Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEELEKTRONEGATIFAN UNSUR

Disusun Oleh :

1. Meilody Indreswari (4211419040)


2. Jamilah (4211419042)
3. Siti Hidayatur Rofi’ah (4211419046)
4. Fatkhul Umam (4211419050)
5. Arianda Pratama (4211419062)

Makalah Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktikum Kimia Dasar


dari Dosen Pengampu:

Dr. Sigit Priatmoko, M. Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Unsur-unsur didapatkan dalam berbagai wujud dan dapat berupa atom,
ion, serta senyawa. Suatu unsur dapat memiliki beberapa isotop dengan nomor
atom yang sama. Bila unsur-unsur dikelompokkan atas dasar kemiripan sifat,
baik sifat atom maupun senyawanya, dihasilkanlah sistem periodik. Kimia telah
mencapai perkembangan yang sangat cepat dalam usaha memahami sifat semua
unsur. Sistem periodik unsur telah memainkan peran yang sangat penting dalam
penemuan zat baru, serta klasifikasi dan pengaturan hasil akumulasi
pengetahuan kimia. (Saito, 1996).
Sistem periodik unsur adalah suatu cara untuk mengelompokkan unsur-
unsur berdasarkan sifatnya. Sistem periodik unsur yang digunakan sekarang
adalah sistem periodik unsur modern. Unsur-unsur dalam sistem periodik unsur
modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan dikenal dengan tabel
periodik unsur. (Wulandari, 2019).
Sifat unsur-unsur dalam sistem periodik unsur berubah secara teratur.
Sifat-sifat keperiodikan unsur terbagi menjadi jari-jari atom, energi ionisasi,
afinitas elektron, dan keelektronegatifan elektron. Dalam satu periode, semakin
ke kanan letak unsur, jari-jari atom semakin kecil, sedangkan energi ionisasi,
afinitas elektron, dan keelektronegatifan elektronnya semakin besar. Dalam satu
golongan, semakin ke bawah letak unsur, jari-jari atom semakin besar,
sedangkan energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan elektronnya
semakin kecil. Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke orbital elektron
terluar yang stabil. Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk
melepaskan satu elektron dari suatu atom yang berdiri sendiri. Afinitas elektron
adalah energi yang dilepaskan jika atom dalam bentuk gas menerima elektron
dengan bentuk ion negatif. Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom
untuk menarik elektron. (Elida, 1996).
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai diagram
keelektronegatifan unsur yang telah kami buat.
1.2.Rumusan masalah
1. Apa itu keelektronegatifan unsur?
2. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat diagram
keelektronegatifan unsur?
3. Bagaimana cara membuat diagram keelektronegatifan unsur?

1.3.Tujuan :
1. Mengetahui apa itu keelektronegarifan unsur.
2. Mengetahui bagaimana besar keelektronegatifan dalam satu periode yang
sama.
3. Mengetahui bagaimana besar keelektronegatifan dalam satu golongan yang
sama.
4. Mengetahui unsur dengan keelektronegatifan paling besar dan paling kecil.
BAB II

ISI

2.1.Dasar Teori
Elektronegativitas memberikan kemampuan suatu atom dalam
bersaing mendapatkan elektron dengan atom lain yang berikatan.
Elektronegativitas berkaitan dengan energi ionisasi dan afinitas elektron
karena kedua besaran ini mencerminkan kemampuan atom memperoleh
atau melepaskan sebuah elektron. (Petrucci, 2011).
Konsep tentang keelektronegatifan mula-mula diperkenalkan oleh
Linus Pauling pada tahun 1932. Pauling menyusun skala keelektronegatifan
dengan menggunakan energi ikatan. Energi ikatan adalah energi yang
diperlukan untuk memutuskan suatu ikatan. Pauling mengamati bahwa ada
perbedaan antara energi ikatan menurut pengamatan dengan energi ikatan
dari perhitungan. Menurut Pauling, perbedaan tersebut disebabkan karena
adanya perbedaan keelektronegatifan. Jika perbedaan ini disebut Δ, maka
Pauling mendapatkan perhitungan sebagai berikut.
xA – xB – Δ1/2

dimana

xA – xB = selisih keelektronegatifan unsur A dan unsur B,

Δ1/2 = EAB – [(EA2 – EB2)]1/2

dengan EAB, EA2, dan EB2 berturut-turut merupakan energi ikatan


senyawa AB, A2, dan B2. (Sukarna, 2003).

Berbeda dengan Pauling, R. Mulliken mengusulkan pendekatan


alternatif lain dengan menggunakan parameter atomik secara langsung,
yaitu energi ionisasi dan afinitas elektron. Pada dasarnya, elektronegativitas
(absolut) suatu atom didefinisikan sebagai harga rata-rata dari energi
ionisasi dengan afinitas elektron atom yang bersangkutan menurut formula
:

1
x (M) = 2 (Ei – Ea), dengan Ei dan Ea dalam satuan eV.

Namun demikian, energi ionisasi dan afinitas elektron yang dimaksudkan


tersebut berhubungan dengan tingkat valensi atom yang bersangkutan, yaitu
keadaan yang menganggap atom dalam keadaan bagian dari suatu molekul.
Hasilnya berupa numerik yang paralel dengan skala Pauling dan hubungan
antara keduanya mendekati fomula sebagai berikut.

X (P) = 0,336 (X(M) – 0,615) atau X (P) = 1,35 √(X(M)) – 1,37, dengan P =
Pauling dan M = Mulliken.

Pengertian elektronegatifan yang lain diusulkan oleh A. L. Allred dan R. G.


Rochow yang mendefinisikan elektronegativitas sebagai gaya yang bekerja
pada elektron-elektron dalam atom pada jarak jari-jari kovalen. Rumusan
𝑒 2 .𝑍𝑒𝑓
yang diajukan adalah XA = 2
𝑟𝑘𝑜𝑣

Ternyata harga-harga yang diperoleh lebih signifikan daripada kedua model


yang disebutkan terdahulu dalam meramalkan kecenderungan sifat-sifat
kimiawi unsur-unsur. Skala elektronegativitas Allred-Rochow diperoleh
dari hubungan:

𝑍𝑒𝑓
X(AR) = 0,359 + 0,744
𝑟2

Kecenderungan skala elektronegativitas atom-atom unsur dalam tabel


periodik unsur menunjukkan perubahan yang relatif kontinu. Unsur-unsur
yang terletak dalam satu golongan mempunyai harga elektronegativitas
yang semakin menurun dengan naiknya nomor atom, sedangkan dalam satu
periode, umumnya naik dengan naiknya nomor atom. (Sugiyarto, 2004).

2.2.Alat dan Bahan :


1. Kertas karton selebar minimal 4 kertas folio
2. Karton super
3. Pensil
4. Penggaris
5. Spidol
6. Double tape
2.3.Cara kerja :
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Membuat sketsa diagram keelektronegatifan unsur pada kertas karton
menggunakan pensil dan penggaris.
3. Menebali sketsa diagram keelektronegatifan unsur dengan spidol.
4. Menempel diagram keelektronegatifan tersebut pada karton super
dengan double tape.
2.4.Pembahasan

Gambar 1.1. Diagram keelektronegatifan

Pada makalah ini, kami akan membahas tentang diagram yang telah
kami buat, yaitu diagram keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah
kecenderungan/kemampuan atom untuk menarik elektron dalam suatu
ikatan kimia. Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara langsung,
melainkan harus dikalkulasi dari sifat-sifat atom dan molekul lainnya.
Semakin besar keelektronegatifan suatu atom berarti dalam ikatan kimia
atom tersebut cenderung menarik elektron dari atom yang lain.

Pada diagram keelektronegatifan yang kami buat, dapat diketahui


bahwa keelektronegatifan dipengaruhi oleh nomor atom. Pada nomor atom
1, besar keelektronegatifannya yaitu 2,20. Pada nomor atom 3-9, besar
keelektronegatifannya yaitu antara 0,98-3,98. Pada nomor atom 11-17,
besar keelektronegatifannya yaitu antara 0,93-3,16. Pada nomor atom 19-
36, besar keelektronegatifannya yaitu antara 0,82-3,00. Pada nomor atom
37-54, besar keelektronegatifannya yaitu antara 0,82-2,60. Pada nomor
atom 55-86, besar keelektronegatifannya yaitu antara 0,79-2,54. Pada
nomor atom 87-103, besar keelektronegatifannya yaitu antara 0,7-1,5.

Diagram keelektronegatifan unsur bila dibuat menggunakan SPU


akan menjadi seperti berikut.

Gambar 1.2. Keelektronegatifan pada SPU

Dalam satu golongan yang sama, keelektronegatifan unsur dari atas


ke bawah semakin berkurang. Jumlah muatan inti bertambah positif jumlah
kulit bertambah maka kemampuan inti untuk menarik elektron menjadi
lemah. Akibatnya keelektronegatifan unsur semakin lemah.
Dalam satu periode yang sama, keelektronegatifan unsur dari kiri ke
kanan cenderung naik. Muatan inti bertambah positif jumlah kulit tetap,
menyebabkan gaya tarik inti terhadap elektron makin kuat. Akibatnya
kemampuan atom untuk menarik elektron makin besar.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa Fluorin merupakan


unsur yang memiliki keelektronegatifan paling besar, yaitu sebesar 3,98,
sedangkan Fransium memiliki keelektronegatifan yang paling kecil, yaitu
sebesar 0,7. Selain itu, terdapat beberapa pengecualian dari kaidah umum
ini. Galium dan germanium memiliki elektronegativitas yang lebih besar
daripada aluminium dan silikon. Unsur-unsur periode ke-empat setelah
baris pertama dari logam transisi memiliki jari-jari atom yang lebih kecil
dari biasanya karena elektron-elektron 3d tidak efektif dalam pemerisaian
peningkatan muatan inti, sehingga ukuran atom yang lebih kecil berkorelasi
dengan nilai elektronegativitas yang lebih besar. Unsur timbal mempunyai
elektronegativitas yang lebih besar daripada talium dan bismut merupakan
hasil seleksi data.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Keelektronegatifan adalah sebuah sifat kimia yang menjelaskan


kemampuan sebuah atom (atau lebih jarangnya sebuah gugus fungsi) untuk
menarik elektron (atau rapatan elektron) menuju dirinya sendiri pada ikatan
kovalen.

2. Dalam satu golongan yang sama, keelektronegatifan unsur dari atas ke


bawah semakin berkurang.

3. Dalam satu periode yang sama, keelektronegatifan unsur dari kiri ke kanan
cenderung naik.

4. Unsur yang memiliki keelektronegatifan paling besar yaitu fluorin,


sedangkan unsur yang memiliki keelektronegatifan paling kecil yaitu
sesium.
Daftar Pustaka

Elida, Tety. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta : Gunadarma.

Petrucci, Ralph H. 2011. Kimia Dasar Prinsip dari Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online. Tokyo : Iwanami
Shoten.

Sugiyarto, Kristian H. 2004. Kimia Anorganik I.Yogyakarta : JiCA.

Sukarna, I Made. 2003. Kimia Dasar I. Yogyakarta : JiCA.

Wulandari, Erna Tri, Annik Qurniawati, dan Risha Rahmawati. 2019.


Detik-Detik Kimia. Yogyakarta : Intan Pariwara.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai