Anda di halaman 1dari 19

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................1

Daftar Isi...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang..........................................................................................

1.2 Tujuan........................................................................................................

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
manusia tidak terlepas dari berbagai bentuk masalah dalam
kehidupan ,olehnya para ilmuan selalu mengkaji persoalan yang terjadi
baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan. Dengan hal
tersebut sejarah perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini
adalah sejarah perkembangan system periodik unsur mulai dari
pengelompokkan unsur – unsur yang sederhana hingga pengelompokkan
yang secara modern. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk
mengelompokkan unsure-unsur berdasarkan sifatnya.
Tabel periodik unsur-unsur kimia adalah tampilan unsur-unsur
kimia dalambentuk tabel. Unsur-unsur tersebut diatur berdasarkan
struktur elektronnya sehingga sifat kimia unsur-unsur tersebut berubah-
ubah secara teratur sepanjang tabel. Setiap unsur didaftarkan
berdasarkan nomor atom dan lambang unsurnya. Pada tablel sistem
periodik terdapat kolom yang disebut golongan. Ada 18 golongan dalam
tabel periodik baku. Unsur-unsur yang segolongan mempunyai
konfigurasi elektron valensi yang mirip, sehingga mempunyai sifat yang
mirip pula. Baris dalam tabel periodik disebut periode. Walaupun
golongan adalah cara yang paling umum untuk mengklasifikasi unsur,
ada beberapa bagian di tabel unsur yang kecenderungan sifatnya secara
horisontal dan kesamaan sifatnya lebih penting dan mencolok daripada
kecenderungan vertical. Agar dapat lebih memahami mengenai sistem
peridik unsure maka makalah ini disusun untuk mempelajarinya dan lebih
memahaminya.

3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1. Untuk lebih memahami mengenai prinsip-prinsip dasar struktur
pengaturan electron valensi
2. Untuk lebih memahami mengenai kecenderungan berkala penting
energy ionisasi pertama dan kedua
3. Untuk lebih memahami mengenai sifat-sifat system periodik
4. Untuk lebih memaham sifat-sifat berkala dalam golongan dan periode

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Periodik Unsur


Sistem periodik memperlihatkan pengelompokkan atau susunan
unsur-unsur dengan tujuan mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat
berbagai unsur yang berubah secara periodik. Usaha-usaha untuk
mengelompokkan unsur-unsur telah dimulai sejak para ahli menemukan
semakin banyaknya unsur di alam. Pengelompokkan unsur-unsur ini
dimaksudkan agar unsur-unsur tersebut mudah dipelajari. Beberapa ahli
mengelompokkan unsur-unsur tersebut berdasarkan penelitian yang
dilakukan
2.2 Prinsip-prinsip dasar struktur pengaturan electron valensi
a. Asas Aufbau
Menurut aasas ini, elektron dalam atom sebisa mungkin memiliki
energi terendah. Pengisian elektron pada orbital selalu dimulai dari
orbital 1s atau tingkat energi terendah. Jika orbitas 1s sudah penuh,
elektron akan masuk ke dalam orbital 2s, demikian seterusnya
Besarnya tingkat orbital bergantung pada harga bilangan kuantum
utama (n) dan bilangan kuantum azimuth (l). Orbital dengan harga n+ l
lebih besar mempunyai tingkat energi lebih besar. Bila harga n+ l
sama maka orbital yang mempunyai harga n lebih besar mempunyai
energi yang lebih besar.
b. Larangan Pauli
Asas larangan pauli menyebutkan tidak mungkin dalam sebuah
atom ada dua elektron dengan harga keempat bilangan kuantum yang
sama. Maksudnya, dalam sebuah atom, dua buah elektron mungkin
memiliki harga n, l, dan ml yang sama, tetapi harga snya pasti
berbeda. Jadi, larangan pauli menjelaskan suatu orbital maksimum

5
yang hanya dapat ditempati dua elektron yang arah spinnya
berlawanan. Subkulit s mempunyai 1 orbital, elektron maksimalnya 2.
 Subkulit p memiliki 3 orbital dan elektron maksimumnya 6
 Subkulit p memiliki 5 orbital dan elektron maksimumnya 10
 Subkulit p memiliki 7 orbital dan elektron maksimumnya 14
 Jumlah maksimum elektron pada kulit ke –n = 2n 2.
c . Kaidah Hund
Pada pengisian orbital-orbital yang berenergi sama maka
elektron akan menempati orbital secara sendiri-sendiri dengan spin
yang paralel kemudian baru berpasangan. Keadaan ennergi terendah
adalah yang memiliki elektron tak berpasangan yang paling banyak.
Contohnya pada subkulit p dengan l = 1 dan ml = +1,0,-1 maka
elektron maksimumnya 6. Urutan pengisian elektron dalam orbital
sebagai berikut.

Contoh konfigurasi elektron unsur C (Z = 6)


Pengisiannya sebagai berikut : 2 elektron menempati orbital subkulit
1s berikutnya 2 elektron menempati 2s dan sisanya 2 elektron
menempati orbital-orbital 2p secara paralel.

6
2.3 Kecenderungan Berkala penting Energi Ionisasi pertama dan
Kedua
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk
melepaskan satu elektron dari atom berwujud gas pada keadaan
dasarnya. Besarnya energi ionisasi merupakan ukuran usaha yang
diperlukan untuk memaksa satu atom untuk melepaskan elektronnya,
atau bagaimana “eratnya” elektron terikat dalam atom. Makin besar
energi ionisasi, makin sukar untuk melepaskan elektronnya
Untuk atom berelektron banyak, besar energi yang diperlukan untuuk
melepaskan elektron pertama dari atom pada keadaan dasarnya.
Energi + X(g) . → X+(g) + e-
Disebut energi ionosasi pertama (I 1). Dalam persamaan diatas, X
menyatakan atom unsur apa saja yang berwujud gas dan e- adalah satu
elektron. Tidak seperti halnya atom dalam fasa cair dan padat, atom
dalam fasa gas tidak dipengaruhi oleh atom-atom tetangganya. Energi
ionisasi kedua (I2) dan energi ionisasi ketiga (I 3) ditunjukkan dalam
persamaan berikut :
Energi + X+ (g) → X2+(g) + e-
Energi + X2+(g) → X3+ + e-
Energi ionisasi unsure dalam satu periode bertambah dengan
bertambahnya nomer atom. Kita dapat menjelaskan kecenderungan ini
dengan merujuk pada bertambahnya muatan inti efektif dari kiri ke
kanan. Makin jauh jarak antara elektron dan inti berarti gaya tariknya
lebih lemah, sehingga elektron menjadi lebih mudah dilepaskan dari
atas kebawah dari satu golongan. Jadi, karakter logam dari unsure-
unsur dalam satu golongan meningkat dari atas ke bawah.
Kecenderungan ini khususnya dapat diamati untuk unsure-unsur dalam
golongan IIIA-VIIA.

7
Kurva tersebut menunjukkan unsur golongan 8A berada di
puncak grafik yang mengindikasikan bahwa energi ionisasinya besar.
Hal sebaliknya terjadi untuk unsur golongan 1A yang berada di dasar
kurva yang menunjukkan bahwa energi ionisasinya kecil. Atom suatu
unsur dapat melepaskan elektronnya lebih dari satu buah.

2.4 Sifat-sifat Periodik Unsur


Yang dimaksud dengan sifat-sifat periodik ialah bahwa ada
hubungan antara sifat-sifat suatu unsur dengan letaknya pada Tabel
Sistem Periodik. Sifat-sifat ini berubah dan berulang secara periodik,
sesuai dengan perubahan nomor atom dan konfigurasi elektron.
Berikut : jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron,
keelektronegatifan, dan kelogaman.
a. Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron pada kulit
terluar. Dikenal pula jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif.
Untuk unsur-unsur segolongan:

8
Jari-jari atom makin ke bawah makin besar. Karena jumlah kulit
yang dimiliki atom semakin banyak, maka kulit terluar semakin jauh
dari inti atom.
Untuk unsur-unsur seperiode:
Jari-jari atom semakin pendek dari kiri ke kanan. Sekalipun
jumlah kulitnya sama, tetapi banyaknya proton bertambah sehingga
elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti.
Hubungan antara nomor atom dengan jari-jari atom digambarkan
dalam grafik berikut (gambar 8).

Gambar 18. Hubungan nomor atom dengan jari-jari atom

b. Energi ionisasi
Energi ionisasi (energy ionization) adalah energi minimum
yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron dari atom berwujud
gas pada keadaan dasarnya. Besarnya energi ionisasi merupakan
ukuran usaha yang diperlukan untuk memaksa satu atom untuk
melepaskan elektronnya, atau bagaimana “eratnya” elektron terikat
dalam atom. Makin besar energi ionisasi, makin sukar untuk
melepaskan elektronnya.

9
Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan energi ionisasinya sebagai
berikut.
a. Unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah energi ionisasinya
akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke bawah, gaya
tarik inti semakin lemah, sehingga eletron akan mudah lepas.
b. Energi ionisasi unsur dalam satu periode, semkain ke kanan akan
semakin besar, kecuali energi ionisasi sebagai berikut.
- Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan IIA lebih besar
daripada unsur golongan IIIA yang berada dikanannya.
- Unsur-unsur yang berada dalam golongan VA lebih besar
daripada unsur golongan VIA yang berada di kanannya.

c. Afinitas Elektron
Jika suatu atom dalam wujud gas menerima elektron, maka
dilepaskan energi. Energi yang dilepas ini disebut afinitas elektron.
X (g) + e X- (g)
Masih banyak atom-atom yang belum diketahui harga afinitas
elektronnya, karena penentuan harga afinitas elektron secara
langsung sulit dilakukan. Secara umum disimpulkan, bahwa Semakin
besar harga afinitas elektron suatu atom,semakin mudah unsur
tersebut membentuk ion negatif.Unsur-unsur yang mudah
membentuk ion negatif disebut unsur yang elektronegatif. Harga
afinitas elektron kurang menunjukkan sifat keperiodikan, sehingga
sering digunakan skala keelektronegatifan.
Akan tetapi secara umum dapat disimpulkan, bahwa: Afinitas
elektron unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah
berkurang dan dalam satu periode dari kiri ke kanan bertambah

10
d. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan suatu atom
untuk menarik elektron dalam ikatannya. Besarnya harga
keelektronegatifan bersifat relatif antara suatu atom dengan atom
lain.Linus Pauling (1932) memberi harga tertinggi pada fluor (4)
karena paling mudah membentuk ion negatif.
Dalam sistem periodik dapat disimpulkan:
Unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah harga
keelektronegatifannya berkurang. Unsur-unsur dalam satu periode
dari kiri ke kanan harga keelektronegatifannya semakin besar.
e. Sifat kelogaman
Unsur-unsur dalam sistem periodik juga dikelompokkan menjadi
logam dan non-logam. Batas antara logam dan non-logam tidak
begitu jelas karena ada beberapa unsur yang dapat memilik sifat
logam maupun non-logam, unsur-unsur ini termasuk kelompok semi
logam atau metalloid. Unsur-unsur metaloid terletak pada batas garis
tangga diagonal, yaitu B, Si, Ge, As, Sb, dan Te. Sebelah kiri batas
garis diletakkan unsur-unsur logam, sedang unsur-unsur logam
terletak di sebelah kanan.
Berdasarkan energi ionisasi, afinitas elektron dan
kelektronegatifan, maka sifat kelogaman dalam sistem periodik dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah sifat logam bertambah.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan sifat logam berkurang.
f. Sifat magnetik dari atom dan ion
Setiap atom, ion, atau molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron tidak berpasangan adalah paramagnetic, artinya bahwa ia
atau setiap materi dimana ia terdapat, akan ditarik kedalam medan
magnet. Zat-zat yang tidak mengandung elektron tidak berpasangan

11
adalah diamagnetic, artinya mereka sedikit ditarik oleh medan magnet.
Jadi, pengukuran paramagnetisme dapat merupakan sarana yang baik
untuk mendeteksi kehadiran dan banyaknya elektron tidak
berpasangan dalam unsure dan senyawaan kimia.
g. Titik Didih dan Titik Leleh
Titik leleh dan titik didih bergantung pada kekuatan relatif ikatan.
Pada sistem periodik dalam satu golongan, ternyata ada dua jenis
kecenderungan sifat titik didih dan titik leleh,yaitu unsur-unsur
golongan IA – IVA, titik cair dan titik didih makin rendah dari atas ke
bawah, sedangkan unsur-unsur golongan VA – VIIIA, titik cair dan titik
didihnya makin tinggi. Hal ini dikarenakan kekuatan ikatan logam
bergantung kepada jumlah elektron valensi dan jari-jari atom.Contoh
pada logam alkali dan alkali tanah dari atas kebawah jari-jari atom
bertambah besar, kekuatan ikatan logam melemah, sehingga
menyebabkan titik leleh dan titik didihnya berkurang.
Sedangkan dalam satu periode dari kiri kekanan elektron valensi
unsur logam bertambah dan kekuatan ikatan bertambah, sehingga
titik leleh dan titik didih bertambah. Akan tetapi titik cair dan titik didih
dari kiri ke kanan hanya naik sampai golongan IVA, kemudian turun
drastis. Sehingga titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur
golongan VIIIA.

2.5 Sifat - sifat periodic berkala dalam periode dan golongan

1. Periode dan Golongan


Periode menyatakan jumlah kulit yang dimiliki oleh unsur. Unsur-
unsur yang jumlah kulitnya sama ditempatkan pada periode yang
sama. Nomor periode sama dengan jumlah kulit. Sedangkan golongan
menyatakan jumlah elektron valensi unsur. Unsur- unsur yang memiliki

12
jumlah elektron valensi sama ditempatkan pada golongan yang
sama.nomor golongan sama dengan jumlah elekton valensi.
Berikut adalah sifat-sifat golongan dan periode dalam system
periodik
1. Jari-jari atom
 Unsur segolongan dalam tabel sistem periodik, semakin ke
bawah, jumlah kulitnya semakin banyak, sehingga jari-jari
atom akan semakin besar.
 .Jari-jari atom unsur-unsur seperiode dalam tabel sistem
periodik, semakin ke kanan semakin kecil. Hal ini terjadi
karena jumlah elektron semakin ke kanan semakin banyak
yang menyebabkan gaya tarik elektron semakin kuat.
2. Energi Ionisasi
 Unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah energi
ionisasinya akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena
semakin ke bawah, gaya tarik inti semakin lemah, sehingga
eletron akan mudah lepas.
 Energi ionisasi unsur dalam satu periode, semkain ke kanan
akan semakin besar, kecuali energi ionisasi sebagai berikut.
- Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan IIA lebih
besar daripada unsur golongan IIIA yang berada
dikanannya.
- Unsur-unsur yang berada dalam golongan VA lebih besar
daripada unsur golongan VIA yang berada di kanannya.
3. Elektronegatif
 Unsur-unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah
elektronegatifnya akan semakin kecil. Hal ini terjadi

13
karena gaya tarik inti yang makin lemah, sehingga sukar
menarik elektron dari luar.
 Unsur-unsur dalam satu periode, elektronegatifnya
semakin ke kanan akan semakin besar. Hal ini terjadi
karena gaya tarik inti yang makin kuat, sehingga mudah
menarik elektron dari luar.
Unsur segolongan bukannya mempunyai sifat yang identik,
melainkan hanya mirip.Unsur-unsur tersebut mungkin
mempunyai sifat yang sama, tetapi kadarnya berbeda.
Untuk melihat kemiripan sifat diantara unsur segolongan, maka
dilihat dari beberapa golongan berikut:
1. Golongan IA (Logam Alkali)
Unsur-unsur golongan IA, yaitu lithium, natrium, kalium,
rubidium dan cesium, kecuali hidrogen. Disebut logam alkali
karena unsur tersebut membentuk basa yang larut dalam air.
Semua logam alkali tergolong logam yang lunak (kira-kira
sekeras karet penghapus, dapat diiris dengan pisau) dan
ringan (massa jenis Li, Na, dan K kurang dari 1
g ).Kereaktifan logam alkali bertambah dari litium ke
fransium. Logam alkali mempunyai 1 elektron valensi yang
mudah lepas, sehingga merupakan kelompok logam yang
paling aktif, dapat terbakar di udara, dan bereaksi hebat
dengan air
2.   Golongan IIA (Logam Alkali Tanah)
Unsur-unsur golongan IIA terdiri dari: Berillium,
Magnesium, Calsium, Stronsium, Barium, dan Radium.
Unsur-unsur ini disebut logam alkali tanah karena dapat
membentuk basa, tetapi senyawa-senyawanya kurang larut

14
dalam air. Unsur alkali tanah umumnya ditemukan dalam
bentuk senyawa berupa deposit (endapan) dalam tanah.
Logam alkali tanah juga tergolong logam aktif, tetapi
kereaktifannya kurang dibandingkan logam alkali seperiode,
dan hanya akan terbakar di udara bila dipanaskan. Kecuali
Berillium, logam alkali tanah larut dalam air membentuk basa
3.   Golongan IIIA
Unsur-unsur golongan ini yaitu: aluminium, gallium,
indium, dan thallium. Aluminium adalah unsur logam yang
biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat dalam batuan
seperti felspar dan mika. Gallium dan In terdapat hanya
dalam runutan pada batuan Al dan Zn. Thallium, juga
merupakan unsur yang jarang, diperoleh kembali dari debu
asap yang berasal dari pemanggangan pyrit dan batuan
sulfida lainnya. Unsur-unsurnya lebih bersifat logam daripada
bor, dan kimiawi senyawaannya lebih ionik. 
4.   Golongan IVA
Unsur-unsur ini terdiri dari: silikon, germanium, timah dan
timbal. Silikon hanya yang kedua setelah oksigen dalam
kelimpahannya di alam (kira-kira 28% dari kerak bumi) dan
terdapat beragam dalam mineral silikat dan sebagai
kuarsa. Germanium, timah, dan timbal adalah unsur-unsur
yang jarang didapat.
5.   Golongan VA
Unsur-unsur ini terdiri dari: fosfor, arsen, antimon dan
bismuth. Fosfor terutama berada dalam mineral
keluarga apatit. Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai
mineral sulfida. Fosfor benar-benar bukan bersifat logam
dalam kimiawinya, namun As, Sb, dan Bimemperlihatkan

15
suatu kenaikan kecenderungan sifat logam dan prilaku
sebagai kation.  
6.   Golongan VIA
Unsur-unsur ini terdiri dari: sulfur, selenium, tellurium,
dan polonium. Unsur-unsur ini ada kemiripan yang sangat
kecil dengan kimiawi oksigen
7.   Golongan VIIa (Halogen)
Unsur-unsur golongan VIIA merupakan kelompok unsur
nonlogam yang sangat reaktif. Semua unsur haloen bereaksi
dengan tipe yang sama, walaupun kereaktifannya berbeda.
Halogen dengan logam membentuk senyawa yang kita sebut
garam. Contohnya NaF, NaCl, NaBr, dan NaI. Oleh karena
itu pula, unsur golongan VIIA disebut halogen yang artinya
pembentuk garam. Kereaktifan unsur halogen berkurang dari
F ke I. Semua unsur halogen (golongan VIIA) berupa
molekul diatomik( ), berwarna, dan bersifat racun.
8.  Golongan VIIIA (Gas Mulia)
Unsur-unsur golonan VIIIA, yaitu helium, neon, argon,
kripton, xenon, dan radon, disebut gas mulia karena
semuanya berupa gas yang sangat stabil, sangat sukar
bereaksi dengan unsur lain. Tidak ditemukan satu pun
senyawa alami dari unsur-unsur tersebut. Unsur gas mulia
terdapat di alam sebagai gas monoatomik (atom-atomnya
berdiri sendiri). Menurut para ahli, hal itu disebabkan kulit
terluarnya yang sudah terisi penuh. Kulit terluar yang terisi
penuh menjadikan unsur tidak reaktif. Namun demikian,
kripton, xenon, dan radon ternyata dapat “dipaksa” bereaksi
dengan beberapa unsur, sedangkan helium, neon, dan argon
hingga sekarang belum berhasil direaksikan

16
9. Unsur-Unsur Transisi
Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang terdapat di
bagian tengah sistem periodik, yaitu unsur-unsur golongan
tambahan (golongan B atau golongan IB, IIB, IIIB, IVB, VB,
VIB, VIIB, dan VIIIB). Unsur-unsur transisi mempunyai sifat-
sifat khas yang membedakannya dari Unsur golongan utama,
diantaranya adalah:
a. Semua unsur transisi tergolong logam,
b. Mempunyai kekerasan, titik leleh, dan titik didih yang relatif
tinggi,
c. Banyak diantaranya membentuk senyawa-senyawa
berwarna
Jadi, unsur transisi disebut dengan unsur Sc sampai Zn atau
unsur blok d.

17
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penentuan pengaturan dasar electron valensi terdapat 3
prinsip yaitu Asas Aufbau, Larangan Pauli, Kaidah Hund, ketiga prinsip
tersebut memiliki aturan nya masing-masing dalam hal pengaturan
pengisian electron valensi pada suatu unsur, dalam system periodic
unsur terdapat beberapa sifat yaitu jari-jari atom, keelektronegatifan,
energy ionisasi, afinitas elektron,
Tabel periodik unsur ini ditemukan dengan berbagai macam unsur
karena adanya berbagai sifat-sifat yang terkandung dalam periodik unsur,
sekaligus tabel periodik unsur terdiri dari golongan utama maupun
golongan transisi.
3.2 Saran
Dari semua pembahasan materi yang telah kami sampaikan, kami
berharap semua pihak mengerti lagi tentang sistem periodik unsur ini,
dan semoga memperoleh manfaat yang ada dalam meteri tersebut. Jika
ada terdapat kekurangan terhadap materi kami, kami mohon maaf, terima
kasih telah memperhatikan sekaligus memahami materi kami.

18
DAFTAR PUSATAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Erlangga


Cotton, wilkinson. 2007. Kimia Anorgani Dasar. Jakarta: UI Press       
Goldberg,David.E. 2007. Kimia untuk Pemula Edisi 3. Jakarta: Erlangga
Keenan, dkk. 1984.  Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Lestari, Sri. 2004. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta: Kawan
Pustaka.
Petruci, Ralph. dan H Suminar, 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern Jilid 1 , Edisi keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai