Anda di halaman 1dari 21

BAB II

SISTEM PERODIK UNSUR

Sasaran pembelajaran dari bab ini adalah mahasiswa mampu:


1. Mengetahui perkembangan sistem klasifikasi unsur
2. Menjelaskan beberapa sifat fisika dan kimia unsur
3. Menjelaskan sifat-sifat kimia unsur Gol. IA – VIIIA
4. Menjelaskan sifat oksida unsur periode ke tiga

2.1 Pendahuluan

Skema klasifikasi unsur dalam tabel berkala yang kita kenal sekarang ini
ditemukan secara simultan dan bertahap oleh beberapa ahli yang hasil
penemuannya saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung dalam
terciptanya sistem periodik unsur-unsur yang tersusun dalam suatu tabel berkala.
Pandangan beberapa ahli diuraikan secara berturut-turut sampai terbentuknya
tabel periodik modern sekarang adalah sebagai berikut :

2.1.1 Triade Dobereiner

Pada permulaan abad ke-19, setelah teori atom Dalton disebarluaskan,


massa atom relatif merupakan sifat yang digunakan untuk membedakan suatu
unsur dari unsur yang lain. John W. Dobereiner adalah orang pertama yang
menemukan adanya hubungan antara sifat unsur dan massa atom relatif. Pada
tahun 1817, ia menemukan beberapa kelompok tiga unsur yang mempunyai
kemiripan sifat yang ada hubungannya dengan massa atom relatif, seperti :
Litium Kalsium Klor
Natrium Stronsium Brom
Kalium Barium lod
Kelompok tiga unsur ini disebut triade. Dobereiner mengamati bahwa,
massa atom relatif (Ar, atomic relative) brom adalah 80 yang kira-kira sama
dengan setengah dari jumlah massa atom relatif klor (35) dan yod (127). Massa
atom relatif Br = ½ (35 + 127) = 81. Meskipun triade ini masih jauh dari

II-1
sempurna namun penemuannya ini mendorong orang menyusun daftar unsur-
unsur yang sesuai dengan sifatnya.

2.1.2 Hukum Oktaf Newlands

Pada tahun 1865, John Newlands menemukan hubungan lain antara sifat
unsur dan massa atom relatif, sesuai dengan hukum yang disebutnya Hukum
Oktaf. Ia menyusun unsur dalam kelompok tujuh unsur, dan setiap unsur
kedelapan mempunyai sifat mirip dengan unsur pertama dari kelompok
sebelumnya (sama halnya dengan Oktaf dalam nada musik).
Li Be B C N O F
Na Mg Al Si P S Cl
K Ca Cr Ti Mn Fe
Meskipun ada hal yang tidak dapat diterima, misalnya Cr tidak mirip
dengan Al, Mn tidak mirip dengan P, Fe tidak mirip dengan S, tetapi usahanya
telah menuju ke usaha yang tepat untuk menyusun suatu daftar unsur.

2.1. 3 Daftar Mendeleev

Dalam waktu 3 tahun setelah NewLands mengumumkan “Hukum Oktaf”,


Lothar Meyer dan Dimitri Ivanovich Mendeleev yang bekerja di tempat terpisah
menemukan hubungan yang lebih terperinci antara massa atom relatif dengan
sifat unsur. Kedua sarjana ini menemukan keperiodikan unsur-unsur jika unsur-
unsur tersebut diatur menurut kenaikan massa atom relatif. Dalam mempelajari
keperiodikan unsur-unsur, Meyer lebih menekankan perhatiannya pada sifat-sifat
fisika. Ia membuat grafik dengan mengalurkan volume atom unsur terhadap
massa atom relatif. Volume atom unsur diperoleh dengan cara membagi massa
atom relatif terhadap kerapatan unsur. Grafik menunjukkan unsur-unsur yang
sifatnya mirip, terletak di titik-titik atau ditempat tertentu dalam setiap bagian
grafik yang mirip bentuknya. Misalnya unsur-unsur alkali (Na, K, Rb) terdapat di

II-2
puncak grafik; ini menunjukkan ada hubungan antara sifat unsur dengan massa
atom relatif.
Pada tahun 1869, Mendeleev berhasil menyusun suatu daftar terdiri atas
65 unsur yang telah dikenal pada waktu itu. Selain dari sifat fisika, ia
menggunakan sifat-sifat kimia untuk menyusun daftar unsur-unsur berdasarkan
kenaikan massa atom relatif . Mendeleev mengungkapkan suatu hukum yang
disebut hukum periodik yang berbunyi : sifat unsur-unsur merupakan fungsi
berkala massa atom relatif.
Beberapa pendapat dikemukakan sebagai perbaikan dalam penyusunan
tabel periodik yang dilakukan Mendeleev adalah sebagai berikut :
1. Jalur khusus disediakan untuk unsur-unsur yang dikenal
sebagai unsur transisi
2. Beberapa tempat dikosongkan untuk unsur-unsurnyang belum
ditemukan pada waktu itu yang mempunyai massa atom 44, 68, 72 dan 100.
3. Harga massa atom relatif yang dianggap tidak tepat dikoreksi,
misalnya massa atom relatif Cr bukan 43,3 tapi 52,0.
4. Sifat unsur-unsur yang belum dikenal, misalnya ekasilikon
(Ge) diramalkan.
Keuntungan dari daftar berkala Mendeleev dalam memahami sifat-sifat
unsur adalah sebagai berikut :
1. Sifat fisika dan kimia unsur berubah secara teratur dalam satu golongan.
2. Valensi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur-unsur dalam golongan yang
sama dengan nomor golongan unsur.
3. Perubahan sifat kimia yang mendadak dari unsur halogen yang sangat
elektronegatif ke unsur alkali yang sangat elektropositif menunjukkan adanya
sekelompok unsur yang tidak bersifat elektronegatif maupun elektropositif.
4. Mendeleev meramalkam sifat unsur yang belum ditemukan, yang akan
mengisi tempat kosong yang dalam daftar.

2.1. 4 Sistem Periodik Modern

II-3
Daftar unsur disusun berdasarkan konfigurasi elektron dari atom unsur-
unsur. Unsur-unsur dengan konfigurasi elektron yang mirip mempunyai sifat-sifat
kimia yang mirip. Jadi sifat kimia ada hubungannya dengan konfigurasi elektron.
Hubungan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Elektron-elektron tersusun dalam orbital
b. Hanya dua elektron saja yang dapat mengisi setiap
orbital.
c. Orbital-orbital dikelompokkan dalam kulit.
d. Hanya n2 orbital yang dapat mengisi kulit ke-n.
e. Elektron bagian terluar dari atom yang paling
menentukan sifat kimia. Elektron ini yang disebut elektron valensi. Reaksi
kimia menyangkut elektron terluar.
f. Unsur dalam suatu jalur vertikal mempunyai sruktur
elektron terluar yang sama. oleh karena ini mempunyai sifat kimia yang mirip.
Jalur ini disebut golongan.
g. Pada umumnya dalam suatu golongan sifat unsur
berubah secara teratur.
h. Perubahan teratur sifat kimia dalam satu jalur horisontal dalam sistem periodik
disebut periode.
Berdasarkan sistem periodik modern, ada berbagai macam orbital yang
dikenal dengan bentuk berbeda yaitu:
i. Orbital s : satu orbital setiap kulit
ii. Orbital p : tiga orbital setiap kulit
iii. Orbital d : lima orbital setiap kulit
iv. Orbital f : tujuh orbital setiap kulit

Istilah orbital inilah yang disebut dengan sub kulit, yang biasa dipakai
dalam pengelompokan unsur menjadi empat blok berdasarkan struktur elektron
atau konfigurasi elektron terutama elektron terluar, yaitu :
Unsur-unsur blok s n s1,2
Unsur-unsur blok p ns2 np1….6

II-4
Unsur-unsur blok d (n-1)d1….10 ns2
Unsur-unsur blok f (n-2)f1…..14 (n-1)d1 ns2
Secara umum dapat diperlihatkan pembagian empat blok tersebut dalam
tabel berkala atau sistem periodik unsur-unsur seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan sistem periodik panjang

Unsur-unsur blok s dan p biasanya disebut unsur-unsur golongan utama. Unsur-


unsur transisi dalam yang menyangkut 4f disebut lantanida dan yang
menyangkut 5f disebut aktinida. Tabel periodik panjang secara utuh dapat dilihat
pada Gambar 2.
2.2 Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Unsur
Karakter konfigurasi elektron suatu unsur dalam tabel berkala
meninjukkan perubahan secara periodik berdasarkan peningkatan nomor atom,
akibatnya unsur-unsur juga akan memperlihatkan perubahan karakter sifat secara
fisika dan kimiawi. Untuk menambah wawasan dalam memehami keterkaitan
antara beberapa sifat física unsur, maka terlebih dahulu kita bahas konsep
mengenai muatan Inti efektif.

II-5
II-6
2.3 Muatan Inti efektif

Konsep muatan Inti efektif membuat kita dapat memperhitungkan efek


lindungan atas sifat-sifat periodik unsur. elektron-elektron yang menyelimuti inti
suatu atom akan memberikan efek lindungan kepada inti tersebut terhadap pengaruh
elektron terluar. Adanya lindungan elektron akan mengurangi gaya tarik elektrostatik
antara muatan positif proton dalam Inti dengan muatan elektron negatif terluarnya.
Selanjutnya gaya tolak menolak antara elektron-elektron dalam atom berelektron
banyak juga mengimbangi gaya tarik yang dipregunakan oleh inti.
Muatan inti efektif (Zeff) dinyatakan sebagai selisih antara muatan inti (Z)
dengan konstanta perlindungan atau shielding constant atau screening constant (σ)
yang nilainya bergantung pada elektron pada kulit dalam dan elektron pada kulit yang
sama. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:
Z eff = Z – σ
Sebagai contoh atom Natrium dan Magnesium dengan konfigurasi masing-masing
adalah :
11 Na = 1s2 2s2 2p6 2s1

12 Mg = 1s2 2s2 2p6 2s2

Untuk atom Na: Terdapat 8 (delapan) elektron yang merupakan elektron pada
kulit dalam yaitu orbital 2s2 dan 2p6 (2 + 6 = 8) dan tidak terdapat elektron pada kulit
yang sama sehingga nilai tetapan perlindungan (σ) = 8. Elektron terluar pada Na ada
satu sehingga dapat terbentuk Na+ artinya 1 elektron terluar tersebut terlindungi dari
tarikan inti oleh elektron pada kulit dalam saja sehingga membutuhkan energi ionisasi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan pelepasan satu elektron pada Mg menjadi
Mg+. Untuk atom Mg: terdapat 8 (delapan) elektron yang merupakan elektron pada
kulit dalam yaitu pada orbital 2s2 dan 2p6 (2 + 6 = 8) dan terdapat satu elektron pada
kulit luar yang sama yaitu pada orbital 2s 2, jadi 1 elektron pada kulit luar yang sama
+8 elektron pada kulit dalam = 9 elektron, sehingga nilai tetapan perlindungan (σ) =

II-7
9. Artinya tetapan perlindungan (σ) elektron terluar terhadap tarikan inti Mg > Na,
sehingga energi ionisasi pertama Mg menjadi Mg+ < energi ionisasi Na menjadi Na+.
Cara lain untuk menggambarkan efek perlindungan elektron terluar terhadap
tarikan inti adalah dengan melihat energi yang diperlukan untuk melepaskan satu
elektron terluar dari atom yang bersangkutan. Contohnya adalah untuk melepaskan
elektron pertama dari atom helium diperlukan energi sebesar 2373 kj dan untuk
pelepasan elektron kedua diperlukan energi sebesar 5252 kj, alasan utama besarnya
ionisasi kedua adalah tidak adanya elektron yang memberikan kontribusi terhadap
tetapan perlindungan sehingga elektron merasakan tarikan penuh oleh inti. Jika atom
berelektron banyak, maka efek konstanta perlindungan (σ) yang diakibatkan karena
pengaruh elektron pada kulit sebelah dalam lebih besar jika dibandingkan dengan
elektron pada kulit yang sama.

2.4 Energi Ionisasi

Pemahaman tentang keperiodikan unsur-unsur dapat diperoleh dengan


mempelajari energi ionisasinya. Secara kontekstual energi ionisasi merupakan energi
yang dibutuhkan oleh suatu atom untuk melepaskan elektron terluar dalam keadaan
berbentuk gas. Kemampuan pembentukan ikatan kimia yang menentukan juga sifat
kimia unsur erat kaitannya dengan mudah atau tidaknya atom melepaskan elektron.
Ada 3 faktor yang menentukan besarnya harga ionisasi :
1. Muatan inti efektif
2. Jarak muatan elektron dan inti
3. Sekatan yang diberikan orbital berenergi rendah
Pengaruh sekatan ini timbul karena tolak menolak antara elektron dalam
orbital terisi penuh (atau setengah) dan elektron yang harus dilepaskan dari orbital
terluar. Pola yang muncul jika energi ionisasi dialurkan terhadap nomor atom :
1. Unsur-unsur gas mulia He, Ne, Ar, Kr berada di puncak
2. Unsur-unsur alkali Li, Na, Rb berada di lembah

II-8
3. Terdapat puncak kecil dan lembah kecil di lereng
Sepanjang periode, energi ionisasi bertambah. Dibandingkan dengan Li, Be
mempunyai tambahana satu elektron dan satu proton. Kenaikan energi ionisasi disini
disebabkan oleh muatan yang bertambah. Pada periode kedua terdapat dua patahan
dalam grafik (Be  B dan N  O). Hal ini dapat dijelaskan dengan efek sekatan.
Energi ionisasi Boron lebih kecil dari energi ionisasi berilium. Pada boron, orbital 2s
terisi penuh (2s2) dan sekatan orbital 2s menjadi kuat sehingga memperkecil energi
ionisasi. Jadi energi ionisasi (EI) selalu meningkat sesuai urutan sebagai berikut : EI 1
< EI2 < EI3 <...
Energi ionisasi pertama untuk kebanyakan unsur dalam tabel periodik telah
ditentukan secara eksperimen, yang disimpulkan sebagai berikut:
1. Energi ionisasi unsur-unsur golongan A menurun dari atas ke bawah dalam satu
golongan. Sebagai contoh energi ionisasi unsur golongan IA yaitu Li adalah 520
kj/mol dan K adalah 419 kj/mol.
2. Dari kiri ke kanan dalam suatu periode, energi ionisasi meningkat secara
bertahap. Gas-gas mulia mempunyai nilai energi ionisasi yang relatif lebih tinggi
sesuai dengan sifat non reaktif dan kestabilan struktur delapan elektron pada kulit
terluarnya, jika dibandingkan dengan unsur yang lain.

2.5 Afinitas Elektron

Afinitas elektron suatu unsur didefinisikan sebagai energi yang dilepaskan


atau dibutuhkan apabila suatu atom netral dalam keadaan gas menerima sebuah
elektron dari luar.
Contoh :
Cl (g) + e  Cl- (g) ∆E = -3,615 ev
Semakin besar afinitas elektron suatu unsur maka energi yang dilepaskan
semakin besar (nilai negatif ∆E bertambah) sedangkan unsur-unsur gas yang
memiliki ∆E positif berarti bahwa unsur-unsur tersebut membutuhkan energi untuk

II-9
membutuhkan ion negatif. Afinitas elektron suatu unsur ditentukan oleh tiga faktor
yaitu muatan inti, jari-jari atom, dan konfigurasi elektron. Bila muatan inti atom
makin besar maka afinitas elektron makin besar sedangkan semakin besar jari-jari
atom atau semakin besar ukuran atom, semakin kecil afinitas elektron.

2.6 Jari-Jari Atom

Jari-jari unsur logam didefinisikan sebagai setengah jarak terpendek antara


dua inti dalam padatan. Untuk atom non-logam jari-jari kovalen didefinisikan
sebagai panjang ikatan kovalen tunggal antara dua inti atom yang identik . Dalam
suatu periode, jari-jari atom dari kiri ke kanan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan
bertambahnya muatan inti sehingga tarikan terhadap elektron makin kuat. Dalam
suatu golongan, jari-jari dari atas ke bawah makin bertambah besar oleh karena
ukuran orbital meningkat dengan meningkatnya bilangan kuantum. Meskipun muatan
inti bertambah namun muatan inti efektif oleh pengaruh elektro hampir tidak berubah
karena sekatan kulit terdalam yang terisi penuh. Jika pengisian kulit dilanjutkan,
maka elektron terluar makin jauh dari inti.

2.7 Keelektronegatifan dan kepolaran

Keelektronegatifan dipandang sebagai kemampuan relatif suatu atom menarik


pasangan elektron ikatannya. Dalam satu periode, harga keelektronegatifan dari kiri
ke kanan ,makin besar. Dalam satu golongan, harga keelektronegatifan dari atas ke
bawah makin kecil.Skala nilai elektronegatifitas yang digunakan secara luas
didasarkan pada penilaian energi ikatan yang dikemukakan oleh Linus Pauling.
Nilai elektronegatifitas skala Linus Pauling diperoleh melalui suatu korelasi
ekstensif dari energi ikat dalam bentuk energi resonansi ionik (Ionic Resonance
Energy = IRE). Nilai IRE diperoleh dari hasil penjumlahan energi ikat teoritis rata-
rata yang terhitung dengan energi ikat sesuai percobaan atau yang terukur. Secara
sederhana persamaan Linus Pauling dirumuskan sebagai berikut:

II-10
(∆EN)2 x 96 = IRE
Dimana : (∆EN) adalah selisih elektronegatifitas unsur,
IRE = Energi resonansi ionik atau selisih energi ikat terhitung rata-rata
dengan energi ikat terukur dan 96 = konstanta Linus Pauling.

Contoh Soal :
Jika energi ikat H-H adalah 435kj/mol, Cl-Cl adalah 243 kj/mol, dari hasil percobaan
diperoleh energi ikat total adalah 431 kj/mol, tentukanlah keelektronegatifan Cl
apabila elektronegatifitas H = 2,20.

Pembahasan :
(∆EN)2 x 96 = IRE
dimana IRE = {½ (435 + 243)}- 431 = 92
jadi (∆EN)2 x 96 = 92  ∆EN = (0,96)½ = 0,98
Karena EN (H) = 2,20, maka EN(Cl) = 2,20 + 0,98 = 3,18
Berdasarkan Tabel Periodik EN(Cl) = 3,19.

Kepolaran suatu ikatan kimia dapat ditunjukkan oleh perbedaan


elektronegatifitan dari dua atom. Misalnya dapat diramalkan bahwa ikatan F-Cl, lebih
polar dari ikatan CL-Br, perbedaan keelektronegatifan antara dua atom dalam
senyawa F-Cl dan Cl-Br berturut-turut adalah 4,0-3,0 = 1,0 dan 3.0 – 2,8 = 0,2. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa ramalan ini benar sebab perbedaan
keelektronegatifan F-Cl lebih besar dari CL-Br sehingga betuk bahwa F-Cl lebih
polar jika dibandingkan dengan Cl-Br. Perbedaan keelektronegatifan juga ada
hubungannya dengan kekuatan ikatan. Kekuatan ikatan bertambah jika perbedaan
keelektronegatifan kedua atom bertambah.

II-11
2.8 Logam dan Non Logam

Unsur-unsur dapat dibagi tiga, yakni : logam, metaloida dan non logam.
Logam adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik dan panas, mempunyai
sifat kilap dan sifat mekanik tertentu seperti kekuatan regang, mudah ditempa dan
liat. Unsur logam terdapat disebelah kiri sistem periodik dan semua unsur transisi
adalah pada umumnya adalah logam kecuali yang bersifat radioaktif. Ciri utama dari
logam aktif golongan IA dan IIA adalah kecenderungannya melepaskan elektron kulit
terluarnya sehingga menghasilkan ion positif, dengan konfigurasi elektron
menyerupai gas mulia.
Unsur non logam terletak di sebelah kanan sistem periodik. Unsur ini tidak
bersifat logam dan umumnya berbentuk serbuk atau gas pada keadaan normal. Unsur-
unsur non-logam adalah atom-atom yang dapat mencapai konfigurasi elektron gas
mulia dengan cara menerima alektron. Unsut metaloida memiliki sifat di antara sifat
logam dan nin-logam. Batas antara logam dan non-logam tidak tajam; pada batas ini
terletak metaloida. Masih belum ada kesepakatan tentang unsur-unsur metaloida.
Pada umumnya B, Si, Ge, As, Sb, dan Te adalah unsur metaloida. Umumnya
kelompok unsur metaloida dapat digunakan sebagai acuan pengelompokan unsur
logam dan non-logam. Unsur logam berada di sebelah kiri kelompok unsur metaloida
dan unsur-unsur non logam terletak di sebelah kanan kelompok unsur metaloida
dalam tabel periodik.

2.9 Kecenderungan Umum Sifat Kimia Unsur

Umumnya telah diketahui bahwa unsur-unsur dalam golongan yang sama


mempunyai kelakuan kimia yang sama atau mirip satu sama lain oleh karena
memiliki konfigurasi elektron terluar yang sama. Meskipun demikian penerapan
konsep tersebut harus secara hati-hati tidak serta merta dapat digeneralisasi pada
semua unsur oleh karena ada beberapa yang bersifat berbeda diantaranya adanya
hubungan sifat kemiripan sifat secara diagonal.

II-12
Kemiripan unsur secara diagonal adalah kemiripan kelakuan kimia antara
sepasang unsur dalam golongan dan perioda berbeda dalam tabel periodik.
Khususnya tiga anggota pertama periode kedua yaitu : Li, Be dan B, memperlihatkan
kemiripan sifat kimia dengan unsur yang letaknya diagonal dengannya pada periode
ketiga yaitu : Mg, Be dengan Al dan B dengan Si.

C
Li Be B

Na Mg Al Si

Dengan membandingkan unsur-unsur dalam golongan yang sama sebaiknya


melakukan perbandingan yang benar misalnya unsur-unsur logam golongan IA
dengan golongan IIA dan unsur golongan non-logam misalnya pada golongan VIIA
dan VIA. Khusus untuk golongan IIIA sampai IVA, dimana ternyata terjadi
perubahan karakter unsur dari logam ke metaloida lalu ke sifat non-logam walaupun
terdapat kemiripan konfigurasi elektron terluar.

2.10 Sifat Kimia Unsur dalam Golongan

2.10.1 Unsur Hidrogen

Posisi yang tepat untuk unsur hidrogen sulit ditentukan letaknya dimana
dalam tabel periodik oleh karena sifat fisika dan kimianya yang sangat beragam,
namun karena unsur dalam tabel periodik disepakati disusun secara berkala
berdasarkan kenaikan nomor atom, maka unsur hidrogen diletakkan dalam golongan
IA. Hidrogen mirip dengan logam alkali karena memiliki satu elektron terluar pada
kulit s, dengan konfigurasi 1s1 (hidrogen nomor atom =1). Dapat membentuk ion H+
yang terhidrat dalam larutan berair berbentuk ikatan kovalen, dapat pula membentuk
ion H- (ion hibrida) yang cukup relatif jika berada dalam air sehingga cenderung
berbentuk ionik. Bentuk hibrida tersebut menyerupai golongan anion halida yaitu : F-,
Cl-, Br- dan I-. Wujudnya merupakan gas yang tidak berwarna dan umumnya di alam

II-13
berbentuk molekular. Salah satu keistimeaan sifat unsur hifrogen adalah jika terbakar
di udara akan membentuk air.
2H2(g) + O2(g)  2H2O(g) 2H2O(c)
2.10.2 Unsur-Unsur Golongan IA

Pada bagian ini dikhususkan pada logam alkali (Li, Na, K, Rb dan Cs) dengan
konfigurasi elektron terluar (ns1, n > 2). Logam alkali mempunyai energi resonisasi
rendah dan kecenderungan nya kuat melepaskan elektron valensi tunggalnya,
cukup reaktif sehingga jarang ditemukan secara lebar didalam. Logam alkali dapat
bereaksi dengan air membentuk hidroksida logam alkali dengan melepaskan gas
hidrogen, dapat membentuk oksida, perioksida bahkan superioksida yang
ketiganya menghilangkan bentuk kilapan logamnya. Selain Litium yang hanya dapat
membentuk oksida, maka logam alkali yang lain dapat membentuk peroksida dan
untuk K, Rb dan Cs dapat pula membentuk superoksida logam alkali artinya
reaktifitas logam alkali dengan oksigen meningkat dari atas ke bawah dalam
golongannya.
Perbedaan karakter oksida logam alkali salah satunya disebabkan oleh kekuatan
ikatan antara kation dan anion pembentuknya, sebab semua oksida, peroksida, dan
superoksida adalah ikatan ionik. Misalnya Litium kestabilan oksidanya lebih besar
dan bentuk superoksidanya sangat tidak stabil sehingga peroksida Litium sulit sekali
ditemukan stabil dan eksis di alam. Demikian pula logam alkali yang lain yakni
Natrium dapat membentuk oksida dan peroksida, bahkan K, Rb, dan Cs selain dapat
membentuk oksida dan peroksida juga superoksida karena kestabilannya. Peroksida
logam alkali juga dapat bereaksi dengan gas CO 2 membentuk garam karbonat dan
melepaskan gas oksigen. Logam alkali juga dapat bereaksi dengan asam membentuk
garam dan gas hydrogen. Beberapa reaksi yang berkaitan dengan pernyataan tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Reaksi hidroksida logam alkali: 2M(p)+2H2O → 2MOH(aq) + H2(g), (M=logam)


2. Reaksi pembentukan Litium Oksida: 4 Li(g) + O2(g) → 2Li2O(p)
3. Reaksi pembentukan Natrium Peroksida: 2 Na(p) + O2(g) → 2Na2O
4. Reaksi pembentukan Kalium Superoksida: K(p) + O2(g) → KO2(p)

II-14
5. Reaksi logam alkali dengan asam: 2 M(p) + 2HX(aq) → 2MX(aq) + H2(g)
6. Reaksi pembentukan logam alkali dengan gas CO2 dan melepaskan oksigen:
2M2O2(p) + 2CO2(g) → 2M2CO3(p) + O2(g)

2.10.3 Unsur-Unsur Golongan IIA

Logam –logam alkali tanah adalah : Be, Mg, Ca, Sr dan Ba, logam ini juga
cukup reaktif namun tidak sereaktif jika dibandingkan dengan logam alkali.
Konfigurasi elektron terluarnya adalah (ns2,>2), memiliki kecenderungan
melepaskan kedua elektron terluarnya membentuk ion M 2+ dengan bentuk
konfigurasinya menyerupai konfigurasi gas mulia yang stabil dan karakter ini
meningkat dari Berilium ke Barium. Energi ionisasi pertama dan kedua dari logam
ini menurun dari Berilium sampai ke Barium dan khusus untuk Berilium di alam
lebih cenderung berbentuk molecular disbanding berbentuk ionik terutama oksidanya
berbentuk oksida amfoter bukan oksida logam yang bersifat basa.
Reaktifitas logam alkali tanah dengan air sangat berbeda-beda yaitu, Berilium
tidak bereaksi dengan air, Magnesium bereaksi lambat dengan air mendidih dan
Kalsium, Stronsium serta Barium cukup reaktif dengan air dingin. Dengan oksigen
juga bervariasi dan meningkat dari atas ke bawah dalam golongannya, Berilium dan
Magnesium dapat membentuk oksida di aats suhu kamar dan Kalsium, Stronsium,
serta Barium dapat membentuk peroksida ionik. Logam alkali tanah juga dapat
bereaksi dengan asam membentuk garam dan gas hidrogen. Beberapa contoh reaksi
yang berhubungan dengan logam alkali tanah adalah sebagai berikut:

1. Reaksi hidroksida logam alkali tanah:


M(p) + 2H2O(c) → M(OH)2(aq) + H2(g)
2. Reaksi pembentukan oksida yang bersifat amfoter:
2Be(g) + O2(g) → 2BeO(p)
3. Reaksi peroksida logam alkali tanah dengan gas CO2 dan melepaskan gas
oksigen: 2MO2(p) + 2CO2(g) → 2MCO3(p) + O2(g)
4. Reaksi logam alkali tanah dengan asam:
M(p) + 2HX(aq) → MX2(aq) + H2(g)

II-15
2.10.4 Unsur-Unsur Golongan III A

Kelompok unsur-unsur golongan ini adalah : B, Al, Ga, In, dan Tl dengan
konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np1 , n >2). Boron sebagai unsur pertama
bersifat metaloid dan unsur lainnya adalah logam, Boron juga tidak membentuk
senyawa ionik biner dan juga tidak reaktif dengan gas oksigen serta dengan air
namun cenderung berbentuk molekular. Unsur berikutnya adalah Aluminium dapat
dengan mudah membentuk oksida aluminium dengan udara.
Kelompok unsur golongan IIIA memiliki kecenderungan melepaskan elektron
terluarnya membentuk struktur M3+ suatu ion tripositif, namun kecenderungan ini
menurun dari atas ke bawah dalam golongannya. Boron dan Aluminium hanya
berbentuk ion tripositif M3+, namun unsur lain yakni Galium, Indium, dan Talium
dapat berbentuk ion unipositif M3+ dan tripositif M3+. Talium lebih stabil membentuk
Tl+ daripada Tl3+ hal ini karena adanya efek pasangan stabil oleh karena semakin
bertambahnya kulit dan orbital sebagai konsekuensi bertambahnya nomor atom unsur,
sehingga hanya satu elektron yang mungkin untuk dilepaskan Tl+. Contoh reaksi yang
berkaitan dengan unsur golongan IIIA adalah sebagai berikut:

1. Reaksi hidroksida dengan logam golongan IIIA:


2M(p) + 6H2O(c) → 2M(OH)3(p) + 3H2(g)
2. Reaksi pembentukan oksida yang bersifat amfoter: 4Al(p) + 3O2(g) → 2Al2O3
3. Reaksi logam golongan IIIA dengan asam
2Al(p) + 6HX(aq) → 2AlX3(aq) + 3H2(g)
2Tl(p) + 2HX(aq) → 2TlX(aq) + H2(g)

2.10.5 Unsur-Unsur Golongan IV A

Anggota unsur golongan IV A adalah: C, Si, Ge, Sn dan Pb, memiliki


konfigurasi elektron terluar yaitu ns2 np2 , n >2. Karbon merupakan unsur non-logam
, silikon dan Germanium adalah unsur metalloid serta stannum dan Plumbum
(Timah dan Timbal) adalah unsur logam, dimana Sn dan Pb ini tidak bereaksi dengan

II-16
air akan tetapi bereaksi dengan asam membentuk garam dan melepaskan gas
hydrogen. Di anatar beberapa jenis asam adalah asam-asam halide seperti HCl, HBr,
dan lain-lain, asam nitrat, asam asetat, asam sulpat, dan sebagainya.
Unsur-unsur golongan IVA ini jika membentuk senyawa dapat menggunakan
bilangan oksidasi +2 atau +4 tergantung kestabilan bilangan oksidasinya. Unsur
karbon dan silikon lebih stabil dengan menggunakan bilangan oksidasi +4, contohnya
CO2 (bilangan oksidasi C = +4) lebih stabil daripada CO (bilangan oksidasi C = +2),
dan SiO2 (bilangan oksidasi Si = +4) lebih stabil dari SiO (bilangan oksidasi S = +2)
pada suhu kamar. Kestabilan bilangan oksidasi +4 dari atas ke bawah semakin kecil
sebaliknya kestabilan bilangan oksidasi +2 dari atas ke bawah semakin besar,
sehingga Pb (timbal) lebih stabil berbentuk Pb2+ (contoh senyawa PbO) dari pada
Pb4+ (contoh senyawa timbale yang kurang stabil pada suhu kamar adalah PbO 2).
Beberapa contoh reaksi yang berkaitan dengan unsur golongan IVA adalah sebagai
berikut:

1. Reaksi pembentukan oksida non-logam: C(p) + O2(g) → CO2(g)


2. Reksi pembentukan Oksida Metaloid: Si(p) + O2(g) → SiO2
3. Reaksi pembentukan oksida logam: 2Pb(p) + O2(g) → 2PbO(g)
4. Reaksi logam golongan IVA dengan asam:
M(p) + 2HX(aq) → MX2(aq) + H2(g)

2.10. 6 Unsur- Unsur Golongan VA


Golongan VA memiliki kelompok unsur yaitu: N, P, As, Sb dan Bi dengan
konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np3, n >2). Dua unsur pertama yakni Nitrogen
dan posfor adalah non-logam, Arsen dan Antimon adalah metalloid serta Bismut
adalah logam yang kurang reaktif jika dibandingkan dengan logam-logam golongan
IA sampai golongan IVA. Unsur golongan VA memiliki kecenderungan menerima
tiga elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia yang stabil.
Nitrogen dapat bereaksi dengan oksigen membentuk banyak jenis oksida yaitu
NO, NO2, N2O, N2O4, dan N2O5, dimana semua jenis oksida tersebut berbentuk gas
kecuali N2O5 yang berbentuk padat. Nitrogen juga dapat bereaksi dengan logam
membentuk senyawa nitride (N3-) yang isoelektronik dengan gas mulia Neon, di

II-17
antara senyawa nitride yang dikenal adalah Li3N, Na3N, Mg3N2, dan lain-lain.
Nitrogen dan Posfor dapat berbentuk molekuler karena unsur tersebut adalah non-
logam yaitu N2 dan P4. Posfor dapat membentuk dua macam oksida yang berbentuk
padat yaitu: P4O6 dan P4O10.

2.10.7 Unsur –Unsur Golongan VI A


Kelompok unsur golongan VI A adalah: O, S, Se, Te dan Po, yang memiliki
konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np4 , n >2). Oksigen, sulfur dan selenium
adalah unsur-unsur non logam yang berbentuk molekular seperti O 2, O3, S8 dan Se8,
Telurium dan Polonium adalah metaloid, namun polonium bersifat radioaktif.
Dalam mencapai struktur yang stabil unsur-unsur golongan VIA cenderung
menerima dua elektron. Oksigen dapat dengan mudah menerima dua elektron
membentuk O2- namun oksigen dapat juga bereaksi dengan unsur lain dalam bentuk
peroksida (O-) dan juga dalam bentuk superoksida (O2-) dan semua senyawa oksida,
peroksida, dan superoksida yang dihasilkan berbentuk ionik.

2.10.8 Unsur-Unsur Golongan VII A


Semua unsur golongan halogen yaitu: F, Cl, Br, I dan At adalah non logam dan
dalam struktur berbentuk mlekular serta memiliki konfigurasi elektron terluar adalah
(ns2 np5 , n >2) namun unsur terakhir yaitu Astatin adalah unsur yang bersifat
radioaktif. Gas Fluor cukup reaktif dan dapat bereaksi dengan air membentuk asam
dan melepaskan gas oksigen.
Halogen memiliki energi ionisasi dan afinitas elektron negative yang cukup
besar, sehingga sangat besar kemungkinannya untuk menerima elektron membentuk
anion (X-) yang memiliki kesamaan dengan konfigurasi gas mulia yang stabil. Jadi
golongan halogen yang membentuk anion adalah isoelektronik dengan golongan gas
mulia tetangganya pada perioda yang sama seperti F- isoelektronik dengan Ne, Cl -
dengan Ar, dan lain-lain. Golongan VIIA dapat dengan mudah membentuk garam
dengan unsur golongan IA dan IIA, dengan gas hydrogen membentuk asam hydrogen
halide, dan reaktifitasnya dengan hydrogen semakin berkurang dari atas ke bawah

II-18
dalam golongan VIIA. Asam Fluorida dengan gas hydrogen sangat eksplosif namun
menjadi berkurang jika asamnya adalah asam iodida.

2.10.9 Unsur Unsur Golongan VIII A


Kelompok unsur golongan ini adalah: He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn yang disebut
juga kelompok unsur gas mulia, dengan memiliki konfigurasi elektron terluar yaitu
(ns2 np5, n 2). Helium adalah gas mulia yang paling tinggi energi ionisasinya
dibanding unsur gas mulia yang lain, sebab elektron terluarnya langsung berinteraksi
dengan inti. Kelompok unsur ini disebut juga unsur-unsur lembam yang sangat stabil
namun sejak tahun 1962 sudah ada beberapa unsur gas mulia yang sudah dapat
disintesis senyawanya, diantaranya adalah: XeF2, XeF4, XeF6, Cs2XeF8, XeOF4,
XeO3, XeO4, RbXeO7, dan lain-lain.

2.11 Sifat Oksida Unsur Perioda Tiga


Salah satu cara lain untuk membandingkan sifat-sifat unsur adalah
membandingkannya dalam satu perioda. Perbandingan yang dilakukan dengan
meninjau sederetan sifat-sifat senyawa yang mirip. Perioda yang dipilih adalah
perioda tiga dengan melihat beberapa karakter sifat asam basa senyawa oksidanya,
jenis kelogamannya, dan cara-cara sederhana membedakannya satu sama lain. Unsur
periode tiga adalah: Na, Mg, Al, Si, P, S, Cl, dan Ar yang jika membentuk oksida
maka akan menghasilkan senyawa: Na2O, MgO, Al2O3, SiO2, P2O5, SO3, dan Cl2O7,
Argon tidak dapat membentuk senyawa oksida sampai saat ini. Oksida berikut: Na 2O,
MgO, dan Al2O3 bersifat senyawa ionik dan kelompok oksida SiO 2, P2O5, SO3, dan
Cl2O7 adalah berbentuk molekuler yang ikatannya adalah ikatan kovalen. Oksida
Natrium dan Magnesium merupakan oksida basa namun kebasaan oksida Magnesium
sangat lemah sehingga lebih mudah bereaksi dengan air akan tetapi dapat bereaksi
dengan basa.
Oksida basa dengan mudah dikenali karena jika direaksikan dengan air
umumnya akan membentuk senyawa basa, oksida amfoter tidak dapat bereaksi
dengan air namun dapat berekasi dengan asam kuat ataupun basa kuat dan oksida
asam umumnya dapat bereaksi dengan air membentuk senyawa yang bersifat asam.

II-19
Cara tersebut dapat dilakukan terhadap senyawa oksida lain sebab secara umum
senyawa oksida dapat diklasifikasikan, apakah merupakan oksida asam, oksida basa,
atau oksida amfoter, apabila oksida tersebut direaksikan dengan air, asam, kuat, dan
basa kuat.
Beberapa reaksi yang berkaitan dengan senyawa oksida pada perioda tiga
adalah sebagai berikut:
1. Reaksi oksida natrium: Na2O(p) + 2 H2O(c) → 2NaOH(aq)
2. Reaksi oksida aluminium: Al2O3(p) + 6HCl(c)→ 2AlCl3(aq) + 3H2O(c)
3. Reaksi oksida magnesium: MgO(p) + 2HCl(c) → MgCl2(aq) + H2O(c)
MgO(p) + 2NaOH(c) → Mg(OH)2(aq) + H2O(c)
4. Reaksi oksida silicon: SiO2(p) + 2NaOH(c) → Na2SiO3(aq) + H2O(c)
5. Reaksi oksida posfor: 2P2O5(p) + 6H2O(c) → 4H3PO
6. Reaksi oksida sulfur: SO3(g) + 2H2O(c) → H2SO4
7. Reaksi oksida klor: Cl2O7(g) + 2H2O(c) → 2HClO4(aq)

2.12 Perbandingan Unsur Golongan IA dan IB


Apabila kita membandingkan kelompok unsur pada golongan IA khususnya
logam alkali dengan kelompok unsur golongan IA khususnya logam alkali dengan
kelompok unsur golongan IB yaitu: Cu, Ag dan Au (Tembaga, Perak dan Emas),
maka kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa meskipun kedua kelompok unsur
tersebut mempunyai konfigurasi elektron terluar yang sama (sama-sama pada sub
kulit ns1), namun memiliki sifat kimia yang berbeda.
Berdasarkan data energi ionisasi misalnya diperoleh bahwa energi ionisasi
unsur-unsur golongan IB (Cu, Ag, dan Au), masing-masing adalah: 754 kj/mol, 731
kj/mol, dan 890 kj/mol, yang jauh lebih besar daripada energi ionisasi kelompok
unsur logam alkali. Dari data tersebut memberikan gambaran bahwa unsur golongan
IB jauh kurang reaktif jika dibandingkan dengan kelompok unsur golongan alkali.
Kondisi ini disebabkan karena kelompok unsur pada golongan IB memliliki orbital d
yang terletak di bagian dalam orbital s yang belum terisi penuh, akibatnya elektron
terluar orbital s tertarik lebih kuat ke dalam inti.

II-20
SOAL LATIHAN

Soal sifat periodik unsur kimia


1. Tuliskan semua unsur gologan IA , IIA, IIIA, IV A, VA, VIA , VIIA dan
golongan VIII yang terdapat pada tabel Preodik unsur.
2. Jelaskan sifat-sifat kimia unsur Gol.1A - VIIIA
3. Apa sebabnya unsur Na ditempatkan digolongan IA, sedangkan Mg
ditempatkan digolongan II A, Al ditempatkan digolongan IIIA, C ditempatkan
digolongan IVA, N ditempatkan digolongan VA, O ditempatkan digolongan
VIA dan F ditempatkan digolongan VIIA.
4. Tuliskan semua nama unsur kimia yang terdapat pada periode 2 dan 3 yang
terdapat pada Tabel periodik unsur.
5. Jelaskan yang dimaksud dengan: a. Jari-jari atom b. energy ionisasi/potensial
ionisasi c. keelektronegatifan / elektronegatifitas. d. afinitas elektron.
6. a. Unsur yang mana yang mempunyai: jari-jari atom terbesar , energi ionisasi
terkecil, elektronegatifitas terbesar pada unsur golongan IA, II A, IIIA, IVA,
VA, VIA dan VIIA

b.Unsur yang mana yang mempunyai: jari-jari atom terbesar , energi ionisasi
terkecil, elektronegatifitas terbesar pada unsur periode ke-2 dalam Tabel periodik
unsure
7. Tuliskan konfigurasi elektron dari unsur yang nomor atom: 7, 13, 19, 21, 24, 29,
dan tentukan golongan , dan periode berapa pada tabel periodik unsur.
8. Tuliskan reaksi antara unsur golongan IA dengan H2O, O2, gas klor, asam
klorida
9. Tuliskan dan Jelaskan senyawa oksida unsur unsur perioda ke tiga (Na, Mg, Al, Si, P, S, Cl
dan Ar)

II-21

Anda mungkin juga menyukai