Di Susun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolonganNya tentu penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
I.1 Latar belakang................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..........................................................................1
I.3 Maksud Dan Tujuan.......................................................................2
I.4 Batasan Masalah............................................................................2
I.5 Manfaat..........................................................................................2
BAB II INJEKSI KIMIA.....................................................................................3
II.1 Injeksi Polimer..................................................................................3
II.2 Injeksi Surfaktan...............................................................................5
II.3. Injeksi Alkalin................................................................................13
BAB III METODOLOGI....................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................16
BAB V KESIMPULAN.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN
Pada awal produksi suatu reservoir, umumnya produksi minyak dan gas bumi
terjadi dengan bantuan energi alamiah (natural flow), yaitu produksi yang terjadi
karena daya dorong tenaga alam atau dapat pula karena pengangkatan buatan
(artificial lift) atau dengan bantuan pompa. Apabila masih banyak minyak di
dalam reservoir yang belum terangkat ke permukaan maka sebelum produksi
secara alamiah yang ekonomis berakhir atau bisa pada awal kehidupan suatu
reservoir digunakan metode injeksi kimia (chemical flooding) untuk
meningkatkan perolehan minyaknya, sebab injeksi kimia dapat meningkatkan
efisiensi penyapuan dan efisiensi pendesakan sehingga perolehan minyaknya
dapat meningkat dari jumlah cadangan mula-mula di reservoir. Injeksi kimia
adalah salah satu metode pengurasan minyak tahap lanjut dengan menambahkan
zat-zat kimia ke dalam reservoir dengan jalan injeksi. Penambahan zat-zat kimia
ini bertujuan untuk merubah sifat fisik dari fluida reservoirnya, yaitu menurunkan
tegangan antar muka. Apabila tegangan antar muka memiliki nilai yang besar
maka mobilitas minyak di reservoir akan berkurang sehingga perolehan minyak
pada Primary Recovery maupun Secondary Recovery akan berdampak pada laju
produksi yang menurun.
1
I.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan berdasarkan rumusan masalah yang dibuat adalah sebagai
berikut
I.5 Manfaat
Manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut menambah
pengetahuan bagi pembaca.
2
BAB II INJEKSI KIMIA
Injeksi kimia adalah salah satu metode pengurasan minyak tahap lanjut
dengan cara menambahkan zat-zat kimia ke dalam reservoir dengan cara injeksi
(Kasmungin et al., 2018). Injeksi kimia bertujuan untuk merubah sifat fisik dari
fluida reservoir, antara lain menurunkan tegangan antar muka dan meningkatkan
viskositas. Pada umumnya injeksi kimia diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
injeksi Polimer, Injeksi Surfactant dan injeksi alkali.
3
Polimer yang terlarut dalam air digunakan sebagai viscosifying agent yang
dapat mengontrol mobilitas fluida injeksi (water base) untuk meningkatkan
efisiensi penyapuan. Polimer mengurangi efek negatif karena adanya variasi
permeabilitas dan rekahan dalam reservoir heterogen. Injeksi polimer terdiri atas
beberapa tahap, yaitu preflush (pengondisian reservoir), additional oil recovery
(oil Bank), injeksi larutan polimer untuk mengontrol mobilitas fluida, injeksi air
bebas mineral (fresh water buffer) untuk melindungi polimer, dan injeksi fluida
pendorong (driving fluid) berupa air.
4
Limitnya adalah jika viskositas dari minyaknya terlalu besar maka polimer yang
diinjeksikan harus dengan viskositas yang lebih tinggi pula untuk mencapai
mobility control yang diinginkan (Arina & Kasmungin, 2015). Hasilnya biasanya
lebih baik jika polymer flood dimulai sebelum WOR menjadi terlalu tinggi.
Adanya clay meningkatkan penyerapan polimer. Jika ada fracture atau rekahan
maka polymer yang berbentuk gel atau crosslinked polymer techniques harus
diaplikasikan.
5
dengan maksud agar terjadi penurunan tegangan (interfacial tension) antarmuka
minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak meningkat. Efisiensi injeksi
meningkat sesuai dengan penurunan tegangan antarmuka.
Pengertian antarmuka (interface) adalah bidang kontak antara dua
senyawa dalam fasa yang sama, sedangkan permukaan (surface) adalah jika
antarmuka antara dua senyawa tidak dalam fasa yang sama. Selanjutnya
menambahkan tegangan permukaan dari suatu cairan adalah tekanan internal di
bawah permukaan cairan yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik antar molekul
cairan itu sendiri. Gaya tarik menarik tersebut menimbulkan tekanan dari dalam
cairan melawan tekanan dari atas permukaan cairan, sehingga cairan tersebut
cenderung untuk membentuk lapisan antarmuka dengan zat yang lain. Surfaktan
dapat mempengaruhi kemampuan dari molekul cairan tersebut agar dapat
berinteraksi dengan zat yang lain dengan cara menurunkan tegangan
permukaannya. (Romel et al,2013)
Peranan surfaktan yang begitu berbeda dan beragam disebabkan oleh
struktur molekulnya yang tidak seimbang. Surfaktan merupakan molekul
amphifilik yang memiliki dua gugus yaitu polar dan nonpolar. Dan molekul
surfaktan dapat divisualisasikan seperti berudu ataupun bola raket mini yang
terdiri atas bagian kepala dan ekor.
Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air)
merupakan bagian yang sangat polar, dan mengandung heteroatom
sepert O, S, P, atau N yang terikat dalam gugus fungsional seperti
alcoholmeter, ester, asam, sulfat, sulfonat, fosfat, amina, amida, dan
lain sebagainya. sedangkan
Bagian ekor bersifat hidrofobik (benci air/suka minyak)
merupakan bagian nonpolar. Kepala dapat berupa anion, kation atau
nonion, sedangkan ekor dapat berupa rantai linier atau cabang
hidrokarbon dengan gugus alkil atau alkilbenzena.
6
Konfigurasi kepala-ekor tersebut membuat surfaktan memiliki fungsi yang
beragam di industri. (Anggara et al., 2019)
1. Geometri pori.
2. Tegangan antarmuka.
3. Kebasahan atau sudut kontak.
4. P atau P/L.
5. Karakteristik perpindahan kromatografi surfactant pada sistim tertentu.
7
Tujuan injeksi surfactant
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang
ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler,
sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan
surfactant. Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan
mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak
yang tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak perlu menginjeksikan
surfactant seterusnya, melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air
yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan
akhirnya diinjeksikan air.
Untuk di kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti konsentrasi ion
bervalensi dua, salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta absorbsi batuan
reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain yang mungkin dapat
menghambat proses surfaktan flooding, maka perlu ditambahkan bahan-bahan
kimia yang lain seperti kosurfaktan (umumnya alkohol) dan larutan NaCl.
Disamping kedua additive diatas, yang perlu diperhatikan dalam operasi
surfaktan flooding adalah kualitas dan kuantitas dari zat tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari injeksi surfactant yaitu :
Menurunkan tegangan permukaan
Menurunkan tekanan kapiler
Menaikkan effisiensi pendesakan dalam skala pori (mikroskopis)
8
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak
yang tertinggal. Injeksi surfaktan tidak mesti harus menginjeksikan surfaktan
secara menerus, malainkan dapat juga diikuti dengan fluida pendesak lainnya,
yaitu air yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan effisiensi
penyapuan dan akhirnya diinjeksikan air sebagai fluida pendorong dibelakangnya.
Untuk memperbaiki kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti
konsentrasi ion bervalensi dua, salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta
absorbsi (penyerapan) batuan reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain
yang mungkin dapat menghambat proses injeksi surfaktan, maka perlu
ditambahkan bahan-bahan kimia yang lain seperti cosurfactant (umumnya
alcohol) dan larutan Nacl. Disamping kedua additive diatas, yang perlu
diperhatikan dalam operasi injeksi surfaktan adalah kualitas dan kuantitas dari zat
tersebut.
Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan dalam
penggunaan surfaktan untuk meningkatkan perolehan minyak :
a. Konsep pertama adalah larutan yang mengandung surfaktan dengan
konsentrasi rendah diinjeksikan. Surfaktan dilarutkan didalam air atau
minyak dan berada dalam jumlah yang setimbang dengan gumpalan-
gumpalan surfaktan yang dikenal sebagai micelle. Sejumlah besar fluida
(sekitar 15 - 60% pv) diinjeksikan kedalam reservoir untuk mengurangi
tegangan antar muka antara minyak dan air, sehingga dapat
meningkatkan perolehan minyak.
b. Pada konsep kedua, larutan surfaktan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi diinjeksikan kedalam reservoir dalam jumlah yang relative kecil
(3-20% pv). Dapat dilihat pada Gambar 3.3. dibawah ini.
9
Dalam hal ini, micelles yang terbentuk dapat berupa dispersi stabil, air
didalam hidrokarbon atau hidrokarbon didalam air.
Water
Injection Separation and
Injection P roduction Well
Well Storage Facilities
P ump
Surfactant
Solution from
Mixing P lant
4 3 2 1
10
bahan polimer. Slug yang biasa digunakan dari 5 - 15 % PV (Pore Volume),
diharapkan kemampuannya menghasilkan tambahan perolehan diatas perolehan
jika digunakan secondery recovery.
11
• Clay
Terdapatnya clay dalam reservoir harus diperhitungkan karena clay dapat
menurunkan recovery minyak, disebabkan oleh sifat clay yang suka air (Lyophile)
menyebabkan adsorbsi yang terjadi besar sekali. Untuk reservoir dengan salinitas
rendah, peranan clay ini sangat dominan.
• Salinitas
Salinitas air formasi berpengaruh terhadap penurunan tegangan permukaan
minyak-air oleh surfactant. Untuk konsentrasi garam-garam tertentu, NaCl akan
menyebabkan penurunan tegangan permukaan minyak-air tidak efektif lagi. Hal
ini disebabkan karena ikatan kimia yang membentuk NaCl adalah ikatan ion yang
sangat mudah terurai menjadi ion Na+ dan ion Cl-, begitu juga halnya dengan
molekul-molekul surfactant.Di dalam air ia akan mudah terurai menjadi ion
RSO3- dan H+. Konsekuensinya bila pada operasi injeksi surfactant terdapat
garam NaCl, maka akan membentuk HCl dan RSO3Na, dimana HCl dan RSO3Na
buatan merupakan zat aktif permukaan dan tidak dapat menurunkan tegangan
permukaan minyak-air.
Selain mempengaruhi tegangan permukaan minyak-air, garam NaCl juga
mengakibatkan fraksinasi surfactant yang lebih besar, sampai batuan reservoir
tersebut mencapai titik jenuh.
12
II.3. Injeksi Alkalin
Alkali adalah gambar ionik dasar dari logam alkali atau tanah alkali
elemen logam. Penggunaan alkali dalam injeksi kimia menawarkan beberapa hal
manfaat termasuk meningkatkan emulsifikasi minyak bumi, meningkatkan ionik
fasa air yang mengarah ke pengaturan fase perilaku surfaktan yang diinjeksikan,
dan menurunkan Interfacial Tension (IFT) untuk nilai ultra-low di hadapan
surfaktan. Alkali juga dapat mengurangi biaya dengan membatasi jumlah
surfaktan yang dibutuhkan dalam dua cara. Pertama, alkali mengurangi adsorbsi
surfaktan dengan meningkatkan densitas muatan negatif permukaan batu,
membuatnya istimewa water-wet. Kedua, alkali bereaksi dengan asam dalam
minyak mentah untuk menghasilkan sabun in situ, yang pada gilirannya
memperluas rentang salinitas. Sabun yang dihasilkan menciptakan fasa
mikroemulsion yang dapat berdampingan dengan minyak dan air, sehingga
memanjang wilayah tiga fasa (atau wilayah IFT sangat rendah). Akhirnya alkali
relatif tidak mahal. Alkali agen termasuk sodium hydroxide (NaOH, atau caustic
soda), sodium karbonat (Na2CO3, atau soda ash), sodium biarbonate (NaHCO3)
dan sodium metaborate (NaBO2).
Parameter yang mempengaruhi Injeksi alkaline
Beberapa parameter yang banyak mempengaruhi dalam proses injeksi
alkalin antara lain adalah konsentrasi NaOH, karakteristik reservoir, luas
permukaan serta komposisi fluida reservoir dan air injeksi.
Bahan Kimia Injeksi Alkaline
Bahan kimia yang umumnya banyak dipakai adalah sodium hidroksida.
Sodium orthosilikat, ammonium hidroksida, pottassium hidroksida, trisodium
phospat, sodium karbonat, sodium silikat dan poly ethylenimine, juga termasuk
zat organik yang dianjurkan untuk dipakai. Harga dari bahan-bahan kimia tersebut
merupakan pertimbangan yang penting dimana NaOH dan sodium orthisilikat
tidak begitu mahal dan lebih efektif dalam menaikkan perolehan minyak
tambahan.
13
Dalam injeksi alkaline terdapat beberapa mekanisme, yaitu penurunan
tegangan enter permukaan, emulsifikasi, perubahan kebasahan dan penghancuran
rigid interfacial film, dimana semua itu dapat menyokong terhadap kenaikan
recovery minyak.
Akibat dari mekanisme diatas secara makroskopis adalah perbaikan areal
dan volumetrik sweep efisiency, yaitu dengan perubahan mobility ratio atau
perubahan permeabilitas minyak-air. Percobaen injeksi alkaline di laboratorium
menunjukkan perbaikan penyapuan minyak.
Sedangkan secara mikroskopis adalah merubah minyak yang tak dapat
bergerak (immobile) dalam media berpori menjadi dapat bergerak (mobilized),
yaitu dengan emulsifikasi dan penurunan tegangan antar permukaan. Dalam
aplikasi injeksi ini di lapangan, disarankan untuk melakukan pilot test terlebih
dahulu, yaitu sebagai kelanjutan dari evaluasi laboratorium.
14
BAB III METODOLOGI
MULAI
PERUMUSAN MASALAH
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER BERDASARKAN
SUMBER
SESUAI
DENGAN
TIDAK
RUMUSAN
MASALAH
YA
SELESAI
15
BAB IV PEMBAHASAN
16
Setelah itu, jenis dari injeksi kimia yang kedua adalah injeksi polimer.
Injeksi ini meliputi penambahan bahan pengental (Thickening agent) ke dalam air
injeksi untuk meningkatkan viskositasnya. Bahan pengental yang digunakan ini
adalah polimer. Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang
disempurnakan. Penambahan polimer ke dalam air injeksi dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat fluida pendesak, dengan harapan perolehan minyaknya akan
lebih besar. Injeksi polimer dapat meningkatkan perolehan minyak yang cukup
tinggi dibandingkan dengan injeksi air konvensional. Akan tetapi mekanisme
pendesakannya sangat kompleks dan tidak dipahami seluruhnya. Jika minyak
reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan dengan air pendesak, maka air
cenderung menerobos minyak, hal ini akan menyebabkan air cepat terproduksi,
sehingga effisiensi pendesakan dan recovery minyak rendah. Pada kondisi
reservoir seperti diatas, injeksi polimer dapat digunakan. Polymer yang terlarut
dalam air injeksi akan mengentalkan air, mengurangi mobilitas air dan mencegah
air menerobos minyak. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam injeksi polimer
adalah heterogenitas reservoir dan perbandingan mobilitas fluida reservoir.
Selanjutnya adalah Injeksi alkalin atau kaustik yang merupakan suatu
proses dimana pH air injeksi dikontrol pada kisaran harga 12-13 untuk
memperbaiki perolehan minyak. Beberapa sifat batuan dapat mempengaruhi
terhadap injeksi alkalin. Ion divalen dalam air di reservoir, jika jumlahnya cukup
banyak dapat mendesak slug alkalin karena mengendapnya hidroksida –
hidroksida yang tidak dapat larut. Gypsum dan anhydrit jika jumlahnya melebihi
dibandingkan dengan jumlahnya yang ada didalam tracer akan menyebabkan
mengendapnya Ca(OH)2 dan membuat slug NaOH menjadi tidak efektif. Clay
dengan kapasitas pertukaran ion yang tinggi dapat menghasilkan slug NaOH
dengan menukar hidrogen dari sodium. Limestone dan dolomit bersifat tidak
reaktif dan reaksi dengan komponen silika di dalam batu pasir sangat lambat dan
tidak lengkap, sedangkan reseistivitas alkalin dengan batuan reservoir dapat
ditentukan di laboratorium.
17
BAB V KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Aitkulov, Almas and Kishore K. Mohanty, 2016, Timing of ASP Injection for
Viscous Oil Reovery, SPE Journal.
Guo, Hu, Yiqiang Li, and Fuyong Wang, 2017, ASP Flooding : Theory and
Practice Progress in China, Journal of Chemistry, vol. 2017, No. 8509563,
PP 18, https://doi.org/10.1155/2017/8509563.
Kumar, Rahul and Kishore K. Mohanty, 2010, ASP Flooding of Vicous Oil, SPE
Journal.
Yin, Dandan, Dongfeng Zhao, Jianfeng Gao, and Jian Gai, 2017, Experimental
Study of Enhancing Oil Recovery with Weak Base
Alkaline/Surfatant/Polymer, International Journal of Polymer Science, vol.
19
2017, No. 4652181, PP 7, https://doi.org/10.1155/2017/4652181
Zhang, Jieyuan, Ravi Ravikiran, David Freiberg, and Charles Thomas., 2012, ASP
Formulation design for Heavy Oil, SPE Journal.
20