuan bangsa
kelevel yang lebih baik.

2.1 Pembangunan Nasional pada Era Orde Lama


Era Orde lama dimulai dari tahun 1959 – 1967 yang dipimpin oleh presiden soekarno.
pembangunan pada era ini di gagas oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga
ketetapan yang dijadikan dasar perencanaan nasional
1. Pertama : TAP MPRS No.I/MPRS/1960 yang berisi mengenai Manifesto Politik
republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
2. Kedua : TAP MPRS No.II/MPRS/1960 yang berisi mengenai Garis-Garis Besar
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969
3. Ketiga : TAP MPRS No.IV/MPRS/1963 yang berisi mengenai Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan
Dengan dasar diatas membuka babak baru untuk membuka peluang dalam
pembangunan indonesia dalam memciptakan suasana indonesia yang lebih kondusif,
aman, damai dan sejahtera.
Proses rekontruksi dan rehabilitasi yang telah diamanatkan MPRS memiliki tujuan
utama dalam hal perubahan perekonomian untuk pembangunan nasional yang telah
mengalami penurunan drastis yang berakibat pada kemiskinan dan kerugian setelah masa
penjajahan oleh bangsa belanda.
Selanjutnya pada tahun 1947 perencanaan pembangunan diindonesia diawali dengan
lahirnya “Panitia Pemikir Siasat Ekonomi” perencanaan ini masih tertuju dalam bidang
ekonomi mengingat sangat pentingnya penanganan yang sangat serius tentang kondisi
ekonomi negara. tanpa perencanaan tersebut tujuan utama untuk merubah ekonomi
kolonial menjadi sistem ekonomi nasional tidak dapat terwujud dengan sendirinya apalagi
tidak didukung dengan UU yang berlaku pada saat itu.
Pada tahun 1960 – 1965 proses pembangunan mulai menemukan titik permasalahan
dengan kondisi politik yang carut marut sehingga mengakibatkan perhatian pemerintah
tidak maksimal lagi pada perekonomian indonesia khususnya dalam memperbaiki tingkat
ekonomi masyarakat. pada masa itu pemerintah Indonesia mengalami titik terendah dalam
perekonomian. persediaan bahan pangan sangat menipis sementara pemerintah tidak dapat
mengimpor beras serta kebutuhan pokok yang lain sehingga mengakibatkan harga barang
naik drastis hingga 650 persen pada th 1966. keadaan ini terus berlangsung hingga
pembangunan mengalami keterpurukan dan sampai akhirnya muncul gerakan G-30-S/PKI
dan berakhir dengan lengsernya presiden soekarno pada masa itu.

2.2 Pembangunan Nasional pada Era Orde Baru


Pergantian Masa dari orde lama ke orde baru ditandai dengan peristiwa G-30-S/PKI
pada tanggal 1 maret 1966. saat itu Presiden Soekarno dituntut agar mau menandatangani
sebuah surat yang kemudian disebut “SUPERSEMAR”, dimana inti dari surat tersebut
adalah presiden soekarno memerintahkan Jenderal Soeharto untuk melakukan segala
tindakan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan negara dan melindungi soekarno sebagai
presiden saat itu. Surat yang disebut dengan supersemar itu kemudian diartikan sebagai
media pemberian wewenang terhadap Soeharto secara penuh.
Selanjutnya setelah tampuk kepemimpinan berada ditangan soeharto atau juga dikenal
era orde baru, soeharto melakukan upaya upaya rekontruksi terutama dalam bidang politik,
karena menurut beliau tanpa adanya rekontruksi politik negara ini tidak akan dapat
melakukan pembangunan. pada masa orde baru ini pembangunan nasional terus
berlangsung agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan
banyak lapangan kerja. hal ini terbukti dengan pendapatan perkapita yang meningkat
dibandingan pada masa orde lama.
Untuk mendukung pembangunan berbagai program dan rencana pembangunan pun
digalakkan, berikut beberapa rencana pembangunan pada masa orde baru:
1. Rancangan Dasar Undang-Undang Pembangunan Nasional Berencana Delapan
Tahun 1961-1969, hasil kerja DEPERNAS
2. REPELITA yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun, dari REPELITA I sampai
dengan VII
Meski menuai beragam sukses, pembangunan yang ada pada masa orde baru juga memiliki
beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahan pembangunan pada masa orde baru
adalah sebagai berikut:
1. Banyak industri yang bahan dasarnya dari luar negeri sehingga tidak memiliki daya
jual tinggi karena terlalu mahal hingga mengakibatkan bengkrutnya indusrti
tersebut.
2. Mengandalkan utang luar negeri untuk membiayai pembangunan dan menutup
defisit anggaran.
3. Akumulasi bunga utang luar negeri yang terus berkembang dan memberatkan
pemerintah.
4. Banyak muncul lembaga-lembaga keuangan yang kuat basis dananya dan
merugiakan Bank Indonesia.
5. Pembangunan yang kurang merata sehingga timbul kesenjangan antara daerah satu
dengan daerah lain.
Awalnya pembangunan yang ada pada pemerintahan orde baru menuai beragam pujian
sampai akhirnya krisi moneter menjadi penyebab runtuhnya masa pemerintahan orde baru
pada tahun 1997. sejak tahun itu kondisi ekonomi Indonesia semakin terpuruk, krisis yang
terjadi di dunia dan diperparah dengan adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau yang
lebih dikenal dengan istilah KKN membuat ekonomi Indonesia benar-benar hancur.
sehingga timbul kesenjangan dan kemiskinan yang memicu pada kerusuhan masyarakat.
akhirnya munculah gerakan demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. mereka
menuntut agar pemerintah segera melakukan perbaikan. kemudian pada tanggal 12 Mei
1998 terjadi demonstrasi besar besaran yang berakibat meninggalnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti.
Pada awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih kembali
menjadi Presiden Republik Indonesia, serta melaksanakan pelantikan Kabinet
Pembangunan VII. Namun pada saat itu kondisi ekonomi tidak kunjung membaik.
Perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin menumpuk. Kondisi
dan situasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.
Memasuki bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak
menggelar demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunya Soeharto dari kursi
kepresidenannya. Pada tanggal 12 Mei 1998 dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas
Trisakti, terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya
empat mahasiswa hingga tewas. Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki Gedung
DPR/MPR. Pada tanggal itu pula di Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah. Kurang lebih
sejuta umat manusia berkumpul di alun-alun utara kraton Yogyakarta untuk mendengarkan
maklumat dari Sri Sultan Hamengku Bowono X dan Sri Paku Alam VII. Inti isi dari
maklumat itu adalah menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang
persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa
Indonesia untuk dimintai pertimbangannya membentuk Dewan Reformasi yang akan
diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan. Pada tanggal 21 Mei 1998,
pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto meletakkan jabatannya
sebagai presiden di hadapan ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah Agung. Presiden
menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta
pelantikannya dilakukan didepan Ketua Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka
sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai presiden yang
ke-3.
2.3 Pembangunan Nasional pada Era Reformasi Hingga Sekarang
Era Reformasi dimulai dengan naiknya Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia.
Pada era reformasi ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mendapat perubahan, namun
juga kebijakan ekonomi. Sehingga beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan selama 32
tahun, terpaksa mendapat perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Pemerintahan presiden Habibie yang mengawali masa reformasi belum mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan hanya difokuskan untuk memastikan stabilitas politik dan keamanan. Setelah
Habibie, tampuk kepemimpinan pun berganti ke presiden Abdurrahman Wahid, pada masa
ini belum ada tindakan yang cukup signifikan untuk menyelamatkan negara dari
keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus
diselesaikan, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pengendalian
inflasi, kinerja BUMN, pemulihan ekonomi, dan mempertahankan kurs rupiah.
Selanjutnya setelah Abdurrahman Wahid lengser, Masa kepemimpinan beralih ke
tangan Megawati Soekarnoputri, Beberapa kebijakan pun diambil untuk menangani
masalah perekonomian bangsa indonesia. Berikut beberapa kebijakan yang diambil untuk
mengatasi persoalan-persoalan ekonomi:
1. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi merupakan menjual perusahaan negara di
dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu
berhasil mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,1 %. Akan tetapi
kebijakan ini memicu beragam kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual
ke perusahaan asing.
2. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan
Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp
116.3 triliun.
Secara garis besar rencana dan program pembangunan pada era reformasi disebut
dengan PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) sebagaimana repelita di era orde
baru. Perbedaan antara REPELITA dan PROPENAS ada pada sifat isinya. PROPENAS
lebih bersifat pada program-program mendasar serta mendesak, sedangkan REPELITA
lebih rinci persektor dan per departemen.
PROPENAS sendiri merupakan penjabaran dari GBHN 1999 adapun PROPENAS
dijabarkan dengan REPETA (Rencana Pembangunan Tahunan). Sementara itu, untuk
penjabaran per departemen dan per PEMDA dibuatlah RESTRA (Rencana dan Strategi)
untuk setiap departemen dan PEMDA.
Berikut ini adalah lima program prioritas dari PROPENAS menurut UU nomor 25 tahun
2000.
1. Mewujudkan supremasi hukum serta pemerintahan yang baik.
2. Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan
kesatuan.
3. Peningkatan pembangunan daerah
4. Membangun kesejahteraan rakyat serta ketahanan kehidupan budaya dan agama.
5. Mempercepat pemuliah ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan dan adil.

Ketiadaan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) di era reformasi, telah mendorong
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadirkan UU No 17/2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025. Strategi pembangunan
yang sesuai konteks Indonesia. Ekonomi Indonesia memadukan pendekatan sumber daya
(resources), pengetahuan (knowledge), dan budaya (culture). Pertumbuhan ekonomi yang
dianut adalah pertumbuhan disertai pemerataan, growth with equality, agar benar-benar
membawa rasa adil. Ekonomi dalam negeri yang berdimensi kewilayahan, daerah-daerah
menjadi kekuatan ekonomi lokal. Dengan strategi pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja,
pro-rakyat miskin, dan pro-lingkungan diletakkan dalam kerangka pembangunan nasional.
RPJP Nasional ini merupakan, dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk
periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005 sampai dengan 2025 diatur
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025
terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-
2014. Mendorong percepatan pembangunan wilayah-wilayah di luar pulau jawa, sambil
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di pulau jawa. Sejalan dengan itu, diluncurkan
pula Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Tahun 2011-2025. Melalui MP3EI, pendekatan terobosan (breakthrough), tidak ‘business
as usual’, dan kebijakan terpadu (integrated policy) dilakukan dalam pengembangan
koridor ekonomi wilayah, konektivitas wilayah, dan sumber daya manusia. RPJM ini
merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun terdiri dari : RPJM
Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III
Tahun 2015–2019, RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024.
RPJM tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap
tahunnya. RKP rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas
pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka
regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman bagi penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan


pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh). RPJP Nasional untuk tahun
2005 sampai dengan 2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah, dengan berpedoman pada
RPJP Daerah serta memerhatikan RPJM Nasional.
3. Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, mewujudkan masyarakat
yang berahklak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakilnya berhasil memunculkan politik


pembangunan nasional berorientasi Indonesia sentris yang memperkokoh fondasi dan
ikatan negara kesatuan republik Indonesia. Menyebutkan dengan pembangunan yang
berorientasi Indonesia sentris, Jokowi berusaha memperkecil kesenjangan antara Jawa dan
sejumlah daerah di luar Jawa. Salah satu bukti nyata adalah pembangunan infrastruktur
untuk meningkatkan konektivitas antar daerah.
Kita bisa saksikan tol laut, jalan lintas papua dan lintas daerah lainnya, pelabuhan
ataupun bandara. Semuanya dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam bergerak dan
memudahkan transportasi barang serta jasa, perjalanan untuk berparawisata yang bisa
dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
Berbagai program unggulan lainnya untuk memperkuat masyarakat di daerah dan
pedesaan diciptakan dengan efektif sejak masa pemerintahan Jokowi. Beberapa program
itu di antaranya Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Keluarga Harapan,
Bantuan Pangan Non Tunai, dan Bantuan Sertifikat Lahan Gratis. Belum lagi adanya
Kredit Usaha Rakyat, bantuan sarana dan prasarana pertanian, dan terbaru adanya program
padat karya cash.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)
berhasil mencapai sejumlah target pembangunan selama kurun waktu 5 tahun pertama dari
tahun 2014 hingga 2019. Kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran menjadi salah satu
faktor yang membaik di era Jokowi jilid I. Hal ini ditunjukkan oleh indikator rasio dari
masing–masing elemen.
Memulai warisan dari Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Jokowi berhasil
menurunkan tingkat kemiskinan dari 11,3% menjadi 9,4%. Rasio ini yang menunjukkan
tingkat ketimpangan pun membaik dari semula di angka 0,406 menjadi 0,382 dan tingkat
pengangguran terbuka 5,7% menjadi 5,0%

Anda mungkin juga menyukai