Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN LENGKAP

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti


ujian akhir praktikum AMAMI 1

Nama : Sulpia
Nim : 1531 4545 3154
Kelas : Anakes_15D
Gelombang : Satu (1)
Semester : Ganjil (Tiga)

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Analisis Makanan dan Minuman (AMAMI) 1


telah diperiksa dan dinyatakan diterima sesuai dengan aturan Laboratorium
Praktikum AMAMI 1, Program Studi D-III Analis Kesehatan, atas nama:

Nama Praktikan : Sulpia


NIM : 1531 4545 3154
Kelas : 15 D
Gelombang : 1 (satu)

No JUDUL PERCOBAAN Dosen Pembimbing

1. Analisis Air di lapangan Nurmala Sari, S.Si, M.Sc

2. Analisis Kadar Sulfat pada Sampel Air Nurmala Sari, S.Si, M.Sc
3. Analisis Kadar Klorin pada Sampel Air Nurmala Sari, S.Si, M.Sc
4. Kesadahan Air Nurmala Sari, S.Si, M.Sc

5. Penentuan Kadar Air Metode Oven Nurmala Sari, S.Si, M.Sc

6. Penentuan Kadar Abu Metode Furnance Nurmala Sari, S.Si, M.Sc


Analisis Kadar Asam Lemak Bebas
7. Nurmala Sari, S.Si, M.Sc
dengan Metode Penyabunan
Analisis Kadar Protein dengan Metode
8. Nurmala Sari, S.Si, M.Sc
Titrasi Formol

Makassar, 14 Desember 2016


Mengetahui,
Dosen penanggung jawab Praktikan

(Nurmala Sari, S.Si, M.Sc) ( Sulpia )


NIDN. 09 020883 03 15 3145 453 154
A. JUDUL PERCOBAAN : Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

B. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Untuk dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH
dengan larutan baku primer.
2. Untuk menentukan Normalitas larutan NaOH dengan larutan standar
Asam Oksalat .
3. Untuk dapat menentukan titik akhir dan titik eqivalen titrasi NaOH 0,1 N.

C. LANDASAN TEORI

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana
solute terlarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air,
selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform,
benzena, minyak, asam asetat ( Syabatini,2007).
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya telah diketahui. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari
sejumlah contoh solute yang diinginkan yang secara teliti ditimbang dengan
melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara
ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit reaksi kimia
yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis
akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar
primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada
proses itu dengan sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan
larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan
asam basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini
salah satunya disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder ( Ibnu, M. 2004 ).
Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat
ditentukan dengan jalan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan
tepat. Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam
oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam
normalnya. .berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder adalah
larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap
larutan baku primer ( Hidayati, Ana. 2009 ).
Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat
basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih
padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida
dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH
dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya ( Ibnu, M. 2004 ).
Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan
larutan zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang
diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan,
dihitung dari volume standar yang digunakan dan hukum-hukum stokiometri yang
diketahui. Dahulu digunakan orang analisis volumetri, tetapi sekarang telah
diganti dengan analisiss titrimetri, karena yang terakhir ini dianggap lebih baik
menyatakan proses titrasi, sedangkan yang disebut terdahulu dapat dikacaukan
dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti yang melibatkan gas-gas.
Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran, dan zat yang
sedang dititrasi disebut titrat ( Basset, 1994 ).

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik
akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi
meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan
menyebabkan perubahan warna indikator. Kedua cara di atas termasuk analisis
titrimetri atau volumetrik. (Arif,2008).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator
berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah
titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi
ketika asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen
digunakan digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik
akhir titrasi ( Sukmariah, 1990 ).

Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah sebagai zat
penunjuk derajat keasaman kelarutan yaitu senyawa organik dengan struktur rumit
yang berubah warnanya bila pH larutan berubah. Indikator dapat pula digunakan
untuk menetapkan pH dari suatu larutan. Indikator merupakan asam lemah atau
basa lemah yang memiliki warna cukup tajam, hanya dengan beberapa tetes
larutan encer-encernya, indikator dapat digunakan untuk menetapkan titik
ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan tingkat keasaman
larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan adalah indikator
phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. Indikator PP memiliki
warna asam tak berwarna, rentang pH perubahan warna antara 8,3 10,0 dan
warna basa merah ( Hidayati, Ana. 2009 ).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Buret
b. Batang Statif
c. Erlemeyer
d. Gelas Kimia
e. Corong
f. Pipet Tetes

2. Bahan
a. NaOH
b. Asam Oksalat
c. Indikator PP

E. PROSEDUR KERJA
a. Siapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret sampai tanda batasnya.
c. Dipipet 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlemeyer, kemudian
ditambahakan 3 tetes Indikator PP.
d. Dititrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH sampai terjadi
perubahan warna ( dari tidak berwarna pink keunguan ).
e. Dicatat volume titrasi NaOH pada saat terjadi perubahan warna pada
tanda batas.

F. HASIL PENGAMATAN
Sampel Penambahan 1 Penambahan 2 Volume
NO. (Asam Oksalat) (Indikator PP) (NaOH) Titrasi

1. Percobaan 1 Tidak terjadi Pink - keunguan


(warna awal perubahan warna. 20,1
bening).

2. Percobaan 2 Tidak terjadi Pink - keunguan


(warna awal perubahan warna 20,6
bening).

1 + 2 20,1 + 20,6
Ket : = = 20,35
2 2

. .
Konsentrasi NaOh :
"
10 0,1
: = 0,049
20,35

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk


menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada
percobaan kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah NaOH
(natrium hidroksida) dan larutan baku primer H2C2O4 2H2O (asam oksalat).
Adapun metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif, yang dimana fokus
kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam
sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan
pokok, yaitu pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling) dengan memilih
suatu sampel yang mewakili dari bahan yang dianalisis, mengubah analit menjadi
suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran, perhitungan dan penafsiran
pengukuran.
Pada proses praktikum standarisasi larutan NaOH 0,1 N ini digunakan cara
titrasi atau titrimetri, karena penetapan kadar secara titrimetri atau volumetri
mempunyai kelebihan dibanding secara gravimetric. Adapun sampel yang
digunakan yaitu asam oksalat sebagai asam lemah dan Natrium Hidroksida
(NaOH) sebagai basa kuatnya. Dan indikator yang digunakan yaitu fenophtalein
(indikator PP).
Indikator fenophtalein digunakan dalam percobaan ini karena fenophtalein tak
berwarna dengan pH berkisar antara 8,3-10,0 yang akan mempermudah untuk
mengetahui bahwa dalam proses titrasi sudah mencapai titik eqivalen. Perubahan
yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah
jambu (pink-keunguan) yang konstan dari warna asal mula bening. Perubahan
warna ini terjadi karena telah tercapainya titik eqivalen. Pada tahap ini Struktur PP
akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini di karenakan oleh proton yang
dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan
terjadi perubahan warna. PP sendiri bersifat asam lemah, karena syarat suatu
indikator adalah asam atau basa lemah yang berubah warna diantara bentuk
terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi
asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa
kuat). Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 20, 35 mL yang
dihitung dari rata-rata dua kali percobaan, dengan Volume NaOH pada percobaan
1 yaitu 20, 1 ml dan pada percobaan kedua diperoleh 20, 6 ml. Dan pada
penentuan konsentrasi NaOH didapat normalitas NaOH sebesar 0,049 N.
Reaksi yang terjadi saat titrasi yaitu:
C2H2O4 2H2O + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan :
a. Standarisasi yang dilakukan pada percobaan ini bertujuan untuk
menentukan konsentrasi normalitas dari larutan standar.
b. Pada penentuan konsentrasi NaOH didapatkan normalitas NaOH
sebesar 0,049 N.
c. Volume rata-rata NaOH yang diperlukan saat titrasi yaitu 20, 35 mL

2. Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya dilakukan lebih dari 2 kali.
Dengan demikian, hasil yang didapatkan akan semakin efisien. Dan
sebaiknya berhati-hati dalam menggunakan larutan-larutan yang ada di
laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga harus
memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH),
karena volume larutan NaOH akan sangat mempengaruhi hasil akhir
titrasi.

I. DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2008. Asidimetri. http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7, Diakses2


Oktober 2011.

Basset, J. etal. 1994. Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.


Jakarta: Kedokteran EGC.

Hidayati, Ana. 2009. PETUNUK PRAKTIKUM DASAR KIMIA ANALITIK.


Semarang: Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Ibnu, M. Shodiq, dkk. 2004. COMMON TEXT BOOK KIMIA ANALITIK 1.
Malang: JICA UNIVERSITAS NEGERI MALANG.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I.
Jakarta : Erlangga.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Syabatini, Annisa. 2007. Pembuatan dan Penentuan Konsentrasi Larutan,


http:// annisanfushie.wordpress.com/2008/09/29/74/, Diakses pada :

2 Oktober 2011.

J. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai