DOSEN
DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Atom dan
Molekul Suatu Tinjauan Ulang” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
mata kuliah kimia organik 1 yang telah membimbing dan memberi tugas ini kepada
kami. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta
saran yang membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena
itu kami mohon maaf sebesar-besarnya untuk kelancaran penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami
mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat dipergunakan seperlunya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Elektron dari Atom
Dalam Kimia Organik ada 4 unsur yang harus dimengerti atau dipahami diantaranaya
adalah C (carbon), H (Hidrogen), O (Oksigen) dan N (Nitrogen). Keempat unsur ini
ada di kedua periode pertama dari susunan dan elektronnya terdapat dalam dua kulit
elektron yang paling dekat dengan inti.
Setiap kulit elektron berhubungan dengan sejumlah energi tertentu. Elektron yang
paling dekat dengan inti lebih tertarik oleh proton dalam inti daripada elektron yang
lebih jauh kedudukannya. Karena itu, semakin dekat elektron terdapat ke inti,
semakin rendah energinya, dan elektron ini sukar berpindah dalam reaksi kimia. Kulit
elektron yang terdekat ke inti adalah kulit yang terendah energinya, dan elektron
dalam kulit ini dikatakan berada pada tingkatan energi pertama. Elektron dalam kulit
kedua, yaitupada tingkat energi kedua mempunyai energi yang lebih tinggi daripada
elektron dalam tingkat pertama, dan elektron dalam tingkat ketiga atau pada tingkat
energi ketiga, mempunyai energi yang lebih tinggi lagi.
A. Orbital Atom
Kulit elektron pertama hanya mengandung orbital bulat 1s. Kebolehjadian untuk
menemukan elektron 1s adalah tertinggi dalam bulatan ini. Kulit kedua, yang agak
berjauhan dari inti daripadakulit pertama, mengandung satu orbital 2s dan tiga orbital
2p. Orbital 2s seperti orbital 1s, adalah bulat.
Orbital yang paling sederhana adalah orbital s. Setiap subkulit s terdiri atas 1 buah
orbital yang berisi 2 elektron. Orbital s berbentuk bola simetri yang menunjukkan
bahwa elektron memiliki kerapatan yang sama, jika jarak dari inti atom juga sama.
Semakin jauh letak elektron dari inti atom, kerapatannya semakin rendah. Nilai
bilangan kuantum utama suatu orbital memengaruhi ukuran orbital. Semakin besar
nilai bilangan kuantum utama, ukuran orbitalnya juga semakin besar.
Gambar orbital s
2. Orbital p
Subkulit p terdiri atas 3 orbital, tiap orbital mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan
ketiga orbital terletak pada arah, di mana terkonsentrasinya kepadatan elektron.
Biasanya orbital p digambarkan menggunakan satu kumpulan sumbu x, y, dan z,
sehingga diberi tanda px, py dan pz.
Pada subkulit p ini terdapat 3 nilai m (–1, 0, +1) sehingga terdapat 3 orientasi yang
satu dan lainnya membentuk sudut 90 o.
c. Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang
berbeda. Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital
memiliki bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, dx2y2, dan
dz2.
pada arah berkumpulnya kepadatan elektron. Sementara itu, satu orbital lagi
mempunyai bentuk berbeda, tetapi memiliki energi yang sama dengan keempat
orbital d lainnya.
d. Orbital f
Orbital f mempunyai bentuk orbital yang lebih rumit dan lebih kompleks daripada
orbital d. Setiap subkulit f mempunyai 7 orbital dengan energi yang setara.
Orbital ini hanya digunakan untuk unsur-unsur transisi yang letaknya lebih dalam.
B. Pengisian Orbital
Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu semua orbital
ini terisi, Pengisian elektron dalam orbital-orbital memenuhi beberapa peraturan.
antara lain
2. Prinsip Pauli : tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat
bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai
bilangan kuantum utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum
spinnya harus berlawanan.
3. Prinsip Hund : cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah
bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing
orbital terisi dengan sebuah elektron.
Contoh:
- Atom C dengan nomor atom 6, berarti memiliki 6 elektron dan cara Pengisian
orbitalnya adalah:
Jari-jari atom adalah jarak yang dihitung dari inti atom sampai ke kulit terluar.
Semakin ke kanan jumlah proton dan neutron semakin banyak sehingga gaya tarik
inti terhadap elektron terluar semakin kuat sehingga jari-jari atom semakin kecil.
semua unsur yang seperiode memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidak
berarti mereka memiliki jari-jari atom yang sama juga. Semakin ke kanan letak unsur
maka proton dan elektron yang dimiliki srmakin banyak, sehingga tarik-menarik inti
dengan elektron semakin kuat. Membuat elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat
ke arah inti. Jadi, bagi unsur yang seperiode, jari-jari atom semakin ke kanan semakin
kecil.
Akibatnya dibutuhkan energi yang lebih banyak untuk mencungkil elektron terluar.
Dengan kata lain, dalam satu periode energi ionisasi bertambah dari kiri ke kanan
Tabel Atom
Grafik Atom
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa :
Untuk unsur-unsur dengan golongan yang sama maka jari-jari atom akan meningkat
seiring dengan bertambahnya nomor atom. Dengan kata lain dari atas hingga ke
bawah jari-jari atom akan bertambah. Hal tersebut disebabkan karena bertambahnya
orbit atau lintasan elektron sehingga volume atom mengembang dan jari-jari atom
semakin besar.
2.3 Keelektronegatifan
Untuk mengamati keelektronegatifan suatu unsur, kalian dapat melihat skala pauling
yang dapat menunjukkan tingkat keelektronegatifan suatu unsur. Skala pauling
sendiri merupakan skala numeric dari keelektronegatifan. Skala ini diturunkan dari
perhitungan energy ikatan untuk berbagi unsur yang terikat oleh ikatan kovalen.
Dalam skala pauling, Flour, unsur yang paling elektronegatif, mempunyai nilai
keelektronegatifan 4. Litium, Keelektronegatifanya rendah mempunyai nilai 1.Suatu
unsur dengan keelektronegatifan yang sangat rendah (seperti litium ) kadang-kadang
disebut unsur elektropositif. Karbon mempunyai nilai keelektronegatifan menengah
2,5 .
Suatu atom terdiri atas inti atom dan kulit-kulit atom. Inti atom terdiri atas partikel-
partikel proton yang bermuatan positif dan partikel-partikel neutron yang tidak
bermuatan. Sementara kulit-kulit elektron berisi partikel-partikel elektron yang
bermuatan negatif. Tempat elektron berada disebut orbital. Elektron-elektron terlebih
dahulu menempatkan diri pada orbital-orbital yang mempunyai tingkat energi
terendah.
Dua buah atom atau lebih dapat membentuk suatu ikatan kimia menggunakan
elektron-elektron valensi yang dimilikinya untuk membentuk suatu molekul. Jika
atom-atom tersebut tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kuat (atau
sedikit perbedaan keelektronegatifan), elektron-elektron valensi atom-atom tersebut
digunakan bersama membentuk ikatan kovalen. Jika atom-atom tersebut memiliki
perbedaan keelektronegatifan yang besar, atom-atom tersebut akan membentuk ikatan
ion.
Jika dalam suatu ikatan kovalen memiliki sepasang elektron yang digunakan untuk
berikatan, maka ikatannya disebut ikatan kovalen tunggal. Ada juga ikatan kovalen
yang memiliki dua pasang elektron, disebut ikatan kovalen rangkap atau ikatan
kovalen rangkap dua. Jika ikatan kovalennya menggunakan tiga pasangan elektron,
disebutikatan kovalen rangkap tiga. Pada kasus tertentu, pasangan elektron yang
digunakan bersama hanya berasal dari salah satu atom saja, disebut ikatan kovalen
koordinasi atau ikatan kovalen koordinat atau ikatan kovalen dativ atau ikatan
kovalen semipolar.
Pada ikatan ion, atom-atom yang memiliki nilai keelektronegatifan tinggi mengikat
elektron membentuk ion negatif, sedangkan atom-atom yang memiliki nilai
keelektronegatifan rendah melepaskan elektron valensinya membentuk ion positif.
Dengan menangkap atau melepas elektron ini, atom-atom tersebut mencapai
konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia dan membentuk ketabilan. Meskipun
atom-atom dalam senyawa ion tidak menggunakan elektron bersama-sama, tetapi
atom-atom tersebut saling tertarik dengan kuat satu sama lain karena muatan atom-
atom tersebut berbeda. Dalam suatu senyawa ion, semua ion-ionnya saling tarik
menarik satu sama lain membentuk struktur kisi kristal.
Banyaknya ikatan kovalen yang dibentuk oleh sebuah atom tergantung pada
banyaknya elektron tambahan yang diperlukan agar atom itu mencapai suatu
konfigurasi gas mulia misalnya, sebuah atom netral hidrogen memerlukan 1 elektron
lagi untuk mencapai konfigurasi elektron (dari) helium, oleh karena itu hidrogen
membentuk suatu ikatan kovalen.
Untuk struktur sederhana, sering kita dapat menyimpulkan rumus lewis untuk suatu
senyawa dengan komposisi yang diketahui semata-mata dari jumlah yang biasa (dari)
ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur itu.
B. Muatan formal
Dalam molekul NH3, terdapat tiga pasang elektron ikatan dan sepasang elektron non-
ikatan atau menyendiri. Ternyata sepasang elektron menyendiri ini berubah menjadi
sepasang elektron ikatan ketika molekul NH3 bergabung dengan ion H+ membentuk
ion NH4+, karena ion H+ tidak mempunyai elektron sama sekali.
Jadi secara garis besar, muatan formal (QF) dapat dihitung dengan rumus
QF = G – n – b
dimana
Sebagai contoh dalam NH3, setiap atom H mempunyai muatan formal sebesar: 1 – 0
– (½ x 2) = 0 (nol), dan atom N juga mempunyai muatan formal nol (yaitu 5 – 2 – (½
x 6)), sehingga total muatan formal molekul netral NH3 adalah nol. Tetapi dalam ion
NH4+, muatan formal masing-masing atom H yaitu nol, dan atom N yaitu: 5 – 0 – (½
x 8) = +1, sehingga muatan formal total yaitu +1 sesuai dengan muatan ion NH4+.
1. Rumus Empiris
Adalah rasio jumlah sederhana seluruh atom dari setiap unsur yang ada dalam
senyawa. Rumus empiris digunakan sebagai standart untuk senyawa yang paling
ionic, seperti CaCl2, dan unutk makromolekul seperti SiO2. Rumus empiris merujuk
pada proses analisis, suatu Teknik kimia analitik yang digunakan untuk menentukan
jumlah relative dari setiap unsur dalam senyawa kimia.
2. Rumus Molekul
Rumus molekul mengidentifikasi jumlah setiap jenis atom dalam molekul, dan rumus
struktur juga menunjukkan struktur molekul. Misalnya pada senyawa kimia memiliki
rumus struktur CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3, yang menunjukkan bahwa n-heksana
memiliki 6 karbon atom dan 14 hidrogen atom dalam rantai lurus. Rumus molekul
heksana adalah C6H14, dan rumus empiris adalah C3H7, menunjukkan rasio C:H
adalah 3:7.
3. Rumus Struktur
Adalah representasi grafis dari struktur molekul yang menunjukkan bagaimana atom
tersusun. Ikatan kimia dalam molekul juga ditunjukkan, baik secara eksplisit maupun
implisit.
4. Struktur Lewis
Suatu pola atau diagram yang menggambarkan jumlah electron valensi dari atom-
atom yang akan membentuk ikatan kimia. Struktur lewis ini berbentuk titik, silang,
atau bulatan-bulatan yang mengelilingi lambing atomnya, baik atom tunggal maupun
atom-atom yang berikatan. Lambing kombinasi biasanya digunakan untuk
menuliskan ikatan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih unsur sehingga akan lebih
mudah membedakan electron valensi masing-masing unsur. Sedangkan jika
menggunakan satu jenis lambing saja, misalnya bulatan maka dalam menggambarkan
ikatan senyawa, bulatan bisa diberi warna yang berbeda untuk membedakan electron
valensi unsur penyusunnya.
Keberadaan struktur lewis sangat penting untuk menggambarkan jenis ikatan kimia
yang terjadi dalam suatu senyawa serta proses terbentuknya ikatan kimia tersebut.
Selain itu, struktur lewis juga dapat digunakan untuk menggambarkan rumus molekul
atau senyawa.
Berikut adalah contoh beberapa lambang lewis dalam unsur, molekul, atau senyawa.
a. Lambang Titik
b. Lambang Silang
c. Lambang Bulatan
d. Lambang Kombinasi
Lambang struktur lewis dapat disederhanakan dengan mengganti lambang titik atau
silang atau bulatan menjadi sepotong garis. Lambang garis pada struktur lewis ini
disebut dengan rumus bangun. Dimana sepotong garus menyatakan sepasang
electron yang digunakan Bersama. Perhatikan aturan berikut :
“Panjang ikatan berkurang pada unsur-unsur seperiode dari kanan ke kiri sesuai
dengan berkurangnya nomor atom.”
“Panjang ikatan bertambah pada unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah sesuai
dengan bertambahnya nomor atom.”
Sudut Ikatan
Bila ada lebih dari dua atom dalam molekul, ikatan membentuk sudut, yang disebut s
udut ikatan. Sudut ikatan bervariasi antara 60o sampai 180o.
Sudut ikatan dari berbagai susunan ruang molekul-molekul :
Dari tabel diatas bisa disimpulkan bahwa atom yang dihubungkan oleh ikatan ganda
memerlukan energi lebih banyak untuk disosiasi daripada atom yang sama
dihubungkan oleh ikatan tunggal.
Relatif Besar
Kelektronegatifan biatom sejenis
Pasangan Elektron Ikatan Cenderung tertarik ke salah Tertarik sama kuat oleh atom-atom
(PEI) satu atom yang berikatan yang berikatan
Pasangan Elektron Bebas Atom pusat memiliki PEB Atom pusat tidak memiliki PEB
(PEB)
Bentuk Molekul Asimetris (mengutub) Simetris (proporsional)
Daya Hantar Listrik Dapat mampu menghantarkan Tidak dapat menghantarkan listrik
listrik
Momen Dipol Lebih dari nol Sama dengan nol
Kelarutan Umumnya hanya dapat larut Umumnya hanya dapat larut dalam
dalam cairan polar lainnya cairan nonpolar lainnya
Pada contoh ikatan kovalen polar yaitu pada molekul HCl, pasangan elektron ikatan
(PEI) cenderung tertarik ke salah satu atom yang memiliki elektronegativitas lebih
besar yaitu atom Cl oleh karena itu bentuk molekulnya mengutub pada atom Cl
sehingga menjadi asimetris (tidak simetris). Kepolaran pada molekul ini terjadi
karena antara atom H dan atom Cl memiliki perbedaan keelektronegatifan yang relatif
besar.
Sedangkan pada contoh ikatan kovalen nonpolar yaitu molekul Cl2, pasangan elektron
ikatan tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang berikatan. Hal ini dikarenakan
antara dua atom Cl memiliki keelektronegatifan yang sama besar atau dengan kata
lain perbedaan elektronegativitas adalah nol. Karena PEI tertarik sama kuat, maka
bentuk molekul pada senyawa Cl2 adalah simetris.
Tarikan antar molekul adalah gaya tarik menarik antar molekul-molekul yang
jaraknya berdekatan.
1.9.1 Antaraksi Molekul
a. Gaya London
Elektron pada suatu atom mengalami pergerakan dalam orbital. Pergerakan atau perpindahan el
ektron pada suatu atom dapat mengakibatkan tidak meratanya kepadatan elektron pada atom, s
ehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif dibandingkan sisi
yang lain. Pergerakan ini menimbulkan dipol sesaat. Adanya dipol sesaat menyebabkan molekul y
ang bersifat non-polar menjadi bersifat agak polar.
Gaya London adalah gaya tarik lemah yang disebabkan oleh adanya dipol imbasan sesaat. Dipol s
esaat pada suatu atom dapat mengimbas atom yang berada di sekitarnya sehingga terjadilah dip
ol terimbas yang menyebabkan gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol terimbas.
Gaya London mempengaruhi sifat fisis molekul. Pergerakan elektron yang me-ngakibatkan dipol s
esaat dalam suatu molekul akan bertambah besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elek
tron yang semakin besar pula. Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suat
u molekul disebut polarisabilitas. Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa molekul re
latif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr suatu molekul, maka semakin besar polar
isabilitasnya dan semakin besar pula Gaya Londonnya. Mudahnya suatu atom untuk membentuk
dipol sesaat disebut polarisabilitas (Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009).
Nama gaya ini diambil dari nama seorang ilmuwan yaitu Johannes Van der Waals. Gaya ini terjadi
pada molekul-molekul yang terjadi dipol permanen misalnya pada molekul ionik dan kovalen pol
ar. Apabila molekul memiliki kutub yang sama maka keduanya akan tolak menolak. Sebaliknya, jik
a kutub keduanya berbeda maka akan tarik menarik.
Gaya Van der Waals ini bila terjadi ini apabila terjadi pada molekul polar atau molekul-molekul di
pol permanen, maka dinamakan sebagai gaya dipol-dipol. Semakin besar nilai momen dipol yang
dimiliki molekul-molekulnya, maka akan semakin besar gayanya.
Contoh lainnya adalah antara molekul-molekul yang bersifat polar dimana terjadi dipol secara pe
rmanen. Hal ini menyebabkan senyawa polar dapat larut ke dalam pelarut polar. Sebagai contoh,
asam asetat dapat larut di dalam air (Ambarsari, Novi. 2018) .
Ikatan hidrogen adalah gaya tarik antar-molekul yang terjadi antara atom
hidrogen yang terikat dengan atom sangat elektronegatif (N, O, atau F) dan
pasangan elektron bebas dari atom sangat elektronegatif lainnya. Ikatan ini
muncul sebagaimana ikatan N—H, O—H, dan F—H bersifat sangat polar, di
mana muatan parsial positif pada H dan muatan parsial negatif pada atom
elektronegatif (N, O, atau F). Sebagai contoh, ikatan hidrogen terdapat pada
antar molekul H2O dan antar molekul NH3, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar berikut.
Ikatan hidrogen pada H2O dan NH3 (Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson,
Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Grafik titik didih sebagai fungsi massa molekul senyawa hidrida golongan IVA–VIIA
(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition).
New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Titik didih dari senyawa hidrida unsur golongan IVA (CH4, SiH4,
GeH4, dan SnH4, seluruhnya nonpolar) meningkat dari atas ke bawah
golongan (dari C ke Sn). Hal ini dapat dimengerti sebagai akibat dari adanya
polarisabilitas dan gaya dispersi London secara umum meningkat seiring
dengan bertambahnya massa molekul. Senyawa-senyawa hidrida dari
golongan VA, VIA, dan VIIA secara umum juga mengikuti pola kenaikan titik
didih yang sama, namun khusus untuk senyawa NH3, H2O, dan HF titik
didihnya jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Faktanya, ketiga senyawa
ini juga memiliki sifat-sifat yang membedakannya dari senyawa-senyawa lain
dengan massa molekul dan polaritas yang bermiripan. Sebagai contoh, air
(H2O) memiliki titik leleh yang tinggi, kalor jenis yang tinggi, dan kalor
penguapan yang tinggi. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa adanya gaya antar-
molekul tak lazim yang kuat pada molekul-molekul ketiga senyawa tersebut,
yakni ikatan hidrogen.
Seiring air es dipanaskan di atas titik lebur, pemutusan ikatan hidrogen terus
berlanjut sehingga molekul-molekul air menjadi semakin tersusun rapat dan
densitas air semakin meningkat. Air dalam wujud cair akan mencapai densitas
maksimum pada suhu 3,98°C. Di atas suhu tersebut, air berperilaku “normal”
seperti zat-zat lain pada umumnya sebagaimana densitas menurun seiring
dengan kenaikan suhu.
HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O
menerima proton dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O
untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion hidronium (H 3O+). Sedangkan
pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa
dan H2O sebagai asam.
NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron
bebas pada atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion ammonium
(NH4+). H2O berubah menjadi ion OH− setelah memberikan proton (H+) kepada
NH3.
Pelarutan asam atau basa dalam air sebagai reaksi asam–basa Brønsted–Lowry (Sumber:
Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of Matter
and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education)
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1) asam Brønsted–Lowry harus
mempunyai atom hidrogen yang dapat terlepas sebagai ion H+; dan (2) basa
Bronsted–Lowry harus mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat berikatan
dengan ion H+.
Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada
reaksi yang lain, misalnya H2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian disebut
amfiprotik. Suatu zat amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila
direaksikan dengan zat yang lebih basa darinya (misalnya NH3) dan bertindak
sebagai basa bila direaksikan dengan zat yang lebih asam darinya (misalnya HCl).
pH = -log [H + (aq) ]
=1
Asam lemah adalah molekul yang sebagian berdisosiasi menjadi ion dalam
larutan berair. Asam lemah tidak melepaskan semua ion H+ ke larutan. Konstanta
disosiasi asam (Ka) adalah nilai yang lebih kecil daripada asam kuat. PH larutan
sekitar 3-5. Itu karena asam lemah tidak meningkatkan konsentrasi H + suatu
larutan seperti halnya asam kuat. Dalam sistem asam lemah dalam air, ada ion H +,
anion molekul dan molekul asam lemah hadir dalam larutan. Sebagai contoh,
disosiasi asam etanoat dapat ditunjukkan seperti di bawah ini.
Saat menulis pemisahan asam lemah, seseorang harus menggunakan panah ganda
alih-alih panah tunggal. Ini untuk menunjukkan reaksi adalah reaksi
kesetimbangan.
Contoh Asam Lemah
Asam benzoat (C6H5COOH), Asam format (HCOOH), Asam asetat (CH3COOH)
Perbedaan Antara Asam Kuat dan Asam Lemah
1. Definisi
Asam Kuat: Asam kuat adalah molekul yang benar-benar terdisosiasi menjadi
ion mereka ketika berada di dalam air.
Asam Lemah: Asam lemah adalah molekul yang sebagian terdisosiasi menjadi
ion dalam larutan berair.
2. pH
Asam Kuat: pH larutan asam kuat sangat rendah (sekitar pH = 1).
Asam Lemah: pH larutan asam lemah sekitar 3-5.
3. Konstan Disosiasi Asam
Asam Kuat: Konstanta disosiasi asam K adalah nilai yang lebih tinggi untuk
asam kuat.
Asam Lemah: Konstanta disosiasi asam K adalah nilai yang lebih rendah
untuk asam kuat.
4. Jumlah Ion H+ yang dilepas
Asam Kuat: Asam kuat melepaskan semua ion H+ yang dapat dilepaskan ke
larutan.
Asam Lemah: Asam lemah tidak melepaskan semua ion H+.
Kesimpulan
Kekuatan asam ditentukan oleh polaritas dan ukuran atom molekul asam. Menurut
cara molekul asam berdisosiasi dalam air, ada dua jenis asam sebagai asam kuat
dan asam lemah. Perbedaan utama antara asam kuat dan lemah adalah bahwa asam
kuat terdisosiasi sepenuhnya dalam larutan berair sedangkan asam lemah
b. Basa Kuat dan Basa Lemah
Basa kuat terurai atau terionisasi sempurna menjadi kation dan OH– (ion
hidroksida). Hidroksida dari logam golongan IA dan golongan IIA biasanya
dianggap basa kuat. Contoh:
LiOH – litium hidroksida
NaOH – natrium hidroksida
KOH – kalium hidroksida
RbOH – rubidium hidroksida
CsOH – cesium hidroksida
Ca (OH)2 – kalsium hidroksida
Sr (OH)2 – strontium hidroksida
Ba (OH)2 – barium hidroksida
Basa kuat ini benar-benar dapat terurai dalam larutan 0,01 M atau kurang. Basa
lain membuat larutan dari 1,0 M dan 100% dapat diuraikan pada konsentrasi itu.
b. Basa Lemah
Basa lemah tidak terurai atau teionisasi seluruhnya menjadi ion OH–.
Sebaliknya, basa lemah dapat bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion OH–.
Kebanyakan basa lemah adalah anion dari asam lemah.Contoh basa lemah
termasuk amonia, NH3, dan dietilamina, (CH3CH2) 2NH.
1.10.3 Asam Basa Konjugat
Asam Proton + Basa Konjugasi
+
HCl H + Cl–
H2O H+ + OH–
+
NH3 H + NH2 –
–
HSO4 H+ + SO4 2–
Basa + Proton Asam Konjugasi
+
NH3 + H NH4 +
H2O + H+ H3O+
OH– + H+ H2O
2– +
S + H HS–
Pasangan asam-basa setelah terjadi serah-terima proton dinamakan asam basa
konjugasi.
Sekarang perhatikan reaksi ionisasi asam fluorida (HF) berikut. Reaksi ini adalah
reaksi asam lemah dalam air dan akan mengalami ionisasi sebagai berikut.
Dari reaksi di atas, H2O merupakan basa karena menerima ion H+ (akseptor proton)
dari HF sehingga berubah menjadi H3O+, sedangkan HF merupakan asam karena
memberikan ion H+ (donor proton) kepada H2O dan berubah menjadi ion F-. Jika
asam HF bereaksi, maka akan terbentuk basa F-, sedangkan H2O bertindak sebagai
basa dan membentuk asam H3O+ (H+). Dari reaksi kesetimbangan tersebut terdapat
dua asam dan dua basa, masing-masing satu pada setiap sisi dari panah.
Pasangan antara HF dan F-, H2O dan H3O+ disebut pasangan asam basa
konjugasi. F- adalah basa konjugasi dari HF, sedangkan HF adalah asam konjugasi
dari F-. Pada kesetimbangan ini kita juga melihat bahwa H2O merupakan basa
konjugasi dari H3O+ dan H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O.
pH = - log [H+]
Ka =
b. Tetapan Kebasaan
▪ pH Basa kuat
Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai
pOH dari konsentrasi basanya.
[OH-] = x. [M(OH)] pOH = - log [OH-]
pH = 14 – Poh
▪ pH Basa lemah
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung
dengan menggunakan rumus :
[OH-] = √Kb . [M(OH)] atau [OH-] = M x α
pOH = - log [OH-] pH = -14 – pOH
dimana
Kb =
DAFTAR PUSTAKA