Anda di halaman 1dari 29

PERENCANAAN PEIL BANJIR DAN KOLAM RETENSI PADA

KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)


KERETA CEPAT BANDUNG - JAKARTA DI KABUPATEN
KARAWANG

PROPOSAL PENELITIAN

oleh:

Fatma Nurkhaerani
95018013

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Lingkup Penelitian ............................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1 Kondisi Daerah Kajian ...................................................................... 4
2.2 Peil Banjir .......................................................................................... 4
2.3 Teori Banjir........................................................................................ 4
2.4 Program Aplikasi HEC-RAS ............................................................. 5
2.5 Hidrograf Satuan Sintesis .................................................................. 5
2.6 Penelusuran Banjir ............................................................................. 6
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 7
3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 7
3.2 Teknik dan Alur Proses Analisis Data ............................................... 7
3.2.1 Pengumpulan Data ............................................................... 7
3.2.2 Analisa Data Curah Hujan Wilayah..................................... 8
3.2.3 Uji Konsistensi Data Hujan ................................................. 8
3.2.4 Analisa Distribusi Frekuensi ................................................ 8
3.2.5 Analisa Intensitas Hujan .................................................... 12
3.2.6 Metode Rasional ................................................................ 13
3.2.7 Simulasi HEC-RAS ........................................................... 13
3.2.8 Analisa Debit Banjir Berdasarkan Metode Hidrograf
Sintetik ............................................................................... 14
3.2.9 Penelusuran Banjir (Flood Routing) .................................. 18
BAB IV RENCANA PENELITIAN ................................................................ 21
4.1 Persiapan Pelaksanaan ..................................................................... 21
4.1.1 Alat yang dibutuhkan ......................................................... 21
4.1.2 Data .................................................................................... 21
4.1.3 Pendanaan .......................................................................... 21
4.2 Jadwal Penelitian ............................................................................. 21
BAB V RENCANA KELUARAN/HASIL ...................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ............................................ 14
Gambar 3. 2. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 20

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Nilai Variabel Reduksi (K) Gauss .................................................... 9


Tabel 3. 2. Nilai Yn dan Sn............................................................................... 10
Tabel 3. 3. Nilai Variabel (Y) Reduksi Gumbel ............................................... 10
Tabel 3. 4. Nilai K Distribusi Log Pearson ....................................................... 11
Tabel 3. 5. Koefisien Pengaliran (C) ................................................................ 16
Tabel 3. 6. Bilangan Kurva Aliran Permukaan untuk berbagai jenis Tanah dan
Penutup Tanah ................................................................................ 17
Tabel 3. 7. Kelompok Hidrologi Tanah ............................................................ 17
Tabel 4. 1 Kerangka Rencana Pengerjaan Tugas Akhir ................................... 21

iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Bandung merupakan proyek nasional
sebagai agenda modernisasi transportasi massal, dan penghubung dua kota pusat
pemerintahan, perdagangan dan jasa. Pelaksanaan pembangunan kereta cepat Jakarta –
Bandung dilakukan sebagai persiapan untuk antisipasi mobilisasi antar dua kota tersebut
yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Adanya Kereta Cepat Jakarta –
Bandung dipersiapkan sebagai langkah awal penyediaan transportasi massal yang aman,
nyaman dan modern.
Akses transportasi Kereta Cepat Jakarta – Bandung sebagaimana direncanakan akan
memiliki 4 stasiun penunjang, yaitu stasiun Halim Perdana Kusuma di Jakarta, stasiun
Karawang di Karawang, Stasiun Walini di Kabupaten Bandung Barat, dan Stasiun Tegal
Luar di Kabupaten Bandung. Lokasi eksisting dari keempat stasiun relatif belum
terhubung dengan beberapa pusat keramaian di wilayah tersebut sehingga untuk
menunjangnya diperlukan akses dan kawasan penunjang dari stasiun pemberhentian/
pemberangkatan Kereta Cepat dalam bentuk sebuah Transit Oriented Development
(TOD).
Konsep TOD yang disiapkan adalah sebuah kawasan terpadu yang didesain
memiliki radius terhadap lokasi stasiun pada kisaran 200 – 800 m sehingga menunjang
untuk budaya jalan kaki menuju berbagai area tujuan, terutama stasiun Kereta Cepat.
Berbagai jenis kegiatan yang akan ada di dalam kawasan TOD meliputi Kawasan
Permukiman, Komersil, Area Campuran, Kantor dan Bussiness Park, Industri, Hotel dan
Fasilitas Penunjang Kawasan (Utilitas kawasan, fasilitas publik kawasan, Jalan, Ruang
Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Biru). Keberadaan kawasan TOD ditujukan pula
untuk menjadi stimulan pertumbuhan wilayah yang dilewati akses transportasi dalam
berbagai bidang yang terkait dengan keberadaan kereta Cepat dan stasiun penunjangnya.
Wilayah Karawang merupakan salah satu dari empat stasiun Kereta Cepat yang
direncanakan. Hasil perencanaan yang telah dilakukan bahwa lokasi rencana Stasiun
Kereta Cepat di wilayah Karawang terletak di Desa Wanasari dan Wanakerta,
Kecamatan Telukjambe Barat. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan TOD di sekitar
lokasi stasiun tersebut, akan dibangun kawasan TOD Karawang pada lahan seluas 250
ha yang tersebar di kedua desa yang sama dengan lokasi stasiun. Kawasan tersebut akan

1
memenuhi kebutuhan hunian, area komersil, perkantoran dan pusat fasilitas publik
lainnya.
Kegiatan pembangunan tersebut mengakibatkan perubahan penggunaan lahan
khususnya daerah terbangun mengalami peningkatan sehingga terjadi perubahan fungsi
lahan, yang pada awalnya sebagai daerah resapan air berubah menjadi lahan terbangun
yang mempengaruhi kondisi tata air/hidrologi. Perubahan tata air/hidrologi yang
umumnya terjadi yaitu berupa peningkatan aliran permukaan karena penurunan
kapasitas infiltrasi (Harto 1993). Apabila perubahan tersebut terjadi dengan cepat tanpa
adanya upaya pengendalian maka dapat menimbulkan kerugian baik bagi lokasi itu
sendiri maupun lokasi sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian hidrologi
terhadap suatu kegiatan yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan
lahan. Dengan demikian, dapat diketahui mengenai keadaan hidrologi daerah tersebut
sehingga dapat menentukan tindakan pengendalian yang harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerugian.
Sungai yang melalui lokasi kegiatan adalah Sungai Cibaregbeg yang merupakan
anak Sungai Cibeet. Kondisi eksisting di lokasi rencana kegiatan memiliki beda tinggi
elevasi yang rendah dibandingkan lokasi hulu sungai. Lokasi kegiatan memiliki elevasi
+ 35 - 45 m dpl sedangkan bagian hilir sungai yang melintasi lokasi kegiatan memiliki
elevasi + 30 - 35 m dpl. Beda tinggi yang signifikan ini akan mengakibatkan kecepatan
aliran air permukaan akan tinggi. Perubahan tata guna lahan pada lokasi rencana
pembangunan TOD akan mempengaruhi kondisi kemampuan lahan untuk menyerap air,
sehingga dapat terjadi limpasan air permukaan yang berlebih pada lokasi rencana
pembangunan TOD karena memiliki elevasi yang lebih rendah.
Berdasarkan rencana pengembangan yang akan dilakukan di lokasi TOD tersebut
akan meningkatkan jumlah limpasan air permukaan. Peningkatan tersebut akan
diperhitungkan secara kuantitatif dalam kajian ini sehingga dapat ditentukan kapasitas
pond yang diperlukan.
1.2 Lingkup Penelitian
Lingkup kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis karakteristik hidrograf banjir di Sungai Cibaregbeg di Kabupaten
Karawang
2. Menghitung profil MAB (Muka Air Banjir) Sungai Cibaregbeg yang melalui lokasi
kegiatan

2
3. Menghitung volume tampungan yang dibutuhkan dilokasi kegiatan untuk
mengurangi air limpasan
4. Menghitung peninggian elevasi dasar untuk pembangunan pada lokasi kegiatan agar
debit banjir periode ulang rencana dari hulu tidak menyebabkan genangan pada
lokasi kegiatan
1.3 Sasaran Penelitian
Sasaran dari penelitian ini adalah
1. Menganalisis limpasan air permukaan akibat dari pembangunan.
2. Memberikan rekomendasi rencana penanggulangan dampak
3. Menghitung tinggi genangan banjir dilokasi kegiatan sebagai bahan pertimbangan
peil banjir
1.4 Batasan Penelitian
Untuk membatasi masalah dari penelitian ini,maka digunakan batasan sebagai berikut:
1. Analisis dilakukan pada Sungai Cibaregbeg yang melalui lokasi kegiatan TOD
Karawang
2. Data curah hujan dan temperatur yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari
stasiun Hujan Walahar (Perum Jasa Tirta II Karawang) dengan Koordinat 06o37’ LS
dan 107o55’BT

3
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Daerah Kajian


Transit Oriented Development (TOD) merupakan tempat singgah kereta cepat yang saat
ini sedang dikerjakan oleh pemerintah Indonesia. Salah satu kawasan TOD tersebut
berada di Desa Wanasari dan Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten
Karawang. Pembangunan kawasan ini tentunya akan mengakibatkan perubahan tata
guna lahan sehingga menimbulkan perubahan debit aliran.
Salah satu fenomena perubahan iklim yang sering terjadi di Kabupaten Karawang
adalah banjir. Setiap tahun banjir hampir selalu melanda Kabupaten Karawang. Selama
Januari sampai Mei 2013, di Kabupaten Karawang terdapat 573 kejadian bencana
hidrometeorologi yang mengakibatkan 253 orang meninggal dunia, 512.080 orang
menderita dan mengungsi, 30.525 unit rumah rusak, dan puluhan fasilitas umum seperti
sekolah, rumah ibadah, dan sebagainya mengalami kerusakan (BPLH 2013).

2.2 Peil Banjir


Menurut Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 13 Tahun 2013 tetang Bangunan dan Izin
Mendirikan Bangunan, Peil banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan
perumahan/permukiman dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan. Sementara
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor
01/PRT/M/2018 Tentang Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun, Peil
Banjir adalah ketinggian muka tanah secara hidrologi paling aman dari resiko banjir.

2.3 Teori Banjir


Banjir terjadi ketika volume air tidak lagi tertampung di dalam wadah yang seharusnya,
sehingga menggenangi suatu daerah atau kawasan lain di sekitarnya (Suherlan 2001).
Dengan demikian debit air sungai yang meningkat pada suatu waktu dan tidak
tertampung lagi oleh alur sungai dapat melahirkan banjir. Banjir dapat dipandang
sebagai suatu peristiwa alam, namun dapat pula dilihat sebagai hasil dari ulah atau
campur tangan manusia seperti pengembangan kota yang sangat cepat, namun tidak
diimbangi dengan pembangunan sarana drainase (Diposaptono dan Budiman 2007).
Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab-sebab
berikut ini (Kodoatie, 2005)
1. Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai (DAS).
2. Pembuangan sampah.
3. Erosi dan sedimentasi.

4
4. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase.
5. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.
6. Curah hujan
7. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai.
8. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.
9. Pengaruh pasang.
10. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut).
11. Drainase lahan.
12. Bendung dan bangunan air.
13. Kerusakan dan bangunan pengendali banjir.

2.4 Program Aplikasi HEC-RAS


HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai. Sistem
HEC-RAS pada akhirnya akan memuat tiga komponen analisa hidrolika satu dimensi
untuk: (1) Perhitungan profil muka air aliran seragam (steady flow), (2) Simulasi aliran
tidak seragam, (3) Perhitungan transport sedimen dengan batas yang bisa dipindahkan.
Ketiga komponen tersebut akan menggunakan representasi data geometri serta
perhitungan hidrolika dan geometri seperti pada umumnya (Suadnya, 2017).

2.5 Hidrograf Satuan Sintesis


Hidrograf satuan sintetik merupakan formula yang dikembangkan untuk memprediksi
unit hidrograf dari suatu DAS berdasarkan korelasi antara karakteristik fisik DAS yang
terkait dengan sifat pengaliran (direct runoff), kemiringan, dengan karakteristik unit
hidrograf DAS tersebut (besar debit puncak, waktu puncak) (Hidayah, 2017).
Konsep hidrograf satuan, yang banyak digunakan untuk melakukan transformasi
dari hujan menjadi debit aliran. Konsep ini diperkenalkan pada tahun 1932 oleh Sherman
(Subramanya, 1984). Data yang diperlukan untuk menurunkan hidrograf satuan terukur
di DAS yang ditinjau adalah data hujan otomatis dan pencatatan debit di titik
pengamatan tertentu. Namun jika data hujan yang diperlukan untuk menyusun hidrograf
satuan terukur tidak tersedia digunakan analisis hidrograf banjir sintetis.
Metoda hidrograf satuan sintetis yang saat ini umum digunakan di Indonesia antara
lain adalah metoda Snyder-SCS, Snyder-Alexeyev, Nakayasu, GAMA-1, HSS-αβγ dan
Limantara. Selain itu Program HEC-HMS (pengembangan dari program HEC-1) juga
sangat umum digunakan. Metoda Snyder-SCS, SnyderAlexeyev, Nakayasu
dikembangkan diluar negeri, sedang metoda perhitungan hidrograf satuan sintetis yang

5
pertama dikembangkan di Indonesia adalah metoda HSS Gama-1 yang dikembangkan
di Universitas Gajah Mada (Harto, 1993). Selanjutnya dikembangkan metode HSS αβγ
di Institut Teknologi 10 November (Lasidi et.al, 2003) dan HSS Limantara di Universitas
Brawijaya (Lily, 2008).

2.6 Penelusuran Banjir


Aliran air pada saluran yang tidak teratur dan memiliki hambatan yang tinggi memiliki
konfigurasi gelombang yang banyak berubah. Cara-cara untuk menentukan menetukan
modifikasi aliran banjir dinamakan penelusuran banjir (Chow, et al., 1988). Pada
rekayasa hidrologi, penelusuran banjir merupakan teknik yang penting yang diperlukan
untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap mengenai masalah pengendalian banjir
dan peramalan banjir. Untuk memenuhi keperluan ini, penelusuran banjir dipandang
sebagai prosedur yang dibutuhkan untuk menetukan hidrograf suatu titik di hilir dari
hidrograf yang diketahui dari titik di hulu.
Penelusuran banjir sangat berguna dalam pengelolaan banjir maupun peramalan
banjir. Dalam praktek terdapat dua macam penelusuran banjir, yaitu penelusuran saluran
(channel routing) yang menunjukkan perubahan gelombang banjir melewati saluran
(sungai) dan penelusuran reservoir (reservoir routing). Cara ini bermanfaat untuk hal-
hal berikut (Harto, 1993).
a) Untuk menentukan hidrograf sungai di suatu tempat tertentu, bila hidrograf disebelah
hulu diketahui,
b) Untuk sarana peringatan dini pada pengamanan banjir (early warning system),
c) Untuk menentukan dimensi dan rancangan bangunan-bangunan hidraulik seperti
tanggul, tembok penahan dan jembatan.
Reservoir routing merupakan outflow hidrograf dari sebuah reservoir dari inflow
hidrograf yang mengalir menuju reservoir dengan pertimbangan elevasi, penyimpanan,
dan karakteristik debit reservoir dan pelimpah. Persamaan hukum kekekalan Massa
diselesaikan dengan asumsi bahwa debit dan volume yang keluar dari reservoir
berhubungan langsung (Mockus, et. all 1967).

6
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Hasil perencanaan yang telah dilakukan bahwa lokasi rencana Stasiun Kereta Cepat
di wilayah Karawang terletak di Desa Wanasari dan Wanakerta, Kecamatan
Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang
3.2 Teknik dan Alur Proses Analisis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa:
1. Data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun terakhir
2. Peta-peta pendukung meliputi peta wilayah, peta topografi, peta jenis tanah dan
peta penggunaan lahan.
3.2.1 Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, baik yang berasal dari instansi
terkait maupun dari hasil kajian sebelumnya. Data yang dikumpulkan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan peninjauan
atau survei langsung di lapangan. Peninjauan langsung di lapangan dilakukan
dengan beberapa pengamatan dan identifikasi. Pengamatan dan identifikasi
langsung tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Letak dan kondisi lokasi studi
 Melakukan inventori untuk mengetahui kondisi eksisting dan penggunaan
lahan di dalam area kegiatan proyek.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mencari informasi secara
ilmiah pada instansi maupun lembaga yang terkait dengan kegiatan studi
hidrologi. Dalam hal ini data-data yang diperlukan sebagai berikut :
 Peta topografi lokasi proyek dan site plan pembangunan (lanjutan) area
studi.
 Peta rupa bumi di sekitar lokasi studi.
Data curah hujan harian maksimum yang didapat dari stasiun hujan yang dekat
dengan lokasi studi.

7
3.2.2 Analisa Data Curah Hujan Wilayah
Maksudnya adalah data curah hujan harian dalam setahun yang dinyatakan dalam mm/
hari, untuk stasiun curah hujan yang berada di sekitar lokasi rencana pembangunan
kawasan Transit Oriented Development Karawang, jumlah data curah hujan dalam
jangka waktu 20 tahun berturut-berturut. Analisis data curah hujan wilayah
menggunakan metode polygon thiessen.

3.2.3 Uji Konsistensi Data Hujan


Dalam kajian ini dilakukan pengujian konsistensi data hujan dengan Metode Kurva
Massa Ganda yaitu dengan meninjau data pos stasiun pengamat di sekitarnya. Caranya,
dengan memplot data kumulatifnya sebagai absis. Jika dari data-data tersebut bisa ditarik
sebagai suatu garis lurus dengan kemiringan tertentu, maka data tersebut dianggap
konsistensi.
3.2.4 Analisa Distribusi Frekuensi
Analisis hujan rencana perlu dilakukan dalam rangka melakukan analisis limpasan
permukaan yang menyebabkan terjadinya banjir. Analisis curah hujan rencana dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode statistik untuk frekuensi ulang 2, 5, 10, 15, 25,
50 dan 100 tahun. Analisis frekuensi adalah suatu analisis data hidrologi dengan
menggunakan statistika yang bertujuan untuk memprediksi suatu besaran hujan atau
debit dengan masa ulang tertentu. Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu
besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang (return period) diartikan
sebagai waktu dimana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut.
Analisis hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya debit puncak yang akan
berpengaruh terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang
akan dibangun. Analisis diawali dengan pengolahan data curah hujan dengan metode
Isohyet, kemudian ditentukan jenis ditribusi yang sesuai dengan parameter statistik
analisis frekuensi (Singh 1992) yang dapat dilihat pada persamaan berikut:
1) Distribusi Normal
Analisis distribusi normal menggunakan parameter statistik µ (rata-rata nilai x) dan
 (simpangan baku dari x). Rumus yang umu dignakan untuk distribusi normal
adalah :

X t  X  KtS

8
dimana :
Xt = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
X = Nilai rata-rata hitung sampel data
S = Simpangan baku dari nilai data
Kt = faktor frekuensi
Tabel 3. 1. Nilai Variabel Reduksi (K) Gauss
Periode Ulang (Tahun)
2 5 10 25 50 100
0,000 0,840 1,280 1,708 2,050 2,330
Sumber : Soemarto, 1995
2) Distribusi Log Normal
Apabila variabel acak Y=Log X terdistribusi secara normal, maka x dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Modek matematika dari distribusi ini dapat
dinyatakan dengan persamaan :
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝑘. 𝑆𝐿𝑜𝑔𝑋
𝑆𝐿𝑜𝑔𝑋
𝐶𝑣 =
𝑋̅
2
√∑𝑛𝑖=1(log 𝑋𝑖 − ̅̅̅̅̅̅̅
𝑙𝑜𝑔 𝑋)
𝑆𝐿𝑜𝑔𝑋 =
𝑛−1
dimana :
XT = Besarnya curah hujan dengan periode ulang t (mm)
Log X = Hujan harian maksimum rata-rata dalam harga logaritmik (mm)
K =Faktor frekuensi dari Log Normal, sebagai fungsi dari koefisien
variasi Cv dan periode ulang (t)
SLogX = Standard deviasi dari rangkaian data dalam harga logaritmik
Cv = Koefisien variasi
X = Hujan harian maksimum rata-rata

3) Distribusi Gumbel
Untuk curah hujan rencana yang dihitung dengan menggunakan Distribusi Gumbell,
persamaan yang digunakan adalah :
𝑅𝑇 = 𝑅𝑖 + 𝐾𝑇 . 𝑆𝑥
Untuk mencari besar masing-masing koefisien diatas, dilakukan dengan rumus:

 ( Ri  R )
2
 Yt  Yn 
Sx  Kt 
n 1 Sn

9
dimana:
RT = Curah hujan maksimum dalam periode ulang T (tahun)
Ri = Curah hujan rata-rata (tahun)
KT = Koefisien dispersi
Sx = Standar Deviasi/Simpangan Baku
n = Jumlah tahun pengamatan
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standard deviation
YT = Reduced variated
Tabel 3. 2. Nilai Yn dan Sn
N Yn Sn
10 0,4592 0,9496
11 0,4996 0,9676
12 0,5035 0,9833
13 0,5070 0,9971
14 0,5100 1,0095
15 0,5128 1,0206
Sumber : Suripin, 2004

Tabel 3. 3. Nilai Variabel (Y) Reduksi Gumbel


T(Tahun) Yt
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2504
25 3,1255
50 3,9019
100 4,600

4) Distribusi Log Pearson III


Parameter penting dalam Log Pearson tipe III yaitu harga rata-rata, simpangan baku
dan koefisien kemencengan. Jika koefisien kemencengan sama dengan nol maka
kembali ke distribusi Log Normal. Untuk curah hujan rencana yang dihitung dengan
menggunakan Distribusi Log Pearson III, persamaan yang digunakan adalah :

Log Rt  L og R  k S
Log X

10
 LogR
LogR 
n

2
 ( LogR  LogR )
S log R

n1

n  Log R  Log R 
3

Cs 
 n  1    n  2    S Logr 
3

dimana :
R = Curah hujan (mm)
S Log X
= Standar deviasi/Simpangan baku
T = Perioda ulang (tahun)
k = Faktor frekuensi tertentu f(G,T) (tabel)
Cs = Koefisien kemencengan
Tabel 3. 4. Nilai K Distribusi Log Pearson

Interval Ulang (Tahun)


Cs
2 5 10 25 50 100
3,000 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,000 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605
1,000 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,254 3,022
0,000 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326
-0,200 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,327 0,054 0,853 1,241 1,633 1,875 2,084
-0,400 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029

Pemilihan Metode Distribusi


Sebelum pemilihan metode distribusi probabilitas data hidrologi yang akan digunakan,
terlebih dahulu data-data hasil analisa tersebut diplot pada kertas probabilitas atau
menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi masing-masing distribusi. Metode
pengeplotan data dapat dilakukan secara empiris, persamaan yang umum digunakan
adalah persamaan Weibull :
𝑛+1
𝑇𝑟 =
𝑚
dimana :
m = Nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke kecil
n = Banyaknya data atau jumlah kejadian

11
Berdasarkan metode tersebut, akan dipilih satu metode distribusi terbaik, dimana
hasil dari metode terpilih tersebut akan digunakan untuk analisis hidrologi lebih lanjut.
Pemilihan metode distribusi dilakukan dengan Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov.

Dalam uji chi-square parameter Xh2 merupakan variabel acak, dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝐺
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2
𝑋ℎ2 = ∑
𝐸𝑖
𝑖=1

dimana :
Xh2 = parameter Chi-Square terhitung
G = jumlah sub kelompok
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

Uji Smirnov-kolmogorov digunakan untuk pengujian sampai dimana sebaran


data tersebut berdasarkan hipotesis. Uji ini ditegaskan berdasarkan Ho: data mengikuti
distribusi yang ditetapkan, Ha: data tidak mengikuti distribusi yang ditetapkan
(Danapriatna dan Setiawan, 2005). Nilai-nilai parameter populasi yang dipakai untuk
menghitung frekuensi yang diharapkan berdasarkan nilai-nilai statistik sampel. Uji
statistik ini dapat dirumuskan:

Dn = max { Fo(x)-SN(x)}
dimana Fo(x) menyatakan sebaran frekuensi kumulatif yaitu sebaran frekuensi
teoritik berdasarkan Ho. Untuk setiap harga x, Fo(x) merupakan proporsi harapan yang
nilainnya sama atau lebih kecil dari x. SN(x) adalah sebaran frekuensi kumulatif dari
suatu sampel sebesar N pengamatan.

3.2.5 Analisa Intensitas Hujan


Besarnya intensitas hujan tergantung pada durasi curah hujan, beberapa prosedur untuk
menentukan debit puncak banjir adalah dengan mengasumsikan intensitas hujan yang
konstan. Intensitas curah hujan rencana merupakan besarnya curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Rumus menghitung intensitas
curah hujan dari hasil perhitungan distribusi frekuensi yang sudah terpilih, menggunakan
rumus Mononobe sebagai berikut :

12
𝑹𝒊 𝟐𝟒 𝟐/𝟑
𝑰𝒕 = ×( )
𝟐𝟒 𝒕
dimana :
Rt = hujan rencana untuk berbagai kala ulang (mm)
t = waktu konsentrasi (jam), untuk satuan menit, t dikalikan 60.
It = intensitas hujan untuk berbagai kala ulang (mm/jam)

3.2.6 Metode Rasional


Metode rasional adalah metode lama yang masih digunakan hingga sekarang untuk
memperkirakan debit puncak (peak discharge). Bentuk umum persamaan rasional dapat
dilihat pada Persamaan berikut
𝑄 = 0.2778 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
Keterangan :
Q = debit banjir maksimum (m3/detik)
C = koefisien pengaliran/limpasan
I = intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
3.2.7 Simulasi HEC-RAS
Debit banjir yang telah didapatkan dimasukkan dalam software HEC-RAS. Dengan
menggunakan HEC-RAS maka dapat diketahui profil dari muka air saat terjadi banjir.
HEC-RAS akan menampilkan pemodelan sesuai dengan input data yang diberikan.
Input data yang digunakan untuk analisa ini adalah :
1. Data Geometri : Skema alur Sungai Cibaregbeg dan data Penampang Memanjang
dan Melintang
2. Data Debit : Data Debit di Sungai Cibaregbeg
3. Data Hidrolika yaitu koefisien Manning (n) bervariasi merupakan parameter.
Langkah-langkah yang dilakukan
1. Membuat file baru untuk simulasi sungai
2. Membuat data geomteri baru dan menggambar skema alur sungai
3. Memasukkan data geometri seperti cross section, elevasi, manning, slope saluran dan
panjang saluran
4. Memasukkan debit maksimum yang telah dihitung sebelumnya
5. Melakukan kalkulasi hidrolik (running program)
6. Melihat hasil Tinggi Muka Air Banjir saat debit maksimum

13
3.2.8 Analisa Debit Banjir Berdasarkan Metode Hidrograf Sintetik
Analisa debit maksimum (banjir) merupakan laju aliran permukaan (limpasan) puncak
yang berasal dari hujan maksimum. Perhitungan debit maksimum ini dapat
memperkirakan debit banjir suatu sungai, limpasan lahan maupun limpasan dari jalan.
Pada dasarnya hidrograf merupakan visualisasi perubahan besaran parameter hidrologi
terhadap waktu kejadiannya. Parameter yang dimaksud antara lain: tinggi hujan, tinggi
muka air dan debit sungai.
a) Debit Banjir Sungai
Untuk menghitung besarnya debit banjir rancangan dalam suatu DAS (daerah aliran
sungai) dapat digunakan beberapa metode, seperti metode rasional yang cukup
sederhana. Penyajian proses pengalihragaman hujan aliran menjadi banjir maka
digunakan HSS (hdrograf satuan sintetik), diantaranya HSS Nakayasu. Metode ini
perlu dicari karakteristik atau parameter daerah pengaliran tersebut. Adapun
karateristiknya sebagai berikut
 Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak
magnitute)
 Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
 Tenggang waktu hidrograf (time base)
 Luas daerah pengaliran (catchment area)
 Panjang alur sungai utama

Gambar 3. 1 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Persamaan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

C . A .R o
QP 
3 .6  ( 0 .3t P  T 0 .3
)

14
Dimana : QP = debit puncak banjir (m3/det)
R0 = hujan satuan (mm)
TP = tenggang waktu (time log) dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
T0.3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30% (jam)
Untuk menentukan Tp dan T0.3 digunakan persamaan :
TP = Tg + 0.75 Tr
T0.3 = α . Tg
Tg dihitung berdasarkan persamaan :
Tg = 0.21 x L0.7 untuk L<15 km
Tg = 0.40 + 0.058.L untuk L>15 km
Tr merupakan lama hujan efektif yang besarnya 0.5 – 1 jam
Harga α mempunyai kriteria sebagai berikut :
 Daerah pengaliran biasa α = 2
 Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat, maka α = 1.5
 Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat maka α = 3

b) Limpasan Air Permukaan


Menghitung limpasan permukaan (run off) pada suatu areal lahan penting untuk
maksud perencanaan penggunaan lahan. Sebagaimana menentukan debit banjir
rencana, besarnya debit maksimum yang terjadi di lokasi studi dihitung dengan
metode modifikasi rasional.
Aliran permukaan yang terjadi sebagai akibat adanya pembangunan pada
umunya akan mengakibatkan peningkatan run off. Hasil dari perhitungan
pendugaan runoff itu dapat dibuat perencanaan untuk berbagai hal, salah satunya
adalah upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka mengendalikan run off.
Metode yang digunakan untuk menghitung aliran permukaan adalah metode
modifikasi rasional. Volume aliran permukaan berdasarkan metode ini tergantung
pada curah hujan dan volume simpanan yang tersedia untuk menahan air. Selain itu,
metode ini juga mempertimbangkan jenis penggunaan lahan dan jenis tanah.
Prinsip dasar metode ini adalah jika curah hujan dengan intensitas yang
secara terus menerus, maka laju aliran permukaan akan bertambah sampai mencapai

15
waktu konsentrasi Tc. Waktu konsentrasi (Tc) tercapai ketika seluruh bagian DAS
telah memberikan kontribusi aliran di outlet. Laju masukan pada sistem adalah hasil
curah hujan dengan intensitas I pada DAS dengan luas A. Nilai perbandingan antara
laju masukan dengan debit puncak (Q) dengan nilai 0<=C<=1.
Rumus metode Rasional yang digunakan adalah :

dimana :
Q = Debit banjir maksimum (m3/det)
C = Koefisien pengaliran / limpasan
I = Intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)
A = Luas catchment area (km2)

Tabel 3. 5. Koefisien Pengaliran (C)


Tipe daerah aliran Keterangan Koefisien C
Rerumputan/tanaman Tanah gembur 0,18 – 0,22
Daerah kota lam 0,75 – 0,95
Bisnis
Daerah pinggiran 0,50 – 0,70
Keluarga kecil 0,3 – 0,5
Terpisah penuh 0,4 – 0,6
Perumahan
Tertutup dan rapat 0,6 – 0,7
Perumahan 0,5 – 0,7
Ringan 0,5 – 0,8
Industri
Berat 0,6 – 0,9

Koefisien run off ditentukan oleh penggunaan di lokasi studi. Pada tabel 3.5
disajikan bilangan kurva aliran permukaan untuk berbagai jenis tanah dan penutup
tanah, sedangkan pada tabel 3.6 bilangan kurva berdasarkan kelompok hidrologi
tanah.

16
Tabel 3. 6. Bilangan Kurva Aliran Permukaan untuk berbagai jenis Tanah dan Penutup
Tanah
Nomor Penggunaan Kelompok Hidrologi Tanah
Tanah/Perlakuan/Kondisi A B C D
Hidrologi
1. Permukiman
Persentase rata-rata2)
Luas Kapling
- 500 m2 dan lebih kecil 65 77 85 90 92
- 1000 m2 61 75 83 87
- 1300 m2 57 72 81 86
- 2000 m2 54 70 80 85
- 4000 m2 51 68 79 84
2. Tempat parkir diaspal, atap, dan
jalan aspal, dan lain-lain. 98 98 98 98
3. Jalan Umum
- beraspal dan saluran pembuangan 98 98 98 98
air 76 85 89 91
- kerikil 72 82 87 89
- tanah
4. Daerah perdagangan dan pertokoan 89 92 94 95
(85% kedap)
5. Daerah industri (72% kedap) 81 88 91 93
6. Tempat terbuka, padang rumput
yang dipelihara, taman, lapangan
golf, kuburan dan lain-lain : 39 61 74 80
- kondisi baik : 75% atau lebih 49 69 79 84
tertutup rumput
- kondisi sedang : 50% - 75%
tertutup rumput
7. Perumahan petani 59 74 82 86

Tabel 3. 7. Kelompok Hidrologi Tanah


Kelompok
Keterangan
Tanah
Potensi aliran permukaan paling kecil : pasir dalam, loess
A
dalam, debu yang beragregat
Potensi aliran permukaan kecil : loess dangkal, lempung
B
berpasir,
Potensi aliran permukaan sedang : lempung berliat,
C lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik
rendah, dan tanah-tanah berkadar liat tinggi
Potensi aliran permukaan tinggi : tanah-tanah yang
D mengembang secara nyata jika basah, liat berat, plastis, dan
tanah-tanah salin tertentu.

17
3.2.9 Penelusuran Banjir (Flood Routing)
Penelusuran banjir dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik hidrograf
outflow/keluaran, yang sangat diperlukan dalam pengendalian banjir. Perubahan
hidrograf banjir antara inflow (I) dan outflow (O) karena adanya faktor tampungan atau
adanya penampang sungai yang tidak seragam atau akibat adanya meander sungai. Jadi
penelusuran banjir ada dua, untuk mengetahui perubahan inflow dan outflow pada waduk
dan inflow pada satu titik dengan suatu titik di tempat lain pada sungai (C.D. Soemarto,
1999).
Perubahan inflow dan outflow akibat adanya faktor tampungan, menyebabkan pada
suatu waduk terdapat inflow banjir (I) akibat adanya banjir dan outflow (O) apabila muka
air waduk naik dan melimpas di atas spillway. (Soemarto, 1999).
I > O, berarti tampungan Waduk naik. Elevasi muka air pada Waduk naik.
I < O, berarti tampungan Waduk turun. Elevasi muka air pada Waduk turun.
Pada penelusuran banjir berlaku persamaan kontinuitas (Sosrodarsono & Takeda, 1993):
𝑑𝑆
𝐼−𝑂 =
𝑑𝑡
Atau
𝑡2 𝑡2
∆𝑆 = 𝑆2 − 𝑆1 = ∫ 𝐼. 𝑑𝑡 − ∫ 𝑂. 𝑑𝑡
𝑡1 𝑡1

Dengan :
I = Laju aliran masuk (inflow rate) (m/s)
O = Laju aliran keluar (outflow rate) (m/s)
S = Simpanan (Storage) (m3)
t = Waktu (jam)
Agar bentuk persamaannya lebih mudah digunakan dalam penelusuran banjir
secara hidrologis, maka umumnya dianggap bahwa aliran rata-rata pada waktu t1
dan t2, yaitu pada awal dan akhir periode penelusuran (routing periods), adalah sama
dengan aliran rata-ratanya selama periode tersebut, selanjutnya diberi notasi t, maka
persamaanya menjadi:
𝐼1 + 𝐼2 𝑂1 + 𝑂2
𝑆2 − 𝑆1 = 𝑡− 𝑡
2 2
Dengan :
I1 = Inflow pada waktu permulaan periode penelusuran
I2 = Inflow pada akhir penelusuran
O1 = Outflow pada waktu permulaan periode penelusuran
O2 = Outflow pada akhir penelusuran

18
S1 = Tampungan pada awal penelusuran (m3/s)
S2 = Tampungan pada akhir penelusuran (m3/s)
t = Waktu penelusuran (jam)
Penelusuran banjir pada pelimpah digunakan metode ISD (Inflow Storage
Discharge) yang dikembangkan oleh Raghunath, 1985. Prinsip dasar penelusuran
banjir pada waduk dikembangkan dari persamaan kontinuitas. Untuk penelusuran
banjir melalui waduk / bendungan, digunakan persamaan sebagai berikut :
𝐼1 + 𝐼2 𝑆1 𝑂2 𝑆1 𝑂2
( )+( + )=( − )
2 ∆𝑡 2 ∆𝑡 2

Dan
𝑆1 𝑂2
( + )=𝛹
∆𝑡 2

𝑆1 𝑂2
( − )=ø
∆𝑡 2
Dengan :
𝐼 +𝐼
( 1 2 2 ) = Inflow sesaat masuk ke tampungan (m3/s)

Ψ = Tampungan pertama (m3/s)


Ø = Tampungan kedua, merupakan dasar penentuan besarnya outflow (m3/s)

19
Mulai

Studi Literatur

Survei dan Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Pengumpulan Data


 Curah Hujan Harian Maksimum  Debit Sungai
 Topografi dan Profil Sungai  Luas DAS
 Tata Guna Lahan  Tata Guna Lahan

Analisis Hidrologi : Debit banjir Analisis Hidrologi : Hidrograf


metode rasional Satuan Sintetik Nakayasu

Penentuan Peil Banjir dengan


Penelusuran Banjir (Flood Routing)
HEC-RAS

Volume Kolam Retensi

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 2. Diagram Alir Penelitian

20
BAB IV RENCANA PENELITIAN

4.1 Persiapan Pelaksanaan


4.1.1 Alat yang dibutuhkan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat pengolah data,
seperti kalkulator serta komputer atau laptop yang telah dilengkapi dengan beberapa
perangkat lunak, di antaranya Microsoft Office 2010, Google Earth, dan AutoCAD
2010.
4.1.2 Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data yang digunakan
yaitu peta wilayah, peta topografi, data debit dari pos hujan terdekat dan data curah
hujan 20 tahun.
4.1.3 Pendanaan
Dana penelitian ini sepenuhnya berasal dari dana pribadi peneliti

4.2 Jadwal Penelitian


Dalam pelaksananan tugas akhir ini diharapkan dapat sesuai jadwal sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Kerangka Rencana Pengerjaan Tugas Akhir


Rencana Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Literatur
Pengumpulan √ √ √ √ √
data-data
sekunder
Persiapan √ √ √ √
bahan dan
alat
Pengumpulan √ √ √ √ √
data-data
primer
Analisis data √ √ √ √
Pembahasan √ √ √ √ √
Pembuatan √ √
laporan
Revisi √ √ √
laporan

21
Rencana Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan √ √
seminar
Ujian skripsi √ √ √

22
BAB V RENCANA KELUARAN/HASIL
Sasaran dari penelitian ini adalah menganalisis limpasan air permukaan akibat dari
pembangunan, rencana pengeluarannya yaitu besarnya limpasan air permukaan.
Kemudian sasaran kedua yaitu memberikan rekomendasi rencana penanggulangan
dampak, rekomendasi ini dapat berbentuk pembuatan kolam retensi beserta volume yang
dibutuhkannya, dan menghitung tinggi genangan banjir dilokasi kegiatan sebagai bahan
pertimbangan peil banjir.

23
DAFTAR PUSTAKA
[BPLH Kabupaten Karawang]. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten
Karawang. 2013. Rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam
kerangka pengelolaan sumberdaya air DAS Citarum di Kabupaten Karawang.
Karawang (ID) : BPLH Kabupaten Karawang
Chow, V. T., Maidment, D. R. & Mays, L. W., 1988. Applied Hydrology. New York,
U.S.A: McGraw-Hill
Diposaptono S. 2005. Bencana Alam (Penekan Pada Bencana Banjir). Badan
Penyusunan RUU Penanganan Bencana. Hlm 1-2.
Hidayah, Nur. Kajian Pengendalian Banjir Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Resiko. [Tesis]. Program Studi Magister Pengelolaan
Sumber Daya Air. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi
Bandung.
Harto, S., 1993, Analisis Hidrologi, Jakarta: P.T.Gramedia Pustaka Utama.
Kodotie JR, Syarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta
ID] : Andi Offset
Lasidi, Edijatno and Anwar, N., 2003, Hidrograf Satuan Sintetik αβγ (HSS-ABG),
Prosiding Seminar PIT XX HATHI, 20-21 Oktober. Lily M.L, 2008, Studi
Pengelolaan Banjir Kali Sampean dengan Peningkatan Kapasitas Sungai pada
Ruas Bendung Sampean Lama – Muara.
Mockus, V, 1967. Hydrology-Flood Routing, Section 4, Chapter 17, Revised : Wendell
Soemarto, C.D., 1995, Hidrologi Teknik, Jakarta: Erlangga.
Suadnya, D.P, Sumarauw J.S.F, Mananoma. 2017. Analisis Debit Banjir dan Tinggi
Muka Air Banjir Sungai Sario di Titik Kawasan Citraland. Jurnal Sipil Statik.
5(3):143-150
Subramanya, K, 1984, Engineering Hydrology, New Delhi: McGraw-Hill.
Suherlan E. 2001. Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung Menggunakan
Sistem Informasi Geografis. [Skripsi]. Departemen Geofisika dan Meteorologi.
FMIPA. Institut Pertanian Bogor.
Styner.1972. National Engineering Handbook, United States.

Anda mungkin juga menyukai