1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Tujuan
1. Pertambangan batubara di Kalimantan Timur dan Membuat model konseptual investasi
pada industri pertambangan batubara , sehingga memiliki nilai kelayakan untuk dijalankan
dengan syarat dan kondisi tertentu.
2. Menganalisis faktor teknis dan non-teknis yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai
metode utuk perizinan lokasi pertambangan. .
3. Membuat strategi untuk menghadapi persaingan pasar internasional.
1.3 Manfaat
1. Dapat memberikan data atau informasi awal bagaimana optimalisasi batubara yang
memiliki nilai kalori rendah untuk meningkatkan harga jual batubara tersebut.
2 Dapat digunakan sebagai salah satu model investasi yang sesuai dengan kriteria kelayakan
industri pertambangan batubara .
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batubara adalah fosil dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami perubahan kimia akibat
tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama. Komposisi penyusun batu bara terdiri
dari campuran hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga
mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang. Batu bara diklasifikasikan
menurut kadar kandungan karbon yang ada di dalamnya, yaitu berturut-turut makin besar
kadarnya lignite, bitumen, dan antrasit.. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen. Studi kelayakan bisnis dengan aspek pasar, aspek teknis atau oprasi, aspek
menejemen dan sumberdaya, aspek hokum, aspek ekonomi, aspek dampak lingkungan dan
aspek keuangan. Studi kelayakan selain merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus
dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP Operasi Produksi. Sesungguhnya apabila
dipahami secara benar, studi kelayakan merupakan dokumen penting yang berguna bagi
berbagai pihak, khususnya bagi pelaku usaha, pemerintah, dan investor atau perbankan.
Dengan demikian, dokumen studi kelayakan bukan hanya seonggok tumpukan kertas
yang di dalamnya memuat konsep, perhitungan angka-angka dan gambar-gambar semata,
tetapi merupakan dokumen yang sangat berguna bagi manajemen dalam mengambil
keputusan strategik apakah rencana tambang tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak.
Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:
1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan;
2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam menentukan
pilihan sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah, atau
campuran. Dalam perencanaan sistem penambangan dilakukan juga kajian aspek
teknis lainnya, meliputi:
o Kajian geoteknik dan hidrologi;
4
o Kajian pemilihan jenis dan kapasitas slat produksi;
o Proyeksi produksi tambang dan umur tambang;
o Jadwal penambangan, berkaitan dengan sistem shift kerja;
o Tata letak sarana utama dan sarana penunjang;
o Penyediaan infrastukturtambang, meliputi pembuatan kantor, perumahan,
jalan, dan lain-lain,
3. Kajian pemilihan sistem pengolahan bahan galian.
5
akan membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan batubara dengan
geometri yang cenderung horizontal, jadwal penambangan disesuaikan dengan kondisi
pasar batubara sehingga cadangan batubara dapat terjaga dan kondisi harga dapat tetap
stabil.
6
Oktober 2016. Pada bulan Desember 2016, HBA semakin menguat dan ditutup pada
harga USD101,69/ton.
Salah satu pemicu kenaikan ini adalah kebijakan Tiongkok dalam memangkas
produksi domestiknya, melalui kebijakan pengurangan jam kerja produksi serta larangan
pemberian izin bagi tambang baru hingga tahun 2019. Hal ini meningkatkan kebutuhan
konsumen di Tiongkok akan batubara impor.
7
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembahasan
Rencana produksi Perseroan di tahun 2016 turut terpengaruh dengan situasi fluktuasi
Harga Batubara Acuan yang menurun. Perubahan cuaca yang ekstrim juga mempengaruhi
produksi Perseroan, khususnya pada kuartal keempat 2016. Namun demikian, secara umum
Perseroan tetap dapat menghasilkan total volume produksi sebesar 3,6 juta ton hingga akhir
tahun 2016, sedikit menurun sebesar 13,32% dari total produksi 4,1 juta ton di tahun 2015.
Pada tahun 2016, Perseroan memfokuskan aktivitas operasinya melalui strategi kebijakan
cost efficiency, baik secara internal maupun eksternal. Di dalam strategi cost efficiency
tersebut, Perseroan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap biaya–biaya internal,
sementara secara eksternal dan intensif, Perseroan melakukan renegosiasi dengan kontraktor–
kontraktor Perseroan, baik kontraktor pertambangan maupun kontraktor hauling.
Efisiensi operasional tambang di tahun 2016 menghasilkan penurunan mining cost per
ton sebesar 8,82% (delapan koma delapan puluh dua persen) dibandingkan tahun lalu. Nilai
tersebut, salah satunya, dicapai melalui negosiasi terkait dengan tarif-tarif barang dan jasa
dari pihak-pihak ketiga yang terkait dengan proses produksi batubara Perseroan di awal tahun
2016. Proses negosiasi antara Perseroan dan pihak-pihak ketiga tersebut didasarkan pada
itikad baik untuk menemukan win-win solution sehingga kedua belah pihak dapat bertahan
mengingat rendahnya harga batubara pada awal tahun 2016. Hasil proses negosiasi yang
dilakukan dengan sub-kontraktor tambang akhirnya menghasilkan rata-rata 5% (lima persen)
penurunan tarif dan untuk subkontraktor hauling menghasilkan penurunan biaya rata-rata
sebesar 11% (sebelas persen) dibanding tahun 2015. Di tahun 2016, Perseroan juga
memusatkan aktivitas penghancuran batubara hanya pada 1 (satu) lokasi saja, yaitu di Muara
Bengalun sehingga biaya operasional per ton terkait proses ini dapat dikurangi hingga 18%
(delapan belas persen) dari tahun sebelumnya.
Strategi yang dijalankan ini juga bertujuan untuk menyeimbangkan antara harga jual-
beli batubara yang kurang kondusif, dengan beban biaya yang akan ditanggung Perseroan.
Hasilnya dapat dilihat pada sisi kinerja keuangan, beberapa indikator mengalami penurunan,
di antaranya adalah biaya pokok penjualan per ton yang turun 11,03%, dari USD35,46 di
tahun 2015 menjadi USD31,55 di tahun 2016. Total operating cash cost per ton turun sebesar
6,98% menjadi USD38,39 dari USD41,27 di tahun 2015. Sementara, marjin operasional
tahun 2016 dapat mengimbangi pencapaian di 2015 dengan penurunan sebesar 2,32%, dari
8
21,64% di tahun lalu menjadi 19,31% di tahun 2016. Hal ini terjadi akibat penurunan harga
jual rata-rata dari USD54,59/ ton di tahun 2015 menjadi USD49,54/ton di tahun 2016 atau
turun sebesar 9,26%. Total aset Perseroan pada tahun 2016 berhasil mencapai USD116,3 juta
yang naik 6,6% dari total aset sebesar USD109,2 juta di tahun 2015. Aset lancar Perseroan
mencapai USD76,5 juta pada tahun 2016 atau mengalami naik 11,6% dari jumlah aset lancar
pada tahun 2015 sebesar USD68,6 juta. Peningkatan aset lancar Perseroan disebabkan oleh
kenaikan kas dan setara kas. Namun, aset tidak lancar menurun dari USD40,5 juta di tahun
2015 menjadi sekitar USD39,8 juta pada tahun 2016. Penurunan ini disebabkan oleh
rendahnya belanja modal Perseroan dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba kotor Perseroan pada 2016 tercatat sekitar USD 67,96 juta, turun sebesar 11,5%
dibandingkan laba kotor tahun 2015 sekitar USD76,78 juta. Penurunan laba kotor Perseroan
dan BDMS disebabkan oleh menurunnya volume penjualan serta harga rata-rata jual-beli
batubara. Laba tahun berjalan Perseroan mencapai USD27,1 juta, turun sebesar 21,8%
dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat sebesar USD34,7 juta. Penurunan ini
disebabkan oleh menurunnya volume penjualan serta harga rata-rata jual-beli batubara Pada
tahun 2016, laba per saham Perseroan mengalami penurunan 21,4% dari USD0,028 di tahun
2015 menjadi USD0,022, yang disebabkan oleh menurunnya laba tahun berjalan Perseroan.
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan mencapai USD10,4 juta, turun
3,2% dibanding kas bersih yang diterima dari aktivitas pendanaan tahun 2015 sekitar
USD10,7 juta. Penurunan ini sebagian besar akibat menurunnya pembayaran hutang bank
dan hutang pembiayaan. Perseroan telah merealisasikan investasi barang modal dan Selain
investasi barang modal, Perseroan selama tahun 2016 juga telah melakukan investasi untuk
ekspansi usaha sebesar Rp9,4 milyar, Strategi keuangan Perseroan di 2016 difokuskan pada
pengelolaan dana secara berhati-hati melalui efisiensi biaya sambil mengoptimalkan sumber
daya yang ada, mengingat situasi industri yang belum stabil. Kebijakan investasi Perseroan
diarahkan pada pemenuhan sasaran jangka panjang untuk peningkatan pertumbuhan. Jenis
investasi barang modal yang dilakukan terutama untuk pengembangan ekspansi usaha ke
industri sumber daya mineral terbarukan yang lebih prospektif.
Dalam jangka panjang, Perseroan memandang batubara masih menjadi komoditas
sumber energi yang paling murah dan tetap memiliki prospek yang baik. Apalagi, saat ini
Pemerintah juga sedang menjalankan program pembangunan pembangkit listrik tambahan
berkapasitas 35.000 MW yang sudah dimulai sejak Mei 2015. Selain itu, kami yakin bahwa
prospek usaha Perseroan masih memiliki peluang yang sangat besar untuk pasar dalam
9
negeri, maupun untuk pasar internasional yang masih menunjukkan peningkatan permintaan,
terutama untuk batubara berkualitas medium CV (low ash - low sulfur).
Di samping mempertahankan strategi cost efficiency dan continuous improvement di
segala sisi usaha, Perseroan juga telah mulai memfokuskan usahanya ke arah sustainability,
baik melalui upaya ekspansi bisnis baru yang masih berhubungan dengan penyediaan sumber
daya minxeral terbarukan maupun melalui akuisisi aset-aset tambang lain jika
memungkinkan. Perseroan mampu memperoleh marjin keuntungan sebesar 14,49%
dibandingkan dengan marjin keuntungan tahun 2015 sebesar 15,82%.
10
BAB IV
KESIMPULAN
1. PT. Kaltim Prima Coal adalah perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur
dengan nilai laba usaha tahun 2016 adalah 40.147.130 $, dan nilai asset 349.340.000
$.
2. Distribusi pengiriman batubara dari lokasi tambang hingga sampai pada konsumen
mempengaruhi struktur biaya oprasional.
3. Volume produksi tahun 2016 sebesar 3,6 juta ton, sedikit menurun sebesar 13,32%
dari total produksi 4,1 juta ton di tahun 2015.
4. Aktivitas penghancuran batubara hanya pada 1 (satu) lokasi saja, yaitu di Muara
Bengalun sehingga biaya operasional per ton terkait proses ini dapat dikurangi hingga
18% (delapan belas persen) dari tahun sebelumnya.
11
12