1. Jari-Jari Atom
Sejumlah sifat fisika dan kimia berkaitan dengan ukuran atom, tetapi ukuran atom
agak sulit didefinisikan. Tidak ada batas yang jelas (ukuran) untuk suatu atom. Atom
biasanya tidak diamati secara terpisah tetapi berhubungan dengan atom yang lain, baik
sejenis maupun tidak sejenis, dan ukuran atom boleh jadi dipengaruhi oleh keadaan
lingkungannya. Sekalipun demikian, kita masih dapat manfaat dengan perkiraan kasar bahwa
ukuran atom adalah jarak dari inti sampai ke suatu daerah tempat yang mempunyai peluang
terbesar untuk menemukan elektron di kulit terluarnya. Jarak ini dinamakan jari-jari atom.
Untuk logam digunakan definisi jari-jari logam sebagai setengah jarak terpendek antara dua
inti dalam padatan. Untuk non logam digunakan definisi jari-jari kovalen sebagai setengah
jarak antara pusat dua atom identik yag terikat secara kovalen.
Apabila atom melepaskan atau menerima elektron maka akan terbentuk ion
positif/negatif. Perubahan dari atom menjadi ion positif, mengurangi gaya tolak antar
elektron, dan gaya tarik inti atom terhadap elektron pada kulit atom semakin kuat, sehingga
jari-jari menjadi berkurang (jari-jari atom > jari-jari ion positif). Sebaliknya, pada perubahan
atom menjadi ion negatif, kenaikan jumlah elektron mengakibatkan semakin besarnya gaya
tolakan antar elektron, gaya tarik inti atom terhadap elektron pada kulit atom semakin lemah,
sehingga jari-jari bertambah (jari-jari atom < jari-jari ion negatif). Semakin besar muatan
positif semakin kecil jari-jari ion, sedangkan semakin besar muatan negatif semakin besar
jari-jari ion.
Jari-jari ion adalah jari-jari dari kation atau anion yang dihitung berdasarkan jarak
antara dua inti kation dan anion dalam kristal ionik. Kation (ion bermuatan positif) terbentuk
dari pelepasan elektron dari kulit terluar atom netral sehingga tolakan antar elektron
berkurang, tarikan elektron oleh inti lebih kuat, dan jari-jari dari kation lebih kecil dari atom
netralnya. Anion (ion bermuatan negatif) terbentuk dari penangkapan elektron pada atom
netral sehingga tolakan antar elektron bertambah dan jari-jari dari anion lebih besar dari atom
netralnya. Dalam satu golongan pada sistem periodik unsur, dari atas ke bawah, jari-jari ion
bermuatan sama cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron. Dalam
periode, pada deretan ion isoelektronik (spesi-spesi dengan jumlah elektron sama
dan konfigurasi elektron sama, seperti O2-, F–, Na+, Mg2+, dan Al3+ dengan 10 elektron),
semakin besar muatan kation maka semakin kecil jari-jari ion, namun semakin besar muatan
anion maka semakin besar jari-jari ion.
Jari-jari atom dan ion beberapa unsur dalam satuan pm
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Lambang I1, berarti ionisasi pertama, I2 adalah ionisasi kedua, dan seterusnya.
Lepasnya elektron kedua lebih sulit terjadi dibandingkan dengn yang pertama (I1<I2). Karena
setelah ionisasi, lebih sulit (diperlukan energi yang lebih besar) bagi elektron berikutnya
untuk terlepas.
Besarnya energi ionisasi dipengaruhi oleh muatan inti dan jari-jari atom. Semakin
besar muatan inti semakin besar gaya tarik inti terhadap elektron sehingga semakin besar pula
energi ionisasinya. Sebaliknya, semakin besar jari-jari atom, semakin jauh jarak antar
elektron terluar dari intinya. Akibatnya gaya tarik inti terhadap elektron semakin kecil
sehingga energi ionisasinya semakin kecil pula.
Pada setiap periode, logam alkali mempunyai potensial ionisasi terendah. Semakin ke
kanan, energi ionisasinya cenderung semakin bertambah sesuai dengan penambahan nomor
atom yang berarti juga penambahan muatan inti. Kenaikan energi ionisasi mencapai puncak
pada gas mulia. Demikian seterusnya untuk periode berikutnya. Penyusutan jari-jari atom
dalam urutan dari kiri ke kanan juga mengambil bagian dalam menentukan besarnya energi
ionisasi.
3. Afinitas Elektron
Atom-atom dapat membentuk ion negatif. Proses pembentukan ion negatif ini disertai
dengan pembebassan energi. Energi ini disebut dengan afinitas elektron. Jadi afinitas elektron
(AE) adalah energi yang dibebaskan apabila sebuah atom netral dalam faseas menerima
sebuah elektron dari jarak tak terhingga. Misalnya,
Cl(g) + e Cl-(g) EA = -3,615 eV / atom (-348,8 kJ/mol)
Tarikan dari inti suatu atom dalam fasa gas terhadap satu elektron tambahan
mengakibatkan lepasnya energi (AE < 0). Penambahan elektron kedua memerlukan tambahan
energi untuk mengatasi gaya tolak menolak antar elektron (AE > 0). Afinitas terhadap
elektron O dan S (untuk membentuk ion O2- dan S2-) berturut-turut adalah -704 dan 268
kJ/mol.
Afinitas elektron adalah sifat yang sampai beberapa waktu yang lalu sulit diukur
dalam percobaan, kebanyakan afinitas elektron diturunkan secara tidak langsung dari
pengukuran lain (misal, pengukuran afinitas elektron melalui pengukuran besaran lain,
kemudian afinitas elektron dihitung melalui Siklus Born – Haber). Sekarang, sudah ada
metode untuk mengukur secara langsung.
Sebagaimana energi ionisasi yang rendah mencirikan sifat-sifat logam, nilai afinitas
elektron yang rendah (sangat negatif) adalah ciri non logam yang aktif. Semakin mudah unsur
menangkap elektron, semakin besar pula energi yang dilepaskan. Dalam satu golongan,
seiring meningkatnya ukuran atom (dari atas ke bawah), mengakibatkan letak kulit valensi
semakin jauh dari inti. Akibatnya, kemampuan inti untuk menangkap elektron dari luar
semakin lemah. Dengan demikian, nilai afinitas elektron akan menurun seiiring
bertambahnya nomor atom dalam satu golongan. Dalam satu golongan pada tabel periodik
unsur, dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung semakin kecil, dengan banyak
pengecualian.
Sementara itu, dalam satu periode, justru terjadi kondisi yang berlawanan. Seiring
bertambahnya nomor atom dalam satu periode (dari kiri ke kanan), akan menyebabkan
penyusutan ukuran atom. Kondisi ini akan memperkuat gaya penarikan inti terhadap elektron
terluar. Dengan demikian, unsur semakin mudah menangkap elektron dari luar. Hal ini
menyebabkan nilai afinitas elekton akan meningkat. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan,
sampai golongan 7A, afinitas elektron cenderung semakin besar, dengan banyak
pengecualian.
4. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan menunjukkan kemapuan suatu atom dalam bersaing mendapatkan
elektron dengan atom lain yang berikatan. Keelektronegatifan berkaitan dengan energi
ionisasi (I) dan afinitas elektron (AE), karena kedua besaran ini mencerminkan kemampuan
atom melepaskan atau memperoleh sebuah elektron. Skala keelektronegatifan yang
digunakan secara luas didasarkan pada penilaian energi ikatan yang dikemukakan oleh Linus
Pauling. Menurut skala Pauling, harga keelektronegatifan terbesar diberikan untuk F yaitu 4,
dan harga terkecil 0,7 untuk Fr.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan harga keelektronegatifan semakin besar. Dalam
satu golongan dari atas ke bawah harga keelektronegatifan makin kecil. Berdasarkan hal ini
keelektronegatifan suatu unsur dapat diramal jika memperhatikan kedudukan unsur tersebut
dalam SPU.
Kepolaran suatu ikatan kimia dapat ditunjukkan oleh perbedaan keelektronegatifan
dari dua atom. Misalnya dapat diramalkan bahwa ikatan F – Cl lebih polar dari ikatan Cl –
Br, perbedaan keelektronegatifannya masing-masing 4,0 – 3,0 = 1,0 dan 3,0 – 2,8 = 0,2.
Perbedaan keelektronegatifan juga ada hubungannya dengan kekuatan ikatan.
Kekuatan ikatan bertambah jika perbedaan keelektronegatifan kedua atom bertambah.