PT.HOKAN INDONESIA
Bersama ini kami sampaikan laporan hasil penyelidikan Borehole Camera di sumur bor
1 (Satu) Produksi PT. HOKAN INDONESIA yang beralamat Di Jl.Raya Sukabumi
No.10 Bitung Sari KM 03 Kecamatan Ciawi Bogor Provinsi Jawa Barat.
Laporan ini berisikan hasil Penyelidikan Borehole Camera guna mengetahui gambaran
kontruksi yang terdapat di dalam sumur bor dan hasil – hasil yang telah dilakukan serta
kesimpulan dan saran nya.
Demikian laporan ini kami sampaikan, semoga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang
berkepentingan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu wilayah dapat berkembang tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan
permukiman, juga menjadi pusat perdagangan dan industri akan menjadi daya tarik
urbanisasi. Dampak lain dari pengembangan industri, permukiman, jasa dan manufaktur
menyebabkan meningkatnya kebutuhan air. Sampai saat ini, kebutuhan air tersebut belum
dapat dipenuhi oleh sumber -sumber air permukaan, dan masih sangat mengandalkan
sumber air tanah. Dengan kata lain pengembangan wilayah akan berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah pemakaian air tanah. Air tanah merupakan sumber daya alam
terbarukan, tetapi jumlahnya tidak tak terbatas. Pembatas ketersediaan air tanah di
antaranya adalah besarnya imbuhan di daerah resapan dan besaran aliran air tanah pada
akuifer. Perluasan permukiman pada kawasan resapan, telah mengurangi luas daerah
resapan yang menyebabkan air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi berkurang.
Pemakaian air tanah yang terus meningkat, suatu ketika akan sampai pada keadaan
yang melebihi daya dukung yang dapat dipasok oleh akuifer. Jika keadaan tersebut telah
tercapai atau terlampaui, maka dapat terbentuk kerucut-kerucut penurunan muka air tanah
penurunan muka air tanah makin dalam dan meluas, bahkan tidak tertutup kemungkinan air
1
Air tanah masih menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup
dibandingkan dengan sumber air permukaan, antara lain: sebarannya luas, kualitas air tanah
relatif lebih baik, infrastuktur yang dibutuhkan lebih sederhan dan pengaturan
kegiatan ekonomi, maka jumlah pengambilan pengambilan air tanah cenderung semakin
meningkat.
tentang Izin Air Tanah di Provinsi Jawa Barat, dalam hal ini diperuntukan untuk pasokan air
bersih dari air tanah, yang menyadap dari sumur bor sangat diperlukan untuk menunjang
Maksud dari Penyelidikan ini guna mendukung peraturan tentang perizinan air tanah
di Provinsi Jawa Barat, Sedangkan tujuan dari kegiatan penyelidikan ini yang bertujuan untuk
mengetahui Kedalaman Muka Air Tanah, kedalaman sumur, , mengetahui jumlah saringan
Untuk mencapai sasaran pekerjaan sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka
2
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini pihak pengelola melakukan pengurusan perizinan dan pihak pelaksana
b. Tahap Pelaksanaan
• Penentuan koordinat/posisi sumur bor dengan alat Global Positioning System (GPS)
Pada tahap ini, dilakukan analisis data dan penyusunan laporan borehole camera
3
Alat Penyelidikan Borehole Camera
4
BAB II
KEADAAN UMUM
5
GAMBAR 2.1
Kondisi Jalan Menuju Lokasi
6
GAMBAR 2.2
Peta Kesampaian Daerah Penyelidikan
7
GAMBAR 2.3
Peta Lokasi Sumur Bor 1
8
2.2 Topografi
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0–15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai
kemiringan antara 15–30%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan
dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka
terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya
akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman
dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi
hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki "Kota Hujan".
Keunikan iklim lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan Bogor
sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga sekarang.
2.3 Iklim
Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut. Udaranya relatif
sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 °C dan kelembaban udaranya kurang lebih
70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 °C, paling sering terjadi pada
Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson.
Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat.
2.4 Hidrogeografi
Di wilayah Kota Bogor terdapat enam lokasi mata air, empat lokasi air tanah dalam dan dua
lokasi air tanah dangkal yang biasa digunakan untuk air minum non perpipaan. Kapasitas sumber mata
air dan air tanah dalam mengalami penurunan dibanding tahun 2011. Demikian pula kapasitas air tanah
dalam, dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan semakin
berkurangnya resapan air karena semakin bertambahnya daerah pemukiman di wilayah Kota Bogor.
Lahan di Kota Bogor hingga tahun 2012 masih banyak lahan tidak kritisnya yaitu sekitar 81,45 persen
(9.651,98 ha). Sementara lahan kritisnya mencapai 1,82 persen (215,47 ha). Sisanya agak kritis 2,49
persen (295,07 ha) dan potensial kritis 14,24 persen (1.687,48 ha). Lahan kritis banyak terdapat di
wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Semua Kelurahan di daerah tersebut mengandung lahan kritis
kecuali Kelurahan Cikaret. Lahan potensial kritis selain di Kecamatan Bogor Selatan juga banyak
terdapat di Kecamatan Bogor Barat. Beberapa danau, situ dan kolam di Kota Bogor ada yang berfungsi
untuk irigasi, retensi dan rekreasi. Situ Gede, Situ Panjang dan Situ Curug difungsikan sebagai irigasi
dan retensi. Danau Bogor Raya, Kolam Retensi Cimanggu dan Kolam Retensi Taman Sari Persada
selain difungsikan sebagai retensi juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Danau atau situ terluas di
Kota Bogor adalah Situ Panjang (4,5 ha) dan Situ Gede (4 ha). Di wilayah Kota Bogor dilalui oleh dua
buah sungai, yaitu Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung. Sungai Cisadane mempunyai luas pengaliran
9
185 kilometer persegi dan Sungai Ciliwung mempunyai luas pengaliran 211 kilometer persegi. Menurut
hasil pengukuran debit tahun 2004, setiap satu kilometer persegi Sungai Cisadane memiliki debit 75,8
liter per detik dan setiap satu kilometer persegi Sungai Ciliwung memiliki debit 74,1 liter per detik.
Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang memenuhi
persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Hal
itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total coliform dalam air sungai,
melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada air situ yang umumnya berkualitas di
bawah persyaratan baku mutu. Sedangkan air sumur penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan
di beberapa lokasi kandungan detergen dan bakteri e-colli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan
GAMBAR 2.4
Peta Hidrogeologi Indonesia, Lokasi PT HOKAN INDONESIA
10
GAMBAR 2.5
Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Provinsi Jawa Barat, Lokasi PT HOKAN INDONESIA
2.5 Morfologi
Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi,
dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan,
sehingga membentuk bentangan lereng yang menghadap ke utara, dengan klasifikasi keadaan
morfologi wilayah serta prosentasenya sebagai berikut :
1. Dataran rendah (15 -100 m dpl) sekitar 29,28 %, merupakan kategori ekologi hilir.
2. Dataran bergelombang (100 – 500 m dpl) sekitar 42,62 %, merupakan kategori ekologi tengah.
3. Pegunungan (500 – 1.000 m dpl) sekitar 19,53 %, merupakan kategori ekologi hulu.
4. Pegunungan tinggi (1.000 – 2.000 m dpl) sekitar 8,43 %, merupakan kategori ekologi hulu.
5. Puncak- puncak gunung (2.000 – 2.500 m dpl) sekitar 0,22 %, merupakan kategori ekologi hulu.
11
2.6 Geologi
Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah latosol coklat kemerahan dengan
luasan 8.496,35 hektar, kedalaman efektif tanah lebih dari 90 centimeter dengan tekstur tanah yang
halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kemudian jenis tanah lain yang juga menyebar di enam
Kecamatan yaitu aluvial kelabu dengan luasan 1.157,9 hektar. Kondisi geologi di Kota Bogor yaitu tufa
dengan luasan 3.395,17 hektar yang tersebar di enam kecamatan dengan Kecamatan Bogor Selatan
menjadi kecamatan dengan penyebaran kondisi geologi tufa terbesar. Sedangkan kipas aluvial dengan
luasan 3.249,98 hektar dan Kecamatan Bogor Utara menjadi kecamatan dengan penyebaran kondisi
geologi kipas aluvial.
Seperti yang kita ketahui dalam konsep dasar Geomorfologi, struktur dasar geologi merupakan
faktor dalam pembentukan bentang alam. Keberadaan struktur geologi di suatu daerah tentu memiliki
pengaruh terhadap kenampakan roman permukaan bumi didaerah tersebut. Struktur Geologi terbagi
mencakup berbagai skala dan dimensi, dari mulaistruktur mikro sampai struktur makro. Struktur
geologi yang dikenal secara umum adalah:
2. Lipatan (fold).
3. Kekar (joint).
Van Bemmelen (1949) telah membagi Jawa Barat menjadi beberapa jalur fisiografi dan
struktural dimana daerah pemetaan termasuk pada jalur struktur geologi Zona Bogor bagian timur yang
telah terlipat kuat sehingga menghasilkan antiklinorium dengan sumbu berarah barat timur. Di bagian
utara zona ini, keadaan struktur geologinya berarah utara karena adanya tekanan dari arah selatan. Gaya
tersebut mengakibatkan perlipatan dan sesarnaik. Inti dari perlipatan ini terdiri atas batuan sedimen
berumur Miosen sedangkan sayapnya terdiri dari batuan sedimen Pliosen. Menurut Van Bemmelen
(1949) Zona Bogor telah mengalami dua kali masa periode tektonik yaitu :
Pada periode tektonik intra tektonik Miosen, berlangsung pembentukan geantiklin jawa, akibat
gaya tekanan dari arah selatan terbentuk struktur lipatan dan sesar pada sedimendi utara. Peristiwa
ini terjadi setelah Formasi Cidadap diendapkan pada Miosen Tengah. Pada Miosen Atas atau Miosen –
Pliosen antklinorium ini mengalami intrusi dasit dan andesithornblenda, disamping itu terjadi pula
ekstrusi Breksi Kumbang di ujung timur Zona Bogor.Ketidakselarasan antara Formasi Subang dan
12
Formasi Kaliwangu yang berumur Pliosen Bawah (Silitonga, 1973) yang terjadi pada Zona Bogor
bagian utara, menandakan bahwa pada periode Miosen- Pliosen tersebut terjadi proses perlipatan pada
keseluruhan Zona Bogor bagian utara. Pada periode tektonik Pliosen- Pleistosen,
terjadi proses perlipatan dan sesar yang diakibatkan oleh terjadinya amblesan dibagian utara Zona
Bogor yang kemudian menimbulkan gangguan tekanan yang kuat pada Zona Bogor. Pada kala Pliosen-
Pleistosen bagian barat Zona Bogor mengalami pengangkatan dan membentuk Kaliglagah Beds yang
terdiri dari endapan klastik dan lignit dan selanjutnya Cigintung Beds terendapakan. Semua formasi
tersebut menutupi batuan terdahulu secara selaras semu (pseudo conformable).
Kegiatan tektonik Pliosen- Pleistosen didaerah ini mengakibatkan terjadinya sesar terobosan
komplek kromong yang andesitic dasitis. Setelah berakhir kegiatan tersebut terbentuklah Tambakan
Beds yang berumur Pleistosen Bawah dan menutupi satuan lainya secara tidak selaras. Tidak adanya
batuan yang berumur Pliosen Atas di daerah ini menunjukan adanya kekosongan pengendapan batuan.
Pada kala Pleistosen Tengah sampai Atas di Zona Bogor bagian tengah dan timur terbentuk endapan
Vulkanik tua (GunungSlamet tua) dan Vulkanik muda dari Gunung Ciremai, selanjutnya disusul oleh
aktifitas pada Pleistosen Atas yang menghasilkan Linggopodo Beds dan diikuti lagi oleh kegiatan
Vulkanik Resen dari Gunung Ciremai sehingga terbentuk endapan Vulkanik muda ke bagian utarazona
tersebut. Tekanan tersebut menimbulkan struktur perlipatan dan sesar naik dibagian Zona Bogor yang
dikenal sebagai “Baribis thrust”.
13
GAMBAR 2.6
Peta Geologi Lembar Bogor, Lokasi PT HOKAN INDONESIA
14
BAB III
PENGAMATAN DAN HASIL BOREHOLE CAMERA
3.1 Pengamatan
➢ Kondisi air di dalam sumur secara fisik relatif jernih dan tidak berbau
Konstruksi sumur bor produksi milik PT.HOKAN INDONESIA berlantai beton blok dengan
pipa cassing Ø 8 inchi dari bahan Stainless Steel, telah dilengkapi dengan water meter dan stop kran
untuk selanjutnya disambung dengan pipa outlet Ø 3 inchi dari bahan Galvanis yang tersambung
dengan instalasi air ke bak penampungan.
Pompa hisap yang terpasang pada kedalaman 72,00 meter bmt. yaitu pompa Franklin
Electrical 20 PK/HP yang tersambung dengan pipa hisap mulai kedalaman 74,00 meter bmt, jenis pipa
hisap yaitu galvanis Ø 3 inchi.
15
Berdasarkan hasil Borehole Camera di sumur bor didapatkan data konstruksi sebagai
berikut :
➢ Sumur bor dibuat dengan Ø 12 (Dua Belas) inchi sampai kedalaman 115 meter bmt,
Casing yang terpasang Ø 8 inchi dari kedalaman 0.00 – 84.15 meter bmt dari bahan Stainless
Steel dan terdapat reducer dari Ø 8 inchi menjadi Ø 6 inchi dari kedalaman 84.15 –
115.00 meter bmt dengan penyekat semen pada bagian atas dan penyekat gravel pada
bagian bawah
➢ Kedudukan Saringan/Screen :
• Saringan/Screen 1 kedalaman 44.26 – 47.30 meter bmt
• Saringan/Screen 2 kedalaman 51.94 – 55.00 meter bmt
• Saringan/Screen 3 kedalaman 75.70 – 78.30 meter bmt
• Saringan/Screen 4 kedalaman 84.15 – 90.40 meter bmt
• Saringan/Screen 5 kedalaman 101.20 – 104.21 meter bmt
➢ Pada kedalaman 110.50 meter bmt didalam sumur terdapat endapan lumpur
yang menghalangi proses penyelidikan dan menjadi batas akhir Borehole
Camera.
16
BAB IV
4.1. Kesimpulan
1. Sumur Bor 1 PT.HOKAN INDONESIA terletak pada zona WGS 84 denga koordinat S:
06º40’54,63” E: 106º50’50,18” dengan ketinggian 542.98 mdpl
3. Kota Bogor dilalui oleh dua buah sungai, yaitu Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung.
Sungai Cisadane mempunyai luas pengaliran 185 kilometer persegi dan Sungai Ciliwung
mempunyai luas pengaliran 211 kilometer persegi. Menurut hasil pengukuran debit tahun
2004, setiap satu kilometer persegi Sungai Cisadane memiliki debit 75,8 liter per detik dan
setiap satu kilometer persegi Sungai Ciliwung memiliki debit 74,1 liter per detik. Untuk
kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang memenuhi
persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001. Hal itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total
coliform dalam air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada
air situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu. Sedangkan air sumur
penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi kandungan detergen
dan bakteri e-colli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan
17
4. Hasil penyelidikan Borehole Camera sumur bor :
➢ Muka Air Tanah (MAT) : 39,25 meter bmt , secara fisik kondisi air baik untuk
detailnya harus menunggu hasil analisa laboratorium
➢ Sumur bor dibuat dengan Ø 12 (Dua Belas) inchi sampai kedalaman 115 meter bmt,
Casing yang terpasang Ø 8 inchi dari kedalaman 0.00 – 84.15 meter bmt dari bahan Stainless
Steel dan terdapat reducer dari Ø 8 inchi menjadi Ø 6 inchi dari kedalaman 84.15 –
115.00 meter bmt dengan penyekat semen pada bagian atas dan penyekat gravel pada
bagian bawah.
➢ Kedudukan Saringan/Screen :
o Saringan/Screen 1 kedalaman 44.26 – 47.30 meter bmt
o Saringan/Screen 2 kedalaman 51.94 – 55.00 meter bmt
o Saringan/Screen 3 kedalaman 75.70 – 78.30 meter bmt
o Saringan/Screen 4 kedalaman 84.15 – 90.40 meter bmt
o Saringan/Screen 5 kedalaman 101.20 – 104.21 meter bmt
➢ Pada kedalaman 110.50 meter bmt didalam sumur terdapat endapan lumpur
yang menghalangi proses penyelidikan dan menjadi batas akhir Borehole
Camera.
4.2. Saran
Karena adanya pengendapan lumpur yang menyebabkan terjadinya pedangkalan sumur,
sebaiknya dilakukan flashing / water jetting untuk membersihkan dan menguras lumpur pada
sumur tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bogor.go.id/pages/kondisi-geografis-wilayah-kota-bogor
19
LAMPIRAN
L-1 Gambar Hasil Laporan Log Borehole Camera
20
L-2 Gambar Hasil Borehole Camera
21
L-3 Gambar Hasil Kegiatan Lapangan
22
23