Anda di halaman 1dari 45

ASLI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA


SATKER PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL PROVINSI LAMPUNG
Jalan Wolter Monginsidi No. 220 Teluk Betung Bandar Lampung Telp / Fax. 0721 - 472591

KODE PAKET:

PR 02

NAMA PAKET PEKERJAAN :

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. Prov. BENGKULU


PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK BATAS KOTA LIWA
NOMOR : 16/KTR-PR/P2JN/2016
TANGGAL : 26 FEBRUARI 2016

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI

KONSULTAN PERENCANA:

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA, PADANG
TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Longsoran adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng dan terjadi pada keadaan kondisi geologi, morfologi, hidrologi, dan kondisi
6iklim yg kurang menguntungkan. Longsoran secara alami terjadi antara lain karena
menurunnya kemantapan suatu lereng, akibat degradasi tanah / batuan bersamaan
waktu dan usianya. Aktifitas

manusia juga merupakan salah satu faktor penyebab

akan terjadinya gerakan tanah.


Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah antara lain yang paling
mendasar adalah tingginya curah hujan, air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Kondisi tanah, intensitas pelapukan batuan (tinggi hingga sangat tinggi), vegetasi
penutup, dan faktor kestabilan lereng, selain faktor kegempaan sebagai pemicunya.
1.2

TUJUAN
Metode konstruksi proyek adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi
untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek
teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.
Penggunaan

metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam

penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya
dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA, PADANG
TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Dalam pelaksanaan pekerjaan kosntruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode


terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan.
Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan olehkondisi
lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya.
Untuk

itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi

lapangan,

akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.


Penerapan metode pelaksanaan kosntruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan
dimana suatu proyek kosntruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang
dikerjakan.
Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode
pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun
konstruksi jalan dan jembatan.
1.3

LOKASI PEKERJAAN
Kegiatan jasa konsultansi ini berada di wilayah Provinsi Lampung seperti:
Bts. Prov. Bengkulu- Pugung Tampak, Bts. Kota Liwa Sp. Gunung Kemala, Padang
Tambak Bts. Kota Liwa.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA, PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Gambar 1.1 Peta Lokasi Kegiatan

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

BAB 2

KONSEP METODE KONSTRUKSI


Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas diperlukan metode pelaksanaan yaitu
cara pelaksanaan suatu pekerjaan agar selesai dengan baik dan waktu yang tepat
sesuai dengan rencana kerja (Bestek). Adapun metode yang digunakan yaitu sebagai
berikut:

2.1

DIVISI UMUM
A.

UMUM
Syarat-syarat umum ini berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan tanpa syarat
harus dijelaskan lagi pada tiap-tiap bagian tersebut, Syarat-syarat umum ini
juga berlaku pada pekerjaan-pekerjaan yang syarat-syaratnya belum termuat
dalam spesifikasi ini

B.

IDENTITAS DAN LOKASI PEKERJAAN


Nama Pekerjaan

: Perencanaan Teknis Longsoran Bts. Prov. Bengkulu


Pugung Tampak, Bts. Kota Liwa Sp. Gunung Kemala,
Padang Tambak Batas Kota Liwa

Lokasi pekerjaan

: Provinsi Lampung

Instansi pelaksana : Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi


Lampung

C.

KONDISI TANAH
Penjelasan mengenai kondisi tanah tercantum dalam laporan pendukung
tanah. Penelitian yang diperlukan dianjurkan kepada kontraktor adalah untuk
mendapatkan kepastian mengenai kondisi setempat atau untuk dapat
menyiapkan Gambar-gambar Kerja dan Rencana Kerja yang akan menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan dilakukan dengan biaya dari Kontraktor
sendiri.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

D.

PENGANGKUTAN DAN JALAN KERJA


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas sarana pengangkutan dan jalan
yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sehingga tidak ada
penundaan pekerjaan yang disebabkan karena ketidakcukupan sarana yang
tersedia.
Apabila diperlukan, Kontraktor dapat membuat jalan kerja sementara yang
dibuat dengan biaya ditanggung Kontraktor dan jalan tersebut harus
dipelihara selama pelaksanaan pekerjaan sampai pekerjaan diserahkan.
Setelah pekerjaan selesai, jalan tersebut harus dibongkar, di bersihkan dan
dikembalikan seperti semula, kecuali ada petunjuk atau perubahan dari
Direksi.

E.

LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut :
5.1.3

F.

Pembuatan Dinding Penahan Tanah

GAMBAR
i.

Gambar-gambar untuk Keperluan Kontrak


Gambar yang menjadi salah satu produk pekerjaan perencanaan adalah
menunjukkan gambar-gambar yang disyaratkan yang merupakan
bagian

dari

memperlihatkan

Dokumen

Kontrak.

pekerjaan-pekerjaan

Gambar-gambar
yang

harus

tersebut

dilaksanakan

berdasarkan Kontrak yang sedetail mungkin pada tahap perencanaan


sekarang.
ii.

Gambar-gambar yang Terinci


Gambar-gambar yang terinci dapat disediakan karena diperlukan oleh
Kontraktor demi untuk

kemajuan pekerjaan dan untuk memenuhi

pelaksanaan program pekerjaan tepat pada waktunya, sesuai dengan


persyaratan pekerjaan.

Kontraktor harus memeriksa semua gambar

yang terinci dengan cermat dan memberitahukan Direksi apabila ada


sesuatu kesalahan atau kekurangan yang mereka temui.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Kontraktor tidak berhak untuk


tambahan berkenaan

menuntut sesuatu pembayaran

dengan sesuatu pekerjaan yang diperlihatkan,

atau diarahkan untuk dilakukan oleh gambar-gambar terinci tersebut,


kecuali Direksi telah memberikan perintah perubahan (Variate Order)
menurut pasal 42 pada Persyaratan Kontrak, Namun perlu diperhatikan
pasal 42 hanya mengubah jumlah besaran Volume.
iii.

Gambar-gambar yang harus Diserahkan oleh Kontraktor


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, untuk disetujui gambargambar dari pekerjaan-pekerjaan sementara, termasuk pekerjaan
tambahan untuk perlindungan (False Work), pekerjaan cetakan,
rencana dan daftar penekukan besi beton, gambar rincian.

Direksi

berhak mengubah gambar-gambar tersebut dan Kontraktor harus


melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, begitu pula dengan semua
perubahan-perubahan tersebut tanpa tambahan pem- bayaran apapun.
Jika Kontraktor memperkirakan bahwa perubahan-perubahan tersebut
akan berpengaruh terhadap keselamatan dari pekerjaan sementara atau
menambah tangugung jawab Kontraktor menurut Kontrak, maka
Kontraktor harus menyampaikan pernyataan tertulis kepada

Direksi

dalam waktu 7 (tujuh ) hari setelah menerima perubahan-perubahan


tersebut dan harus memperinci hal-hal yang khusus dirasa keberatan
Direksi akan mempertimbangkan lagi masalah tersebut.
iv.

Persetujuan Gambar
Pemeriksaan atas pertimbangan oleh Direksi tentang usulan-usulan,
gambar-gambar

atau

dokumen-dokumen

yang

diserahkan

oleh

Kontraktor untuk memperoleh persetujuan Direksi maupun persetujuan


yang dinyatakan berkenaan hal tersebut, baik dengan atau tanpa
perubahan-perubahan, tidak boleh membebaskan Kontraktor dari suatu
tanggung jawab atau kerugian yang dibebankan kepadanya oleh suatu
ketentuan kontrak. sekiranya terdapat gambar-gambar yang tidak
sesuai dengan persyaratan-persyaratan kontrak setelah per-setujuan
diberikan oleh Direksi terhadap gambar-gambar tersebut dari yang telah
diserahka Kontraktor atau rincian gambar-gambar tidak sesuai dengan
gambar-gambar yang diserah kan terdahulu, maka berbagai perubahan
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

dan tambahan yang dianggap perlu oleh Direksi harus dilakukan oleh
Kontraktor dan pekerjaan tersebut harus dilaksanakan Kontraktor tanpa
memerlukan tambahan pembayaran

2.2

DIVISI 2 - DRAINASE
A.

SELOKAN DAN SALURAN AIR


PELAKSANAAN
1)

Penetapan Titik Pengukuran Pada Saluran


Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk
semua selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi,
dan lokasi semua lubang penampung (catch pits) dan selokan
pembuang yang berhubungan, harus ditandai dengan cermat oleh
Kontraktor sesuai dengan Gambar atau detil pelaksanaan yang
diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan menurut pasal 2.1.1.(2) dari
spesifikasi ini.

2)

Pelaksanaan Pekerjaan Selokan


a)

Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan


sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan baru
atau lama sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada
gambar yang disetujui dan memenuhi profil jenis selokan yang
ditunjukkan dalam Gambar atau bilamana diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan.

b)

Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi


Pekerjaan, pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan
mortar harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan dalam Seksi
2.2 dari Spesifikasi ini.

c)

Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh


Kontraktor sedemikian rupa sehingga dapat mencegah setiap
dampak lingkungan yang mungkin terjadi, di lokasi yang
ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

3)

Perlindungan Terhadap Saluran Air


a)

Sungai atau kanal dalam yang bersebelahan dengan Pekerjaan


dalam kontrak ini tidak boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi
Pekerjaan

b) Bilamana ada penggalian datau pengerukan dasar sungai tidak


dapat dihindari, maka setelah pekerjaan ini selesai kontraktor
harus menimbun kembaliseluruh galian sampai permukaan tanah
asli atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui Direksi
Pekerjaan
c)

Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan


pondasi atau akibat galian lainnya, atau akibat penempatan
cofferdam harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai

4)

Relokasi Saluran Air


a)

Bilamana terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan


permanen lainnya dalam Kontrak ini yang tidak dapat dihindari
dan akan menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang
ada, maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak
mengganggu aliran air pada ketinggian air banjir normal yang
melalui pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

b) Relokasi

saluran

air

tersebut

harus

mempertahankan kelan-daian dasar


ditempatkan

sedemikian

rupa

saluran

sehingga

dilakukan
lama

dengan

dan

harus

tidak menyebabkan

terjadinya penggerusan baik pada pekerjaan tersebut maupun


pada bangunan sekitarnya.
B.

PASANGAN BATU DENGAN MORTAR


1)

Penyiapan Formasi atau Pondasi


a)

Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus


disiapkan sesuai dengan ketentuan Seksi 2.1 Selokan dan Saluran
Air.

b)

Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan
batu dengan mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai
dengan ketentuan Seksi 3.1 galian
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

2)

Penyiapan Batu
a)

Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat


mengurangi kelekatan dengan adukan.

b)

Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya


dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air
sampai jenuh.

3)

Pemasangan Lapisan Batu


a)

Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm


harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan
adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa
sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum
mengeras.

b)

Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen


sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya
sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana
tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang
terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus disi adukan dan
adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan
lapisan.

c)

Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan


permukaan harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal
(initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan
sapu yang kaku.

d)

Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas


dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat
dan halus dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan
memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada
tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.

4)

Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur


a)

Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian
parit dimana terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau
akibat disediakannya cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi
galian atau cetakan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera


memasang

batu

di

atas

adukan

yang

belum

mengeras.

Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan proses


tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan
berikutnya harus segera ditambahkan lagi sampai ke bagian
puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
b)

Bilamana bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling


mengunci dengan kuat, dan bilamana digunakan adukan yang liat,
pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur dapat
pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk
Pasangan Batu dalam Seksi 7.9 dari Spesifikasi ini.

c)

Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk


struktur yang ter-ekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti
yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.

2.3

DIVISI 3 - PEKERJAAN TANAH


A.

GALIAN

PROSEDUR PENGGALIAN

1)

Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi
yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh direksi pekerjaan
dan harus mencakup pembuangan semua material/ bahan dalam bentuk
apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan
batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana
material/ bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut
pendapat direksi pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut
harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan
yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan direksi pekerjaan
c) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

10

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai


permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan - tonjolan batu yang
runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua
pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang.
Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun
kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai persetujuan direksi
pekerjaan
d) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat direksi pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat
bertekanan udara atau suatu penggaruk (ripper) hidrolis berkuku tunggal.
Direksi pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk
menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya, peledakan
tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau
bilamana dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya
e) Bilamana diperintahkan oleh direksi pekerjaan, penyedia jasa harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang
diuraikan oleh direksi pekerjaan
f) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan
atau cara lainnya, sehingga tepi - tepi potongan harus dibiarkan pada
kondisi

yang

aman dan

serata

mungkin.

Batu

yang

lepas

atau

bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya


terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pada
pemotongan batu yang baru maupun yang lama
g) Dalam hal apapun perlu dipahami bahwa, selama pelaksanaan penggalian,
penyedia Jasa harus melakukan langkah-langkah berdasarkan inisiatifnya
sendiri untuk memastikan drainase alami dari air yang mengalir pada
permukaan tanah, agar dapat mencegah aliran tersebut mengalir masuk
ke dalam galian yang telah terbuka

2)

Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan


Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti
juga ketentuan dalam Seksi ini.
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

11

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

3)

Galian untuk Struktur dan Pipa


a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk
pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga
memungkinkan penempatan struktur atau telapak struktur dengan lebar
dan panjang sebagaimana mestinya dan pemasangan bahan dengan
benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di
sekeliling pekerjaan
b) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada
timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang
diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang
dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut
dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi
tanahnya mengijinkan
c) Semua bahan pondasi batu atau strata keras lainnya yang terekspos pada
pondasi jembatan harus dibersihkan dari semua bahan yang lepas dan
digali sampai permukaan yang keras, baik elevasi, kemiringan atau
bertangga sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan. Semua
serpihan dan retak-retak harus dibersihkan dan diinjeksi. Semua batu yang
lepas dan terurai dan strata yang tipis harus dibuang. Jika pondasi telapak
ditempatkan pada landasan selain batu, galian sampai elevasi akhir
pondasi untuk telapak struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat
sesudah pondasi telapak dipastikan elevasi penempatannya
d) Bila pondasi tiang pancang digunakan, galian setiap lubang (pit) harus
selesai sebelum tiang dipancangkan, dan penimbunan kembali pondasi
dilakukan setelah pemancangan selesai. Setelah pemancangan selesai
seluruhnya, semua bahan lepasdan yang bergeser harus dibuang, sampai
diperoleh dasar permukaan yang rata danutuh untuk penempatan telapak
pondasi tiang pancangnya

4)

Galian Berupa Pemotongan


a) Perhatian harus diberikan agar tidak terjadi penggalian yang berlebihan.
Metode penggalian dan pemangkasan harus disetujui oleh direksi
pekerjaan. Papan pengarah profil harus dipasang pada setiap penampang
dengan interval 50 meter pada puncak dari semua pengarah untuk
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

12

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

pemotongan

yang

rancangan. Papan

menunjukkan
pengarah

posisi

dan

profil harus

lereng

pengarah

terpasang pada

tempatnya sampai pekerjaan galian selesai dan sampai Direksi pekerjaan


telah memeriksa dan menyetujui pekerjaan tersebut
b) Galian pada tanah lebih baik dipangkas dengan grader yang dilengkapi
dengan pisau yang dapat dimiringkan atau dengan excavator. Pekerjaan ini
harus sesuai dengan garis yang ditunjukkan oleh papan pengarah profil.
Semua tindakan harus dilakukan segera setelah penggalian selesai tanpa
menunggu

selesainya

seluruh

pekerjaan

galian,

untuk

mencegah

kerusakan pada permukaan hasil pemotongan. Tindakan yang demikian


dapat

termasuk

penyediaan

saluran

penangkap,

saluran

lereng

untuk galian, penanaman rumput atau tindakan-tindakan lainnya


c) Singkapan batu haruslah dipisahkan terlebih dahulu dengan pengeboran
sampai dalam atau peledakan jika disetujui atau diperintahkan oleh dreksi
pekerjaan.
d) Semua permukaan pemotongan harus dibersihkan dari setiap bahan yang
lepas yangakan menjadi berbahaya setelah pekerjaan selesai. Permukaan
batu atau singkapan batu harus dibersihkan dengan cara manual bilamana
dipandang perlu oleh direksi pekerjaan.
e) Bilamana kondisi permukaan tanah yang tak terduga dihadapi pada lokasi
manapun yang mungkin menyebabkan ketidakstabilan permukaan lereng
hasil pemotongan, tindakan-tindakan yang diperlukan harus dilakukan
untuk menjamin kestabilannya. Perubahan-perubahan yang perlu harus
disetujui sebelum penggalian berikutnya. Semua perubahan akan tunduk
pada perintah atau persetujuan terlebih dahulu dari direksi pekerjaan

5)

Galian Tanah Lunak, Tanah Ekspansif, atau Tanah Dasar Berdaya Dukung
Sedang SelainTanah Organik
Tanah Lunak didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang mempunyai CBR
lapangan kurang dari 2% tanah dasar dengan daya dukung sedang
didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang mempunyai CBR hasil
pemadatan sama atau di atas 2% tetapi kurang dari nilai rancangan yang
dicantumkan dalam gambar, atau kurang dari 6% jika tidak ada nilai yang
dicantumkan. Tanah ekspansif didefinisikan sebagai tanah yang mempunyai
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

13

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

pengembangan potensial lebih dari 2,5%. Bilamana tanah lunak, ekspansif


atau berdaya dukung rendah terekspos pada tanah dasar hasil galian, atau
bilamana tanah lunak atau ekspansif berada di bawah timbunan maka
perbaikan tambahan berikut ini diperlukan:
a) Tanah lunak harus ditangani seperti yang ditetapkan dalam gambar
rencana antara lain :
i. Dipadatkan sampai mempunyai kapasitas daya dukung dengan CBR
lapangan lebih dari 2% atau
ii. Distabilisasi atau
iii. Dibuang seluruhnya atau
iv. Digali sampai di bawah elevasi tanah dasar dengan kedalaman yang
ditunjukkan dalam gambar atau jika tidak maka dengan kedalaman
yangdiberikan dalam Tabel 3.1.2.(1) dan 3.1.2.(2). Kedalaman galian
dan perbaikan untuk peningkatan tanah dasar haruslah diperiksa
atau

diubah

oleh

direksi

pekerjaan,

berdasarkan

percobaan

lapangan.
Tabel 3.1.2.(1) Peningkatan Tanah Dasar untuk Tanah Dasar Berdaya
Dukung Sedang (CBR 2 s/d <6) dan Tipikal Lapisan Penopan

Umur

CBR Rancangan untuk Tanah Dasar

Rencana
Tanah yang
Ada CBR

Dalam ESA
(Kriteria
keruntuhan
tanah

Timbunan Pilihan Tebal untuk


Peningkatan Tanah Dasar Dse (cm)

dasar)
2-3

105 - < 106

20

25

30

(termasuk

106 - < 107

25

30

35

107 - < 108

30

35

40

15

15

15

lapis
penopang
paling atas)
Dse2
4
5

Semua

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

14

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Tabel 3.1.2.2 Perbaikan Tambahan untuk Tanah yang Sangat Lunak


dengan CBR Lapangan Di bawah 2
Kedalaman sampai

Kedalaman total

karakteristik minimum

minimum galian di

CBR 2 (DCP 65

bawah tanah dasar

mm/tumbukan) di

Tebal lapis

(cm)

bawah permukaan

penopang

tanah asli untuk tanah

minimum (cm)

tak terganggu, tidak


termasuk lapisan
permukaan (cm)
<45 cm

30

30 + Dse2

45 cm - <90 cm

60

60 + Dse2

90 cm 150 cm

100

100+ Dse2

Penggalian keseluruh atau perbaikan


>150 cm

khusus lainnya sebagaimana yang


diperintahkan atau disetujui Direksi
pekerjaan

Catatan :
Dse2 adalah tebal perbaikan tanah dasar dari Tabel 3.1.2.1 untuk tanah
asli dengan CBR 2 3
b) Tanah ekspansif harus dibuang sampai kedalaman 1 meter di bawah
elevasi permukaan tanah dasar rencana
c) Tanah dasar berdaya dukung sedang harus digali sampai kedalaman tebal
lapisan penopang seperti ditunjukkan dalam gambar rencana. Galian harus
tetap dijaga agar bebas dari air pada setiap saat terutama untuk tanah
lunak dan ekspansif, untuk memperkecil dampak pengembangan. Setiap
perbaikan yang tidak disyaratkan khusus dalam gambar harus disetujui
terlebih dahulu atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerjaan

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

15

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

6)

Cofferdam
a) Cofferdam yang sesuai dan praktis harus digunakan bilamana muka air
yang dihadapi lebih tinggi dari elevasi dasar dari galian. Dalam
pengajuannya,

penyedia

Jasa

harus

menyerahkan

gambar

yang

menunjukkan usulannya tentang metode pembuatan cofferdam untuk


disetujui oleh direksi pekerjaan
b) Cofferdam atau krib untuk pembuatan pondasi, secara umum harus
dilaksanakan dengan benar sampai di bawah dasar dari telapak dan harus
diperkaku dengan benardan sekedap mungkin yang dapat dilakukan.
Secara umum, dimensi bagian dalamdari cofferdam haruslah sedemikian
hingga memberikan ruang gerak yang cukup untuk pemasangan cetakan
dan inspeksi pada bagain luar dari cofferdam, dan memungkinkan
pemompaan di luar cetakan. Cofferdam atau krib yang bergeser atau
bergerak ke arah samping selama pelaksanaan penurunan pondasi harus
diperbaiki atau diperluas sedemikian hingga dapat menyediakan ruang
gerak yang diperlukan
c) Bilamana terdapat kondisi-kondisi yang dihadapi, sebagaimana ditentukan
oleh Direksi pekerjaan, dengan memandang kondisi tersebut adalah tidak
praktis untuk mengeringkan air pada pondasi sebelum penempatan
telapak, direksi pekerjaan dapat meminta pelaksanaan lapisan beton yang
kedap dengan suatu dimensi yang dipandang perlu, dan dengan ketebalan
yang sedemikian untuk menahan setiap kemungkinan gaya angkat yang
akan terjadi. Beton untuk lapisan kedap yang demikian harus dipasang
sebagaimana

yang

ditunjukkan

dalam

gambar

atau

sebagaimana

diperintahkan oleh direksi pekerjaan. Pondasi ini kemudian harus


dikeringkan dan telapak dipasang. Ketika krib pemberat digunakan dan
berattersebut dimanfaatkan untuk mengatasi sebagian tekanan hidrostatis
yang bekerja pada dasar dari lapisan kedap dari pondasi, jangkar khusus
seperti dowel atau lidah-alur harus disediakan untuk memindahkan seluruh
berat dari krib ke lapisan kedapdari pondasi tersebut. Bilamana lapisan
kedap dari pondasi diletakkan di bawah permukaan air, cofferdam harus
dilepas atau dipisah pada muka air terendah sebagaimana yang
diperintahkan

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

16

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

d) Cofferdam haruslah dibuat untuk melingdungi beton yang masih muda


terhadap kerusakan akibat naiknya aliran air yang tiba-tiba dan untuk
mencegah kerusakan pondasi akibat erosi. Tidak ada kayu atau pengaku
yang boleh ditinggal dalam cofferdam atau krib sedemikian hingga
memperluas pasangan batu bangunan bawah, tanpa persetujuan direksi
pekerjaan
e) Setiap pemompaan yang diperkenankan dari bagian dalam dari setiap
bagian pondasi harus dilakukan sedemikian hingga dapat menghindarkan
kemungkinan terbawanya setiap bagian dari bahan beton tersebut. Setiap
pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu
periode

yang

paling

sedikit

24

jam

sesudahnya,

harus

dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.


Pemompaan untuk pengeringan air tidak boleh dimulai sampai lapisan
kedap tersebut telah mengeras sehingga cukup kuat menahan tekanan
hidrostatis
f) Jika tidak disebutkan sebaliknya, cofferdam atau krib, dengan semua turap
danpengaku yang termasuk di dalamnya, harus disingkirkan oleh Penyedia
jasa setelah bangunan bawah selesai. Pembongkaran harus dilakukan
sedemikian hingga tidak mengganggu, atau menandai pasangan batu yang
telah selesai dikerjakan.

7)

Pemeliharaan Saluran
Jika tidak disebutkan sebaliknya, tidak ada galian yang dilakukan di luar
sumuran, krib, cofferdam, atau turap pancang, dan dasar sungai yang
berdekatan dengan struktur tidak boleh terganggu tanpa persetujuan direksi
pekerjaan. Jika setiap galian atau pengerukan dilakukan di tempat tersebut
atau struktur sebelum sumuran, krib, atau cofferdam diturunkan, penyedia
jasa haruslah, setelah dasar pondasi terpasang, menimbun kembali semua
galian ini sampai seperti permukaan asli atau dasar sungai sebelumnya
dengan bahan yang disetujui oleh direksi pekerjaan. Bahan yang ditumpuk
pada aliran sungai dari pondasi atau galian lainnya atau dari penimbunan
cofferdam

harus

disingkirkan

dan

daerah

aliran

harus

bebas

dari

segala halangan darinya.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

17

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi


jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak
menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai

8)

Galian pada Sumber Bahan


a) Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam ruang milik jalan atau di
tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini
b) Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan
sumber galian lama harus diperoleh secara tertulis dari direksi pekerjaan
sebelum setiap operasi penggalian dimulai
c) Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk
pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak
diperkenankan
d) Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana
penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang
e) Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus
diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan
ke gorong-gorong berikutnya tanpa genangan
f) Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m
dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian

9)

Galian pada Perkerasan Aspal yang Ada


a) Pekerjaan galian perkerasan aspal yang dilaksanakan dengan atau tanpa
menggunakan mesin Cold Milling. Maka penggalian terhadap material di
atas atau di bawah batas galian yang ditentukan haruslah seminimum
mungkin.

Bilamana pembongkaran

dilaksanakan

tanpa

mesin cold

milling maka tepi lokasi yang digali haruslah digergaji atau dipotong
dengan

jack

hammer sedemikian rupa agar

pembongkaran yang

berlebihan dapat dihindarkan. Bilamana material pada permukaan dasar


hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian
tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus
dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan
material yang cocok sesuai petunjuk Direksi pekerjaan. Setiap lubang pada

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

18

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu
dipadatkan dengan merata sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan
b) Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada, material
yang terdapat pada permukaan dasar galian, menurut petunjuk direksi
pekerjaan, adalah material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal hal
lain yang tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan
dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang
cocok sesuai petunujuk direksi pekerjaan.
B.

TIMBUNAN

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1)

Penyiapan Tempat Kerja


a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh direksi
pekerjaan sesuai dengan pasal 3.1.1.11), 3.1.2.1), dan 3.1.2.5) dari
spesifikasi ini.
b) Kecuali untuk daerah tanah lunak dan tidak sesuai atau tanah rawa, dasar
pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan
dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian
permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan
untuk Timbunan yang ditempatkan di atasnya.
c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah dengan
kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas permukaan lama
atau pembangunan timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong
sampai tanah yang keras dan bertangga dengan lebar ang cukup sehingga
memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga
tersebut tidak boleh mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus
dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30 cm untuk
kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60 cm untuk
kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.
d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian
hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

19

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

2)

Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam pasal 3.2.1.3). bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat
mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan

tanah

timbunan

untuk

persediaan

biasanya

tidak

diperkenankan, terutama selama musim hujan.


c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous,
harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak
tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan
suatu pemisah yang menyolok diantara kedua bahan tersebut dengan
memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit
ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan
kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah
pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton
gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan
mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan
tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama
harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat
pada permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat
bergerigi) sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama
sedemikian sampai diterima oleh direksi pekerjaan. Selanjutnya timbunan
yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan
elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin
dengan lapispondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama
sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

20

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi


jalan lainnya bilamana diperlukan.
f) Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus
dihampar sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah
persetujuan penggalian oleh direksi pekerjaan. Lapisan penopang dapat
dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai
1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan
atau disetujui oleh Direksi pekerjaan
3)

Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui

direksi

pekerjaan

sampai

mencapai

kepadatan

yang

disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.


b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar
air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus
didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung
batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga
batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus
dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan dalam pasal 3.2.4.2) di bawah.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh direksi
pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima

jumlah

usaha

pemadatan

yang

sama.

Bilamana

memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas


pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

21

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari


lalu lintas tersebut.
f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan
bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia
jasa harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua
sisinya. Jika kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali
atau timbunan pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisilainnya,
penambahan bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan
sampai persetujuan diberikan oleh direksi pekerjaan dan tidak
melakukan penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di
tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan
di laboratorium di bawah pengawasan direksi pekerjaan menetapkan
bahwa struktur

tersebut telah

mencapai kekuatan

yang cukup

untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang


digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau
regangan yang di luar faktor keamanan.
g) Untuk

menghindari

gangguan

terhadap

pelaksanaan

abutmen

jembatan, tembok sayap dan gorong-gorong persegi, penyedia jasa


harus, untuk tempat-tempat tertentuyang ditetapkan oleh direksi
pekerjaan, menunda pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari
setiap struktur semacam ini sampai saat ketika pelaksanaan selanjutnya
boleh didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu
atau merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan
harus termasuk dalam harga satuan kontrak untuk Galian Biasa,
Timbunan Biasa, dan Timbunan Pilihan.
h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh
alat pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan
tebal gembur tidak lebih dari10 cm dan seluruhnya dipadatkan
dengan menggunakan pemadat mekanis.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas,harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gembur tidak lebih dari 10 cmdan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat statis
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

22

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga


dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
4)

Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan


Ketentuan dari Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan harus berlaku

C.

PENYIAPAN BADAN JALAN

PELAKSANAAN DARI PENYIAPAN BADAN JALAN

1)

Penyiapan Tempat Kerja


a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus
dilaksanakan sesuai dengan Pasal 3.1.2.1) dari spesifikasi ini.
b) Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Pasal
3.2.3 dari spesifikasi ini.

2)

Pemadatan Tanah Dasar


a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari
pasal 3.2.3.3) dari spesifikasi ini
b) Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan
dalam pasal 3.2.4 dari spesifikasi ini.

3)

Daya Dukung Tanah Dasar di Daerah Galian Tanah Dasar pada setiap tempat
haruslah mempunyai daya dukung minimum sebagaimana yang diberikan
dalam gambar, atau sekurang-kurannya mempunyai CBR minimum 6 % jika
tidak disebutkan.

2.4

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR


A.

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

1)

Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat


a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan Seksi 8.1
dan 8.2 dari Spesifikasi ini.
b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi
yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

23

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi
dan jenis lapisan yang terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat,
sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter
ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada
setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter
panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum
lapis pondasi agregat dihampar.
d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan
atau

pengaluran

pada

permukaan

perkerasan

aspal

lama

agar

meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.


2)

Penghamparan
a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.3. Kadar air dalam bahan harus tersebar
secara merata.
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan
tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

24

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

3)

Pemadatan
a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100
% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang
ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda

baja

dianggap

mengakibatkan

kerusakan

atau

degradasi

berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.


c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh
SNI 1743 : 2008, metode D.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian
yang bersuperelevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah
dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi
penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui.
4)

Pengujian
a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam
Pasal 5.1.2.5 minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan
yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut.
b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila menurut pendapat
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

25

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode


produksinya.
c) Suatu

program

pengujian

rutin

pengendalian

mutu

bahan

harus

dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa


ke

lokasi

peker-jaan.

Pengujian

lebih

lanjut

harus

seperti

yang

diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima
(5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan
satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 1743 :
2008, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh
Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
2.5

DIVISI 7 PEKERJAAN STRUKTUR


A.

PELAKSANAAN PENGECORAN

1)

Penyiapan Tempat Kerja


a) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan syarat yang disyaratkan dalam Seksi 7.15 dari
Spesifikasi ini.
b) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari
Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan menggaru tempat di
sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus
disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan
dapat diperiksa dengan mudah dan aman.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

26

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah
yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan
Direksi beton dapat dicor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus
untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam.
d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser
pada saat pengecoran.
e) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan
untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Seksi
2.4 dari Spesifikasi ini.
f) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan
pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari
tanah di bawah pondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi
atau ke dalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di
tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan
stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2)

Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas
secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah
yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

27

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos.


Seluruh sudut-sudut tajam Acuan harus dibulatkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.

3)

Pengecoran
a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran,

pengecoran beton tidak

boleh dilaksanakan

bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan


operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak
dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan

konstruksi

(construction

joint)

yang

telah

disetujui

sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.


LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

28

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk
mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat
awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisanlapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding
beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling
struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan
dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis
yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran.
Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi
penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton
di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan
yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat
sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama
harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

29

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan


beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

4)

Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap
jenis struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui
lokasi sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan
konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan
elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.
b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap
monolit.
d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke
dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak
pondasi dan dinding. Untuk pelat yang terletak di atas permukaan,
sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-pelat
mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang lebih besar
tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan
sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi
tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat
hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh
Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat
digunakan

untuk

pelekatan

pada

sambungan

konstruksi,

cara

pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.


g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak
diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah
atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam
Gambar.
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

30

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

5)

Pemadatan
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual
dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan
memadai.

Penggetar

tidak

boleh

digunakan

untuk

memindahkan

campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.


b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan
benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap
rongga udara dan gelembung udara terisi.
c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi
pada agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurangkurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan
boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang
merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsating

(berdenyut) dan

harus

mampu

menghasilkan

sekurang-

kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang
mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran
tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam
beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan
pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian
harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak
lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu
titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah
campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan
beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam
Tabel 7.1.4.(1).
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

31

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Tabel 7.1.4.(1) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam


Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam)

6)

Jumlah Alat

12

16

20

Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas fc 15 MPa
atau K175 dengan batu-batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan
dengan hati-hati, tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau
ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk
acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume
total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm
dapat digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu
harus cukup dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tidak
boleh lebih dekat dari 30 cm dalam jarak terhadap permukaan atau 15 cm
dalam jarak terhadap permukaan yang akan dilindungi dengan beton penutup
(caping).
7) Lereng Galian atau Timbunan Yang Tidak Stabil
Restorasi lereng galian atau timbunan yang tidak stabil harus dilaksanakan
sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini mungkin terbatas
untuk peningkatan drainase yang harus dikerjakan sepenuhnya sesuai
dengan Divisi 2 dari Spesifikasi ini atau dapat meliputi penggalian pada bahan
yang tidak stabil, penghamparan bahan timbunan pilihan untuk membentuk
lereng timbunan yang stabil, pelaksanaan pasangan batu dengan mortar
pada kaki lereng atau tembok penahan.
Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan sepenuhnya
sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 2.2 dari Spesifikasi ini.
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

32

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Bilamana penggalian atau penggantian bahan yang tidak stabil telah


diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, semua bahan yang tidak stabil harus
dibuang. Permukaan lereng timbunan yang terekspos dan masih utuh (sound)
harus dibuat bertangga. Perhatian khusus harus diberikan pada lereng galian
maupun timbunan untuk menjamin bahwa kaki timbunan cukup stabil dan
mempunyai drainase yang baik. Penimbunan kembali pada suatu lereng harus
dimulai dari kaki lereng dan harus dikerjakan dalam lapisan-lapisan horisontal
yang masing-masing harus dipadatkan sampai memenuhi standar yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.3 dari Spesifikasi ini. Drainase bawah permukaan
harus disediakan di lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Lereng
timbunan atau galian yang telah selesai dikerjakan harus dilindungi dengan
tanaman atau bilamana timbunan itu tidak begitu stabil atau bilamana erosi
yang cukup besar diperkirakan akan terjadi, maka pemasangan batu-batu
(stone pitching) atau bentuk pelindung lereng lainnya harus diperintahkan
untuk dipasang.
2.6

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI MINOR


A. Stabilisasi dengan Tanaman

Persiapan
1

Ratakan lereng seluruh permukaan yang akan ditanami rumput sampai


mencapai permukaan yang seragam dan gemburkan tanah pada
permukaan lereng.

Lapisi tanah permukaan tersebut dengan tanah humus sedemikian rupa


sehingga tanah humus tersebut mencapai ketebalan akhir 15 cm.

Setelah pekerjaan persiapan permukaan selesai dikerjakan, taburkan


pupuk sampai merata di atas seluruh permukaan yang akan ditanami
rumput, dengan takaran 4 kg per 100 meter persegi. Perataan pupuk di
atas permukaan dilaksanakan dengan garu, cakram atau bajak.
Pemupukan tidak boleh dilaksanakan lebih dari 48 jam sebelum
penanaman rumput dimulai.

Gebalan rumput yang akan ditanam, harus diambil bersama akarnya dan
diambil pada saat tanah dalam keadaan lembab atau setelah dilakukan
penyiraman. Gebalan rumput harus ditumpuk berlapis-lapis dalam suatu
tempat dengan kadar air setinggi mungkin, dilindungi dari sinar matahari
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

33

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

dan angin dan disiram setiap 4 jam. Dalam waktu 2 hari setelah
pengambilan ini maka gebalan rumput harus segera ditanam.
b) Pelaksanaan
i) Penanaman gebalan rumput tidak diperkenankan selama hujan lebat,
selama cuaca panas atau selama tertiup angin kering yang panas
dan hanya dapat dilaksanakan apabila tanah dalam keadaan siap
untuk ditanami.
ii) Penanaman gebalan rumput harus dilaksanakan sepanjang garis
contour, agar dapat memberikan perumputan yang menerus di atas
seluruh permu-kaan.
iii) Bambu harus ditanam pada lereng yang memerlukan stabilisasi
dalam interval 1 meter sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
c) Penyiraman
Paling sedikit 1 bulan setelah gebalan rumput selesai ditanam, permukaan
yang ditanami rumput tersebut harus disiram dengan air dengan interval
waktu yang teratur menurut kondisi cuaca saat itu atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Jumlah air yang disiramkan harus
sedemikian rupa sehingga permukaan yang baru ditanami rumput tidak
mengalami erosi, hanyut atau mengalami kerusakan yang lainnya.
d) Perlindungan
Barikade, pagar, tali pada patok-patok, rambu peringatan dan petunjuk
lainnya yang diperlukan harus disediakan agar dapat manjamin bahwa
tanaman tersebut tidak terganggu atau dirusak oleh hewan, burung atau
manusia.
e) Pemeliharaan
Penyedia Jasa harus memelihara gebalan rumput atau bambu yang telah
ditanam sampai Serah Terima Akhir Pekerjaan dilaksanakan. Pekerjaan
pemeliharaan ini meliputi pemotongan, pemangkasan, perbaikan pada
permukaan lereng yang tererosi, penyediaan fasilitas perlindungan dan
perbaikan lokasi dengan gebalan rumput atau bambu yang kurang baik
pertumbuhannya.
3)

Penghijauan (Penanaman Kembali)


a) Persiapan Lokasi dan Pembersihan
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

34

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Setelah lokasi penanaman kembali diratakan, permukaan tersebut harus


digaru dan dibersihkan dari batu yang berdiameter lebih dari 5 cm, kayu,
tonggak dan puing-puing lainnya yang bisa mempengaruhi pertumbuhan
rumput, atau pemeliharaan berikutnya pada permukaan yang telah
ditanami rumput.
b) Lapisan Humus (Top Soil)
Bilamana lapisan humus ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan
lain oleh Direksi Pekerjaan, lapisan humus tersebut harus dikerjakan
menurut ketentuan yang disyaratkan. Lapisan humus harus dihampar
merata di atas lokasi yang ditetapkan sampai ke dalaman yang
ditunjukkan dalam Gambar atau tidak kurang dari 8 cm. Penghamparan
lapisan humus tidak boleh dilakukan bila tanah lapang atau lapisan humus
terlalu basah atau bilamana dalam kondisi yang kurang menguntungkan
pekerjaan.
c) Penggunaan Pupuk dan Batu Kapur
Bila diperlukan, pupuk dan/atau batu kapur harus ditabur merata kurang
dari 5 kg per 100 meter persegi untuk pupuk, dan 20 kg per meter persegi
untuk batu kapur. Bilamana diperintahkan oleh Direski Pekerjaan, bahanbahan tersebut harus tercampur dengan tanah pada ke dalaman tidak
kurang dari 5 cm dengan menggunakan cakram, garu atau cara lain yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pada lereng yang curam dimana peralatan
mekanis tidak dapat digunakan secara efektif, maka pupuk maupun batu
kapur dapat disebar dengan alat penyemprot bubuk (powder sprayer), alat
bertekanan udara (blower equipment) atau cara lain yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
d) Tanaman
Pepohonan harus ditanam selama musim yang dapat memberikan hasil
yang diharapkan. Pada musim kering, angin kencang, atau kondisi yang
tidak menguntungkan lainnya, pekerjaan penanaman harus dihentikan
sebagai-mana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan
penanaman dapat dilanjutkan hanya bilamana kondisi cuaca menjamin
atau bilamana terdapat alternatif yang disetujui atau pengamatan yang
benar telah dilaksanakan.
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

35

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

i)

Semak/Perdu
Semak harus ditanam pada lubang yang minimum berukuran 60 cm
x 60 cm dan ke dalaman 60 cm dengan jarak tanam seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan. Tanah humus harus ditempatkan di sekitar akar
tanaman sampai kokoh tetapi tidak terlalu padat. Elevasi akhir tanah
untuk penimbunan kembali harus 5 cm di atas permukaan sekitarnya
untuk mengantisipasi penu-runan tanah.

ii)

Pohon
Pohon harus ditanam pada lubang yang minimum berukuran 2 m x 2
m dengan ke dalaman 1 m. Diamater pohon harus dalam rentang 8
sampai 20 cm. Persiapan harus dibuat untuk pematokan dan
pengikatan yang benar pada tanaman yang baru ditanam..

e) Perabukan dan Pemadatan


Setelah

penanaman

selesai

dikerjakan

dan

sebelum

pemadatan,

permukaan harus dibersihkan dari bebatuan berdiameter lebih dari 5 cm;


kain-kain bekas yang lebar; akar-akar dan sampah-sampah lain selama
operasi penanaman. Bilamana perabukan ditunjukkan dalam Gambar,
lokasi yang ditanami harus diberi rabuk dalam 24 jam sejak penanaman
selesai dikerjakan, bilamana cuaca dan kondisi tanah mengijinkan, atau
dalam waktu yang lebih awal yang memungkinkan.
f)

Pemeliharaan Daerah Penanaman


Penyedia Jasa harus melindungi lokasi yang ditanami dari gangguan lalu
lintas, angin kencang dan gangguan lainnya yang merugikan dengan
rambu peringatan dan/atau barikade atau penghalang lainnya yang
memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyiangi sebagaimana diperlukan dan juga
memelihara lokasi yang telah ditanami dalam kondisi yang dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.

2.7

DIVISI 9 - PELAKSANAAN PEKERJAAN HARIAN


1)

Perintah Pekerjaan Harian


a) Pekerjaan Harian dapat diminta (requested) secara tertulis oleh Penyedia
Jasa maupun diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Dalam kedua hal
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

36

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

tersebut, pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diterbitkan suatu Perintah


Pekerjaan Harian oleh Direksi Pekerjaan, dan jika perlu, setelah suatu
Variasi (Pekerjaan Tambah/Kurang) yang ditandatangani.
b) Untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dimana Harga Satuan Pekerjaan
Harian sudah dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, perintah ini
akan menguraikan batas dan sifat dari pekerjaan yang diperlukan dengan
lampiran Gambar atau Dokumen Kontrak yang telah direvisi untuk
menentukan detil pekerjaan, dan akan menentukan metode untuk
menetapkan harga akhir dari Pekerjaan yang diperintahkan.
c) Untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dimana diperlukan persetujuan
terlebih dahulu atas Harga Satuan Pekerjaan Harian yang baru atau
tambahan, maka perintah ini akan dirujuk silang ke, dan akan disertai
dengan Variasi (Pekerjaan Tambah/Kurang) mencakup Harga Satuan baru
atau tambahan yang disetujui.
d) Direksi Pekerjaan akan menandatangani dan memberikan tanggal Perintah
Pekerjaan Harian sebagai perintah bagi Penyedia Jasa untuk melaksanakan
peker-jaan tersebut.
2)

Kinerja Pekerjaan Yang Dilaksanakan Berdasarkan Pekerjaan Harian


Semua operasi Pekerjaan Harian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dari Seksi yang bersangkutan dari Spesifikasi ini berlaku untuk penempatan
bahan dan penye-lesaian akhir, pengujian, mutu dan pemeliharaan pekerjaan
dan perbaikan atas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan. Bilamana
suatu pekerjaan yang diperlukan dilaksanakan dalam Pekerjaan Harian tetapi
tidak disyaratkan pada seksi manapun dari Spesifikasi ini, pekerjaan harus
dilaksanakan sebagaimana diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3)

Tagihan Atas Pekerjaan Harian


a) Setelah setiap perintah untuk pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan
Peker-jaan Harian telah selesai, Penyedia Jasa diharuskan menyiapkan
tagihan mata pembayaran untuk pekerja, peralatan dan bahan yang
diperlukan untuk melak-sanakan Pekerjaan Harian, dan Penyedia Jasa
harus melengkapi tagihan Pekerjaan Harian ini, bersama dengan seluruh
data penunjangnya, pada permohonan pembayaran sementara (interim
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

37

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

payment), melalui Sertifikat Bulanan. Data penunjang untuk tagihan


Pekerjaan Harian ini harus termasuk semua catatan harian yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan ditambah semua informasi tambahan
lainnya yang diminta oleh Direksi Pekerjan seperti :
i)

Salinan Surat Perintah Pekerjaan Harian dari Direksi Pekerjaan;

ii)

Ringkasan dari tanggal dan waktu pekerjaan diselesaikan dan oleh


siapa;

iii)

Ringkasan jam kerja untuk semua pekerja;

iv)

Ringkasan jam kerja untuk semua peralatan yang digunakan;

v)

Bilamana dapat dilaksanakan, kwitansi dan surat tanda terima setiap


bahan khusus, produk atau layanan yang digunakan dalam Pekerjaan
seperti diperintahkan dalam Variasi (Pekerjaan Tambah/Kurang)

b) Direksi Pekerjaan akan memeriksa dan mengesahkan tagihan Pekerjaan


Harian Penyedia Jasa sebagai bagian dari permohonan Pembayaran
Sertifikat Bulanan sesuai dengan Pasal-pasal yang berkaitan dari Syaratsyarat Kontrak tentang pengesahan dan pembayaran.
2.8

DIVISI 10 - PEMELIHARAAN RUTIN SELOKAN, SALURAN AIR, GALIAN


DAN TIMBUNAN
1)

Pemeliharaan rutin selokan dan saluran air sementara maupun permanen


harus dijadwalkan sedemikian rupa sehingga aliran air yang lancar dapat
dijaga selama Periode Pelaksanaan.

2)

Selokan dan saluran air lama maupun yang baru dibuat harus dijaga agar
bebas dari semua bahan yang lepas, sampah, endapan dan pertumbuhan
tanaman yang tidak dikehendaki yang mungkin akan menghalangi aliran air
permukaan. Pemeliharaan semacam itu harus dilaksanakan secara teratur
berdasarkan rutinitas dan segera setelah aliran permukaan akibat hujan lebat
telah berhenti mengalir.

3)

Selama periode hujan lebat, Penyedia Jasa harus menyediakan regu


pemeliharaan yang akan berpatroli di lapangan dan mencatat setiap sistem
drainase yang kurang berfungsi akibat penyumbatan atau karena hal lain.
Setiap kelainan pada drainase dicatat pada saat tersebut, seperti luapan air,
kekurangan kapasitas, erosi, alinyemen struktur drainase yang kurang tepat
atau rancangan lainnya yang kurang cocok, harus dilaporkan kepada Direksi
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

38

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

Pekerjaan, dan Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang sesuai


dengan langkah yang harus diambil.
4)

Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk timbunan dan galian harus mencakup


pemotongan rumput, semak-semak, dan pohon-pohon kecil yang tingginya
sudah lebih dari 5 cm dan/atau sudah berumur 2 minggu sejak pemotongan
terakhir, mana yang lebih dulu tercapai, untuk memperbaiki penampilan di
dalam atau di samping jalan yang dibangun atau memperbaiki jarak pandang
atau tikungan selama Periode Pelaksanaan fisik. Pekerjaan memotong
tersebut harus tersisakan tidak lebih tinggi dari 5 cm. Pekerjaan lain yang
mencakup perbaikan lereng yang tidak stabil, pekerjaan pengembalian kondisi
atau perbaikan drainase yang bersangkutan dan stabilitas dengan tanaman
harus dilaksanakan dan dibayar menurut ketentuan dalam Seksi 8.3 dari
Spesifikasi ini.

A.

PEMELIHARAAN RUTIN BAHU JALAN

1)

Uraian
a) Semua bahu jalan lama yang termasuk daerah kerja harus selalu diperiksa
oleh Penyedia Jasa selama Periode Pelaksanaan untuk penyesuaian
dengan kondisi standar yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini dan dalam
Gambar.

Setiap

lokasi

bahu

jalan

yang

dipandang

memerlukan

pemeliharaan rutin, dalam segala hal harus dilaporkan kepada Direksi


Pekerjaan, yang kemudian akan mengeluarkan perintah yang sesuai untuk
jenis tindakan pemeliharaan yang diperlukan.
b) Bilamana bahu jalan lama dianggap rusak maka Direksi Pekerjaan akan
mengeluarkan perintah yang sesuai untuk pemeliharaan rutin, jika
terdapat salah satu atau gabungan kondisi berikut ini:
i)

Bahu jalan memerlukan perataan kembali untuk menghilangkan


lubang-lubang kecil atau memerlukan pembentukan kembali untuk
meningkatkan kerataan atau drainase;

ii)

Bahu jalan memerlukan pemadatan tambahan agar dapat memberi


pelayanan yang lebih baik;

iii)

Bahu jalan tertutup rumput/gulma yang tinggi (lebih dari 5cm tinggi)
dan/atau semak-semak sehingga akan mengurangi keamanan jalan
atau jarak pandang.
LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

39

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR - 02)

iv)

Bahu jalan dengan bahan-bahan yang lepas, benda-benda yang tidak


dikehendaki atau bahan-bahan lainnya yang tidak berkaitan dengan
fungsi jalan;

v)

Bahu jalan yang tidak memerlukan penggalian atau pembongkaran


bahan tepi memerlukan perataan kembali untuk mengalirkan air
yang lancar dari perkerasan berpenutup aspal ke selokan samping.
Pekerjaan Pemeliharaan Bahu Jalan yang dilaksanakan menurut
perintah Direksi Pekerjaan untuk memperbaiki salah satu dari kondisi
di atas akan dibayar menurut Pasal 10.1.7 dari Spesifikasi ini.

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

40

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR 02)

KATA PENGANTAR
Untuk memenuhi kewajiban yang tertuang di dalam kontrak

No. 16/KTR-PR/P2JN/2016

Tanggal 26 Febuari 2016 pada pekerjaan Perencanaan Teknis Longsoran Bts. Prov.
Bengkulu - Pugung Tampak, Bts. Kota Liwa Sp. Gunung Kemala, Padang
Tambak - Batas Kota Liwa (PR-02) di Provinsi Lampung.
Dengan surat perintah mulai kerja Nomor : 16/SPMK/P2JN/II/2016

tanggal 26 Febuari

2016, terdapat beberapa laporan yang perlu dipenuhi oleh konsultan, salah satu laporan
yang harus dibuat adalah Laporan Konsep Metode Konstruksi.
Garis besar laporan ini berisi tentang hal hal yang menjadi latar belakang, tujuan, lokasi
pekerjaan, dan konsep metode konstruksi. Laporan ini akan digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pada tahapan pekerjaan selanjutnya, untuk itu diperlukan tanggapan,
saran dan masukan dari pemberi tugas sehingga dapat diperoleh pedoman yang lengkap
dan baik serta mudah dipahami. Harapan kami supaya laporan ini dapat menjadi masukan
bagi kami serta pihak lain yang berkepentingan serta sebagai informasi yang bermanfaat
untuk tahapan pekerjaan berikutnya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan Laporan Konsep Metode Konstruksi ini.

Bandar Lampung,

AGUSTUS 2016

PT. NASUMA PUTRA Jo. PT. NANDHA CITRA KREASI

HERU JUDI H. GULTOM, ST.,MT


Team Leader

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA,
PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR 02)

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PENGANTAR
KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................

1.1

Latar Belakang .....................................................................

1.2

Tujuan .................................................................................

1.3

Lokasi Pekerjaan ...................................................................

KONSEP METODE KONSTRUKSI ..............................................

2.1

DIVISI 1 UMUM

..............................................................

2.2

DIVISI 2 DRAINASE .......................................................

2.3

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH ..............................................

10

2.4

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR ................................

23

2.5

DIVISI 7 PEKERJAAN STRUKTUR ..................................

26

2.6

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI MINOR ...................

33

2.7

DIVISI 9 PELAKSANAAN PEKERJAAN HARIAN ................

36

2.8

DIVISI 10 PEMELIHARAAN RUTIN SELOKAN, SALURAN AIR,

BAB 2

GALIAN DAN TIMBUNAN .................................................

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

38

ii

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA, PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR 02)

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

iv

PERENCANAAN TEKNIS LONGSORAN Bts. PROV. BENGKULU - PUGUNG TAMPAK, Bts. KOTA LIWA Sp. GUNUNG KEMALA, PADANG TAMBAK - BATAS KOTA LIWA (PR 02)

PETA LOKASI KEGIATAN

LAPORAN KONSEP METODE KONSTRUKSI |

JO.

Anda mungkin juga menyukai