LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TINGKAT II SEMESTER IV
OLEH:
Anisa Dewi
N.800.3.19.007
NISN : N.800.3.19.026
Telah disetujui dan layak untuk diujikan dalam Seminar Laporan Praktik
Keahlian Tingkat II Semester IV
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NISN : N.800.3.19.026
Septiana Widi Lestari, S.Pd., M.Ling. Kusriyati., S.Pi., M.Sc, Kusriyati., S.Pi., M.Sc,
NIP. 19790912 2005022001 NIP. 19790728 200502 2 002 NIP. 19790728 200502 2 002
Mengesahkan,
Kepala SUPMN Kotaagung
Khaerudin HS,S.Pi,M.Si
NIP,19700329 200212 1001
iii
KATA PENGANTAR
Anisa Dewi
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup .......................................................................................... 2
v
2.3.3 Biaya Variabel .................................................................................. 11
2.3.4 Laba/Rugi .......................................................................................... 12
2.3.5 Break Event Point (BEP) .................................................................. 12
2.3.6 Benefit Cost Ratio (B/C) .................................................................... 12
2.3.7 Payback Period (PP) ........................................................................ 13
2.3.8 Return of Invesment (ROI) ................................................................ 13
vi
2.3.5 Break Event Point (BEP) ................................................................... 50
2.3.6 Benefit Cost Ratio (B/C) .................................................................... 51
2.3.7 Payback Period (PP) ........................................................................ 51
2.3.8 Return of Invesment (ROI) ................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Udang vannamei saat ini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat tetapi
juga diproduksi oleh industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan
menjadi beku, bernilai tambah, dan produk olahan ikan lainnya. Sehingga
permintaan udang semakin meningkat dan dibutuhkan suplai yang lebih banyak.
Ketersediaan udang di alam tidak mencukupi dan menjamin produksi yang
berkelanjutan. Sehingga perlu dilakukan teknik pembesaran yang lebih baik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri dari segi kualitas dan
kuantitas, untuk mendukung kelangsungan industri di Indonesia.
1
2
a. Tujuan
Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Siswa mendapat keterampilan secara teknis dalam praktek
pembesaran udang vannamei
2. Siswa mampu mengetahui permasalahan dalam praktek pembesaran
udang vannamei
3. Siswa mampu menghitung analisa usaha dalam praktek pembesaran
udang vannamei
b. Manfaat
Manfaat yang diambil dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Infra ordo : Penaeidea
Super famili : Penaeioidea
Famili : Panaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei boone
3
4
Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk
monodon. Bagian udang lainnya adalah :
di air payau seperti muara sungai dan pantai makanan udang vaname hasil
penelitian terhadap usus udang menunjukkan bahwa udang ini adalah karnivora
yang memakan crustacean kecil, amphipoda dan polychaeta.
Desain dan kontruksi wadah merupakan salah satu hal yang sangat
penting dikarenakan desain maupun kontruksi sangat berpengaruh terhadap
udang juga. Seperti apabila desain dan kontruksi wadahnya tepat maka
mempermudah kegiatan dalam budidaya. Desain dan konstruksi tambak dibuat
untuk memberikan lingkungan yang baik bagi kehidupan udang dan mampu
mencegah masuknya patogen dari luar serta mudah dilakukan pengendalian
penyakit (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Bentuk petakan budidaya udang skala mini empang plastik adalah bujur
sangkar dengan dimensi tambak berbentuk persegi empat dengan luas 600
sampai 1000 m2. Seluruh tambak dilapisi dengan plastik jenis high density
polyethylene (HDPE) dengan ketebalan 0,5 mm. Kedalaman air kolam busmetik
hanya berkisar antara 80-100 cm. Kolam busmetik merupakan kolam zero waste
sehingga tidak memerlukan pintu masuk dan pintu keluar air budidaya (Rahayu,
2013).
6
a. Pengeringan Kolam
Proses pengeringan kolam yang dilakukan dalam tambak intensif yang
menggunakan plastik HDPE dilakukan dengan mengeluarkan air dari outlet
menuju tempat pembuangan air atau limbah tambak. Pengeringan bertujuan
untuk membunuh hama dan penyakit dan proses pengeringan ini bertujuan untuk
mempercepat oksidasi bahan beracun seperti Amonia (NH3) dan Hidrogen
Sulfida (H2S) (Wiranto dan Hermida, 2010). Menurut Rahayu (2010), untuk
tambak baru pengeringan berguna untuk pengukuran petakan sebagai acuan
pembuatan plastik (wealding), untuk perbaikan konstruksi tambak,
membersihkan tambak dari benda-benda yang dapat merusak plastik.
b. Pembersihan Kolam
Pembersihan dilakukan dengan bantuan alat berupa sikat plastik untuk
membersihkan lumut, sedangkan untuk membersihkan tritip yang menempel
pada dinding tambak dengan menggunakan alat yang keras dan tumpul (Baliao
dan Siri, 2002). Setelah kegiatan panen dilakukan, masih terdapat sisa – sisa
lumpur yang mengandung kotoran udang, pakan, akumulasi bahan organik, serta
kerang yang menempel di perlengkapan budidaya seperti kincir, jembatan anco,
pipa central drain dan petakan yang harus dibersihkan.
c. Pemasangan Kincir
Kincir dipasang 2 m dari tepi pematang satu kincir mempunyai daya 1 HP,
yaitu mampu menopang biomassa udang sekitar 600 - 700 kg (Rochman, 2016).
Untuk Petak dengan luas 2.000 m2 digunakan 12 kincir. Pemasangan kincir
dilakukan pada saat tambak belum terisi air. Pemasangan kincir diberi jarak 4 - 6
meter dari pematang. Pada saat tambak sudah terisi air, letak dan arah kincir
akan diatur lagi agar perputarannya dapat berjalan dengan baik sehingga
kotoran - kotoran selama proses pembesaran udang vannamei dapat terkumpul
pada titik tengah tambak (central drain).
7
Ada beberapa fungsi kincir yang dipasang di perairan atau pada petakan
tambak:
• Meningkatkan kandungan DO
• Mencegah terjadinya stratifikasi suhu.
• Menciptakan arus yang bertujuan untuk mengumpulkan lumpur dan
kotoran kearah central drainase.
• Menyebarkan treatment keseluruh perairan.
dengan biomassa udang dan dikontrol dengan menggunakan indikator skor cek
anco. Menurut Rahayu (2010), waktu dan frekuensi pemberian pakan sangat
menentukan efektifitas pakan yang dimakan oleh udang. Dalam satu hari
frekuensi pemberian pakan adalah lima kali dengan pembagian waktu seperti
pada Tabel 2.
Tabel 2. Waktu pemberian dan dosis pakan
Jam Pemberian % Pakan dari Total Pakan Harian
Pakan
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 dan 4
06.00 30 20 15
10.30 - 20 15
14.30 40 15 10
21.00 30 30 35
02.00 - 15 25
Sumber : Rahayu (2010)
Aplikasi pakan tambahan juga diterapkan pada pemeliharaan udang
vanamei. Pakan tambahan yang dimaksud, antara lain vitamin C, omega protein,
dan probiotik. Sampling dilakukan satu minggu sekali untuk mengetahui berat
rata-rata dan biomassa udang vanamei sehingga jumlah pakan harian udang
vanamei dapat ditentukan.
2.2.6 Manajemen Kualitas Air
Menurut Haliman dan Adijaya (2005) pengelolaan air tambak terkait erat
dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas air yang baik akan mendukung
pertumbuhan secara optimal. Hal itu berhubungan dengan faktor stress udang
akibat perubahan parameter kualitas air tambak. Untuk menjaga agar kualitas air
dapat terjaga dengan baik, yang perlu diperhatikan diantaranya sebagai berikut.
a. Salinitas
Salinitas adalah kadar garam atau banyaknya kandungan garam
yang larut dalam air laut, satuannya adalah ppt. Udang dapat bertahan
hidup pada kisaran salinitas yang lebih (> 45 ppt) akan tetapi udang akan
dengan lahap makan pada salinitas 25 – 35 ppt. Alat yang digunakan
untuk mengukur salinitas adalah refraktometer.
10
b. Suhu Air
Suhu air adalah derajat panas suatu perairan, untuk budidaya udang
biasanya suhu berkisaran antara 28 – 30 °C. Alat yang dipakai untuk
mengukur suhu adalah thermometer.
c. pH (Derajat Keasaman)
pH atau derajat keasaman adalah kadar asam atau basa dalam suatu
larutan (melalui aktivitas ion hydrogen), besarnya derajat keasaman atau
basa biasanya ditunjukan dengan skala angka sebagai berikut. Sifat pH
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat pH
NO Angka Sifat
1 1–6 Asam
2 7 Netral
3 8 – 14 Basa
Agar udang tumbuh dengan optimal dan reaksi-reaksi kimia yang ada
dalam tambak tidak menghsilkan zat – zat yang bersifat toksin, maka nilai
pH harus dijaga pada kisaran 6.5 – 7.5. Nilai pH yang tidak terjaga secara
tidak langsung akan menurunkan kualitas air. Hal itu akan berpengaruh
terhadap aktivitas udang dan terganggunya metabolisme udang, secara
perlahan – lahan akan mengganggu kesehatan udang. Alat yang
digunakan untuk mengukur kadar keasaman atau pH adalah kertas
lakmus atau pH meter.
d. DO (Dysolved Oxygen)
DO adalah banyaknya kandungan oksigen yang terlarut dalam air,
kebutuhan minimal oksigen (O2) untuk udang adalah 4 mg/liter (ppm).
Pada kondisi 4 ppm, udang akan mengalami gangguan seperti warna
insang kusam dan banyak dijumpai bakteri dan jamur. Alat untuk
mengukur kadar oksigen (O2) adalah DO meter.
11
Kontrol anco dilakukan setiap hari pada waktu akan memberikan pakan
dan setelah pemberian pakan, tujuan dilakukannya control di anco untuk
mengetahui kondisi kesehatan udang, nafsu makan udang yang dipelihara,
sehingga jika ditemukan kondisi yang tidak normal dapat sedini mungkin
dilakukan pencegahan. Pengamatan kondisi udang dilakukan secara berkala
terhadap organ-organ tubuhnya seperti kelengkapan antena, ekor, kaki renang,
rostrum, dan warna tubuh (Farchan, 2006).
Sedangkan BEP harga harus lebih rendah dari pada harga yang berlaku saat ini.
Rumus perhitungan BEP unit dan BEP harga:
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑃 =
𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑅𝑂𝐼 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
BAB III
METODE PRAKTEK
14
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
15
16
Ketua
Tuteng Setiaji
Wakil ketua
Suratno Pamungkas
Sekertaris
Adam Prayudi
Kolam 1 unit 900m2 Full HDPE Wadah untuk menampung air hasil
pompa laut
4.4.2 Prasarana
Prasarana tambak yang terdapat di KUB Mina Mandiri SUPM Negeri
Kotaagung dapat dilihat pada tabel berikut.
a. Kolam Pembesaran
Kolam pembesaran adalah kolam yang digunakan sebagai wadah atau
tempat budidaya udang dari mulai tebar benur hingga panen udang. Kolam
pembesaran yang digunakan berbentuk persegi panjang yang mana dinding dan
dasar tambak menggunakan plastik HDPE (High Density Polyethylene) dengan
19
20
ketebalan 0,5 mm. Luas petak pembesaran yang diambil selama praktek dengan
panjang 45 m, lebar 20 m dan tinggi 2,5 m dengan luas keseluruhan berukuran
900 m2, volume air pada tambak adalah 2500 m3. Kolam pembesaran yang
dimiliki sudah dapat dikatakan baik yang dibuktikan dengan ukuran petak tambak
diupayakan tidak terlalu besar untuk memudahkan pengawasan dalam
pemeliharaan selama melakukan proses budidaya sehingga pengawasan
tambak dapat dilakukan lebih maksimal. Gambar kolam pembesaran dapat dilihat
pada gambar berikut :
air dan perlakuan (sterilisasi) sebelum air digunakan, hal ini sangat penting
karena air yang habis di ambil dari laut belum tentu memenuhi standar untuk
masuk ke kolam budidaya misal sampah, organisme - organisme mati dll. Jadi
inti fungsi dari tandon adalah selain untuk penampungan adalah untuk
memproses air yang agar lebih aman sebelum masuk ke kolam budidaya.
Gambar 5. Inlet
Gambar 6. Outlet
d. Tempat Pembuangan Limbah Tambak
Tempat pembuangan limbah adalah tempat dimana air tambak
dikeluarkan setelah melalui outlet. Air tersebut merupakan air kotor yang sengaja
dikeluarkan agar tidak mengganggu dan menumpuk di tempat budidaya udang.
Pada tambak KUB Mina Mandiri terdapat permasalahan dalam tempat
pembuangan air limbah dikarenakan tempat pembuangan tersebut tidak bisa
langsung mengalir dan membuat air tersebut tergenang yang terkadang
menimbulkan bau dan dapat mengganggu lingkungan sekitar. Untuk saat ini
masih hanya ditanggulangi dengan penanaman mangrove di sekitar tempat
pembuangan air limbah untuk sedikit mengurangi pencemaran lingkungan dan
hama penyakit, tapi hal tersebut masih kurang efisien karena air masih sering
tergenang dan terkadang menimbulkan bau. Dalam tambak tersebut seharusnya
dibuat IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) agar limbah dapat diolah dan
tidak mencemari lingkungan sekitar bahkan laut yang menjadi tempat
pembuangan, maka dari itu pembuatan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah)
sangat penting.
menuju petakan - petakan tambak, dalam pengisian air posisi dari wadah
budidaya sudah dipel menggunakan kaporit secara merata dan menggunakan
dosis yang ditentukan yaitu 30 mg/liter air. isi hingga ketinggian air 120 cm.
Setelah air terisi maka lakukanlah pemasangan papan tinggi air (water level),
agar mudah mengetahui ke tinggian air tambak dan tidak perlu mengukur secara
manual.
tersebut, lakukan penghitungan benur sedikit demi sedikit, hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui jumlah benur per kantongnya.
16.00, dan 21.00, pakan udang pada awalnya masih berbentuk tepung,
kemudian naik menjadi crumble, hingga berbentuk pelet sesuai dengan
pertumbuhan udang.
Blind feeding program atau program pakan buta merupakan metode
pemberian pakan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Blind
feeding program tidak menggunakan perhitungan ancho untuk menentukannya.
Setelah udang vannamei yang dipelihara dalam petakan berusia lebih dari 40
hari, pemberian pakan mulai ditentukan melalui analisa anco. Pakan diberikan
hingga lima kali dalam sehari, tepatnya pada pukul 02.00, 06.00, 11.00, 16.00,
dan 21.00.
1) Blind Feeding Program
Jumlah pakan pada blind feeding (kg) dapat dihitung dengan cara berikut ini:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑙𝑖𝑛𝑑 𝑓𝑒𝑒𝑑𝑖𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟
= 100,000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 4,5
125.000
= 1000.000
Jadi, pada pemberian pakan pertama adalah 5,62 kg, dengan frekuensi
pemberian pakan sebanyak 3 kali. Maka jumlah masing-masing pakan pada blind
feeding adalah sebanyak 1,40 kg. Di tambak KUB SUPMN Kotaagung sendiri
teknisi menggunakan penghitungan blind feeding secara otomatis untuk
memudahkan penghitungan. Selanjutnya akan dilakukan penambahan pakan
31
pada blind feeding. Berikut ini tabel penambahan pakan pada metode blind
feeding.
Tabel 7. Penambahan Pakan Pada Metode Blind Feeding.
DOC Penambahan Pakan
1-10 0,2 kg
11-21 0,4 kg
22-30 0,6 kg
= 2,25 kg
Jadi jumlah pengurangan pakan adalah 2,25 kg atau dapat dibulatkan menjadi 2
kg.
Ruby 1 Crumble 6 5 3 12
Ruby 2 Crumble 6 5 3 12
Ruby 3A Pellet 6 5 3 12
Ruby 3B Pellet 6 5 3 12
Pemberian makan juga udang meiliki waktu dan dosis tersendiri karena
apabila waktu dalam pemberian pakan tidak sesuai maka akan tetap rentan
terjadi kanibalisme dan pemberian dosis juga harus diperhatikan karena apabila
dosis pakan kurang maka akan terjadi ukuran tidak sama atau banyak yang kecil
(belantik) pada udang. Waktu pemberian pakan dan dosis dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 6. Waktu dan persentasi pakan
Jam Pemberian % Pakan dari Total Pakan Harian
Pakan
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 dan 4
06.00 30 20 15
10.30 - 20 15
14.30 40 15 10
21.00 30 30 35
02.00 - 15 25
b. Penyimpanan Pakan
Penyimpanan pakan terletak di dalam satu gudang pakan yang terletak
tidak jauh dari petakan tambak, hal ini tentu mempermudah dalam pengambilan
pakan. Bangunan pada gudang pakan menggunakan semen dengan ukuran
panjang 5 m, lebar 5 m, dan tinggi 5 m, jumlah pakan yang dapat ditampung
dalam gudang pakan sekitar 2 - 3 ton. gudang pakan harus memiliki lubang
fentilasi udara yang bertujuan agar pakan tidak lembap dan tidak jamuran. Pakan
disusun rapi maksimal 8 - 10 tumpuk sak karung pakan dengan waktu
penyimpanan maksimal 2 bulan.
35
Data tersebut sudah sesuai dengan indikasi kualitas air yang disampaikan
oleh Haliman dan Adijaya, 2005 yang tercantum di dalam tinjauan pustaka. Untuk
data lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 2 dan 3.
36
20 Februari 2021 18
18 Maret 2021 22
2 April 2021 20
Dari data diatas oksigen terlarut masih sesuai dengan tinjauan pustaka.
Menurut Haliman dan Adijaya (2005) DO adalah banyaknya kandungan oksigen
yang terlarut dalam air, kebutuhan minimal oksigen (O2) untuk udang adalah 4
mg/liter (ppm). Pada kondisi 4 ppm, udang akan mengalami gangguan seperti
warna insang kusam dan banyak dijumpai bakteri dan jamur.
d. Pengecekan pH Tambak
Pengecekan pH ini sangat penting karena jika pH yang ditentukan tidak
sesuai maka bisa langsung di ambil tindakan agar pH nya kembali sesuai. Cara
menggunakan alat pH meter tidak tidak jauh dari cara penggunaan alat DO
meter. pH untuk budidaya ikan adalah lebih dari 6 dan kurang dari 8 sehingga
ikan yang hidup dapat tumbuh dengan baik.
Untuk pH air sendiri biasanya paling sering dipengaruhi oleh cuaca dalam
lingkungan tersebut misal saat musim penghujan maka pH akan lebih mudah
turun dan sesegera mungkin harus diberi penanganan, apabila terlambat dapat
39
menyebabkan kematian pada udang. Contoh data sampel pH air dapat dilihat
pada tabel berikut:
Dari data diatas masih sesuai dengan tinjauan pustaka. pH atau derajat
keasaman adalah kadar asam atau basa dalam suatu larutan (melalui aktivitas
ion hydrogen), besarnya derajat keasaman atau basa biasanya ditunjukan
dengan skala angka sebagai berikut. Sifat pH dapat dilihat pada Tabel:
Tabel 15. Sifat pH
NO Angka Sifat
1 1–6 Asam
2 7 Netral
3 8 – 14 Basa
Agar udang tumbuh dengan optimal dan reaksi-reaksi kimia yang ada
dalam tambak tidak menghsilkan zat – zat yang bersifat toksin, maka nilai pH
harus dijaga pada kisaran 6.5 – 7.5 (Haliman dan Adijaya 2005). Nilai pH yang
tidak terjaga secara tidak langsung akan menurunkan kualitas air. Hal itu akan
berpengaruh terhadap aktivitas udang dan terganggunya metabolisme udang,
secara perlahan – lahan akan mengganggu kesehatan udang.
e. Pengecekan suhu air
Pengecekan suhu air dilakukan menggunakan termometer air raksa
dengan cara menggoyang-goyangkan termometer sebelum dimasukkan ke
dalam air petakan tambak agar yang menunjukan tingkat suhu dalam air petakan
40
tambak. Contoh data pengecekan suhu air data pengecekan air dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 16. Contoh data pengecekan suhu air
Tanggal Suhu
20 Februari 2021 29 oc
18 Maret 2021 27 oc
2 April 2021 26 oc
Dari data diatas sudah sesuai dengan tinjauan pustaka yang dinyatakan
Haliman dan Adijaya (2005) bahwa Suhu air adalah derajat panas suatu
perairan, untuk budidaya udang biasanya suhu berkisaran antara 28 – 30 °C.
Untuk suhu biasanya berpengaruh pada waktu pengecekan misalkan pada pagi
hari suhu tambak cenderung lebih rendah dan pada sore hari suhu air tambak
lebih tinggi.
Penebaran kultur bakteri biasanya dilakukan pada pagi hari dari jam
08.00 sampai 09.00 agar setelah ditebar maka bakteri dapat hidup, setiap kolam
diberi air kultur ± 2 ember pakan dan ditebar dekat kincir agar air kultur dapat
lebih merata. Dalam pemberian kultur dilakukan 2 hari sekali agar dapat
memenuhi pakan alami untuk udang sehingga dapat mengurangi kanibalisme.
h. Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila terjadi hujan di area tambak, kapur yang
digunakan adalah kapur dolomite dengan dosis 5 ppm. Pemberian jumlah kapur
disesuaikan dengan jenis kapur misal kapur dolomite 1 petak membutuhkan 30
42
udang pada sampling terakhir dengan berat rata-rata udang pada sampling
sebelumnya, kemudian hasilnya dibagi jarak waktu antar sampling. Alat dan
bahan yang digunakan dalam melakukan adalah jala sampling, untuk mengambil
sampel udang, ember untuk mengambil air dalam petakan, bak untuk
menampung udang sampel, kantong udang, dan timbangan.
Hal yang pertama harus disiapkan adalah meletakkan bak di pinggir
kolam, ambil air menggunakan ember untuk wadah udang, tebar jala dan angkat,
lepaskan udang sampel dalam bak, timbang kantong dan jadikan nilai nol,
masukkan udang sampel ke dalam kantong, tiriskan sebentar untuk mengurangi
air, lalu timbang.
Setelah mendapatkan angka dari timbangan udang sampel tersebut,
masukkan kembali udang sampel ke dalam steorofoam kemudian hitung jumlah
udang sambil memasukkannya ke dalam petakan tambak. Kemudian, setelah
mendapatkan jumlah udang sampel, bagi berat udang sampel yang ditimbang
dengan banyak jumlah udang sampel, maka akan didapatkan berat rata-rata
udang. Sampling petama dilakukan pada DOC 39 atau pada tanggal 5 Januari
2021, Didapatkan data sebagai berikut:
- Kepadatan tinggi
- Genetik udang
- Pakan
- Lingkungan
- Abnormalitas dan penyakit
Biomass Populasi SR
Tanggal ABW ADG SR (ekor) FCR
(gr) (ekor/m) (%)
Panen dalam budidaya udang memiliki 2 jenis panen yaitu panen persial
dan panen total. Panen persial berfungsi untuk mengurangi jumlah udang yang
terlalu padat sebelum panen total dilakukan, hal ini dilakukan agar apabila udang
dalam tambak dikurangi maka udang akan lebih cepat bertumbuh. Penen persial
46
ini dilakukan biasanya sebulan sebelum panen dengan ukuran udang sudah siap
dijual tapi lebih kecil dari panen total.
a. Panen Persial
KUB Mina Mandiri SUPM Negeri Kotagung melakukan panen persial
sebanyak dua kali. Panen persial pertama dilakukan pada tanggal,14 Februari
2021 dan tambak blok 2C mendapat size 63,23 ekor/kg. Kemudian Persial kedua
dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2021 dan tambak blok 2C mendapatkan
size 41,85 ekor/kg. Dilakukan persial dua kali di karena laju pertumbuhan yang
ada pada tambak KUB cukup cepat dan perlu dilakukan persial agar tidak
mengganggu laju pertubuhan pada udang akibat terlalu padat.
b. Panen Total
Panen total di tambak KUB Mina Mandiri dilakukan pada tanggal 4 April
2021, Pada panen Total ini tambak KUB blok 2 C mendapat size 33,6 gram/kg
pada DOC 120 hari. Panen total dilakukan karena udang telah memenuhi segala
kriteria dari DOC, ABW yang telah memenuhi target, ekonomi dan FCR. Dalam
panen total ini mulai dari persiapan hingga tahapan panen.
47
Adapun data yang dapat diambil dari kegiatan panen total yang telah
dilakukan pada petak 2C tambak Mina Mandiri SUPM Negeri Kotaagung yang
telah dilakukan pada tanggal 4 april 2021 adalah sebagai berikut :
1) Tonase panen
Jumlah total penimbangan berat udang yang dipanen dari petak 2C
tambak Mina Mandiri SUPM Negeri Kotaagung adalah sebesar 2.885,27 Kg.
2) Size panen
Size panen udang didapatkan melalui penghitungan udang yang telah
dipilih sebelumnya oleh pihak penjual maupun pihak pembeli, yaitu 10 kg udang
vannamei terdiri dari 366 ekor udang, sehingga didapatkan size 33,6 ekor/kg
dengan rumus sebagai berikut :
𝑒𝑘𝑜𝑟
𝐵/𝐶 =
𝑘𝑔
366
=
10
= 33,6 𝑒𝑘𝑜𝑟/𝑘𝑔
3) Populasi
Populasi akhir udang dapat ditentukan dengan mengalikan tonase panen
dengan size udang, hal tersebut dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini :
4) MBW
Mean Body Weight atau nilai tengah berat udang atau berat rata-rata
udang dapat dihitung dengan rumus :
𝑇𝑜𝑛𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛
𝑀𝐵𝑊 =
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
2.793.39000 𝑔
=
102.238. 𝑒𝑘𝑜𝑟
= 27,32 gram/ekor.
49
5) Survival rate
Tingkat kelulus hidupan udang vannamei yang dibudidayakan di tambak
KUB Mina Mandiri SUPM Negeri Kotaagung dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
102.238 𝑒𝑘𝑜𝑟
SR = x 100 %
125.000 ekor
52.041,9 ekor
= x 100 %
125.000ekor
= 81,7 %
Artinya persentase udang yang yang saat ini hidup adalah 81,7% dari tebar awal
6) FCR
FCR didapatkan dengan menghitung jumlah tonase pakan dibagi dengan
jumlah tonase panen. Penghitungan FCR dapat dilihat pada uraian berikut :
Tonase pakan
FCR =
Tonase panen
3.659
= 2.793.39
=1,31
Artinya setiap 1,31 kg pakan yang kita berikan akan menghasilkan 1 kg udang.
50
1 Petak 2C
6 Area 900 m2
14 SR 81,7 (%)
16 ABW 27.32Gram
17 FCR 1,31
51
5. 2.4 Laba/Rugi
Laba / Rugi bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau
kerugian dari usaha yang dikelola. Suatu usaha yang menguntungkan akan
memiliki nilai penerimaan lebih besar dari pada total pengeluaran.
jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini. Sedangkan BEP harga harus lebih
rendah dari pada harga yang berlaku saat ini.
Rumus perhitungan BEP unit dan BEP harga:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛
143.908.125
=
2.739.39
= 52.532
Berarti BEP harga perusahaan akan mengalami titik impas jika harga udang
Rp. 52.532
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝐵𝐸𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑈𝑑𝑎𝑛𝑔
143.908.125
=
85.000
= 1.693.03 kg
Jadi, nilai BEP produksi atau titik produksi tidak mencapai titik impas
apabila kolam menghasilkan udang sebanyak 1.693.03 kg.
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
𝐵/𝐶 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
226.677.928
=
143.908.125
= 1,57
Jadi B/C Ratio yang didapatkan perusahaan yaitu sebesar 2,7 artinya
kolam 2C di Tambak Mina Mandiri karena nilai B/C ratio yang dihasilkan nilainya
lebih dari 1 maka tambak tersebut dapat dikatakan layak dan menguntungkan.
54
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑃 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
35.070.000
=
142.905.482
= 0,24
Jadi lamanya modal yang dikembalikan oleh kolam 2C adalah 0,24 siklus
Keuntungan
𝑅𝑂𝐼 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
142.905.482
=
83.722.500
= 1,7
Jadi, keuntungan dari setiap modal yang dikeluarkan dalam satu kali
produksi memperoleh hasil/keuntungan sebanyak Rp. 1,7 %.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) II di di tambak Mina
Mandiri SUPM Negeri Kotaagung Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
dapat disimpulkan sebagai berikut :
52
53
perubahan pH air yang dapat memicu kematian plankton atau pakan alami
yang baik bagi udang sehingga perlu penanganan seperti penebaran kapur
seperti kapur dolomite atau azomit. Dalam tambak Mina Mandiri tidak
banyak permasalahan dalam kelangsungan budidaya udang yang cukup
serius karena setiap ada masalah langsung diatasi dan ditanggulangi
dengan tepat waktu oleh pekerja tambak yang cekatan dan berpengalaman.
Hal tersebut juga merupakan aspek keberhasilan dalam budidaya udang
vannamei.
3. Hasil analisa usaha dari tambak Mina Mandiri SUPM Kotaagung adalah
sebagai berikut :
a. Kuntungan = Rp. 82.769.803
b. BEP Harga = Rp. 52.532
c. BEP Produksi = 1.693.03 kg
d. B/C = Rp. 1,5
e. PP = 0,44 siklus.
f. ROI = Rp. 1,7 %
Dari data analisa kelayakan usaha di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pembesaran udang vannamei di tambak KUB Mina Mandiri
SUPM Negeri Kotaagung dapat dinyatakan layak.
6.2 Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan dalam kegiatan budidaya udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) di tambak Mina Mandiri SUPM Negeri
Kotaagung adalah Sebaiknya tempat pembuangan air limbah yang berada di
lokasi praktek lebih diperbaiki atau ditambah lagi agar limbah tidak mencemari
lingkungan misal area tambak yaitu perumahan, lahan pertanian sekitar bahkan
pantai yang dijadikan tempat pembuangan. Untuk pengelolaanya dapat di buat
yaitu IPAL (instalasi pembuangan air limbah) agar limbah yang dibuang dapat
terolah terlebih dahulu dan tidak mencemari lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1
LAMPIRAN
Table 1. Blind Feeding