Anda di halaman 1dari 13

Diagram Energi Ionisasi Molar Unsur dan

Energi Afinitas Unsur

Syafril Rahmat Umar/4211419074

Salman Ahmad/4211419072

MuthiahAfifah/4211419075

Noor Sailil Barokah/4211419049

Rahmania Sofyana Ulya/4211419064

Tugas disusun dalam rangka : mencari informasi/materi tentang


diagram energi ionisasi molar unsur dan energi afinitas unsur.

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang


BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sekarang telah dikenal kurang lebih 110 unsur yang terdapat di
alam, masing-masing unsur memiliki sifat yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, untuk mempelajari sifat setiap unsur perlu dilakukan klasifikasi unsur-
unsur dalam golongan dan periode yang didasarkan atas persamaan dan
perbedaan sifatnya. Unusr dengan sifat yang mirip dimasukkan ke dalam
satu golongan, sehingga dapat dipelajari dengan lebih mudah dan lebih
sistematis.

Berbagai bentuk sistem klasifikasi pernah diajukan oleh ahli-ahli


kimia. Sistem klasifikasi yang paling sederhana adalah sistem klasifikasi
yang didasarkan pada perbedaan tingkat wujud benda, yaitu padat, cair,
dan gas. Pernah pula dikenal sistem klasifikasi yang membagi unsur-unsur
dengan golongan logam dan nonlogam. Karena system klasifikasi ini
terlalu sederhana maka tidak dapat digunakan untuk mempelajari unsur-
unsur dan senyawa-senyawa seperti yang di harapkan semula.

Sistem periodik unsur terus berkembang dan kini dapat dijumpai


berbagai sistem periodik dan bentuk yang paling banyak digunakan adalah
sistem periodik panjang. Munculnya sistem periodik panjang yang
sekarang digunakan adalah sebagai hasil para ahli untuk mengelompokan
unsur-unsur, yang telah ditemukan berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya .

Untuk mengklasifikasi unsur-unsur ini dapat ditentukan dengan


perbedaan sifat-sifatnya. Melalui jari-jari atom dan perbedaan energi
ionisasi dapat mengetahui sifat unsur-unsur. Perbedaan ini akan dibahas
pada perbedaan mendalam mengenai spesifik dari perbedaan unsur-unsur
tersebut. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini akan dijelaskan
perbedaan berdasarkan tingkat energi ionisasi molar unsur dan tingkat
energi afinitas unsur untuk mengetahui perbedaan yang ada.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk diagram energi ionisasi molar unsur dan energi
afinitas unsur?
2. Bagaimana pengaruh struktur atom terhadap energi ionissasi molar
unsur dan energi afinitas unsur?
3. Bagaimana penggunaan dari tingkat energi ionisasi dan energi afinitas
dalam kehidupan alam semesta?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk diagram energi ionisasi molar unsur dan
energi afinitas unsur.
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur atom terhadap energi ionisasi
molar unsur dan energi afinitas unsur.
3. Untuk mengetahui penggunaan dari tingkat energi ionisasi dan energi
afinitas dalam kehidupan alam semesta.
BAB II

Pembahasan/isi

A. Konsep/dasar teori energi ionisasi molar unsur


1. Pengertian energi ionisasi

Energi ionisasi (EI) adalah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan


satu elektron terluar dari atom dalam keadaan gas. EI diperlukan untuk mengatasi
gaya tarik-menarik oleh inti atom yang bermuatan positif terhadap elektron
terluarnya. EI dipengaruhi oleh muatan inti efektif dan susunan elektron dalam
kulit valensinya. Umumnya muatan inti efektif yang besar mengakibatkan
pengeluaran elektron dari atom menjadi sukar sehingga diperlukan EI yang lebih
besar. Berikut adalah penjelasan tentang pembagian energi ionisasi pertama dan
kedua. Atom Na memiliki no.atom 11, maka konfigurasi elektronnya 2.8.1. Maka
dapat ditulis Na → Na+ + e–

Atom Na akan kehilangan elektron dan kelebihan satu muatan positif, atau
dengan kata lain atom Na berubah menjadi ion Na+. Peristiwa yang terjadi pada
atom ini diperlukan energi, karena terjadinya perubahan kedudukan elektron.
Karena semua atom kecuali hidrogen mempunyai lebih dari satu elektron, maka
atom-atom ini juga mempunyai lebih dari satu energi ionisasi. Bila pelepasan
melibatkan elektron pertama, disebut EI pertama, dan jika elektron kedua yang
terlibat disebut EI kedua, dan seterusnya.

EI 1 : Na (g) + E1 → Na+ (g) + e–

EI 2 : Na+ (g) + E2 → Na2+ (g) + e–

Energi ionisasi pertama maupun kedua di atas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya jari-jari atom, kestabilan unsur, dan keelektronegatifan unsur.
2. Energi ionisasi pertama dan kedua

Tabel tingkat energi ionisasi molar unsur :

1 H Hidrogen 1312.0

2 He Helium 2372.3 5250.5

3 Li Lithium 520.2 7298.1 11815.0

4 Be Berylium 899.5 1757.1 14848.7 21006.6

5 B Boron 800.6 2427.1 3659.7 25025.8 32826.7

6 C Karbon 1086.5 2352.6 4620.5 6222.7 37831 47277.0

7 N Nitrogen 1402.3 2856 4578.1 7475.0 9444.9 53266.6 64360

8 O Oksigen 1313.9 3388.3 5300.5 7469.2 10989.5 13326.5 71330 84078.0

9 F Fluorin 1681.0 3374.2 6050.4 8407.7 11022.7 15164.1 17868 92038.1

10 Ne Neon 2080.7 3952.3 6122 9371 12177 15238 19999.0 23069.5 131432

Tabel di atas merupakan sebagian tabel energi ionisasi molar unsur yang
diukur dalam satuan kJ/mol. Ini merupakan energi per mol yang dibutuhkan untuk
memindahkan elektron dari atom atau ion dalam bentuk gas. Energi ionisasi molar
pertama diterapkan pada atom netral. Energi ionisasi molar yang kedua, ketiga
dan seterusnya diterapkan untuk pemindahan lebih lanjut suatu elektron dari ion
yang bermuatan tunggal, ganda dan seterusnya. Semua data mulai
dari rutherfordium dan selanjutnya merupakan ramalan.

Energi ionisasi yang pertama adalah energi yang dibutuhkan untuk


melepas satu elektron dalam suatu atom netral dalam fase gas (g).

A(g) + energiionisasipertama A⁺(g) + e⁻

Hal ini menunjukkan kemudahan untuk membentuk suatu kation. Semakin


kecil energi ionisasi, semakin mudah membentuk kation. Logam cenderung
memiliki energi ionisasi pertama lebih lemah daripada nonlogam sehingga
cenderung membentuk kation. Energi untuk mengeluarkan satu elektron pertama
(dari atom netralnya) disebut sebagai energi ionisasi pertama dan untuk
mengeluarkan satu elektron ke dua disebut energi ionisasi kedua, dan begitu
seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya.

3. Keterangan terhadap diagram energi ionisasi molar unsur

(Diagram energi ionisasi molar unsur)


Berdasarkan diagram di atas dapat dijelaskan keteraturan energi ionisasi dalam
Sistem Periodik Unsur (SPU).

1. Energi ionisasi (EI) pertama selalu lebih rendah dari EI kedua. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin sulit melepaskan elektron berikutnya. Keadaan ini
dikarenakan semakin dekatnya elektron dengan inti atom sehingga semakin
kuatnya gaya tarik-menarik inti terhadap elektron.
2. Dalam satu periode, umumnya energi ionisasi (EI) meningkat dari kiri ke kanan,
searah dengan meningkatnya nomor atom. Hal ini dikarenakan kulit valensinya
tetap sementara muatan inti bertambah positif sehingga volume inti atom
meningkat dan nilai jari-jari atom berkurang. Keadaan ini menyebabkan gaya
tarik-menarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat. Akibatnya, EI semakin
besar.
3. Dalam satu golongan, energi ionisasi (EI) menurun dari atas ke bawah searah
meningkatnya nomor atom. Hal ini dikarenakan muatan inti bertambah positif
sehingga kulit atom bertambah (volume bertambah) dan nilai jari-jari atom
meningkat. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik-menarik inti terhadap elektron
terluar semakin lemah. Akibatnya, EI semakin berkurang.
4. Energi ionisasi (EI) pertama unsur golongan VIIIA paling tinggi di antara
golongan unsur yang lain. Hal itu terjadi karena konfigurasinya yang penuh pada
kulit terluar yang membuatnya stabil. Kestabilan ini disebabkan atom-atom gas
mulia memiliki elektron valensi paling banyak (8 elektron). Oleh karena itu, untuk
mengeluarkan elektron valensi dari atom gas mulia memerlukan EI yang sangat
besar.

 Kecenderungan energi ionisasi pertama :

Besarnya energi ionisasi dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu muatan positif inti,
jumlah elektron dalam, dan jari-jari atom. Dalam suatu golongan, makin ke bawah
muatan inti bertambah, jumlah elektron dalam juga bertambah, namun kulit
bertambah sehingga jari-jari bertambah, maka elektron terluar makin mudah
dilepaskan. Oleh sebab itu energi ionisasi jelas menurun, karena makin mudah
elektron lepas, makin kecil energi yang diperlukan.

Dalam periode dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung bertambah


besar. Sedangkan jika diperhatikan, sebelah kiri SPU terdapat unsur-unsur logam,
kecuali hidrogen. Sebelah kanan SPU adalah keberadaan unsur-unsur non logam.
Ciri dari logam, memiliki elektron valensi relatif sedikit, sehingga lebih mudah
dilepaskan daripada menarik elektron. Maka energi ionisasi logam umumnya
relatif rendah. Bagaimana halnya dengan unsur-unsur non logam? Unsur-unsur
non logam memiliki jumlah elektron valensi yang relatif banyak. Untuk mencapai
kestabilan, maka unsur-unsur ini lebih mudah menarik elektron dibanding harus
melepaskan elektron.
Kenyataannya senyawa-senyawa yang ada di alam dan reaksi-reaksi yang
dilakukan manusia, unsur-unsur non logam tak mampu melepas elektron
valensinya. Kalau toh bilangan oksidasinya positif, itu bukan berarti melepas
elektron dan membentuk ion positif. Bukan. Namun unsur-unsur ini membentuk
ikatan kovalen dengan mengadakan pemilikan bersama pasangan elektron.
Bilangan oksidasi non logam yang positif, penyebabnya adalah unsur itu berikatan
dengan unsur non logam lain yang lebih kuat menarik elektron, sehingga unsur itu
dijauhi oleh elektronnya.

B. Konsep dasar/teori energi afinitas unsur


1 . Pengertian afinitas elektron

Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral
dalam wujud gas pada waktu menerima satu elektron sehingga terbentuk ion
negatif. Afinitas elektron dapat dikatakan suatu ukuran kecenderungan untuk
menarik elektron dalam fase gas. Afinitas elektron merupakan fungsi periodik
tidak beraturan dari nomor atom. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan afinitas
elektron semakin meningkat. Energi ionisasi selalu ditekankan pada pembentukan
ion positif. Afinitas elektron ditekankan pada ion negatif, dan keduanya banyak
dipakai untuk unsur-unsur pada golongan VI dan VII pada tabel periodik unsur.

Berbeda dengan energi ionisasi, afinitas elektron dapat berharga positif


atau negatif. Jika satu elektron ditambahkan kepada atom yang stabil dan
sejumlah energi diserap maka afinitas elektronnya berharga positif. Jika
dilepaskan energi, afinitas elektronnya berharga negatif. Contohnya, ketika gas
klor menerima elektron untuk membentuk ion negatif.
Afinitas elektron didefinisikan sebagai jumlah energi yang dilepaskan
ketika suatu elektron diterima oleh atom netral dan membentuk ion yang
bermuatan negatif. Nilai dari afinitas elektron didapatkan dari pengukuran panas
pembentukan dan energi kisi dari unsur senyawa ionik.

Afinitas elektron suatu unsur menjadi suatu ukuran kecenderungan unsur


tersebut untuk bertindak sebagai zat pengoksidasi. Zat pengoksidasi itu sendiri
dalam reaksi redoks merupakan zat yang berperan sebagai akseptor atau penerima
elektron. Hal ini sangat berkaitan dengan sifat kimia dan sifat dari ikatan yang
dibentuk oleh suatu atom dengan atom lain ketika membentuk molekul. Secara
umum, reaksi yang terjadi ketika suatu atom menerima elektron dapat
digambarkan sebagai berikut.

X + e– → X– + Energi

Hal ini juga sama atau setara dengan pelepasan elektron dari ion negatif menjadi
atom yang bermuatan netral.

X– → X + e–

Dalam reaksi tersebut, X merepresentasikan atom yang bermuatan netral


sedangkan e– merupakan elektron yang diberikan kepada atom X. Ketika terjadi
reaksi, X menerima sebuah elektron sehingga X akan menjadi bermuatan negatif
(X–) dan pada kondisi tersebut dihasilkan sejumlah energi tertentu.

Energi suatu atom didapatkan ketika atom kehilangan ataupun


memperoleh energi melalui reaksi kimia yang menyebabkan hilang atau
bertambahnya elektron. Reaksi kimia yang melepaskan energi disebut dengan
reaksi eksotermik sedangkan reaksi kimia yang menyerap energi dari luar disebut
dengan reaksi endotermik. Energi dari reaksi eksotermik dituliskan dalam bentuk
negatif atau diberi tanda negatif, sedangkan dalam reaksi endotermik energi diberi
tanda positif.
Afinitas elektron ditunjukkan dengan simbol EA dan biasanya dinyatakan
dalam satuan kJ/mol. Dalam satu golongan, afinitas elektron meningkat dari atas
ke bawah. Dalam satu periode, afinitas elektron juga meningkat dari kiri ke kanan.
Nilai dari afinitas elektron bisa positif atau negatif tergantung dari jenis reaksi
apakah eksoterm atau endoterm.

Untuk menentukan afinitas elektron, kita dapat menggunakan bantuan


tabel sistem periodik unsur. Dalam sistem periodik unsur, kita dapat memprediksi
nilai afinitas elektron mengikuti tren pada sistem periodik unsur tersebut.

Dalam satu golongan (kolom pada tabel periodik) nilai afinitas elektron
akan semakin besar dari atas ke bawah golongan unsur.Dalam satu periode (baris
pada tabel periodik) nilai afinitas elektron akan semakin besar dari kiri ke kanan
periode unsur. Namun terdapat pengecualian pada gas mulia pada kolom terakhir
tabel periodik dimana masing masing unsur pada gas mulia memiliki kulit
elektron valensi yang terisi penuh sehingga sudah cukup stabil dan afinitas
elektronnya mendekati nol atau sangat kecil .Unsur non-logam juga biasanya
cenderung memiliki nilai afinitas elektron yang lebih tinggi daripada unsur logam.
Salah satu unsur yang sangat besar energinya dalam menarik elektron yaitu klorin
(Cl).
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas mengenai energi ionisasi molar unsur dan energi
afinitas unsur dapat disimpulkan bahwa :

a. Dalam satu golongan, energi ionisasi (EI) menurun dari atas ke bawah
searah meningkatnya nomor atom. Dalam satu golongan, nilai afinitas
elektron akan semakin besar dari atas ke bawah golongan unsur.
b. Dalam satu periode, umumnya energi ionisasi (EI) meningkat dari kiri ke
kanan, searah dengan meningkatnya nomor atom. Dalam satu periode,
nilai afinitas elektron pada unsur akan semakin besar dari kiri ke kanan
periode unsur. Namun terdapat pengecualian pada gas mulia pada kolom
terakhir tabel periodik dimana masing masing unsur pada gas mulia
memiliki kulit elektron valensi yang terisi penuh sehingga sudah cukup
stabil dan afinitas elektronnya mendekati nol atau sangat kecil.
c. Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai energi ionisasi molar unsur dan
energi afinitas unsur adalah muatan inti, jarak elektron dari inti atom atau
jumlah kulit elektron, jari-jari atom, dan gaya tarik inti.
d. Energi ionisasi molar unsur dapat digunakan untuk mempelajari perubahan
karakter suatu unsur dan dapat menghasilkan air alkali yang baik untuk
kesehatan. Energi afinitas unsur dapat digunakan untuk mengukur
kekerasan kimia, seperti ukuran seberapa asam dan basa lewis yang
terpolarisasi. Afinitas elektron juga digunakan untuk memprediksi nilai
potensial kimia elektronik dalam elektrokimia. Penggunaan lain dari
afinitas elektron yang biasa dilakukan adalah untuk menentukan apakah
suatu atom atau molekul akan bertindak sebagai akseptor elektron atau
donor elektron dalam suatu reaksi dan untuk memprediksi apakah dua
reaktan akan saling bereaksi dalam reaksi redoks.
Daftar Pustaka

Petruci, dkk.,2008.,Kimia Dasar Prinsip dan Aplikasi Modern.,Jakarta

Erlangga.

Sunarya, Yayan.,2010.Kimia Dasar1.,Bandung:Yrama Widya.

Syukri.,1999.,Kimia Dasar 1 Jilid I.,Bandung:ITB.

Wood, Jesse H.,1990.,Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I.,Jakarta:

Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai