Anda di halaman 1dari 27

VOLUME 25 NOMOR 3, DESEMBER 2010 ISSN 0126 – 3188

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

Pengantar Redaksi …………….xxvii


Abstrak ……………………………..xxix
Penanggung Jawab: Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt
Kapuslit Metalurgi – LIPI pada Piringan Katup Buang Mesin
Diesel
Dewan Redaksi :
Ketua Merangkap Anggota: Ika Kartika dan Kawan-kawan ……….. 119
Ir. Bambang Sriyono Dipl.Ing. Perilaku Oksidasi Baja Tahan Karat
Feritik Fe-Cr-Mo selama Proses
Anggota: Aniling pada Temperatur 12000C
Dr. Ir. Rudi Subagja
Fatayalkadri Citra dan Bambang S ….…129
Dr. Ir. F. Firdiyono
Pembentukan Fasa Intermetalik
Dr. Agung Imadudin
Nb 3 Sn pada Proses Pembuatan
Dr. Efendi Mabruri
Kawat Super Konduktor dengan
Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM – LIPI)
Metode Internal Tin
Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto
(Puslitbang TEKMIRA) Pius Sebleku ……………………………… 139
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI) Pembuatan Material CaMnO 3
Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB) sebagai Thermoelektrik Type-N dari
Bahan CaCO 3 dan MnCO 3 untuk
Sekretariat Redaksi: Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Dedi Irawan, ST
Daniel Panghihutan Malau, ST Lusiana dan Kawan-kawan……...……... 147
Arif Nurhakim, S.Sos Analisa Retak pada Pelat Tipis
Paduan Al-17Mg-1Si Hasil
Penerbit: Pembekuan Cepat dengan Twin
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI Roll Pengecor
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong,
Gedung 470 Saefudin dan Ika Kartika ………………. 155
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553 Sintesis, Analisis Korosi dan
Toksisitas pada Material
Alamat Sekretariat: Biokompatibel Co-Cr-Mo
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Sulistioso GS dan Kawan-kawan…….......163
Gedung 470 Indeks
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
E-mail: metalurgi_magz@yahoo.com

Majalah ilmu dan teknologi terbit


berkala setiap tahun, satu volume
terdiri atas 3 nomor.
xxvi | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188
PENGANTAR REDAKSI

Syukur Alhamdulillah Majalah Metalurgi Volume 25 Nomor 3, Desember 2010 kali


ini menampilkan 6 buah tulisan.
Makalah pertama, yaitu “Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt pada Piringan Katup Buang
Mesin Diesel” yang disampaikan oleh Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Edi PU,
dan Tri Arini. Fatayalkadri Citrawati dan Bambang Sriyono menulis tentang “Perilaku
Oksidasi Baja Tahan Karat Feritik Fe-Cr-Mo Selama Proses Aniling pada Temperatur
1.200°C”. Makalah selanjutnya ditulis oleh Pius Sebleku tentang “Pembentukan Fasa
Intermetalik Nb3Sn pada Proses Pembuatan Kawat Superkonduktor dengan Metoda Internal
Tin”. Sementara itu, Lusiana, Edi Herianto, dan Sigit Dwi Y menyajikan tulisan “Pembuatan
Material CaMnO3 Sebagai Themoelektrik Type-N dari Bahan CaCO 3 dan MnCO 3 untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas”. Saefudin dan Ika Kartika menyampaikan tulisan tentang
“Analisa Retak pada Pelat Tipis Paduan Al -17Mg-1Si Hasil Pembekuan Cepat dengan Twin
Roll Pengecor”. Tulisan berikutnya disajikan oleh Sulistioso G.S., Andika W..P, Irma
Suparto, dan Silmi Mariya dengan tulisan “Sintesis, Analisis Korosi, dan Toksisitas pada
Material Biokompatibel Co-Cr-Mo”.
Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia penelitian di Indonesia.

REDAKSI

Pengantar Redaksi| xxvii


xxviii | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620.18


Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Eddy P. Utomo dan T. Arini (Puslit Metalurgi – LIPI)
Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt pada Piringan Katup Buang Mesin Diesel
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Kerusakan telah terdeteksi pada lapisan piringan katup buang mesin diesel. Kerusakan teramati berupa retak,
terlepasnya lapisan piringan katup buang serta adanya deposit pada permukaan dasar katup buang. Permukaan
patahan memperlihatkan beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya aus. Untuk mengidentifikasi
penyebab kerusakan beberapa pengujian telah dilakukan seperti pengamatan visual secara makro, analisa
komposisi kimia, kekerasan mikro dengan vickers, metalografi, fraktografi patahan dengan SEM dan analisa
kualitatif deposit dengan EDX. Hasil analisa komposisi kimia menunjukkan bahwa lapisan katup buang
terbuat dari paduan kobalt Stellite-1, sedangkan piringan katup buang terbuat dari baja cor tahan panas paduan
Cr-Ni-Mn. Fraktografi pada permukaan area patahan menunjukkan lapisan piringan katup buang telah
mengalami keausan sliding. Fenomena ini lebih jauh dapat mengakibatkan patah lelah pada area tersebut.

Kata kunci: Lapisan piringan katup buang, Material tahan aus berbasis kobalt, Fenomena sliding wear, Patah
lelah

Fracture was detected on exhaust valve plate coating layer of engine diesel. These fractures are showed as a
crack, loss of exhaust valve coating layer and deposit content on the face of exhaust valve. Fracture surface
exhibits several indications of wear failure modes. In order to identify cause of failure, several examinations
are carried out such as macro visual, chemical analysis, vicker’s micro hardness, metallography, fractography
by SEM and deposit analysis by EDX qualitatively. The results of chemical composition present that material
for exhaust valve coating layer is made from Stellite-1 cobalt alloy, whereas exhaust valve plate is heat
resistant cast steel of Cr-Ni-Mn alloy. Fractography on surface fracture area visually showed wear damage,
while by SEM demonstrates that sliding wear was occurred on the coating layer of exhaust valve plate. Further
this phenomenon can also lead to the fatigue fracture on that area.

Keywords: Exhaust valve plate, Wear resistant material of cobalt base alloy, Sliding wear phenomena, Fatigue
fracture

Abstrak | xxix
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620.17


Fatayalkadri Citrawati dan Bambang Sriyono (Puslit Metalurgi – LIPI)
Perilaku Oksidasi Baja Tahan Karat Feritik Fe-Cr-Mo Selama Proses Aniling pada Temperatur 1200°C
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Salah satu proses fabrikasi baja tahan karat austenitik bebas Ni, melibatkan proses aniling temperature tinggi
dengan atmosfer nitrogen, namun pembentukan senyawa oksida selama proses berlangsung pada permukaan
baja tahan karat feritik Fe-Cr-Mo dapat menghambat proses difusi nitrogen ke dalam logam. Untuk baja tahan
karat feritik, senyawa oksida yang dominan terbentuk adalah senyawa Cr 2 O 3 . Senyawa ini dapat terbentuk
pada temperatur tinggi dengan keberadaan oksigen pada tekanan tertentu. Perilaku pembentukan senyawa
oksida kromium ini mengikuti grafik parabolik. Pada percobaan ini, ketebalan rata-rata maksimum yang
dibentuk oleh senyawa-senyawa oksida pada Baja A (27% berat Cr) dicapai pada lama waktu proses 24 jam,
selanjutnya ketebalannya menurun seiring dengan semakin lamanya waktu proses, perilaku ini juga terjadi
pada Baja B (21% berat Cr). Perbedaan signifikan dari kedua baja ini terletak pada ketebalan lapisan oksida
yang terbentuk, pada waktu proses selama 8 jam, Baja A memiliki ketebalan lapisan oksida lebih tinggi,
semakin lama waktu proses dialami oleh kedua baja, Baja B memiliki ketebalan lapisan oksida yang lebih
tinggi, yaitu untuk waktu proses 12 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Kemungkinan hal ini disebabkan karena
pada Baja A, kandungan Cr yang lebih tinggi jika berinteraksi dengan oksigen untuk waktu yang lebih lama,
lebih banyak yang bereaksi membentuk CrO 3 gas atau gas-gas senyawa oksida kromium lainnya.

Kata kunci : Baja tahan karat feritik, Oksidasi, Aniling, Temperatur tinggi, Perlakuan panas

One of Ni free austenitic stainless steel fabrication methods involves high temperature annealing process in
nitrogen atmosphere, however the formation of oxide compound during the process on ferritic stainless steel
Fe-Cr-Mo surface is able to prevent nitrogen to diffuse into the steel. For ferritic stainless steel, the most
dominant oxide compound form is Cr 2 O 3 . This compound is able to form at high temperature along with the
presence of oxygen at certain level of pressure. The behaviour of this oxide compound follows parabolic law.
In this experiment, the maximum average thickness formed by the oxide compounds on Steel A (27 w%t Cr)
was achieved when the steel processed for 24 hours, afterwards the thickness decrease as the process time
increase, this behaviour also found in Steel B (21 wt% Cr). The significant difference between these steels laid
on their oxide thickness, during 8 hours process, Steel A oxide thickness is higher than that of Steel B, the
longer the process hour applied to both steels, Steel B has higher oxide thickness than Steel A, this is for 12
hours, 24 hours, 48 hours and 72 hours processing time. This might happened due to the formation of volatile
species in Steel A during longer processing time, such as CrO 3 gas or other volatile oxide compounds of
chromium.

Keywords : Ferritic stainless steel, Oxidation, Annealing, High temperature, Heat treatment

xxx | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188


METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 621.319


Pius Sebleku (Puslit Metalurgi – LIPI)
Pembentukan Fasa Intermetalik Nb3Sn pada Proses Pembuatan Kawat Superkonduktor dengan Metode
Internal Tin
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Kualitas kawat superkonduktor Cu-Nb-Sn utamanya diukur dari nilai rapat arus (Jc) yang dihasilkan. Semakin
banyak senyawa Nb 3 Sn yang terbentuk, maka Jc semakin tinggi. Studi penelitian ini berangkat dari
permasalahan optimalisasi pembentukan senyawa superkonduktif Nb 3 Sn, yang sejauh ini diantisipasi dengan
cara memperbanyak jumlah monofilamen di dalam kawat. Akan tetapi hal ini berpotensi langsung pada
peningkatan biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran tentang evolusi fasa
yang terjadi antara Cu, Nb, dan Sn di dalam sistem superkonduktor Cu-Nb-Sn. Hasil ini diharapkan dapat
memprediksi intensitas dan kuantitas pembentukan senyawa Nb 3 Sn. Prediksi ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk mendesain ingot beserta jalur teknik manufaktur kawat superkonduktor yang ingin
digunakan, sehingga bisa memangkas biaya produksi. Desain ingot yang dikembangkan dalam studi penelitian
ini adalah superkonduktor berbasis Cu,Nb,Sn.

Kata kunci: MRI, NMR, Kawat superkonduktor, Internal tin, Nb-Sn, Cu-Nb-Sn

The quality of Cu-Nb-Sn superconductor wire is mainly measured from its current density (Jc). The more
Nb 3 Sn is formed, the higher Jc is. This research study departs from the problem on Nb 3 Sn formation, which
has been so far anticipated by increasing the number of monofilaments inside the wire. However this situation
yields in high production cost. This research activity is aimed to that can depict the phase evolution among Nb,
and Sn within the Cu-Nb-Sn superconducting system. The results can be used to predict the intensity as well as
quantity of Nb 3 Sn formation. Such prediction can be used to decide which ingot design and manufacturing path
shall be chosen, therefore the cost of production can be made efficientIn. In this research study, the ingot design
with the basis of Cu-Nb-Sn will be developed as supercondctor wire.

Keywords : MRI, NMR, Superconductor wire, Internal tin, Nb-Sn, Cu-Nb-Sn

Abstrak | xxxi
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620


Lusiana, Edi Herianto, Sigit Dy

Pembuatan Material CaMnO 3 Sebagai Themoelektrik Type-N dari Bahan CaCo 3 dan MnCo 3 untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Panas

Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010

Penerapan bahan thermoelektrik sangat luas, dapat digunakan sebagai penghemat bahan bakar pada kendaraan
bermotor, penyedia listrik dari panas matahari, panas tungku pembakar sampah dan lain-lain. Pembuatan
material CaMnO 3 thermoelectric type-n dari bahan CaCO 3 dan MnCO 3 pada kondisi pemampatan bahan yang
telah dihaluskan 200 Mpa dan dipanaskan pada temperatur 1300 °C selama 12 jam, kemudian hasilnya di analisa
menggunakan XRD, XRF dan SEM. Dengan keberhasilan pembuatan material material CaMnO 3 thermoelectric
type-n ini disamping dapat memanfaatkan bahan baku lokal juga mendukung upaya mengurangi ketergantungan
energi kita pada bahan bakar fosil.

Kata kunci : Thermoelectrik, CaMnO 3 , Type-n, Energi

Application materials thermoelectric very broad, can be used as a fuel saver in the motor vehicle, a provider of
solar thermal electricity, heat furnaces and other junk. Making material CaMnO 3 n-type thermoelectric material
and MnCO 3 CaCO 3 on the condition that the material has been smoothed squishing 200 MPa and heated at a
temperature of 1300 °C for 12 hours, then the results were analyzed using XRD, XRF and SEM. With the
success of manufacturing materials thermoelectric materials CaMnO 3 type-n in addition to utilizing local raw
materials also support efforts to reduce our energy dependence on fossil fuels.

Keywords : Thermoelectric, CaMnO 3 , n- type, Energy

xxxii | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188


METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620


Saefudin, Ika Kartika (Puslit Metalurgi – LIPI)
Analisa Retak pada Pelat Tipis Paduan Al -17Mg-1Si Hasil Pembekuan Cepat dengan Twin Roll Pengecor
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Pembuatan pelat tipis dengan twin roll pengecor pada paduan aluminium mempunyai beberapa keuntungan
seperti mempercepat proses pembekuan, rendahnya biaya peralatan juga dapat menekan biaya produksi. Pada
penelitian pembuatan pelat tipis paduan Al-17Mg-1Si hasil proses pembekuan cepat dengan twin roll telah
terjadi retak sepanjang sisi pelat tipis. Pelat tipis yang dihasilkan mempunyai tebal berkisar 1 mm dengan lebar
sekitar 50 mm. Hasil uji keras dengan Vickers pada posisi tebal pelat menunjukkan harga kekerasan rata-rata
adalah 175,1 HVN. Hasil metalografi dengan SEM menunjukkan fasa yang terbentuk adalah α–Al dendritik
sebagai matriks dan partikel Mg2Si yang bersifat getas. Mg2Si teramati bersegregasi sepanjang sisi dan sudut
kristal α-Al matriks. Analisa komposisi kimia dengan EDX pada permukaan area tebal pelat menghasilkan
kandungan unsur Mg dan Si yang tinggi. Kelarutan Mg dan Si yang tinggi cenderung akan membentuk fasa
eutektik Mg 2 Si yang mempunyai suhu cair yang lebih rendah dibandingkan α–Al matriks. Oleh karenanya
fasa eutektik Mg 2 Si akan mengalami pembekuan lebih cepat dibandingkan α–Al matriks. Fenomena rapuh
panas akan terjadi dan menghasilkan retak sepanjang sisi pelat tipis paduan Al-17Mg-1Si melalui proses
pembekuan cepat dengan twin roll pengecor.

Kata kunci : Paduan Al-17Mg-1Si, Proses pembekuan cepat dengan twin roll pengecor, Fasa eutektik Mg 2 Si,
Rapuh panas, Retak

There are several advantages to produce aluminum alloys strip by using twin roll caster such as rapidly
solidification process, low equipment cost and reduce production cost. In the study of manufacturing of Al-
17Mg-1Si alloy strip from rapid solidification by twin roll caster, fracture was occurred along side of strip.
Product of strip has a thickness approximately around 1 mm and 50 mm of wide. Vickers hardness result on
strip thickness area shows an average hardness around 175.1 HVN. Metallography examination using SEM
shows α – Al dendritic phase as a matrix and Mg 2 Si eutectic particles which are attributed to brittleness.
Mg 2 Si particles show segregate along edge and angle of α-Al matrix. Chemical composition analysis by EDX
on the surface of thickness area of Al-17Mg-1Si alloy strip obtains high content of Mg and Si elements. Highly
solidify of Mg and Si elements leads to form Mg 2 Si eutectic phase, which has lower melting point compared to
α–Al matrix. Therefore, eutectic phase would rapidly solidify than α–Al matrix. Hot shortness phenomena will
occur and perform cracking along edge area of Al-17Mg-1Si alloy strip throughout rapid solidification process
by twin roll caster.

Keywords : Al-17Mg-1Si alloy, Rapid solidification process by twin roll caster, Mg 2 Si eutectic phase, Hot
shortness, Cracking

Abstrak | xxxiii
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620.112


Sulistioso GS, Andika WP, Irma Suparto,Silmi Mariya (PTBIN – BATAN)
Sintesis, Analisis Korosi dan Toksisitas pada Material Biokompatibel Co-Cr-Mo
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Telah dilakukan uji korosi dan toksisitas pada hasil pembuatan paduan material implan Co-Cr-Mo. Komposisi
paduan yang dibuat adalah 30 – 35% Cr, 5% Mo, 0.5 – 0.6% Mn, 0.2 – 0.3% Si, 1.5 – 1.6% N, dan sisanya
Co. Karakterisasi hasil analisis fasa dengan XRD menunjukkan pola difraksi di mana fasa ε tidak muncul dan
fasa yang dominan adalah fasa γ sebagai konsekuensi dari penambahan unsur N. Pengamatan mikrostruktur
dengan mikroskop optik menunjukkan struktur cor dan sampel Co-Cr-Mo hasil peleburan tidak berpori.
Berdasarkan hasil analisis korosi diperoleh laju korosi pada media air demin adalah 0,0249 mpy dan pada
media larutan tubuh buatan (simulated body fluid atau SBF) adalah 0,036 mpy. Uji toksisitas secara in vitro
pada kultur sel endotel CPAE (ATCC-CCL 209) berumur 24 jam menunjukkan tidak adanya perubahan
morfologi dan kematian sel setelah 72 sampai dengan 144 jam pasca penambahan sampel. Hasil ini
menunjukkan bahwa material Co-Cr-Mo dengan penambahan tidak menimbulkan toksisitas terhadap kultur sel
endotelial sampai dengan 6 hari inkubasi.

Kata kunci : Co-Cr-Mo , Korosi, Toksisitas in vitro, Kultur sel endotel CPAE

Analysis of corrosion and toxicity of Co-Cr-Mo as implant materials has been performed. The alloy
composition was 30 - 35% Cr, 5% Mo, 0.5 - 0.6% Mn, 0.2 - 0.3% Si, 1.5 - 1.6% N, and Co as the balance.
Characterization of phase analysis by XRD through its diffraction patterns indicates that phase ε does not
appear as a consequence of the addition of N. Microstructure observations of the samples by optical
microscope showed that the structure of Co-Cr-Mo cast was not porous. Corrosion analysis showed that the
corrosion rate in demineralized water was 0.0249 mpy and in simulated body fluid (SBF) was 0.036 mpy. In
vitro toxicity assay in 24 hours endothelial cell CPAE (ATCC CCL-209) showed that there were no
morphologic changes or cell death after 72 up to 144 hours of sample incubation. It concludes that Co-Cr-Mo
material was not toxic to endothelial cell culture for at least six days.

Keywords : Co-Cr-Mo , Corrosion , In vitro toxicity, Endothelial cell culture CPAE

xxxiv | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188


ANALISA KERUSAKAN LAPISAN KOBALT
PADA PIRINGAN KATUP BUANG MESIN DIESEL

Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Eddy P. Utomo dan T. Arini
Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI
Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan 15314
E-mail : ika.kartika@lipi.go.id

Intisari

Kerusakan telah terdeteksi pada lapisan piringan katup buang mesin diesel. Kerusakan teramati berupa retak,
terlepasnya lapisan piringan katup buang serta adanya deposit pada permukaan dasar katup buang. Permukaan
patahan memperlihatkan beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya aus. Untuk mengidentifikasi penyebab
kerusakan beberapa pengujian telah dilakukan seperti pengamatan visual secara makro, analisa komposisi kimia,
kekerasan mikro dengan vickers, metalografi, fraktografi patahan dengan SEM dan analisa kualitatif deposit
dengan EDX. Hasil analisa komposisi kimia menunjukkan bahwa lapisan katup buang terbuat dari paduan kobalt
Stellite-1, sedangkan piringan katup buang terbuat dari baja cor tahan panas paduan Cr-Ni-Mn. Fraktografi pada
permukaan area patahan menunjukkan lapisan piringan katup buang telah mengalami keausan sliding. Fenomena
ini lebih jauh dapat mengakibatkan patah lelah pada area tersebut.

Kata kunci : Lapisan piringan katup buang, Material tahan aus berbasis kobalt, Fenomena sliding wear, Patah
lelah

Abstract

Fracture was detected on exhaust valve plate coating layer of engine diesel. These fractures are showed as a
crack, loss of exhaust valve coating layer and deposit content on the face of exhaust valve. Fracture surface
exhibits several indications of wear failure modes. In order to identify cause of failure, several examinations are
carried out such as macro visual, chemical analysis, vicker’s micro hardness, metallography, fractography by
SEM and deposit analysis by EDX qualitatively. The results of chemical composition present that material for
exhaust valve coating layer is made from Stellite-1 cobalt alloy, whereas exhaust valve plate is heat resistant
cast steel of Cr-Ni-Mn alloy. Fractography on surface fracture area visually showed wear damage, while by
SEM demonstrates that sliding wear was occurred on the coating layer of exhaust valve plate. Further this
phenomenon can also lead to the fatigue fracture on that area.

Keywords : Exhaust valve plate, Wear resistant material of cobalt base alloy, Sliding wear phenomena, Fatigue
fracture

PENDAHULUAN katup buang yang umum digunakan adalah


baja tahan karat austenitik dengan
Katup buang (exhaust valve) dan katup penambahan nitrogen (21-2N, 21-4N), baja
isap (inlet valve) merupakan komponen martensitik dengan paduan dasar Cr atau Si
yang sangat penting pada suatu mesin dan baja cor austenitik dengan ketahanan
diesel, karena mengontrol aliran gas masuk cor dan pemesinan yang baik [1].
dan keluar pada silinder mesin. Sedangkan material untuk lapisan piringan
Material dasar piringan katup buang katup buang harus mempunyai sifat tahan
harus memiliki sifat tahan temperatur temperatur tinggi, ketahanan aus yang
tinggi, memiliki koefisien ekspansi panas tinggi, dan konduktivitas panas yang
yang tinggi, tahan aus, ketahanan terhadap rendah. Material yang digunakan untuk
kejut panas, ketahanan korosi tinggi dan melapisi katup buang biasanya
bersifat ringan. Material dasar piringan menggunakan paduan berbasis kobalt
dalam bentuk serbuk logam seperti ST1 dengan laser (laser cladding technology) [4-
7]
(Stellite-1), ST6, ST12; paduan berbasis .
nikel seperti Nimonic, Inconel dan paduan Prinsip kerja mesin diesel diilustrasikan
titanium seperti 6242S (Ti-6Al-2Sn-4Zr- pada Gambar 1, yaitu merubah energi
2Mo-0.1Si), TIMETAL @ 1100 (Ti-2.7Sn- kimia menjadi energi mekanis. Energi
4Zr-0.4Mo-0.45Si) [2]. Teknologi pelapisan kimia diperoleh melalui reaksi proses
pada katup silinder mesin yang telah pembakaran bahan bakar solar dan
banyak dikembangkan adalah teknologi oksidiser di udara di dalam silinder (ruang
plasma permukaan (plasma surface bakar).
technology) [3] atau teknologi pelapisan
dengan laser (laser cladding technology) [4-
7]
.

PENDAHULUAN

Katup buang (exhaust valve) dan katup


isap (inlet valve) merupakan komponen
yang sangat penting pada suatu mesin
diesel, karena mengontrol aliran gas masuk
dan keluar pada silinder mesin.
Material dasar piringan katup buang
harus memiliki sifat tahan temperatur
Gambar 1. Komponen dan prinsip kerja mesin
tinggi, memiliki koefisien ekspansi panas diesel [8]
yang tinggi, tahan aus, ketahanan terhadap
kejut panas, ketahanan korosi tinggi dan Proses pembakaran dalam mesin diesel
bersifat ringan. Material dasar piringan (Gb. 1) dimulai ketika udara masuk dan
katup buang yang umum digunakan adalah mendorong katup isap ke bawah. Terjadi
baja tahan karat austenitik dengan penekanan udara/kompresi yang
penambahan nitrogen (21-2N, 21-4N), baja menghasilkan peningkatan tekanan dan
martensitik dengan paduan dasar Cr atau Si temperatur yang cukup tinggi. Kemudian
dan baja cor austenitik dengan ketahanan injektor bahan bakar akan memasukkan
cor dan pemesinan yang baik [1]. bahan bakar dengan cara dikabutkan.
Sedangkan material untuk lapisan piringan Tingginya temperatur pada kondisi
katup buang harus mempunyai sifat tahan tersebut serta adanya bahan bakar yang
temperatur tinggi, ketahanan aus yang telah masuk memicu terjadinya reaksi
tinggi, dan konduktivitas panas yang pembakaran sehingga menggerakkan torak
rendah. Material yang digunakan untuk yang dihubungkan oleh poros engkol.
melapisi katup buang biasanya Tekanan hasil pembakaran kemudian
menggunakan paduan berbasis kobalt mendorong piston ke atas dan katup buang
dalam bentuk serbuk logam seperti ST1 akan terbuka untuk membuang gas sisa
(Stellite-1), ST6, ST12; paduan berbasis hasil pembakaran tersebut.
nikel seperti Nimonic, Inconel dan paduan D ari fungsi katup di atas, katup buang
titanium seperti 6242S (Ti-6Al-2Sn-4Zr- dan katup isap akan terpapar temperatur
2Mo-0.1Si), TIMETAL @ 1100 (Ti-2.7Sn- tinggi dan secara mekanis mengalami
4Zr-0.4Mo-0.45Si) [2]. Teknologi pelapisan tegangan berlebih. Temperatur pada katup
pada katup silinder mesin yang telah buang saat beroperasi berkisar 650 °C –
banyak dikembangkan adalah teknologi 800 °C sedangkan pada katup isap berkisar
plasma permukaan (plasma surface 450 °C – 550 °C [1]. Selama katup menutup
technology) [3] atau teknologi pelapisan kombinasi aus dan tumbukan (impact)
akan mengarah pada terjadinya keausan

120 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 119-128


dibagian dudukan katup dan piringan beroperasi pada 5000-6000 HM. Kondisi
katup. Adanya tumbukan saat katup kerusakan terlihat berupa rompal (cowak)
menutup mengakibatkan deformasi plastis pada lapisan piringan katup buang dan juga
pada permukaan dudukan (seat) dan adanya pengendapan deposit baik pada
membentuk serangkaian tonjolan dan katup buang ataupun katup isap setelah
cekungan. Hal ini akan mengarah pada dikeluarkan dari kepala silinder mesin (Gb.
terjadinya retak dan secara langsung 2b). Gambar 2a menunjukkan komponen
terlepasnya material pada bagian dalam katup bersentuhan dengan dudukan katup
dudukan saat proses menutup dengan (valve seat) saat terpasang dalam kepala
kecepatan tinggi [9]. Ravindra Prasad dan silinder mesin. Gambar 2b menunjukkan
N.K. Samria dalam penelitiannya komponen katup buang (tanda panah) yang
mengenai perpindahan panas dan tegangan mengalami kerusakan.
pada katup isap dan katup buang mesin
diesel dalam kondisi semi adiabatik,
menemukan bahwa tegangan panas akan
lebih besar diterima katup buang
dibandingkan dengan katup isap. Selain
itu, adanya kenaikan dan penurunan
temperatur pada katup mengakibatkan
adanya tegangan akibat perbedaan radius
temperatur sehingga akan memicu
terjadinya retak [10]. (a)
Dilain pihak, adanya deposit pada
bagian dasar katup dan dudukan dapat
mengakibatkan pengaruh penyekatan
dimana proses pendinginan menjadi lambat
dan katup menjadi semakin panas. Apabila
deposit terbentuk berupa bintik atau serpih
pada permukaan dasar katup, hal ini akan
mengarah pada terbentuknya celah yang
tererosi atau bagian dalam katup menjadi
hitam. Deposit yang terbentuk pada katup (b)
buang berasal dari reaksi bahan bakar dan
Gambar 2. (a) Kepala silinder mesin (cylinder
oli sebagai lubrikasi selama pembakaran.
head machine) dan (b) katup buang yang
Sulfur, vanadium, dan sodium yang mengalami rompal (tanda panah) dengan lapisan
terkandung dalam bahan bakar akan deposit di permukaannya
teroksidasi selama proses pembakaran dan
membentuk sulfur dioksida, sulfur Investigasi awal dari penelitian ini
trioksida, sodium oksida dan vanadium mengarah kepada proses pembakaran yang
pentaoksida. Pada temperatur 550 °C, tidak sempurna, karena udara yang masuk
garam-garam deposit akan mencair. Pada melalui katup isap tidak seluruhnya
kondisi cair, garam-garam ini akan termampatkan untuk proses pembakaran.
mengalir sepanjang batas butir, larut dalam Proses pembakaran yang tidak sempurna
lapisan proteksi, sehingga mengakibatkan akan menghasilkan deposit atau garam-
korosi sepanjang batas butir (intergranular garam oksida pada bagian dasar katup
corrosion) pada material katup terutama buang. Selain itu, adanya area yang rompal
katup buang [11]. pada lapisan piringan katup buang perlu
Pada penelitian ini, telah terjadi diamati, apakah mengarah pada terjadinya
kegagalan berupa turunnya tekanan fenomena lelah (fatigue) atau fenomena
kompresi G 398 gas engine 73B saat aus dengan jenis abrasive, erosion atau

Analisa Kerusakan Lapisan…../ Ika Kartika | 121


sliding[2] yang mengakibatkan kerusakan Analisa Komposisi Kimia
pada komponen tersebut. Analisa komposisi kimia dilakukan
Pada penelitian ini, beberapa pengujian untuk mengetahui jenis material yang
dilakukan terpusat pada permukaan digunakan pada komponen katup, sehingga
patahan piringan katup buang (Gambar 3) kegagalan yang berawal dari kesalahan
dan analisa kandungan deposit di bagian penggunaan material dapat diketahui.
dasar piringan katup tersebut (Gambar 2b). Analisa ini dilakukan dengan alat
Hasil pengujian diharapkan dapat spektrometri OES (optical emission
menjawab penyebab kerusakan yang spectrometer) tipe ARL 3460 pada
terjadi pada komponen katup buang. material dasar piringan katup buang.
Sampel dipotong dengan mesin pemotong
METODA ANALISIS untuk mendapatkan ukuran 10x10 mm.
Permukaan sampel kemudian di ampelas
Beberapa pengujian yang akan kasar untuk membuang kotoran yang ada
dilakukan pada lapisan piringan komponen di permukaan material dasar katup buang.
katup buang adalah pengamatan visual Untuk daerah lapisan katup buang,
pada daerah yang rompal, analisa analisa dilakukan secara kualitatif dengan
komposisi kimia, metalografi, uji keras dan alat SEM-EDX merk JEOL JSM 6390 A.
fraktografi patahan pada piringan katup Sampel dipotong, kemudian permukaan
buang serta analisa deposit pada bagian sampel pada arah melintang atau tegak
dasar piringan katup buang. lurus komponen digerinda dengan kertas
amplas kasar dan halus, untuk kemudian
Makro Visual dilakukan pengujian. Hanya area lapisan
Makro visual dilakukan pada piringan katup buang yang akan dianalisa.
permukaan patahan pada piringan katup
buang seperti ditunjukkan pada Gambar 3
Fraktografi
di bawah ini.
Untuk melihat kecenderungan daerah
rompal merupakan kegagalan yang
disebabkan oleh fenomena lelah ataupun
keausan maka dilakukan pengujian SEM
pada permukaan daerah patahan tersebut.
Posisi pengambilan sampel seperti
ditunjukkan pada Gambar 3, dilakukan
pada sebagian permukaan patahan piringan
katup buang. Potongan sampel sebelumnya
dibersihkan dari kotoran dengan sikat gigi
secara hati-hati untuk menjaga keutuhan
(a) permukaan patahan tersebut.

Metalografi
Metalografi dilakukan pada potongan
melintang tegak lurus permukaan patahan
katup buang. Pengamatan dilakukan
dengan mikroskop optik metalografi merk
Olympus tipe PME. Sampel dipotong,
(b) digerinda dengan kertas amplas kasar dan
halus, kemudian dipoles dengan alumina
Gambar 3. (a) komponen katup buang yang rusak,
(b) daerah yang rompal pada lapisan piringan katup dan dietsa. Larutan etsa yang digunakan
buang. Penandaan dilakukan untuk pengujian adalah larutan Kalling’s [12].
metalografi dan SEM

122 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 119-128


Uji Kekerasan unsur pada deposit berwarna putih yang
Pengujian kekerasan dilakukan dengan menempel di bagian bawah.
alat uji keras mikro merk Shimadzu.
Pengujian kekerasan ini dilakukan secara HASIL DAN PEMBAHASAN
mikro pada posisi melintang tegak lurus
komponen dengan menggunakan metoda Karakteristik Material
Vickers dengan beban 200 kgf dan waktu Tabel 1 menunjukkan komposisi unsur
pembebanan 30 detik. Pengujian dilakukan pada material dasar piringan katup buang.
mulai dari area lapisan menuju ke area Piringan katup buang setelah dianalisa
material dasar piringan katup buang seperti merupakan baja cor austenitik paduan Cr-
ditunjukkan pada Gambar 4. Area Ni-Mn. Paduan ini sesuai untuk material
pengujian dilakukan di daerah piringan katup dengan fungsi unsur Mn untuk
katup buang yang masih utuh atau jauh menahan aus dan meningkatkan ketahanan
dari daerah yang rompal. Permukaan korosi, sedangkan penambahan Cr untuk
sampel yang akan diuji, dipersiapkan meningkatkan kekuatan pada temperatur
sesuai untuk pengujian metalografi. tinggi dan ketahanan korosi. Komposisi
paduan material dasar piringan katup
buang sesuai dengan standar JIS G 5122
dalam kelas SCH 17. Komposisi unsur
dalam standar tersebut adalah C=0,2%-
0,5%; Si= maks 2%; Mn= maks 3%; Ni=
8%-11%; Cr= 26%-30%; Mo=0,5% [13].

Tabel 1. Komposisi unsur dari material dasar


piringan katup buang
MAT ERIAL DASAR

Unsur C Si P Mn Ni Cr Mo Fe
Kadar
(% 0,33 0,72 0,02 2,75 8,57 28,34 0,18 Bal.
Berat)

Gambar 4. Pengujian kekerasan mikro diawali dari


daerah lapisan menuju material dasar piringan
katup buang seperti ditunjukkan anak panah
Tabel 2 menunjukkan komposisi unsur
secara kualitatif dari lapisan piringan katup
EDX buang. Hasil komposisi kimia pada lapisan
Analisa kualitatif dengan EDX (energy piringan katup buang adalah material tahan
piringan katup buang. Sebelum diobservasi aus berbasis kobalt dengan merk dagang
deposit ditaruh di permukaan perekat ST1 (Stellite) [2]. Tingginya kadar karbon,
karbon (carbon tape) yang menempel pada krom dan tungsten pada ST1 akan
pemegang sampel (stub holder) pada alat membentuk partikel-partikel karbida yang
SEM-EDX, selanjutnya dilakukan keras seperti karbida krom (M 7 C 3 ) dan
pengujian. Pengujian didasarkan pada karbida tungsten (M 6 C).
analisis spektrum radiasi sinar-X
karakteristik yang dipancarkan dari atom Tabel 2. Komposisi unsur dari lapisan piringan
katup buang
sampel pada iradiasi dengan berkas
elektron difokuskan dari SEM. Energi dari Unsur C Cr Mn Fe W Co
sinar-x digolongkan dalam suatu tebaran Kadar
energi spektrometer dan dapat digunakan (%
Berat)
2,67 30,31 0,94 8,6 10,46 Bal.
untuk identifikasi unsur-unsur dalam
sampel secara kualitatif.dispersive x-ray)
dilakukan untuk mengetahui kandungan

Analisa Kerusakan Lapisan…../ Ika Kartika | 123


Gambar 5 menunjukkan perbedaan dasar dari piringan katup buang yaitu
kekerasan yang cukup signifikan antara baja cor paduan Cr-Ni-Mn tahan
lapisan kobalt dan material dasar piringan temperatur tinggi (Gambar 7). Sebagai
katup buang. Tingginya kekerasan pada tambahan, pengamatan fraktografi pada
daerah lapisan menunjukkan adanya area material dasar dan lapisan piringan
karbida chrom M 7 C 3 dan karbida tungsten katup buang menunjukkan adanya
M 6 C pada lapisan tersebut. beberapa tahapan penjalaran retak (crack
propagation) yang dapat dikategorikan
material dasar sebagai patah lelah (fatigue). Akan tetapi
ciri-ciri lain dari patah lelah seperti
inisiasi retakan sudah terdegradasi oleh
partikel-partikel abrasif.
Gambar 8a menunjukkan perbesaran
area patahan material dasar piringan
katup buang (posisi 1-Gb. 7) dengan ciri
lapisan
adanya alur-alur retakan. Retakan pada
material dasar lebih banyak teramati
terjadi di dekat area yang masih
Gambar 5. Kekerasan pada lapisan dan material
mengandung lapisan kobalt. Alur-alur
dasar piringan katup buang retakan dan adanya retakan mikro
sepanjang batas butir (Gb. 8c)
Gambar 6a menunjukkan struktur mikro diperkirakan terjadi karena sisa-sisa
di area antara lapisan dan material dasar lapisan kobalt pada permukaan material
piringan katup buang. Teramati pada dasar menjadi partikel sangat keras yang
gambar 6a, batas butir pada material dasar menumbuk permukaan material dasar
piringan katup buang sudah terkorosi. saat katup buang terangkat dan kontak
Oksida-oksida yang dihasilkan dari dengan dudukan katup. Porositas juga
pembakaran tidak sempurna teramati sudah ditemukan pada permukaan patahan dari
merambat sepanjang batas butir di dasar material dasar piringan katup buang (Gb.
piringan katup buang. Gambar 6b 8b). Selain itu, seperti ditunjukkan
menunjukkan struktur mikro lapisan dengan jelas pada Gambar 8c,
piringan katup buang yang permukaan patahan telah mengalami
mengilustrasikan adanya presipitasi abrasi atau seperti terkikis oleh partikel
karbida M 7 C 3 dan M 6 C yang didukung keras dan halus.
dengan kekerasan yang tinggi (Gb.5).

Fraktografi
Hasil fraktografi dengan SEM pada
permukaan patahan di area lapisan
piringan katup buang ditunjukkan pada
Gambar 7-10. Gambar 7 menunjukkan
fraktografi permukaan patahan yang
akan diamati. Penandaan pada Gambar 7
bertujuan untuk membedakan jenis (a)
material pada area patahan dari lapisan
piringan katup buang. Garis putih
menandakan area patahan yang masih
mengandung material pelapis berupa
paduan berbasis kobalt, sedangkan area
diluar garis tersebut adalah material

124 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 119-128


ARAH PENGIKIS AN

RETAK MIKRO
(b)

Gambar 6. Struktur mikro piringan katup buang (c)


pada area; (a) lapisan dan material dasar, (b) lapisan
berupa paduan tahan aus berbasis cobalt. Etsa Gambar 8. Fraktografi hasil SEM material dasar
larutan Kalling’s piringan katup buang; (a) Perbesaran Gb.7 (area-1),
(b) Perbesaran dari area yang ditandai pada (a), dan
(c) Perbesaran dari area (b)

Gambar 9(a) menunjukkan perbesaran


LC
area patahan lapisan piringan katup buang
3 (area 2-Gb.7) dengan SEM. Jenis patahan
1 pada lapisan ini (Gb. 9a) menunjukkan
BASE MATERIAL
LAPISAN COBALT (LC) karakteristik yang berbeda bila
2 dibandingkan dengan jenis patahan pada
material dasar piringan katup buang (Gb.
8a). Fraktografi patahan pada Gambar 9
mencirikan retakan terjadi sepanjang batas
Gambar 7. Fraktografi hasil SEM pada piringan butir (intergranular cracking). Selain itu,
katup buang disebagian permukaan area rompal ukuran butir pada lapisan tersebut sangat
(sesuai Gb. 8a) halus (fine grain) dengan ukuran kira-kira
8µm (Gb. 9b). Ini menunjukkan material
lapisan piringan katup buang pada awalnya
berupa serbuk logam. Fenomena lain yang
terjadi pada lapisan tersebut seperti
ditunjukkan pada Gambar 10(a) adalah
adanya keausan (sliding) pada permukaan
patahan.

(a) ARAH PENGIKIS AN

POROSITAS

(a)

(b)

Analisa Kerusakan Lapisan…../ Ika Kartika | 125


buang dan dudukan katup. Kondisi di
atas dapat memicu terjadinya pengelasan
dingin (cold welding) di permukaan area
kontak atau adanya perpindahan
patahan-patahan kecil logam yang
langsung terlepas akibat kontak kedua
permukaan. Patahan-patahan kecil logam
tersebut akan berpindah-pindah dari satu
permukaan ke permukaan lain dan
menyebabkan deformasi pada
(b) permukaan lapisan katup buang.
Mekanisme lain terjadinya fenomena
Gambar 9. Fraktografi hasil SEM pada lapisan sliding wear pada lapisan katup buang
piringan katup buang; (a) perbesaran pada gambar.
7 (area 2), dan (b) perbesaran area (a) adalah ketika temperatur permukaan
katup buang meningkat akibat
lingkungan sekitar atau tingginya faktor
gesekan. Oksida akan tumbuh di
permukaan dengan cepat seiring
bertambahnya temperatur, oksida ini
dikenal dengan istilah oksida kaca (oxide
glazes). Oksida kaca ini sangat halus,
mudah berpindah, terbentuk dari
kotoran-kotoran oksida (oxide debris).
Pada kondisi kasus kerusakan katup
SLIDING
buang pada penelitian ini, oksida karbon
dan sulfida menempel pada permukaan
(a) area kontak dan menjadi sangat abrasif.
Mekanisme lain yang mencirikan
terjadinya fenomena sliding wear pada
penelitian ini adalah patah lelah
(fatigue).
ARAH PENGIKIS AN Gambar 11 dan Tabel 3 menunjukkan
lokasi dan kandungan unsur hasil
pengujian EDX dari deposit yang
menempel pada material dasar piringan
katup buang.

Gambar 10. Fraktografi hasil SEM pada lapisan 1


piringan katup buang ; (a) perbesaran area 3-Gb.7,
dan (b) perbesaran area (a)

Sliding pada permukaan patahan


lapisan kobalt menunjukkan adanya
fenomena sliding wear [2]. Fenomena
sliding wear pada paduan kobalt dalam
penelitian ini terjadi karena beberapa 2
mekanisme seperti adanya gabungan
antara tegangan kontak yang tinggi dan Gambar 11. Pengujian EDX dari deposit yang
lapisan oksida di area pertemuan katup menempel pada bagian bawah piringan katup
buang dilakukan pada lokasi 1 dan 2

126 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 119-128


Unsur kalsium pada kandungan
deposit (Tabel 3) dihasilkan dari oli atau
pelumas yang berfungsi untuk
menurunkan titik cair dari garam-garam
oksida hasil pembakaran. Unsur- unsur
lain pemicu terjadinya lapisan oksida
adalah C, O dan P dan bersifat korosif.
Gambar 12 menunjukkan hasil SEM
pada area antara lapisan dan material
dasar piringan katup buang. Gambar 12b
memperlihatkan adanya kerusakan pada (b)
batas butir akibat adanya lapisan oksida
di bagian bawah material dasar piringan
katup buang. Lapisan oksida tersebut
terlihat telah berdifusi secara mikro
sepanjang batas butir seperti terlihat jelas
dalam Gambar 12c. Peristiwa tersebut
mengakibatkan korosi sepanjang batas
butir dan butiran lambat laun akan
rontok dan terjadi kerusakan pada dasar
piringan katup buang.

Tabel 3. Kandungan unsur pada deposit di


bagian dasar piringan katup buang (c)

Gambar 12. (a) Hasil SEM antara area lapisan dan


MASS (%) material dasar piringan katup buang, (b) Perbesaran
UNSUR LOKASI 1 LOKASI 2 area (a), (c) Korosi sepanjang batas butir pada
C 56,20 45,78 material dasar. Etsa larutan Kalling’s
O 14,69 18,07
P 7,25 9,97 KESIMPULAN
Ca 10,70 18,66
Zn 11,16 7,51 Kerusakan pada piringan katup buang
adalah keausan atau dikenal dengan
fenomena sliding wear. Kronologis
kerusakan pada lapisan piringan katup
buang terjadi dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Adanya lapisan oksida atau kotoran
(oxide debris) yang diduga
dihasilkan dari bahan bakar atau sisa
pembakaran yang tidak sempurna,
dipicu oleh peningkatan temperatur
saat proses pembakaran yang akan
menghasilkan partikel-partikel
(a)
oksida yang halus dan keras (oxide
glazes).
2. Ketika lapisan piringan katup buang
terangkat dan bergesekan dengan
dudukan katup, partikel-partikel
oxide glazes tersebut menimbulkan
tegangan kontak yang tinggi dan

Analisa Kerusakan Lapisan…../ Ika Kartika | 127


menjadi sangat abrasif terhadap [7] A.S.C. d’Oliveira, R. Vilar and C. G.
permukaan material kontak. Feder. 2002. ,,High Temperature
3. Kondisi di atas terjadi secara Behavior Transferred Arc and Laser
periodik dan berulang sehingga Co-based Alloy Coatings”, Applied
mengakibatkan adanya siklus Surface Science : 201, 154-160,
tegangan. Oleh karenanya area dari North Holland.
lapisan yang sudah tidak mampu [8] Cara Kerja Mesin Diesel,
lagi menahan beban mengalami (http://nanozr.co.id/article/cara-
rompal karena patah lelah, yang kerja-mesin-diesel, diakses 20
dimulai dari proses pertumbuhan November 2010).
dan penjalaran retak pada [9] Nurten Vardar, Ahmet Ekerim.
kedalaman tertentu. 2010. ,,Investigation of Exhaust
Valve Failure in Heavy Duty Diesel
DAFTAR PUSTAKA Engine”, Gazi University Journal of
Science: 23 (4), 493-499, Turkey.
[1] Larry Carley. 2005 “Valve Selection: [10] Ravindra Prasad, N.K. Samria. 1989.
Hot Valve Materials for Hot ,,Heat Transfer and Stress Fields in
Engine”,(http://www.enginebuilderm the Inlet and Exhaust Valve of a
ag.com, diakses 21 Juni 2011). Semi Adiabatic Diesel Engine”,
[2] ASM Handbook : 2. 1990. Journal Computers and Structures :
Properties and Selection: Nonferrous 34 (5),765-777, Great Britain.
Alloys and Special-Purpose [11] Nanda, S.K., Roskilly A.P. 2003.
Materials, USA. ,,Exhaust Valve Failure under
[3] Y.H. Xiang, B.S. Xu, Y.H. Lv, D Residual Fuel Operations”, Journal
Xia. 2008. ,,Technical Study of of Marine Design and Operations :
Exhaust Valve Overlaying Based on 23-28 University of Newcastle Upon
Micro Plasma Arc Welding”, Key Tyne.
Engineering Materials: 373-374, [12] ASM Handbook : 9. 1985.
330-333, Switzerland. Metallography and Microstructure,
[4] M. Zhong, W. Liu, K. Yao, J.C. USA.
Goussain, C. Mayer an A. Becker. [13] JIS Handbook. 2004. Heat
2002. ,,Microstructural Evolution in Treatment, Japanese Standard
High Power Laser Cladding of Association.
Stellite 6+WC layers”, Surface and
Coatings Technology : 157, 128-137,
RIWAYAT PENULIS
Amsterdam.
[5] Y.Yang. 1999. ,,Microstructure and
Ika Kartika, lahir di Bandung.
Properties of Laser Clad High
Menamatkan S1 di Jurusan Teknik
Temperature Wear Resistant Alloy”,
Metalurgi UNJANI Bandung tahun 1996.
Applied Surface Science : 140, 19-
Menamatkan S2 di Jurusan Teknik
23, North Holland.
Material ITB pada tahun 2006 dan S3 di
[6] Y. Yang, H.C. Man. 2000. ,,
Jurusan Material Processing, Institute for
Microstructure Evolution of Laser
Materials Research, Tohoku University,
Clad Layers of W-C-Co Alloy
Sendai, Japan lulus pada tahun 2010.
Powders”, Surface and Coatings
Bekerja sebagai Peneliti di Puslit
Technology : 132, 130-136,
Metalurgi-LIPI sejak Maret 1998.
Amsterdam.

128 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 119-128


Indeks Penulis

A I
Andika WP 163 Ika Kartika 119, 155
Irma Suparto 163
B
Bambang Sriyono 129 L
Bintang Adjiantoro 153 Lusiana 147
Budi Priyono 119
P
C Pius Sebleku 139
Cahyo Sutowo 119

S
E Saefudin 115
Eddy P. Utomo 119 Sigit DY 147
Edi Herianto 147 Silmi Mariya 163
Sulistioso GS 163
F
Fatayalkadri Citrawati 129 T
T. Arini 119

Indeks |
| Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188
Indeks
Kawat superkonduktor 139, 140, 142,
A 143
Aniling 129, 130, 131, 132, 133, 134, Korosi 119, 120, 121, 123, 124, 127,
135, 136, 137, 138 154, 163, 164, 165, 166, 167
Annealing 129 Kultur sel endotel CPAE 163, 164, 165,
Al-17Mg-1Si alloy 155 166, 167

B L
Baja tahan karat feritik 129, 130, 137 Lapisan piringan katup buang 119, 120,
121, 122, 123, 124, 125, 126, 127
C
CaMnO 3 147, 148, 149, 150, 151, 152, M
153, 154 Material tahan aus berbasis kobalt 119,
Cracking 125, 155 123
Co-Cr-Mo 163, 164, 165, 167 MRI 121, 128, 129, 130
Cu-Nb-Sn 139, 140, 144 Mg2Si eutectic phase 155
Corrosion 121, 138, 163, 167

N
E Nb-Sn 139, 140, 141, 143, 144
Energi 120, 123, 147, 148 NMR 139, 140
Energy 123, 147 n- type 147
Exhaust valve plate 119
Endothelial cell culture CPAE 163
O
Oksidasi 121, 129, 131, 133, 135, 137,
F 143, 165
Fasa eutektik Mg 2 Si 155, 160 Oxidation 129, 138
Fenomena sliding wear 119, 126, 127
Fatigue fracture 119
Ferritic stainless steel 129, 138 P
Paduan Al-17Mg-1Si 155, 156, 158, 159
Patah lelah. 119, 124, 126, 128
H Perlakuan panas 129
High temperature 128, 129, 138, 139 Proses pembekuan cepat dengan twin roll
Heat treatment 128, 129, 142, 144 pengecor 155, 156, 158, 159
Hot shortness 155

R
I Rapuh panas 155
Internal tin 139, 140, 143 Retak 119, 121, 124, 125, 128, 155, 156,
In vitro toxicity 163 157, 158, 159, 160, 161
Rapid solidification process by twin roll
caster 155
K
Indeks |
Toksisitas in vitro 163
S Type-n 147, 153
Sliding wear phenomena 119 Thermoelectric 147, 148, 154
Superconductor wire 139, 145

W
T Wear resistant material of cobalt base alloy
Temperatur tinggi 119, 120, 123, 124, 119
129, 130
Thermoelectrik 147

| Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188


LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
PUSAT PENELITIAN METALURGI
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553

PANDUAN BAGI PENULIS

1. Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah
Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau
softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah
diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.
2. Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya
setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi,
font 12.
3. Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk
hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman
harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman
4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan
judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis
dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa
Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.
5. Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,
Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan,
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat
Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan
informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font
12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :
PENDAHULUAN
PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.
6. Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa
Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi
dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :
• Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang
• Metoda yang Digunakan
• Ringkasan Hasil
• Kesimpulan
7. Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :
• Masalah dan Ruang Lingkup
• Status Ilmiah dewasa ini
• Hipotesis
• Cara Pendekatan yang Diharapkan
• Hasil yang Diharapkan
8. Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah-
langkah percobaan yang dilakukan.
9. Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :
• Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi
keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel,
rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak
diberi tanda titik .
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
PUSAT PENELITIAN METALURGI
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553

PANDUAN BAGI PENULIS

Contoh : Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L


Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1
spasi, format “in line with text”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi
tanda titik.
Contoh : Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L
• Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan
konsep dasar dan atau hipotesis
• Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya
• Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan
10. Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :
• Esensi hasil litbang
Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh
11. Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau
internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional
(SI)
12. Kutipan atau Sitasi
• Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)
sesuai urutan.
• Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung
siku dan tidak ditebalkan (bold).
• Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.
• Tidak perlu memakai catatan kaki.
• Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.
Contoh: Struktur mikro baja SS 316L[2].
13. Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar
pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari
pustaka sebagai berikut :
1. Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang
dibalik) :
[1] Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk
Identifikasi. Jakarta : LIPI Press.
[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta :
Rineka Cipta.
2. Buku dengan tiga pengarang atau lebih
[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004. Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia.
Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.
3. Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.
[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005. Pemberdayaan UKM melalui Program
Iptekda LIPI, Jakarta : LIPI Press.
4. Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.
[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kamus Besar bahasa
Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
PUSAT PENELITIAN METALURGI
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553

PANDUAN BAGI PENULIS

5. Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)


[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di
Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik.: 67-76 Jakarta.
6. Artikel dari bunga rampai
[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”.
Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.), Sejarah dan Dialog Peradaban. Jakarta : LIPI Press.
7. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

8. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan


[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
9. Tulisan Bersumber dari Internet
[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.
(http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1291, diakses 14 Januari
2007)
14. Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari
ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.
15. Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali
kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya
disebabkan oleh format atau cara penyajian.
16. Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.
17. Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah
satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.

Serpong, 8 Juni 2009


Redaksi Majalah Metalurgi

Anda mungkin juga menyukai