Anda di halaman 1dari 16

BAB II

SISTEM PERODIK UNSUR

Sistem Periodik Modern


Daftar unsur disusun berdasarkan konfigurasi elektron dari atom
unsur-unsur. Unsur-unsur dengan konfigurasi elektron yang mirip
mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip. Jadi sifat kimia ada hubungannya
dengan konfigurasi elektron. Hubungan ini dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Elektron-elektron tersusun dalam orbital
b. Hanya dua elektron saja yang dapat mengisi setiap orbital.
c. Orbital-orbital dikelompokkan dalam kulit.
d. Hanya n2 orbital yang dapat mengisi kulit ke-n.
e. Elektron bagian terluar dari atom yang paling menentukan sifat kimia.
Elektron ini yang disebut elektron valensi. Reaksi kimia menyangkut
elektron terluar.
f. Unsur dalam suatu jalur vertikal mempunyai sruktur elektron terluar
yang sama. oleh karena ini mempunyai sifat kimia yang mirip. Jalur ini
disebut golongan.
g. Pada umumnya dalam suatu golongan sifat unsur berubah secara
teratur.
h. Perubahan teratur sifat kimia dalam satu jalur horisontal dalam sistem
periodik disebut periode.
Berdasarkan sistem periodik modern, ada berbagai macam orbital
yang dikenal dengan bentuk berbeda yaitu:
1. Orbital s : satu orbital setiap kulit
2. Orbital p : tiga orbital setiap kulit
3. Orbital d : lima orbital setiap kulit
4. Orbital f : tujuh orbital setiap kulit
Istilah orbital inilah yang disebut dengan sub kulit, yang biasa
dipakai dalam pengelompokan unsur menjadi empat blok berdasarkan
struktur elektron atau konfigurasi elektron terutama elektron terluar, yaitu :
1.Unsur-unsur blok s n s1,2
2.Unsur-unsur blok p ns2 np1….6
3.Unsur-unsur blok d (n-1)d1….10 ns2
4.Unsur-unsur blok f (n-2)f1…..14 (n-1)d1 ns2
Secara umum dapat diperlihatkan pembagian empat blok tersebut
dalam tabel berkala atau sistem periodik unsur-unsur seperti pada
Gambar

Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Unsur

Karakter konfigurasi elektron suatu unsur dalam tabel berkala


meninjukkan perubahan secara periodik berdasarkan peningkatan nomor
atom, akibatnya unsur-unsur juga akan memperlihatkan perubahan
karakter sifat secara fisika dan kimiawi. Untuk menambah wawasan dalam
memehami keterkaitan antara beberapa sifat física unsur, maka terlebih
dahulu kita bahas konsep mengenai muatan Inti efektif.
Muatan Inti efektif
Konsep muatan Inti efektif membuat kita dapat memperhitungkan
efek lindungan atas sifat-sifat periodik unsur. elektron-elektron yang
menyelimuti inti suatu atom akan memberikan efek lindungan kepada inti
tersebut terhadap pengaruh elektron terluar. Adanya lindungan elektron
akan mengurangi gaya tarik elektrostatik antara muatan positif proton
dalam Inti dengan muatan elektron negatif terluarnya. Selanjutnya gaya
tolak menolak antara elektron-elektron dalam atom berelektron banyak
juga mengimbangi gaya tarik yang dipregunakan oleh inti.
Muatan inti efektif (Zeff) dinyatakan sebagai selisih antara muatan
inti (Z) dengan konstanta perlindungan atau shielding constant atau
screening constant (σ) yang nilainya bergantung pada elektron pada kulit
dalam dan elektron pada kulit yang sama. Secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Z eff = Z – σ
Sebagai contoh atom Natrium dan Magnesium dengan konfigurasi
masing-masing adalah :
11 Na = 1s2 2s2 2p6 2s1
12 Mg = 1s2 2s2 2p6 2s2
Untuk atom Na: Terdapat 8 (delapan) elektron yang merupakan
elektron pada kulit dalam yaitu orbital 2s2 dan 2p6 (2 + 6 = 8) dan tidak
terdapat elektron pada kulit yang sama sehingga nilai tetapan
perlindungan (σ) = 8. Elektron terluar pada Na ada satu sehingga dapat
terbentuk Na+ artinya 1 elektron terluar tersebut terlindungi dari tarikan inti
oleh elektron pada kulit dalam saja sehingga membutuhkan energi ionisasi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan pelepasan satu elektron pada
Mg menjadi Mg+. Untuk atom Mg: terdapat 8 (delapan) elektron yang
merupakan elektron pada kulit dalam yaitu pada orbital 2s 2 dan 2p6 (2 + 6
= 8) dan terdapat satu elektron pada kulit luar yang sama yaitu pada
orbital 2s2, jadi 1 elektron pada kulit luar yang sama +8 elektron pada kulit
dalam = 9 elektron, sehingga nilai tetapan perlindungan (σ) = 9. Artinya
tetapan perlindungan (σ) elektron terluar terhadap tarikan inti Mg > Na,
sehingga energi ionisasi pertama Mg menjadi Mg+ < energi ionisasi Na
menjadi Na+.
Cara lain untuk menggambarkan efek perlindungan elektron terluar
terhadap tarikan inti adalah dengan melihat energi yang diperlukan untuk
melepaskan satu elektron terluar dari atom yang bersangkutan.
Contohnya adalah untuk melepaskan elektron pertama dari atom helium
diperlukan energi sebesar 2373 kj dan untuk pelepasan elektron kedua
diperlukan energi sebesar 5252 kj, alasan utama besarnya ionisasi kedua
adalah tidak adanya elektron yang memberikan kontribusi terhadap
tetapan perlindungan sehingga elektron merasakan tarikan penuh oleh
inti. Jika atom berelektron banyak, maka efek konstanta perlindungan (σ)
yang diakibatkan karena pengaruh elektron pada kulit sebelah dalam
lebih besar jika dibandingkan dengan elektron pada kulit yang sama.
2.4 Energi Ionisasi
Pemahaman tentang keperiodikan unsur-unsur dapat diperoleh
dengan mempelajari energi ionisasinya. Secara kontekstual energi
ionisasi merupakan energi yang dibutuhkan oleh suatu atom untuk
melepaskan elektron terluar dalam keadaan berbentuk gas. Kemampuan
pembentukan ikatan kimia yang menentukan juga sifat kimia unsur erat
kaitannya dengan mudah atau tidaknya atom melepaskan elektron. Ada 3
faktor yang menentukan besarnya harga ionisasi :
1. Muatan inti efektif
2. Jarak muatan elektron dan inti
3. Sekatan yang diberikan orbital berenergi rendah
Pengaruh sekatan ini timbul karena tolak menolak antara elektron
dalam orbital terisi penuh (atau setengah) dan elektron yang harus
dilepaskan dari orbital terluar. Pola yang muncul jika energi ionisasi
dialurkan terhadap nomor atom :
1. Unsur-unsur gas mulia He, Ne, Ar, Kr berada di puncak
2. Unsur-unsur alkali Li, Na, Rb berada di lembah
3. Terdapat puncak kecil dan lembah kecil di lereng
Sepanjang periode, energi ionisasi bertambah. Dibandingkan
dengan Li, Be mempunyai tambahana satu elektron dan satu proton.
Kenaikan energi ionisasi disini disebabkan oleh muatan yang bertambah.
Pada periode kedua terdapat dua patahan dalam grafik (Be  B dan N 
O). Hal ini dapat dijelaskan dengan efek sekatan. Energi ionisasi Boron
lebih kecil dari energi ionisasi berilium. Pada boron, orbital 2s terisi penuh
(2s2) dan sekatan orbital 2s menjadi kuat sehingga memperkecil energi
ionisasi. Jadi energi ionisasi (EI) selalu meningkat sesuai urutan sebagai
berikut : EI1 < EI2 < EI3 <...
Energi ionisasi pertama untuk kebanyakan unsur dalam tabel
periodik telah ditentukan secara eksperimen, yang disimpulkan sebagai
berikut:
1. Energi ionisasi unsur-unsur golongan A menurun dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Sebagai contoh energi ionisasi unsur golongan
IA yaitu Li adalah 520 kj/mol dan K adalah 419 kj/mol.
2. Dari kiri ke kanan dalam suatu periode, energi ionisasi meningkat
secara bertahap. Gas-gas mulia mempunyai nilai energi ionisasi yang
relatif lebih tinggi sesuai dengan sifat non reaktif dan kestabilan
struktur delapan elektron pada kulit terluarnya, jika dibandingkan
dengan unsur yang lain.

2.5 Afinitas Elektron

Afinitas elektron suatu unsur didefinisikan sebagai energi yang


dilepaskan atau dibutuhkan apabila suatu atom netral dalam keadaan gas
menerima sebuah elektron dari luar.
Contoh :
Cl (g) + e  Cl- (g) ∆E = -3,615 ev
Semakin besar afinitas elektron suatu unsur maka energi yang
dilepaskan semakin besar (nilai negatif ∆E bertambah) sedangkan unsur-
unsur gas yang memiliki ∆E positif berarti bahwa unsur-unsur tersebut
membutuhkan energi untuk membutuhkan ion negatif. Afinitas elektron
suatu unsur ditentukan oleh tiga faktor yaitu muatan inti, jari-jari atom, dan
konfigurasi elektron. Bila muatan inti atom makin besar maka afinitas
elektron makin besar sedangkan semakin besar jari-jari atom atau
semakin besar ukuran atom, semakin kecil afinitas elektron.

Jari-Jari Atom
Jari-jari unsur logam didefinisikan sebagai setengah jarak
terpendek antara dua inti dalam padatan. Untuk atom non-logam jari-jari
kovalen didefinisikan sebagai panjang ikatan kovalen tunggal antara dua
inti atom yang identik . Dalam suatu periode, jari-jari atom dari kiri ke
kanan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan bertambahnya muatan inti
sehingga tarikan terhadap elektron makin kuat. Dalam suatu golongan,
jari-jari dari atas ke bawah makin bertambah besar oleh karena ukuran
orbital meningkat dengan meningkatnya bilangan kuantum. Meskipun
muatan inti bertambah namun muatan inti efektif oleh pengaruh elektro
hampir tidak berubah karena sekatan kulit terdalam yang terisi penuh. Jika
pengisian kulit dilanjutkan, maka elektron terluar makin jauh dari inti.

Keelektronegatifan dan kepolaran


Keelektronegatifan dipandang sebagai kemampuan relatif suatu
atom menarik pasangan elektron ikatannya. Dalam satu periode, harga
keelektronegatifan dari kiri ke kanan ,makin besar. Dalam satu golongan,
harga keelektronegatifan dari atas ke bawah makin kecil.Skala nilai
elektronegatifitas yang digunakan secara luas didasarkan pada penilaian
energi ikatan yang dikemukakan oleh Linus Pauling.
Nilai elektronegatifitas skala Linus Pauling diperoleh melalui suatu
korelasi ekstensif dari energi ikat dalam bentuk energi resonansi ionik
(Ionic Resonance Energy = IRE). Nilai IRE diperoleh dari hasil
penjumlahan energi ikat teoritis rata-rata yang terhitung dengan energi ikat
sesuai percobaan atau yang terukur. Secara sederhana persamaan Linus
Pauling dirumuskan sebagai berikut:
(∆EN)2 x 96 = IRE
Dimana : (∆EN) adalah selisih elektronegatifitas unsur,
IRE = Energi resonansi ionik atau selisih energi ikat terhitung
rata-rata dengan energi ikat terukur dan 96 = konstanta Linus
Pauling.

Logam dan Non Logam


Unsur-unsur dapat dibagi tiga, yakni : logam, metaloida dan non
logam. Logam adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik dan
panas, mempunyai sifat kilap dan sifat mekanik tertentu seperti kekuatan
regang, mudah ditempa dan liat. Unsur logam terdapat disebelah kiri
sistem periodik dan semua unsur transisi adalah pada umumnya adalah
logam kecuali yang bersifat radioaktif. Ciri utama dari logam aktif golongan
IA dan IIA adalah kecenderungannya melepaskan elektron kulit terluarnya
sehingga menghasilkan ion positif, dengan konfigurasi elektron
menyerupai gas mulia.
Unsur non logam terletak di sebelah kanan sistem periodik. Unsur
ini tidak bersifat logam dan umumnya berbentuk serbuk atau gas pada
keadaan normal. Unsur-unsur non-logam adalah atom-atom yang dapat
mencapai konfigurasi elektron gas mulia dengan cara menerima alektron.
Unsut metaloida memiliki sifat di antara sifat logam dan nin-logam. Batas
antara logam dan non-logam tidak tajam; pada batas ini terletak
metaloida. Masih belum ada kesepakatan tentang unsur-unsur metaloida.
Pada umumnya B, Si, Ge, As, Sb, dan Te adalah unsur metaloida.
Umumnya kelompok unsur metaloida dapat digunakan sebagai acuan
pengelompokan unsur logam dan non-logam. Unsur logam berada di
sebelah kiri kelompok unsur metaloida dan unsur-unsur non logam
terletak di sebelah kanan kelompok unsur metaloida dalam tabel periodik.
Kecenderungan Umum Sifat Kimia Unsur
Umumnya telah diketahui bahwa unsur-unsur dalam golongan yang
sama mempunyai kelakuan kimia yang sama atau mirip satu sama lain
oleh karena memiliki konfigurasi elektron terluar yang sama. Meskipun
demikian penerapan konsep tersebut harus secara hati-hati tidak serta
merta dapat digeneralisasi pada semua unsur oleh karena ada beberapa
yang bersifat berbeda diantaranya adanya hubungan sifat kemiripan sifat
secara diagonal.
Kemiripan unsur secara diagonal adalah kemiripan kelakuan kimia
antara sepasang unsur dalam golongan dan perioda berbeda dalam tabel
periodik. Khususnya tiga anggota pertama periode kedua yaitu : Li, Be
dan B, memperlihatkan kemiripan sifat kimia dengan unsur yang letaknya
diagonal dengannya pada periode ketiga yaitu : Mg, Be dengan Al dan B
dengan Si.
Li Be B C

Na Mg Al Si

Dengan membandingkan unsur-unsur dalam golongan yang sama


sebaiknya melakukan perbandingan yang benar misalnya unsur-unsur
logam golongan IA dengan golongan IIA dan unsur golongan non-logam
misalnya pada golongan VIIA dan VIA. Khusus untuk golongan IIIA
sampai IVA, dimana ternyata terjadi perubahan karakter unsur dari logam
ke metaloida lalu ke sifat non-logam walaupun terdapat kemiripan
konfigurasi elektron terluar.

Sifat Kimia Unsur dalam Golongan


Unsur Hidrogen

Posisi yang tepat untuk unsur hidrogen sulit ditentukan letaknya


dimana dalam tabel periodik oleh karena sifat fisika dan kimianya yang
sangat beragam, namun karena unsur dalam tabel periodik disepakati
disusun secara berkala berdasarkan kenaikan nomor atom, maka unsur
hidrogen diletakkan dalam golongan IA. Hidrogen mirip dengan logam
alkali karena memiliki satu elektron terluar pada kulit s, dengan konfigurasi
1s1 (hidrogen nomor atom =1). Dapat membentuk ion H+ yang terhidrat
dalam larutan berair berbentuk ikatan kovalen, dapat pula membentuk ion
H- (ion hibrida) yang cukup relatif jika berada dalam air sehingga
cenderung berbentuk ionik. Bentuk hibrida tersebut menyerupai golongan
anion halida yaitu : F-, Cl-, Br- dan I-. Wujudnya merupakan gas yang tidak
berwarna dan umumnya di alam berbentuk molekular. Salah satu
keistimeaan sifat unsur hifrogen adalah jika terbakar di udara akan
membentuk air.
2H2(g) + O2(g)  2H2O(g) 2H2O(c)
Unsur-Unsur Golongan IA
Pada bagian ini dikhususkan pada logam alkali (Li, Na, K, Rb dan
Cs) dengan konfigurasi elektron terluar (ns1, n > 2). Logam alkali
mempunyai energi resonisasi rendah dan kecenderungan nya kuat
melepaskan elektron valensi tunggalnya, cukup reaktif sehingga jarang
ditemukan secara lebar didalam. Logam alkali dapat bereaksi dengan air
membentuk hidroksida logam alkali dengan melepaskan gas hidrogen,
dapat membentuk oksida, perioksida bahkan superioksida yang
ketiganya menghilangkan bentuk kilapan logamnya. Selain Litium yang
hanya dapat membentuk oksida, maka logam alkali yang lain dapat
membentuk peroksida dan untuk K, Rb dan Cs dapat pula membentuk
superoksida logam alkali artinya reaktifitas logam alkali dengan oksigen
meningkat dari atas ke bawah dalam golongannya.
Beberapa reaksi yang berkaitan dengan pernyataan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Reaksi hidroksida logam alkali: 2M(p)+2H2O → 2MOH(aq) + H2(g),


(M=logam)
2. Reaksi pembentukan Litium Oksida: 4 Li(g) + O2(g) →
2Li2O(p)
3. Reaksi pembentukan Natrium Peroksida: 2 Na(p) + O2(g) →
2Na2O
4. Reaksi pembentukan Kalium Superoksida: K(p) + O2(g) →
KO2(p)
5. Reaksi logam alkali dengan asam: 2 M(p) + 2HX(aq) → 2MX(aq)
+ H2(g)
6. Reaksi pembentukan logam alkali dengan gas CO2 dan
melepaskan oksigen: 2M2O2(p) + 2CO2(g) → 2M2CO3(p) + O2(g)
Unsur-Unsur Golongan IIA
Logam –logam alkali tanah adalah : Be, Mg, Ca, Sr dan Ba, logam ini
juga cukup reaktif namun tidak sereaktif jika dibandingkan dengan
logam alkali. Konfigurasi elektron terluarnya adalah (ns2,>2), memiliki
kecenderungan melepaskan kedua elektron terluarnya membentuk ion
M2+ dengan bentuk konfigurasinya menyerupai konfigurasi gas mulia
yang stabil dan karakter ini meningkat dari Berilium ke Barium. Energi
ionisasi pertama dan kedua dari logam ini menurun dari Berilium sampai
ke Barium dan khusus untuk Berilium di alam lebih cenderung berbentuk
molecular disbanding berbentuk ionik terutama oksidanya berbentuk
oksida amfoter bukan oksida logam yang bersifat basa.
Beberapa contoh reaksi yang berhubungan dengan logam alkali
tanah adalah sebagai berikut:
- Reaksi hidroksida logam alkali tanah:
M(p) + 2H2O(c) → M(OH)2(aq) + H2(g)
- Reaksi pembentukan oksida yang bersifat amfoter:
2Be(g) + O2(g) → 2BeO(p)
- Reaksi peroksida logam alkali tanah dengan gas CO2 dan
melepaskan gas oksigen: 2MO2(p) + 2CO2(g) → 2MCO3(p) +
O2(g)
- Reaksi logam alkali tanah dengan asam:
M(p) + 2HX(aq) → MX2(aq) + H2(g)

Unsur-Unsur Golongan III A


Kelompok unsur-unsur golongan ini adalah : B, Al, Ga, In, dan Tl
dengan konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np1 , n >2). Boron
sebagai unsur pertama bersifat metaloid dan unsur lainnya adalah logam,
Boron juga tidak membentuk senyawa ionik biner dan juga tidak reaktif
dengan gas oksigen serta dengan air namun cenderung berbentuk
molekular. Unsur berikutnya adalah Aluminium dapat dengan mudah
membentuk oksida aluminium dengan udara.
Contoh reaksi yang berkaitan dengan unsur golongan IIIA adalah
sebagai berikut:
- Reaksi hidroksida dengan logam golongan IIIA:
2M(p) + 6H2O(c) → 2M(OH)3(p) + 3H2(g)
- Reaksi pembentukan oksida yang bersifat amfoter: 4Al(p) + 3O2(g)
→ 2Al2O3
- Reaksi logam golongan IIIA dengan asam
2Al(p) + 6HX(aq) → 2AlX3(aq) + 3H2(g)
2Tl(p) + 2HX(aq) → 2TlX(aq) + H2(g)

Unsur-Unsur Golongan IV A
Anggota unsur golongan IV A adalah: C, Si, Ge, Sn dan Pb, memiliki
konfigurasi elektron terluar yaitu ns2 np2 , n >2. Karbon merupakan unsur
non-logam , silikon dan Germanium adalah unsur metalloid serta
stannum dan Plumbum (Timah dan Timbal) adalah unsur logam, dimana
Sn dan Pb ini tidak bereaksi dengan air akan tetapi bereaksi dengan asam
membentuk garam dan melepaskan gas hydrogen. Di anatar beberapa
jenis asam adalah asam-asam halide seperti HCl, HBr, dan lain-lain, asam
nitrat, asam asetat, asam sulpat, dan sebagainya.
Unsur-unsur golongan IVA ini jika membentuk senyawa dapat
menggunakan bilangan oksidasi +2 atau +4 tergantung kestabilan
bilangan oksidasinya. Unsur karbon dan silikon lebih stabil dengan
menggunakan bilangan oksidasi +4, contohnya CO2 (bilangan oksidasi C
= +4) lebih stabil daripada CO (bilangan oksidasi C = +2), dan SiO 2
(bilangan oksidasi Si = +4) lebih stabil dari SiO (bilangan oksidasi S = +2)
pada suhu kamar. Kestabilan bilangan oksidasi +4 dari atas ke bawah
semakin kecil sebaliknya kestabilan bilangan oksidasi +2 dari atas ke
bawah semakin besar, sehingga Pb (timbal) lebih stabil berbentuk Pb2+
(contoh senyawa PbO) dari pada Pb4+ (contoh senyawa timbale yang
kurang stabil pada suhu kamar adalah PbO2). Beberapa contoh reaksi
yang berkaitan dengan unsur golongan IVA adalah sebagai berikut:
Reaksi pembentukan oksida non-logam: C(p) + O2(g) → CO2(g)
1. Reksi pembentukan Oksida Metaloid: Si(p) + O2(g) → SiO2
2. Reaksi pembentukan oksida logam: 2Pb(p) + O2(g) → 2PbO(g)
3. Reaksi logam golongan IVA dengan asam:
M(p) + 2HX(aq) → MX2(aq) + H2(g)
Unsur- Unsur Golongan VA
Golongan VA memiliki kelompok unsur yaitu: N, P, As, Sb dan Bi
dengan konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np3, n >2). Dua unsur
pertama yakni Nitrogen dan posfor adalah non-logam, Arsen dan Antimon
adalah metalloid serta Bismut adalah logam yang kurang reaktif jika
dibandingkan dengan logam-logam golongan IA sampai golongan IVA.
Unsur golongan VA memiliki kecenderungan menerima tiga elektron untuk
mencapai konfigurasi gas mulia yang stabil.
Nitrogen dapat bereaksi dengan oksigen membentuk banyak jenis
oksida yaitu NO, NO2, N2O, N2O4, dan N2O5, dimana semua jenis oksida
tersebut berbentuk gas kecuali N2O5 yang berbentuk padat. Nitrogen juga
dapat bereaksi dengan logam membentuk senyawa nitride (N 3-) yang
isoelektronik dengan gas mulia Neon, di antara senyawa nitride yang
dikenal adalah Li3N, Na3N, Mg3N2, dan lain-lain. Nitrogen dan Posfor
dapat berbentuk molekuler karena unsur tersebut adalah non-logam yaitu
N2 dan P4. Posfor dapat membentuk dua macam oksida yang berbentuk
padat yaitu: P4O6 dan P4O10.
Unsur –Unsur Golongan VI A
Kelompok unsur golongan VI A adalah: O, S, Se, Te dan Po, yang
memiliki konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np4 , n >2). Oksigen,
sulfur dan selenium adalah unsur-unsur non logam yang berbentuk
molekular seperti O2, O3, S8 dan Se8, Telurium dan Polonium adalah
metaloid, namun polonium bersifat radioaktif.
Dalam mencapai struktur yang stabil unsur-unsur golongan VIA
cenderung menerima dua elektron. Oksigen dapat dengan mudah
menerima dua elektron membentuk O2- namun oksigen dapat juga
bereaksi dengan unsur lain dalam bentuk peroksida (O-) dan juga dalam
bentuk superoksida (O2-) dan semua senyawa oksida, peroksida, dan
superoksida yang dihasilkan berbentuk ionik.
Unsur-Unsur Golongan VII A
Semua unsur golongan halogen yaitu: F, Cl, Br, I dan At adalah non
logam dan dalam struktur berbentuk mlekular serta memiliki konfigurasi
elektron terluar adalah (ns2 np5 , n >2) namun unsur terakhir yaitu
Astatin adalah unsur yang bersifat radioaktif. Gas Fluor cukup reaktif dan
dapat bereaksi dengan air membentuk asam dan melepaskan gas
oksigen.
Halogen memiliki energi ionisasi dan afinitas elektron negative yang
cukup besar, sehingga sangat besar kemungkinannya untuk menerima
elektron membentuk anion (X-) yang memiliki kesamaan dengan
konfigurasi gas mulia yang stabil. Jadi golongan halogen yang membentuk
anion adalah isoelektronik dengan golongan gas mulia tetangganya pada
perioda yang sama seperti F- isoelektronik dengan Ne, Cl- dengan Ar, dan
lain-lain. Golongan VIIA dapat dengan mudah membentuk garam dengan
unsur golongan IA dan IIA, dengan gas hydrogen membentuk asam
hydrogen halide, dan reaktifitasnya dengan hydrogen semakin berkurang
dari atas ke bawah dalam golongan VIIA. Asam Fluorida dengan gas
hydrogen sangat eksplosif namun menjadi berkurang jika asamnya adalah
asam iodida.

Unsur Unsur Golongan VIII A


Kelompok unsur golongan ini adalah: He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn
yang disebut juga kelompok unsur gas mulia, dengan memiliki
konfigurasi elektron terluar yaitu (ns2 np5, n 2). Helium adalah gas
mulia yang paling tinggi energi ionisasinya dibanding unsur gas mulia
yang lain, sebab elektron terluarnya langsung berinteraksi dengan inti.
Kelompok unsur ini disebut juga unsur-unsur lembam yang sangat stabil
namun sejak tahun 1962 sudah ada beberapa unsur gas mulia yang
sudah dapat disintesis senyawanya, diantaranya adalah: XeF2, XeF4,
XeF6, Cs2XeF8, XeOF4, XeO3, XeO4, RbXeO7, dan lain-lain.

Sifat Oksida Unsur Perioda Tiga


Salah satu cara lain untuk membandingkan sifat-sifat unsur adalah
membandingkannya dalam satu perioda.
Beberapa reaksi yang berkaitan dengan senyawa oksida pada
perioda tiga adalah sebagai berikut:
1. Reaksi oksida natrium: Na2O(p) + 2 H2O(c) → 2NaOH(aq)
2. Reaksi oksida aluminium: Al2O3(p) + 6HCl(c)→ 2AlCl3(aq) + 3H2O(c)
3. Reaksi oksida magnesium: MgO(p) + 2HCl(c) → MgCl2(aq) + H2O(c)
MgO(p) + 2NaOH(c) → Mg(OH)2(aq) + H2O(c)
4. Reaksi oksida silicon: SiO2(p) + 2NaOH(c) → Na2SiO3(aq) + H2O(c)
5. Reaksi oksida posfor: 2P2O5(p) + 6H2O(c) → 4H3PO
6. Reaksi oksida sulfur: SO3(g) + 2H2O(c) → H2SO4
7. Reaksi oksida klor: Cl2O7(g) + 2H2O(c) → 2HClO4(aq)

Perbandingan Unsur Golongan IA dan IB


Apabila kita membandingkan kelompok unsur pada golongan IA
khususnya logam alkali dengan kelompok unsur golongan IA khususnya
logam alkali dengan kelompok unsur golongan IB yaitu: Cu, Ag dan Au
(Tembaga, Perak dan Emas), maka kita dapat sampai pada kesimpulan
bahwa meskipun kedua kelompok unsur tersebut mempunyai
konfigurasi elektron terluar yang sama (sama-sama pada sub kulit ns1),
namun memiliki sifat kimia yang berbeda.
Berdasarkan data energi ionisasi misalnya diperoleh bahwa energi
ionisasi unsur-unsur golongan IB (Cu, Ag, dan Au), masing-masing
adalah: 754 kj/mol, 731 kj/mol, dan 890 kj/mol, yang jauh lebih besar
daripada energi ionisasi kelompok unsur logam alkali. Dari data tersebut
memberikan gambaran bahwa unsur golongan IB jauh kurang reaktif jika
dibandingkan dengan kelompok unsur golongan alkali. Kondisi ini
disebabkan karena kelompok unsur pada golongan IB memliliki orbital d
yang terletak di bagian dalam orbital s yang belum terisi penuh, akibatnya
elektron terluar orbital s tertarik lebih kuat ke dalam inti.

Anda mungkin juga menyukai