Anda di halaman 1dari 12

Laporan Studi Kelayakan

PT Kaltim Prima Coal


Kalimantan Timur Sangatta, Indonesia

Nama : Muhammad Amin Fadhli ( 03071381621047 )


Reynald Aditama Putra ( 03071381621049 )
Erlangga Kurniawan ( 03071381621052 )
Mahlan Bagiaro ( 03071381621054 )
Muhammad Fani Hasan ( 03071381621056 )

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi batu bara di Provinsi Kalimantan Timur khusus yang dihasilkan dari
perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada 2017 mencapai 82,87 juta ton.
Kinerja ini mengalami kenaikan dibandingkan produk tahun sebelumnya yang tercatat 74,17
ton.Produksi pada 2017 yang sebanyak 82,87 juta ton tersebut merupakan angka sementara
karena masih ada beberapa perusahaan pemegang IUP yang belum melaporkan rincian
produksinya. Alhasil, masih ada kemungkinan jumlah produksinya akan mengalami
penambahan.
Untuk jumlah rata-rata produksi batu bara di Kaltim, lanjutnya, berada pada kisaran
200 juta ton per tahun, namun untuk produksi dari perusahaan pemegang PKP2B belum
diketahui karena hingga saat ini laporannya masih dalam proses.
Produksi batu bara pada 2017 yang sebanyak itu dihasilkan dari ratusan perusahaan
pemegang IUP yang tersebar di enam kabupaten/kota yang tersebar di Provinsi Kaltim.
Perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara antara lain PT Kaltim
Batu Manunggal memproduksi 247,57 ribu ton, PT Fajar Sakti Prima memproduksi 2,09 juta
ton, PT Wilarco Subur Jaya 2 memproduksi 1,44 juta ton, PT Bara Kumala Sakti 1,02 juta
ton, PT Sinar Kumala Naga 404,92 ribu ton, PT Adimitra Bara Nusantara memproduksi
sebanyak 3,45 juta ton, PT Multi Sarana Avindo memproduksi 3,44 juta ton.
Berikutnya adalah produksi batu bara dari perusahaan yang beroperasi di Kabupaten
Kutai Barat, antara lain PT Gunung Bara Utama yang pada 2017 memproduksi 103,29 ribu
ton, PT Bangun Olah Sarana Sukses 130,92 ribu ton, PT Kedap Sayang memproduksi 397,73
ribu ton, PT Bumi Enggang Katulistiwa 69,62 ribu ton, PT David Bumi Perkasa 71,15 ribu
ton.
Kemudian perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Berau antara lain PT Supra
Bara Energi memproduksi 1,06 juta ton, PT Berau Usaha Mandiri sebanyak 1,8 juta ton, PT
Berau Bara Abadi memproduksi 547,87 ribu ton, PT Rantau Panjang 2,26 juta ton, PT Kaltim
Jaya Bara 2,07 juta ton, dan PT Lati Tanjung Harapan memproduksi 858,01 ribu ton

2
1.2 Tujuan
1. Pertambangan batubara di Kalimantan Timur dan Membuat model konseptual investasi
pada industri pertambangan batubara , sehingga memiliki nilai kelayakan untuk dijalankan
dengan syarat dan kondisi tertentu.
2. Menganalisis faktor teknis dan non-teknis yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai
metode utuk perizinan lokasi pertambangan. .
3. Membuat strategi untuk menghadapi persaingan pasar internasional.

1.3 Manfaat
1. Dapat memberikan data atau informasi awal bagaimana optimalisasi batubara yang
memiliki nilai kalori rendah untuk meningkatkan harga jual batubara tersebut.
2 Dapat digunakan sebagai salah satu model investasi yang sesuai dengan kriteria kelayakan
industri pertambangan batubara .

1.4 Metode Penelitian


Sebagai dasar atau acuan nilai tukar valuta domestik terhadap valuta asing. Spot Rate
terdiri dari USD-IDR yang merupakan data harian. Skala pengukuran yang digunakan dalam
Spot Rate adalah skala rasio. Pengumpulan data dilakukan dengan mengacu pada laporan
keuangan dari perusahaan PT. Kaltim Prima Coal

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Konseptual

Batubara adalah fosil dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami perubahan kimia akibat
tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama. Komposisi penyusun batu bara terdiri
dari campuran hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga
mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang. Batu bara diklasifikasikan
menurut kadar kandungan karbon yang ada di dalamnya, yaitu berturut-turut makin besar
kadarnya lignite, bitumen, dan antrasit.. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen. Studi kelayakan bisnis dengan aspek pasar, aspek teknis atau oprasi, aspek
menejemen dan sumberdaya, aspek hokum, aspek ekonomi, aspek dampak lingkungan dan
aspek keuangan. Studi kelayakan selain merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus
dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP Operasi Produksi. Sesungguhnya apabila
dipahami secara benar, studi kelayakan merupakan dokumen penting yang berguna bagi
berbagai pihak, khususnya bagi pelaku usaha, pemerintah, dan investor atau perbankan.

Dengan demikian, dokumen studi kelayakan bukan hanya seonggok tumpukan kertas
yang di dalamnya memuat konsep, perhitungan angka-angka dan gambar-gambar semata,
tetapi merupakan dokumen yang sangat berguna bagi manajemen dalam mengambil
keputusan strategik apakah rencana tambang tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak.
Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:

1. Aspek kajian teknis, meliputi:

1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan;
2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam menentukan
pilihan sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah, atau
campuran. Dalam perencanaan sistem penambangan dilakukan juga kajian aspek
teknis lainnya, meliputi:
o Kajian geoteknik dan hidrologi;

4
o Kajian pemilihan jenis dan kapasitas slat produksi;
o Proyeksi produksi tambang dan umur tambang;
o Jadwal penambangan, berkaitan dengan sistem shift kerja;
o Tata letak sarana utama dan sarana penunjang;
o Penyediaan infrastukturtambang, meliputi pembuatan kantor, perumahan,
jalan, dan lain-lain,
3. Kajian pemilihan sistem pengolahan bahan galian.

2. Aspek kajian nonteknis, meliputi:

1. Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait aspek ketenagakerjaan, aturan K3,


sistem perpajakan dan retribusi, aturan administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan
lain-lain;
2. Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian
aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku dan kebiasaan masyarakat setempat.
3. Kajian pasar Berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari karakteristik
pasar, potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis terhadap kebutuhan pasar dan
supply yang telah berjalan, maupun dari analisis substitusi produk). Selain itu hal
yang paling penting adalah karakteristik dan standarisasi produk di pasaran.

4. Kajian kelayakan ekonomis Adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis, berupa


estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara
umum, metode pendekatan dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value
(NPV), Benefit Cos Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period.

5. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL dan UKL-UPL. Kajian lingkungan


untuk industri pertambangan merupakan kegiatan yang wajib AMDAL, karena baik
dari sisi intensitas, ruang lingkup kegiatan, maupun dari sisi operasional dan
pengolahan bahan galian merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan
dampak serius terhadap lingkungan.

2.2 Kegiatan Penambangan


Penambangan Batubara dilakukan dengan metode dan alat yang berbeda
yang bergantung pada kondisi batubara. Batubara dengan geometri cenderung vertical

5
akan membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan batubara dengan
geometri yang cenderung horizontal, jadwal penambangan disesuaikan dengan kondisi
pasar batubara sehingga cadangan batubara dapat terjaga dan kondisi harga dapat tetap
stabil.

2.3 Investasi dan Valuasi Ekonomi


Investasi dibidang batubara Kinerja produksi Perseroan yang optimal dicapai
dengan meningkatkan efisiensi biaya seiring dengan perkembangan permintaan dan
volatilitas harga di pasar domestik maupun global. Dari pengamatan Dewan Komisaris,
batubara sebagai salah satu komoditas strategis memang akan selalu mengalami siklus
perubahan harga yang dinamis.

Gambar 1. Distribusi Batubara


Dalam 3 (tiga) tahun terakhir harga batubara acuan (“HBA”) mengalami penurunan
yang cukup tajam dan mencapai harga terendahnya pada pertengahan tahun 2016, yaitu
sebesar USD 51,45 di bulan Maret 2016.
Pada awal Januari 2016, HBA mengalami penurunan sebesar 16%
dibandingkan HBA di periode yang sama tahun 2015, yaitu dari USD64 ke USD53,36.
Melihat tren HBA yang turun di tahun 2015, maka manajemen Perseroan memasuki
tahun 2016 dengan asumsi bahwa HBA akan tetap menurun. Oleh karena itu, manajemen
Perseroan mempersiapkan banyak program cost reduction untuk mengantisipasi hal
tersebut. Sampai dengan akhir semester pertama 2016, HBA masih tetap bertahan di
kisaran USD50 – USD52 per ton dan baru mulai mengalami peningkatan yang cukup
signifikan pada kuartal keempat 2016 menjadi sebesar USD69,07, yaitu pada bulan

6
Oktober 2016. Pada bulan Desember 2016, HBA semakin menguat dan ditutup pada
harga USD101,69/ton.

Salah satu pemicu kenaikan ini adalah kebijakan Tiongkok dalam memangkas
produksi domestiknya, melalui kebijakan pengurangan jam kerja produksi serta larangan
pemberian izin bagi tambang baru hingga tahun 2019. Hal ini meningkatkan kebutuhan
konsumen di Tiongkok akan batubara impor.

7
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pembahasan
Rencana produksi Perseroan di tahun 2016 turut terpengaruh dengan situasi fluktuasi
Harga Batubara Acuan yang menurun. Perubahan cuaca yang ekstrim juga mempengaruhi
produksi Perseroan, khususnya pada kuartal keempat 2016. Namun demikian, secara umum
Perseroan tetap dapat menghasilkan total volume produksi sebesar 3,6 juta ton hingga akhir
tahun 2016, sedikit menurun sebesar 13,32% dari total produksi 4,1 juta ton di tahun 2015.
Pada tahun 2016, Perseroan memfokuskan aktivitas operasinya melalui strategi kebijakan
cost efficiency, baik secara internal maupun eksternal. Di dalam strategi cost efficiency
tersebut, Perseroan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap biaya–biaya internal,
sementara secara eksternal dan intensif, Perseroan melakukan renegosiasi dengan kontraktor–
kontraktor Perseroan, baik kontraktor pertambangan maupun kontraktor hauling.
Efisiensi operasional tambang di tahun 2016 menghasilkan penurunan mining cost per
ton sebesar 8,82% (delapan koma delapan puluh dua persen) dibandingkan tahun lalu. Nilai
tersebut, salah satunya, dicapai melalui negosiasi terkait dengan tarif-tarif barang dan jasa
dari pihak-pihak ketiga yang terkait dengan proses produksi batubara Perseroan di awal tahun
2016. Proses negosiasi antara Perseroan dan pihak-pihak ketiga tersebut didasarkan pada
itikad baik untuk menemukan win-win solution sehingga kedua belah pihak dapat bertahan
mengingat rendahnya harga batubara pada awal tahun 2016. Hasil proses negosiasi yang
dilakukan dengan sub-kontraktor tambang akhirnya menghasilkan rata-rata 5% (lima persen)
penurunan tarif dan untuk subkontraktor hauling menghasilkan penurunan biaya rata-rata
sebesar 11% (sebelas persen) dibanding tahun 2015. Di tahun 2016, Perseroan juga
memusatkan aktivitas penghancuran batubara hanya pada 1 (satu) lokasi saja, yaitu di Muara
Bengalun sehingga biaya operasional per ton terkait proses ini dapat dikurangi hingga 18%
(delapan belas persen) dari tahun sebelumnya.
Strategi yang dijalankan ini juga bertujuan untuk menyeimbangkan antara harga jual-
beli batubara yang kurang kondusif, dengan beban biaya yang akan ditanggung Perseroan.
Hasilnya dapat dilihat pada sisi kinerja keuangan, beberapa indikator mengalami penurunan,
di antaranya adalah biaya pokok penjualan per ton yang turun 11,03%, dari USD35,46 di
tahun 2015 menjadi USD31,55 di tahun 2016. Total operating cash cost per ton turun sebesar
6,98% menjadi USD38,39 dari USD41,27 di tahun 2015. Sementara, marjin operasional
tahun 2016 dapat mengimbangi pencapaian di 2015 dengan penurunan sebesar 2,32%, dari
8
21,64% di tahun lalu menjadi 19,31% di tahun 2016. Hal ini terjadi akibat penurunan harga
jual rata-rata dari USD54,59/ ton di tahun 2015 menjadi USD49,54/ton di tahun 2016 atau
turun sebesar 9,26%. Total aset Perseroan pada tahun 2016 berhasil mencapai USD116,3 juta
yang naik 6,6% dari total aset sebesar USD109,2 juta di tahun 2015. Aset lancar Perseroan
mencapai USD76,5 juta pada tahun 2016 atau mengalami naik 11,6% dari jumlah aset lancar
pada tahun 2015 sebesar USD68,6 juta. Peningkatan aset lancar Perseroan disebabkan oleh
kenaikan kas dan setara kas. Namun, aset tidak lancar menurun dari USD40,5 juta di tahun
2015 menjadi sekitar USD39,8 juta pada tahun 2016. Penurunan ini disebabkan oleh
rendahnya belanja modal Perseroan dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba kotor Perseroan pada 2016 tercatat sekitar USD 67,96 juta, turun sebesar 11,5%
dibandingkan laba kotor tahun 2015 sekitar USD76,78 juta. Penurunan laba kotor Perseroan
dan BDMS disebabkan oleh menurunnya volume penjualan serta harga rata-rata jual-beli
batubara. Laba tahun berjalan Perseroan mencapai USD27,1 juta, turun sebesar 21,8%
dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat sebesar USD34,7 juta. Penurunan ini
disebabkan oleh menurunnya volume penjualan serta harga rata-rata jual-beli batubara Pada
tahun 2016, laba per saham Perseroan mengalami penurunan 21,4% dari USD0,028 di tahun
2015 menjadi USD0,022, yang disebabkan oleh menurunnya laba tahun berjalan Perseroan.
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan mencapai USD10,4 juta, turun
3,2% dibanding kas bersih yang diterima dari aktivitas pendanaan tahun 2015 sekitar
USD10,7 juta. Penurunan ini sebagian besar akibat menurunnya pembayaran hutang bank
dan hutang pembiayaan. Perseroan telah merealisasikan investasi barang modal dan Selain
investasi barang modal, Perseroan selama tahun 2016 juga telah melakukan investasi untuk
ekspansi usaha sebesar Rp9,4 milyar, Strategi keuangan Perseroan di 2016 difokuskan pada
pengelolaan dana secara berhati-hati melalui efisiensi biaya sambil mengoptimalkan sumber
daya yang ada, mengingat situasi industri yang belum stabil. Kebijakan investasi Perseroan
diarahkan pada pemenuhan sasaran jangka panjang untuk peningkatan pertumbuhan. Jenis
investasi barang modal yang dilakukan terutama untuk pengembangan ekspansi usaha ke
industri sumber daya mineral terbarukan yang lebih prospektif.
Dalam jangka panjang, Perseroan memandang batubara masih menjadi komoditas
sumber energi yang paling murah dan tetap memiliki prospek yang baik. Apalagi, saat ini
Pemerintah juga sedang menjalankan program pembangunan pembangkit listrik tambahan
berkapasitas 35.000 MW yang sudah dimulai sejak Mei 2015. Selain itu, kami yakin bahwa
prospek usaha Perseroan masih memiliki peluang yang sangat besar untuk pasar dalam

9
negeri, maupun untuk pasar internasional yang masih menunjukkan peningkatan permintaan,
terutama untuk batubara berkualitas medium CV (low ash - low sulfur).
Di samping mempertahankan strategi cost efficiency dan continuous improvement di
segala sisi usaha, Perseroan juga telah mulai memfokuskan usahanya ke arah sustainability,
baik melalui upaya ekspansi bisnis baru yang masih berhubungan dengan penyediaan sumber
daya minxeral terbarukan maupun melalui akuisisi aset-aset tambang lain jika
memungkinkan. Perseroan mampu memperoleh marjin keuntungan sebesar 14,49%
dibandingkan dengan marjin keuntungan tahun 2015 sebesar 15,82%.

10
BAB IV
KESIMPULAN

1. PT. Kaltim Prima Coal adalah perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur
dengan nilai laba usaha tahun 2016 adalah 40.147.130 $, dan nilai asset 349.340.000
$.
2. Distribusi pengiriman batubara dari lokasi tambang hingga sampai pada konsumen
mempengaruhi struktur biaya oprasional.
3. Volume produksi tahun 2016 sebesar 3,6 juta ton, sedikit menurun sebesar 13,32%
dari total produksi 4,1 juta ton di tahun 2015.
4. Aktivitas penghancuran batubara hanya pada 1 (satu) lokasi saja, yaitu di Muara
Bengalun sehingga biaya operasional per ton terkait proses ini dapat dikurangi hingga
18% (delapan belas persen) dari tahun sebelumnya.

11
12

Anda mungkin juga menyukai