PT.TAAT INDAH
BERSINAR
CV.FEELZA GEMILANG
KATA PENGANTAR
Bersama ini kami sampaikan laporan hasil penyelidikan Borehole Camera di sumur bor
2 (Dua) Produksi PT. TAAT INDAH SARI BERSINAR yang beralamat Di Kp.Talun
Desa Talaga Sari Kecamatan Serang Panjang Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat.
Laporan ini berisikan hasil Penyelidikan Borehole Camera guna mengetahui gambaran
kontruksi yang terdapat di dalam sumur bor dan hasil – hasil yang telah dilakukan serta
kesimpulan dan saran nya.
Demikian laporan ini kami sampaikan, semoga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang
berkepentingan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
CV.FEELZA GEMILANG
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu wilayah dapat berkembang tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan
permukiman, juga menjadi pusat perdagangan dan industri akan menjadi daya tarik
urbanisasi. Dampak lain dari pengembangan industri, permukiman, jasa dan manufaktur
menyebabkan meningkatnya kebutuhan air. Sampai saat ini, kebutuhan air tersebut belum
dapat dipenuhi oleh sumber -sumber air permukaan, dan masih sangat mengandalkan
sumber air tanah. Dengan kata lain pengembangan wilayah akan berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah pemakaian air tanah. Air tanah merupakan sumber daya alam
terbarukan, tetapi jumlahnya tidak tak terbatas. Pembatas ketersediaan air tanah di
antaranya adalah besarnya imbuhan di daerah resapan dan besaran aliran air tanah pada
akuifer. Perluasan permukiman pada kawasan resapan, telah mengurangi luas daerah
resapan yang menyebabkan air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi berkurang.
Pemakaian air tanah yang terus meningkat, suatu ketika akan sampai pada keadaan
yang melebihi daya dukung yang dapat dipasok oleh akuifer. Jika keadaan tersebut telah
tercapai atau terlampaui, maka dapat terbentuk kerucut-kerucut penurunan muka air tanah
penurunan muka air tanah makin dalam dan meluas, bahkan tidak tertutup kemungkinan air
1
Air tanah masih menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup
dibandingkan dengan sumber air permukaan, antara lain: sebarannya luas, kualitas air tanah
relatif lebih baik, infrastuktur yang dibutuhkan lebih sederhan dan pengaturan
kegiatan ekonomi, maka jumlah pengambilan pengambilan air tanah cenderung semakin
meningkat.
Berkaitan dengan hal tersebut, PT. TAAT INDAH BERSINAR yang bergerak di sektor
Provinsi Jawa Barat, dalam hal ini diperuntukan untuk pasokan air bersih dari air tanah, yang
menyadap dari sumur bor sangat diperlukan untuk menunjang Produksi dan MCK.
Maksud dari Penyelidikan ini guna mendukung peraturan tentang perizinan air tanah
di Provinsi Jawa Barat, Sedangkan tujuan dari kegiatan penyelidikan ini yang bertujuan untuk
mengetahui Kedalaman Muka Air Tanah, kedalaman sumur, , mengetahui jumlah saringan
Untuk mencapai sasaran pekerjaan sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka
2
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini pihak pengelola melakukan pengurusan perizinan dan pihak pelaksana
b. Tahap Pelaksanaan
• Penentuan koordinat/posisi sumur bor dengan alat Global Positioning System (GPS)
Pada tahap ini, dilakukan analisis data dan penyusunan laporan borehole camera
3
Alat Penyelidikan Borehole Camera
4
BAB II
KEADAAN UMUM
5
GAMBAR 2.1
Kondisi Jalan Menuju Lokasi
6
GAMBAR 2.2
Peta Kesampaian Daerah Penyelidikan
7
GAMBAR 2.3
Peta Lokasi Sumur Bor 1
8
2.2 Topografi
Secara alamiah, Kabupaten Subang terbagi atas tiga bagian wilayah, yaitu :
1. Daerah yang memiliki Pegunungan dengan ketinggian 500 meter sampai 1.500 meter dpl
(diatas permukaan laut) dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Subang yang meliputi Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Serangpanjang, Kecamatan
Ciater, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan cisalak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang;
2. Daerah yang bergelombang atau berbukit dengan ketinggian antara 50-500 meter dpl
(diatas permukaan laut) dengan luas wilayah sekitar 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Subang yang wilayahnya meliputi Kecamatan Cijambe, Kecamatan Subang,
Kecamatan Cibogo, Kecamatan Dawuan, Kecamatan Kalijati, Kecamatan Cipeundeuy dan sebagian
besar Kecamatan Purwadadi dan Cikaum;
3. Daerah rendah dengan rata-rata ketinggian antara 0-50 meter dpl (diatas permukaan laut)
dengan luas wilayah 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang.
Wilayahnya mencakup wilayah Pantura (pantai utara) yaitu Kecamatan Pagaden, Kecamatan
Pagaden Barat, Kecamatan Binong, Kecamatan Tambakdahan, Kecamatan Cipunagara, Kecamatan
Compreng, Kecamatan Ciasem, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Pusakanagara, Kecamatan
Pusakajaya, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon, Kecamatan Blanakan, Kecamatan
Patokbeusi dan sebagian kecil Kecamatan Cikaum dan Purwadadi.
Apabila dilihat dari tingkat kemiringan lahan maka tercatat bahwa 80.80 persen wilayah
Kabupaten Subang memiliki tingkat kemiringan 0 derajat – 17 derajat, 10,64 persen dengan tingkat
kemiringan 18 derajat - 45 derajat, sedangkan sisanya (8,56 persen) memiliki kemiringan diatas 45
derajat.
2.3 Iklim
Suhu udara di wilayah Kabupaten Subang berkisar antara 21 derajat – 31 derajat celcius dengan
tingkat kelembaban berkisar antara 78 derajat – 84 derajat celcius.
Adapun curah hujan di Kabupaten Subang diklasifikasikan menjadi empat kelompok :
1. Daerah curah hujan kurang dari 2000 mm sebagain besar berada di daerah pantai;
2. Daerah curah hujan antara 3000 - 4000 mm meliputi daerah Tanjungsiang, Cisalak
sebagian Kalijati dan jalancagak.
3. Daerah dengan curah hujan diatas 4000 mm meliputi daerah yang berada dibagian paling
Selatan seperti Kecamatan sagalaherang, Jalancagak dan Cisalak.
9
2.4 Hidrogeografi
Penentuan kondisi normal iklim di suatu wilayah ialah dengan menghitung nilai rata-rata cuaca
jangka panjang (sekitar 30 tahun) di wilayah tersebut. Dalam menganalisis iklim, unsur utama yang
seringkali digunakan adalah curah hujan dan suhu udara. Oleh sebab itu, pada analisis kondisi iklim
Kabupaten Subang dilakukan berdasarkan data pos hujan di wilayah tersebut. Informasi pos hujan dan
ketersediaan data yang digunakan dalam penelitian adalah pos hujan Subang yang terletak di -6.540,
107.750; pos hujan Cinangling yang terletak pada -6.620, 107.680 dan pos hujan Sindanglaya yang
terletak di -6.725, 107.743. Periode data yang digunakan yaitu dari tahun 1986 hingga 2015.
Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa curah hujan seluruh pos hujan mengikuti pola
monsunal. Pola ini dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan).
Pada ketiga pola hujan tersebut, bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober terjadi musim
kering, sedangkan untuk bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April merupakan
musim basah/penghujan. Berdasarkan data curah hujan pada ketiga pos hujan, curah hujan dari pos
hujan Sindanglaya menunjukkan curah hujan tertinggi dikarenakan pos hujan ini terletak di dataran
tinggi di bagian selatan kabupaten yang termasuk wilayah dengan intensitas hujan tinggi akibat
pengaruh orografis (curah hujan daerah pegunungan). Secara umum, curah hujan maksimum terjadi
pada Bulan Januari, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada Bulan Agustus.
Salah satunya adalah Stasiun Meterologi Pertanian Khusus (SMPK) Sukamandi tahun 1991 –
2012. Stasiun ini berada pada wilayah utara kabupaten tepatnya di 107,65 BT 06,35 LS. Berdasarkan
data tersebut, suhu udara rata-rata di wilayah ini berkisar antara 26 – 28 oC. Suhu udara maksimum
terjadi pada Bulan Oktober sementara suhu udara minimum terjadi pada Bulan Agustus. Curah hujan
bulanan SMPK Sukamandi juga menunjukkan pola monsunal. Puncak musim hujan terjadi pada
Bulan Februari dengan curah hujan mencapai 250 mm per bulan. Curah hujan kemudian menurun
hingga mencapai titik terendah pada Bulan Agustus yang selanjutnya meningkat kembali. Pada
puncak musim kemarau di Bulan Agustus, curah hujan hanya mencapai 12 mm.
10
GAMBAR 2.4
Peta Hidrogeologi Lembar Cirebon , Lokasi PT TAAT INDAH BERSINAR
11
GAMBAR 2.5
Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Provinsi Jawa Barat, Lokasi PT HOKAN INDONESIA
12
2.5 Morfologi
Berdasarkan Karakteristik Wilayah ditinjau dari Klasifikasi ketinggian tempat, maka jarak
antar kecamatan di Kabupaten Subang terbagi menjadi :
1. Daerah Dengan Ketinggian 0 - 25 mdpl
Kecamatan Ciasem, Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pusakanagara, sebagian Kecamatan
Patokbeusi, sebagian Kecamatan Purwadadi, sebagian Kecamatan Ciakaum, Sebagian
Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon, Kecamatan Binong
dan Kecamatan Compreng. Dengan luas wilayah 55.398,48 hektar dengan persentase 27,00
dari luas wilayah Kabupaten Subang.
2. Daerah Dengan Ketinggian 26 - 50 mdpl
Sebagian Kecamatan Pagaden, Kecamatan Cipunagara, sebagian Kecamatan Pabuaran
dan sebagian Kecamatan Purwadadi. Dengan luas wilayah 37.241,22 hektar dengan
persentase 18,15 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
3. Daerah Dengan Ketinggian 51 - 75 mdpl
Sebagian Kecamatan Cipeundeuy, Kecamatan Kalijati, sebagian Kecamatan Subang, sebagian
Kecamatan Cibogo dan sebagian Kecamatan Cijambe. Dengan luas wilayah 16.502,45 hektar
dengan persentase 8,04 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
4. Daerah Dengan Ketinggian 76 - 100 mdpl
Sebagian Kecamatan Cipeundeuy, Kecamatan Kalijati, sebagian Kecamatan Subang, sebagian
Kecamatan Cibogo dan sebagian Kecamatan Cijambe. Dengan luas wilayah 13.964,32 hektar
dengan persentase 6,81 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
5. Daerah Dengan Ketinggian 101 - 500 mdpl
Sebagian Kecamatan Cipeundey, sebagian Kecamatan Sagalaherang, sebagian Kecamatan
Kalijati, sebagian Kecamatan Subang, sebagian Kecamatan Cijambe, sebagian Kecamatan
Cisalak, sebagian Kecamatan Jalancagak dan sebagian Kecamatan Tanjungsiang. Dengan luas
wilayah 41.035,39 hektar dengan persentase 20,00 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
6. Daerah Dengan Ketinggian 501 1.000 mdpl
Sebagian Kecamatan Sagalaherang, sebagian Kecamatan Jalancagak, dan sebagian Kecamatan
Tanjungsiang. sebagian Kecamatan Cisalak dan sebagian Kecamatan Tanjungsiang. Dengan
luas wilayah 12.310,42 hektar dengan persentase 6,00 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
13
Sebagian Kecamatan Sagalaherang, sebagian Kecamatan Jalancagak, sebagian Kecamatan
Cisalak dan sebagian Kecamatan Tanjungsiang. Dengan luas wilayah 28.724,67 hektar dengan
persentase 14,00 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
Sedangkan ditinjau berdasarkan kemiringan tanah diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama yaitu :
1. Daerah Dengan Kemiringan 0 derajat - 17 derajat
Subang bagian Utara, hingga Tengah mulai dari Pantai Utara hingga Kecamatan Kalijati,
Kecamatan Subang dan Kecamatan Cibogo ditambah sebagian kecil Kecamatan Jalancagak
dan Kecamatan Tanjungsiang. Dengan luas wilayah 165.793,03 hektar dengan persentase
80,80 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
2. Daerah Dengan Kemiringan 18 derajat - 45 derajat
Kecamatan Subang dan Kecamatan Cibogo bagian Selatan ditambah sebagian Kecamatan
Sagalaherang, sebagian Kecamatan Cisalak dan Kecamatan Cijambe. Dengan luas wilayah
21.872,32 hektar dengan persentase 10,64 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
3. Daerah Dengan Kemiringan Lebih Dari 45 derajat
Sebagian Kecamatan Sagalaherang, sebagian Kecamatan Cisalak, sebagian Kecamatan
Jalancagak dan sebagian Kecamatan Tanjungsiang. Dengan luas wilayah 17.556,60 hektar
dengan persentase 8,56 dari luas wilayah Kabupaten Subang.
2.6 Geologi
Kabupaten Subang termasuk pada Peta Geologi lembar Bandung (Silitonga, 1973). Formasi dan
satuan yang tersingkap di kabupaten Subang adalah :
• Endapan Batupasir tufaan, Lempung dan Konglomerat.
Batupasir tuff, kadang-kadang mengandung batu apung, lempung mengandung sisa-sisa
tumbuhan, konglomerat, breksi, dan pasir halus.
• Aluvium
Lempung, lanau, pasir, kerikil, terutama endapan sungai
• Formasi Kaliwangu
Batupasir tuff, konglomerat, batulempung, kadang-kadang batupasir gampingan dan
batugamping.
• Formasi Cilanang
Lapisan napal tufaan dan konglomerat, diselingi oleh batupasir tufaan dan konglomerat.
• Formasi Subang Anggota batulempung.
Batulempung, kadang-kadang mengandung lapisan gamping napalan dan lapisan
batugamping abu-abu tua.
• Formasi Subang Anggota pasir
14
Batupasir andesit, batupasir konglomerat, breksi, lapisan batugamping dan lempung.
• Hasil Gunungapi Muda tak teruraikan.
Pasir tuffaan, lapilli, breksi, lava, aglomerat.
• Hasil Gunungapi lebih tua.
Breksi dan lahar dan pasir tufa berlapis dengan kemiringan kecil
15
GAMBAR 2.6
Peta Geologi Lembar Bandung, Lokasi PT TAAT INDAH BERSINAR
16
BAB III
PENGAMATAN DAN HASIL BOREHOLE CAMERA
3.1 Pengamatan
➢ Kondisi air di dalam sumur secara fisik relatif jernih dan tidak berbau
➢ Saringan/Screen ø 6 Inch
Konstruksi sumur bor produksi milik PT. TAAT INDAH BERSINAR berlantai beton blok
dengan pipa cassing Ø 6 inchi dari bahan PVC, telah dilengkapi dengan water meter dan stop kran untuk
selanjutnya disambung dengan pipa outlet Ø 1 ½ inchi dari bahan PVC yang tersambung dengan
instalasi air ke bak penampungan.
Pompa hisap yang terpasang pada kedalaman 72,00 meter bmt. yaitu pompa Franklin
Electrical 3 PK/HP yang tersambung dengan pipa hisap mulai kedalaman 74,00 meter bmt, jenis pipa
hisap yaitu PVC Ø 1 ½ inchi.
17
Berdasarkan hasil Borehole Camera di sumur bor didapatkan data konstruksi sebagai
berikut :
➢ Sumur bor dibuat dengan Ø 10 (Sepuluh) inchi sampai kedalaman 90 meter bmt, Casing
yang terpasang Ø 6 inchi dari kedalaman 0.00 – 87.47 meter bmt dari bahan PVC dengan
penyekat semen pada bagian atas dan penyekat gravel pada bagian bawah
➢ Kedudukan Saringan/Screen :
• Saringan/Screen 1 kedalaman 17.55 – 29.18 meter bmt
• Saringan/Screen 2 kedalaman 40.50 – 44.50 meter bmt
➢ Pada kedalaman 87.47 meter bmt didalam sumur terdapat endapan lumpur
yang menghalangi proses penyelidikan dan menjadi batas akhir Borehole
Camera.
18
BAB IV
4.1. Kesimpulan
1. Sumur Bor 2 PT. TAAT INDAH BERSINAR terletak pada zona WGS 84 denga koordinat S:
06º37’58,5” E: 107º37’54,44” dengan ketinggian 546.59 mdpl
2. Secara Geologi daerah penyelidikan di PT. TAAT INDAH BERSINAR Kondisi geologi di
Kabupaten Subang termasuk kedalam Formasi Subang Anggota Batulempung (Msc);
batulempung, kadang-kadang mengandung lapisan gamping napalan yang keras, napal dan
lapisan batugamping abu-abu tua, hasil gunungapi lebih tua (Qob); Breksi dan lahar dan
pasir tufaan berlapis dengan kemiringan kecil.
3. Suhu udara di wilayah Kabupaten Subang berkisar antara 21 derajat – 31 derajat celcius
dengan tingkat kelembaban berkisar antara 78 derajat – 84 derajat celcius. Adapun curah
hujan di Kabupaten Subang diklasifikasikan menjadi empat kelompok :
1. Daerah curah hujan kurang dari 2000 mm sebagain besar berada di daerah pantai;
2. Daerah curah hujan antara 3000 - 4000 mm meliputi daerah Tanjungsiang, Cisalak
sebagian Kalijati dan jalancagak.
3. Daerah dengan curah hujan diatas 4000 mm meliputi daerah yang berada dibagian
paling Selatan seperti Kecamatan sagalaherang, Jalancagak dan Cisalak.
19
4. Hasil penyelidikan Borehole Camera sumur bor :
➢ Muka Air Tanah (MAT) : 25,35 meter bmt , secara fisik kondisi air baik untuk
detailnya harus menunggu hasil analisa laboratorium
➢ Sumur bor dibuat dengan Ø 10 (Sepuluh) inchi sampai kedalaman 90 meter bmt, Casing
yang terpasang Ø 6 inchi dari kedalaman 0.00 – 87.47 meter bmt dari bahan PVC dengan
penyekat semen pada bagian atas dan penyekat gravel pada bagian bawah
➢ Kedudukan Saringan/Screen :
• Saringan/Screen 1 kedalaman 17.55 – 29.18 meter bmt
• Saringan/Screen 2 kedalaman 40.50 – 44.50 meter bmt
➢ Pada kedalaman 87.47 meter bmt didalam sumur terdapat endapan lumpur
yang menghalangi proses penyelidikan dan menjadi batas akhir Borehole
Camera.
4.2. Saran
Karena adanya pengendapan lumpur yang menyebabkan terjadinya pedangkalan sumur,
sebaiknya dilakukan flashing / water jetting untuk membersihkan dan menguras lumpur pada
sumur tersebut.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
L-1 Gambar Hasil Laporan Log Borehole Camera
22
L-2 Gambar Hasil Borehole Camera
23
L-3 Gambar Hasil Kegiatan Lapangan
24
25