IKATAN KIMIA
3. 1 Pendahuluan
Semua unsur berada dalam keadaan tidak stabil, kecuali unsur gas mulia, karenanya
unsur-unsur tersebut berproses untuk mencapai keadaan yang stabil sebagaimana
unsur gas mulia. Kestabilan masing-masing unsur dapat dicapai melalui interaksi dan
pembentukan ikatan dengan unsur lain baik sebagai homoatomik maupun sebagai
heteroatomik bahkan dapat membentuk poliatomik yang stabil, seperti pada makro
molekul atau polimer. Melalui ikatan kimia unsur-unsur kemudian membentuk
molekul ataupun benda-benda yang selanjutnya menyusun dan menjadi bagian dari
alam semesta. Ikatan kimia dapat terjadi akibat adanya interaksi elektronik, dalam
berbagai wujud dan mekanisme. Sehubungan dengan itu maka dikenal beberapa jenis
ikatan kimia antara lain: ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan logam, ikatan koordinasi,
ikatan hidrogen, dan ikatan Van Der Wells.
Ikatan Ion terjadi karena adanya gaya tarik menarik antar ion yang
bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif. Contoh, pada pembentukan
natrium klorida, atom Na dengan konfigurasi 1s2 2s2 2p63s1 menerima satu elektron
terluarnya, sehingga membentuk ion Na+ dengan konfigurasi elektron 1s22s22p6.
Sedangkan atom Cl dengan konfigurasi 1s22s22p63s23p5 menerima satu elektron
sehingga membentuk Cl- dengan konfigurasi 2s22p63s23p6.
III-1
Interaksi antara ion Na+ dan ion Cl_ kemudian menghasilkan ion Na+Cl - yang
mempunyai energi potensial yang lebih rendah bila dibandingkan dengan energi
potensial unsur-unsur tersebut secara terpisah.
III-2
ΔHf = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3 + ΔH4 + ΔH5
atau
ΔHf = S + I + ½ D + A + U
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa faktor utama dalam pembentukan
senyawa ion adalah energi ionisasi, afinitas elektron dan energi kisi. Dengan
demikian, suatu senyawa ion mudah terbentuk jika:
1. Energi ionisasi salah satu atom relative rendah
2. Afinitas elektron atom yang lain lebih besar (membentuk ion negatif)
3. Energi kisi besar
Energi kisi merupakan factor yang banyak menentukan sifat ion suatu
senyawa. Senyawa ion yang umum dijumpai adalah senyawa ion yang terbentuk dari
logam-logam golongan IA dan IIA, serta unsur-unsur non-logam dari golongan VIA
dan VIIA pada susunan berkala unsur. Mudah tidaknya atom membentuk ion
tergantung pada berbagai factor. Menurut Fayans, atom dapat membentuk ion
dengna mudah, jikalau struktur ion yang bersangkutan stabil, muatan ion kecil, dan
ukuran atom besar pada pembentukan kation (+) dan ukuran atom kecil pada
pembentukan anion (-). Ion akan stabil jikalau ion itu mempunyai konfigurasi elektron
gas mulia.
K 2.8.8.1 Br 2 . 8 . 18 . 7
K+ 2.8.8 Br 2 . 8 . 18 . 8
Ca 2.8.8.2 O 2.6
Ca++ 2.8.8 O-2 2.8
La 2 . 8 . 18 . 18 . 8 . 3 P 2.8.5
La3+ 2 . 8 . 18 . 18 . 8 P-3 2.8.8
Ag 2 . 8 . 18 . 18 . 1 Cd 2 . 8 . 18 . 18 . 2
Ag+ 2 . 8 . 18 . 18 Cd2+ 2 . 8 . 18 . 18
Berdasarkan aturan Fayans, maka unsur-unsur yang paling mudah
membentuk ikatan ion adalah unsur golongan IA dan VIIA. Unsur golongan IA yang
III-3
berbilangan kuantum besar pada keadaan dasar lebih mudah melepaskan elektron
terakhirnya. Hal ini berkaitan dengan energi orbitalnya sehingga gaya tarik antara
elektron dengan pusat inti tidak begitu kuat dibandingkan dengan elektron yang
jaraknya lebih dekat dengan inti atom. Misalnya unsur sesium (Cs) yang terletak di
periode 6 golongan IA, begitu mudah melepaskan elektron terluarnya sehingga
banyak dipakai dalam sel foto listrik.
Energi yang digunakan untuk melepaskan elektron kedua yang berbilangan
kuantum n = 3, 1 = 0, m = 0 dan s = ½ unsur magnesium pada pembentukan ion Mg2+
adalah 22,7 eV. Magnesium dapat membentuk ion Mg2+ disebabkan karena energi
interaksi yang besar antara ion Mg2+ dengan anion (misalnya ion O2- pada
pembentukan magnesium oksida).
Sifat senyawa ion antara lain adalah:
(1) Mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi
Ini disebabkan oleh besarnya energi termal yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan elektrostatik antara ion-ion yang terikat erat dalam kisi.
(2) Ion atau leburannya menghantar arus listrik
(3) Pada umumnya larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar
(4) Sangat keras dan getas (rapuh)
:N N: O C O
III-5
konsep orbital molekul. Demikian juga kepolaran air dengan sudut molekul 104,5o
tidak dapat dijelaskan oleh teori oktet.
Kadang ditemui senyawa kovalen yang cukup stabil tetapi tidak memenuhi
kaedah oktet. Di antaranya ada senyawa yang dikelilingi oleh kurang dari delapan
elektron seperti BeCl2 dan BCl3 (oktet tidak sempurna) dan ada senyawa yang
dikelilingi oleh lebih dari delapan elektron (oktet diperluas) seperti PCl5 dan SF6.
Contoh:
Cl 1s2 2s2 2p6 3s2 3px2 3py2 3pz1 : Ada satu elekton tunggal, jadi Cl
hanya dapat membentuk satu
ikatan kovalen (HCl, CCl4)
O 1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1 : Ada dua elektron tunggal,
sehingga O dapat membentuk dua
ikatan (H – O – H, O = O).
C 1s2 2s2 2px1 2py1 : Hanya ada dua elektron tunggal,
sedangkan C biasanya membentuk
empat ikatan (CH4).
B 1s2 2s2 2p1 : Hanya ada satu elekton tunggal,
sedangkan B dapat membentuk
tiga ikatan (BCl3)
III-6
P 1s2 2s2 2p6 3s2 3px1 3py1 3pz1 : Hanya ada tiga elektron tunggal,
sedangkan P dapat membentuk
lima ikatan (PCl5)
S 1s2 2s2 2p6 3s2 3px2 3py2 3pz1 : Hanya ada dua elektron tunggal,
sedangkan S dapat membentuk
enam ikatan (SF6).
III-7
3.4 Momen dipol (µ)
Misalkan dipol moment LiH teramati 5,9 D. Pada jarak antar muatan r = 1,60
Ao (100% ionik), µ terhitung = 7,7 D. jadi sifat ion ikatan adalah:
3.5 Elektronegativitas
Cara ini dilakukan dengan menggunakan tabel elektronegatifitas beberapa
unsur sebagai berikut:
Tabel 1. elektronegatifitas beberapa unsur
IA
H
2,10 IIA IIIA IVA VA VIA VIIA
Li Be B C N O F
0,97 1,50 1,50 2,00 3,00 3,50 4,10
Na Mg Al Si P S Cl
1,00 1,20 1,50 1,90 2,20 2,40 2,80
K Cd Ga Ge As Se Br
0,91 1,00 1,80 2,00 2,20 2,50 2,70
Rb Sr In Sn Sb Te I
0,89 0,99 1,60 1,70 2,20 2,00 2,20
Cs Ba Ti Pb Bi Po At
0,86 0,97 1,40 1,60 2,20 1,80 2,00
Sumber: Chemistry, Modern Introduction, F. Brescia Cs
III-8
Masalah yang timbul adalah, sampai seberapa jauh perbedaan nilai elektronegativitas
itu memberikan patokan terhadap jenis ikatan kovalen atau ionic? Untuk menjawab
masalah ini dibuat suatu perjanjian bahwa senyawa yang nilai elektronegativitasnya
lebih besar dari 1,5 akan membentuk senyawa ionic, sedangkan yang kurang dari 1,5
akan membentuk senyawa kovalen. Jikalau perbedaan elektronegativitas tidak
mendekati nol, senyawanya adalah polar, sebaliknya jikalau perbedaannya mendekati
nol, senyawanya adalah non-polar.
Contoh soal: Tentukan senyawa apakah molekul berikut ini:
AlBr3; AlF3, SiCl4; BrCl; SbH3
Penyelesaian:
Berdasarkan nilai elektronegativitas pada Tabel 1 dapat dilihat perbedaan nilai
elektronegativitas antar atom yang saling mengikat:
Al – Br: membentuk ikatan kovalen, jadi senyawa AlBr3 merupakan senyawa
1,5 2,7 kovalen (2,7 – 1,5 = 1,2 < 1,5)
Al – F: membentuk ikatan ion, jadi senyawa AlF3 merupakan senyawa ion
1,5 4,1 ion (4,1 – 1,5 = 2,6 > 1,5)
Si – Cl: membentuk ikatan kovalen, jadi senyawa SiCl4 merupakan senyawa
1,9 2,8 kovalen (2,8 – 1,9 = 0,9 < 1,5)
Br – Cl: membentuk ikatan kovalen, jadi senyawa AlBr3 merupakan senyawa
2,7 2,8 kovalen (2,8 – 2,7 = 0,1 < 1,5)
Sb – H: membentuk ikatan kovalen, jadi senyawa SbH3 merupakan senyawa
2,1 2,1 kovalen (2,1 – 2,1 = 0 < 1,5)
Ikatan ini disebut juga Ikatan kovalen dativ karena mirip dengan ikatan
kovalen tetapi hanya satu atom yang menyediakan dua elektron untuk dipakai
III-9
bersama (pasangan elektron pengikat berasal dari satu atom saja). Sebagai contoh
perhatikan cara pembentukan suatu kompleks BCl3 NH3 yang stabil, yang terbentuk
dari amonia dan boron triklorida.
Atom nitrogen dalam amonia mengandung dua elektron yang tidak terikat
(sepasang elektron bebas) sedangkan atom boron dalam boron triklorida kekurangan
dua elektron untuk mencapai struktur oktet yang stabil.
Pada reaksi di atas nitrogen dapat disebut donor pasangan elektron bebas
sedangkan boron adalah akseptor pasangan elektron bebas.
Ikatan logam ini adalah gaya yang mengikat atom satu terhadap atom yang
lain, dimana atom itu mengadakan penyusunan ulang elektron yang tidak
berpasangan sehingga menjadi ion. Ion-ion itu terletak pada jarak tertentu satu
terhadap yang lain sehingga membentuk suatu bidang kristal, dengan demikian ion
logam dihubungkan oleh elektron yang selalu bergerak di bidang kristal-kristal
tersebut.
Pada ikatan logam atom-atom saling berkaitan dengan cara pemakaian
bersama elektron oleh semua atom dalam kisi. Pada kisi terdapat ion positif logam
yang saling tolak menolak, akan tetapi terdapat juga tarik-menarik antara ion-ion
positif dengan elektron yang bebas bergerak di antaranya. Elektron-elektron
terdelokalisasi di antara ion-ion logam.
III-10
Logam-logam Na, hablurnya berbentuk kubus dengan ion Na+ terletak di titik
sudut jikalau ada arus listrik mengalir lewat hablur ini, maka elektron akan bergerak
ke logam Na yang cenderung bermuatan positif, dari tegangan rendah ke tegangan
tinggi; akan tetapi ion Na+ tetap di kisi-kisi kristal.
Dengan demikian, senyawa berikatan logam ini dapat menghantarkan arus
listrik. Sifat umum senyawa berikatan logam:
1. Penghantar panas dan penghantar listrik yang baik
2. Keras, mudah ditempa dan lentur
3. Suhu lebur dan suhu didihnya tinggi
4. Kristalnya mempunyai bilangan koordinasi yang tinggi
III-11
Contoh: polimer (HF)n
Ikatan hidrogen
Ikatan antara HF itu disebabkan oleh adanya gaya elektrostatik dan ikatan ini
sangat lemah.
Contoh lain: (H2O)n, alcohol (R–OH)n dan senyawa amina.
Yang dimaksud dengan ikatan V.D Waals adalah gaya yang timbul antara
atom/molekul pada jarak tertentu sehingga seolah-oleh terjadi senyawa baru pada
jarak tertentu atom/senyawa itu saling tarik menarik yang sangat lemah , akan tetapi
bila jarak ini dilampaui maka keduanya akan saling menolak sehingga keduanya
menjauhi dengan demikian atom/molekul berada dalam suatu ruangan pada jarak
tertentu satu terhadap yang lain.
III-12
molekul yang ditempati oleh elektron menurut energi yang meningkat. Cara ini
dikembangkan oleh Hund dan Milikan dan dikenal sebagai Teori Orbital Molekul.
Teori ini bertitik tolak dari atom-atom secara terpisah, ikatan antar atom ini
terjadi dengan cara saling bertindihan dari orbital-orbital atom, dimana masing-
masing mengandung sebuah elektron. Agar didapatkan molekul yang stabil, kedua
elektron itu harus mempunyai spin yang berlawanan sehingga didapatkan suatu harga
yang minimum pada kurva energi yang potensial.
Dengan spin yang sejajar tidak akan terbentuk ikatan yang stabil.
III-13
(c) molekul Cl-Cl (pertindihan p-p)
Pada ketiga contoh di atas terjadi pertindihan pada sumbu molekul. Kerapatan
elektron maksimal. Ikatan yang terbentuk disebut ikatan sigma (ikatan σ).
Ikatan Pi (π) akan terbentuk apabila pertindihan terjadi antara orbital-orbital
yang tegak lurus pada sumbu molekul. Jadi, ikatan ini terjadi antara orbital-orbital p
yang sejajar.
Ikatan ini dijumpai misalnya pada N2 (NN) dimana terdapat satu ikatan
sigma dan dua ikatan pi.
Pada teori ikatan valensi terdapat dua konsep penting yakni konsep resonansi
dan konsep hibridisasi.
Pembentukan ikatan dengan cara pertindihan dari dua buah orbital atom
mempunyai syarat bahwa masing-masing orbital itu hanya mengandung satu elektron
dan bahwa kedua elektron tersebut spinnya berlawanan. Perhatikan atom-atom Be, B,
dan C dengan susunan elekton sebagai berikut:
III-14
Berdasarkan susunan ini diharapkan bahwa Be akan bersifat seperti unsur gas mulia
(sulit membentuk ikatan), B hanya membentuk satu ikatan dan C membentuk dua
ikatan, kenyataannya:
Be dapat membentuk BeCl2 (bervalensi dua)
B dapat membentuk BCl3 (bervalensi tiga)
C dapat membentuk CCl4 (bervalensi empat)
Untuk dapat menerangkan ini dipostulatkan bahwa satu elektron dalam orbital 2s
dipindahkan ke orbital 2p.
III-15
senyawa BCl3 atom boron mengalami hibridisasi sp2 dengan ketiga orbital hibrid
terletak dalam satu bidang dan membentuk sudut 120o.
Demikian pula pada CCl4 atom karbon mengalami hibridisasi sp3; keempat
orbital hibrid sp3 ini terarah ke sudut-sudut suatu tetrahedron(sudut antara dua orbital
adalah 109o).
Disamping ketiga macam hibridisasi di atas ada beberapa contoh lainnya.
Suatu ikhtisar tentang orbital-orbital hibrid diberikan di bawah ini:
Orbital Jumlah
Bentuk geometric Contoh
hibrid ikatan
sp 2 Linier (diagonal) BeCl2, C2H2
BCl3, BCl3
sp2 3 Trigonal planar
C2H4, BO33-
CCl4, SnCl4
sp3 4 Tetrahedral
NH4+
2
Ni (CN)42-
dsp 4 Bujur sangkar planar
Cu(NH3)42+
sp3d 5 Trigonal bipiramidal PCl5
2 3
Fe (CN)3-
d sp 6 Oktahedral
Cr(NH3)63+
SF6, UF6,
sp3d2 6 Oktahedral
FeF63+
Umumnya senyawa-senyawa kompleks terbentuk sebagai senyawa hibrida,
melalui hibridisasi atom pusat, seperti pada contoh-contoh dalam table di atas.
Proses pembentukan senyawa hibrida d2sp3 pada Fe(CN)6-3 dan dsp2 pada
Ni(CN)4-2 adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan ion heksasianoferat(III)
Struktur elektron Fe, Fe3+ dan pembentukan orbital terhibridisasi sebagai berikut:
III-16
Senyawa tersebut dikenal sebagai senyawa kompleks dimana Fe sebagai
atom pusat dan CN- sebagai ligan. Senyawa tersebut terbentuk sebagai hibrid
d2sp3 dengan bentuk geometri molekul adalah oktahedral.
Pengukuran momen magnetik menunjukkan bahwa pada kompleks ini
terdapat satu elektron yang tak berpasangan, oleh karena itu senyawa ini bersifat
paramagnetik.
III-17
karbon, yaitu 1,39 Å, sedangkan panjang ikatan C – C adalah1,54 Å dan panjang
ikatan C = C adalah 1,34 Å. Secara eksperimen ditemukan pula bahwa kalor
pembentukan benzene dari C (g) dan H (g) sebesar 1315 kkal/mol, sedangkan
perhitungan dari struktur I atau II menghasilkan harga 1276 kkal/mol. Menurut
konsep ini struktur benzena yang sebenarnya bukan struktur I atau II, melainkan suatu
struktur (yang tak dapat digambarkan) yang terletak di antaranya. Struktur yang
sebenarnya beresonansi antara struktur I dan struktur II, atau merupakan hibrida
resonansi dari kedua struktur tersebut.
Orbital molekul terbentuk dari hasil interaksi antara dua atau lebih orbital
atom. Jika dua orbital atom berinteraksi maka akan dihasilkan dua orbital molekul
pula , demikian seterusnya. Distribusi elektron dalam molekul tidak lagi berada
pada orbital atom masing-masing pembentuk melainkan ditempatkan atau yang
dikenal dengan istilah terlokalisasi (terlokalisir) pada daerah tumpang tindih yang
kita kenal sebagai orbital molekul.
Ditinjau dari profil energinya maka orbital molekul terbagi dua, yakni orbital
molekul bonding (ikatan) yang dilambangkan dengan OM dimana orbital molekul
memiliki tingkat energi rendah. Sedangkan orbital molekul antibonding (anti ikatan)
ayng dilambangkan dengan OM* adalah orbital molekul yang memiliki energi lebih
tinggi.
III-18
Perhatikan bahwa setelah kedua orbital atom berinteraksi maka kerapatan
antara kedua inti menjadi tebal. Pada daerah tumpang tindih tersebut elektron
terlokalisir, sehingga merupakan daerah dimana probabilitas terbesar elektron dapat
ditemukan. Kuatnya ikatan yang terjadi dapat dibuktikan oleh kenyataan bahwa
kerapatan elektron di antara kedua inti menjadi besar.
Prinsip yang berlaku pada konfigurasi elektron dalam atom berlaku pula
pada konfigurasi elektron dalam orbital molekul, seperti aturan afbau , aturan
Pauli dan aturan Hund. Dalam menggambarkan diagram energi level orbital
molekul bonding (OM), yang energi levelnya lebih rendah dari energi level atom-
atom pembentuknya.
III-19
Adanya orbital molekul bonding dan anti bonding dapat dibuktikan dalam
studi spekstroskopi molekul. Pengisian elektron dalam orbital-orbital molekul sesuai
dengan pengisian elektron dalam orbital atom yaitu: (1) orbital dengan energi
terendah diisi lebih dahulu (2) dalam satu orbital molekul terdapat maksimum dua
elektron, (3) jika terdapat orbital molekul yang energinya sama, sedapat mungkin
elektron tidak berpasangan (aturan Hund).
Orbital molekul yang terbentuk dari orbital atom dapat berupa orbita molekul
sigma (s) atau orbital molekul pi (p). Masing-masing orbital molekul dapat
merupakan orbital molekul bonding dan orbital molekul anti bonding (s*, p*). Orbital
sigma adalah orbital molekul yang simetris terhadap sumbu ikatan, sedangkan orbital
pi mempunyai bidang nodal (bidang tanpa kerapatan elektron) yang terdapat pada
sumbu antar-inti. Orbital pi terbentuk dari orbital atom p yang sejajar. Sebagai sumbu
digunakan sumbu x, y, z. orbital molekul untuk molekul diatomic homonuklear yang
terbentuk dari orbital-orbital atom dapat dinyatakan sebagai berikut:
σ1s σ*1s terbentuk dari orbital atom 1s
σ2s σ*2s terbentuk dari orbital atom 2s
σ2pz σ*2pz terbentuk dari orbital atom 2pz
π2px π*2pz terbentuk dari orbital atom 2px
π2py π*2py terbentuk dari orbital atom 2py
Urutan tingkat energi dari orbital-orbital molekul mulai dari tingkat energi
terendah, ialah
σ1s < σ*1s < σ2s < σ*2s < σ2pz < π2px = π2py < π*2px = π2py < σ*2pz
III-20
Diagram tingkat energi orbital molekul dapat dilihat pada Gambar 4. Konfigurasi
elektron menurut teori orbital molekul H2, He2, dan Li2 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Molekul H2
Molekul He2.
Helium mempunyai nomor atom 2. Jika terdapat molekul He2 maka pada
molekul ini terdapat 4 elektron, sesuai dengan teori, elektron masuk ke orbital
molekul bonding σ1s dan orbital σ*1s dan konfigurasi elektronnya dapat ditulis:
III-21
Dalam molekul ini jumlah elektron dalam orbital anti ikatan sama banyak
dengan jumlah elektron dalam orbital bonding. Oleh karena itu, molekul He2 tidak
stabil, jadi dapat dikatakan bahwa molekul ini tidak pernah ada. Molekul He2 tidak
pernah ditemukan secara eksperimen. Yang pernah ditemukan adalah He22+ dan He2+.
He22+ [(σ1s)2]
He2+ [(σ1s)2 (σ*1s)1]
Oleh karena jumlah elektron dalam orbital ikatan lebih banyak dari jumlah
elektron dalam orbital anti ikatan , dapat diharapkan bahwa terdapat senyawa helium
yang stabil.
Molekul Li2
Dengan cara yang sama dengan molekul H2 dan He2 diperoleh konfigurasi
untuk molekul Li2 sebagai berikut:
Li2 : [(σ1s)2 (σ*1s)2 (σ2s)2]
Pada H2 dan Li2 terdapat masing-masing satu pasang elektron yang berbentuk
ikatan tunggal kovalen. Dalam teori orbital molekul, kestabilan ikatan kovalen
berhubugan dengan orde ikatan. Orde ikatan adalah setengah dari perbedaan jumlah
elektron dalam orbital ikatan dan dalam orbital anti ikatan. Orde ikatan (OI) dapat
diungkapkan sebagai
Nb–Na
OI =
2
Untuk He2:
Nb–Na 2–2
OI = = =0
2 2
III-22
III-23
*2pz
*2px *2py
2px 2py
2pz
*2s
ENERGI
2s 2s
2s
*1s
1s 1s
1s
SOAL TUTORIAL
III-24
Soal ikatan Kimia
1. Jelaskan dengan singkat tentang : a. Ikatan kimia, b. ikatan ion c. ikatan kovalen
d. ikatan kovalen koordinasi, e. ikatan hidrogen, dan ikatan Vanderwas. Berikan
contoh masing-masing 2
2. Jelaskan dengan singkat apa itu : a. ikatan sigma, b. ikatan phi, c Resonansi dan
d. Hibridisasi.
3. Tuliskan 4 perbedaan antara ikatan ion (senyawa ion) dengan ikatan kovalen
(senyawa kovalen)
4. Tuliskan rumus struktur lewis dari molekul berikut: BeCl2, CH4, BF3, H2O, SF6,
PCl5.
5. Jelaskan peranan pasangan elektron pada ikatan kimia
6. Gunakan data keelektronegatifan , sebutkan dan jelaskan apakah senyawa berikut
bersifat kovalen polar, kovalen non polar, atau bersifat ionik: BeCl2, CH4, BF3, H2O,
SF6, PCl5, HCl, AlCl3, NaCl, CO2, O2
7. Senyawa pada soal 4 yang tidak memenuhi kaida oktet atau duplet, jelaskan jawaban
anda
8. Buatlah konfigurasi elektron dari molekul atau ion berikut: O2, H2, N2- dan O2+.
9. Berapa orde ikatan pada molekul H2, He2, O2, N2 (Ar O=8 N=7)
10. Jelaskan dengan singkat mengapa molekul O2 bersifat paramagnetic
III-25