Anda di halaman 1dari 3

KONFIGURASI ELEKTRON: LANJUTAN UNTUK MENENTUKAN

ELEKTRON PADA ATOM BERDASARKAN PRINSIP TERTENTU

              Halo semua, masih ingat dengan salah satu materi kimia satu ini? Yaps,
konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron ini merupakan salah satu materi yang
paling mendasar untuk kita pelajari, selain itu materi ini juga telah kita dapatkan pada
saat duduk di bangku SMA, nah yang pastinya kalian sudah lupa kan ya? Jadi disini
akan dijelaskan kembali mengenai konfigurasi elektron tersebut beserta prinsip atau
aturan yang berlaku. Jadi konfigurasi elektron itu merupakan elektron-elektron yang
mengelilingi inti pada lintasan tertentu, yang dimana sekarang dikenal sebagai kulit
elektron. Lintasan elektron tersebut terletak paling dekat dengan inti sehingga
memiliki lambang yang dimana memiliki energi yang paling rendah. Jika lintasan
elektron tersebut semakin jauh, maka semakin tinggi energi yang didapatkan. Nah,
pada bagian kulit atom yang dekat dengan inti maka diberi lambang K, kemudian
untuk kulit kedua diberi lambang L, lalu kulit ketiga diberi lambang M, dan
seterusnya. Tiap kulit elektron tersebut hanya dapat ditempati sebanyak 2n2 elektron,
yang dimana  dengan n adalah nomor kulit atom tersebut. Untuk menentukan
konfigurasi elektron tersebut, yaitu dengan cara mengikuti prinsip atau aturan sebagai
berikut:

1.Prinsip Larangan Pauli


            Prinsip larangan pauli ini ditemukan oleh seorang fisikawan asal Austria
bernama Wolfgang Pauli. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak terdapat elektron dalam
satu atom yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Jika dua atom
yang memiliki nilai n, l, dan ml yang sama, maka kedua elektron tersebut harus
memiliki nilai ml yang berbeda, yang dimana kedua elektron tersebut harus
menempati orbital yang sama dan harus mempunyai spin yang berlawanan, atau
dengan kata lain bahwa setiap orbital itu memiliki maksimal dua elektron dan
memiliki bilangan kuantum spin yang berbeda. Arah spin yang berbeda itu dapat
digambarkan dengan arah panah ke atas dan ke bawah. Aturan ini juga menyatakan
bahwa untuk pemasangan dua elektron di dalam orbital yang terdegenerasi tidak akan
terjadi sebelum masing-masing orbital yang terdegenerasi tersebut terisi dengan satu
elektron. 

2.Diamagnetis dan Paramagnetis


          Prinsip larangan pauli merupakan salah satu prinsip untuk menemukan
konfigurasi elektron secara sederhana. Kemudian untuk menemukan konfigurasi
elektron pada atom juga dapat dilakukan dengan melalui paramagnetik dan
diamagnetik. Paramagnetik adalah suatu yang dapat ditarik oleh magnet. Kemudian
jika spin elektronnya berpasangan atau saling antiparalel, maka efek magnetiknya
saling meniadakan atau menghilang, sehingga disebut dengan diamagnetik karena
ditolak lemah oleh magnet. Dengan melalui pengukuran sifat magnetik ini dapat
memberikan bukti secara langsung mengenai konfigurasi elektron secara spesifik.
Kemudian berdasarkan dengan aturan Pauli menyatakan bahwa jika atom dengan
jumlah elektron yang ganjil, maka sifat atom tersebut paramagnetik, lalu sebaliknya
jika atom tersebut dengan jumlah elektron yang genap, maka atom tersebut bersifat
paramagnetik atau diamagnetik. 

3.Efek Perisai Pada atom Berelektron Banyak


           Dengan membandingkan konfigurasi elektron 1s2, 2s1 dan 1s2, 2p1, dalam kedua
orbital is ini diisi dengan dua elektron, karena orbital pada 2s dan 2p itu lebih besar
dibandingkan dengan orbital 1s, maka elektron yang berada di dalam orbital-orbital
tersebut akan menghabiskan sebagian besar waktunya di daerah yang lebih jauh dari
inti daripada orbital 1s. Sehingga dapat dikatakan bahwa elektron 2s dan 2p ini akan
di perisai atau dilindungi secara sebagian terhadap gaya tarik inti oleh elektron-
elektron pada orbital 1s tersebut. Kemudian untuk kerapatan elektronnya tersebut
akan berubah ketika bergerak menjauh dari inti atom dan bergantung dengan jenis
orbitalnya. Kerapatan di dekat inti lebih besar untuk elektron pada 2s dibandingkan
elektron pada 2p, karena pada elektron 2s akan menghabiskan sebagian besar
waktunya di dekat inti, sehingga orbital pada 2s ini dikatakan lebih menerobos
dibandingkan orbital pada 2p. Kemudian pada orbital 2s ini kurang dilindungi oleh
elektron-elektron dari 1s. Lalu jika bilangan kuantum utama (n) itu sama, maka
kekuatan untuk menerobos akan menurun sesuai dengan meningkatnya bilangan
kuantum momentum sudut (l) atau

a > p > d > f >….

Dengan kestabilan elektron tersebut dapat ditentukan oleh kekuatan ikatannya


terhadap ini, maka elektron pada 2s akan memiliki energi yang lebih rendah
dibandingkan elektron pada 2p. Hal ini dikarenakan energi yang diperlukan untuk
mengeluarkan elektron 2p itu terikat secara lemah oleh inti. Misalnya pada atom
hidrogen yang hanya memiliki satu elektron, sehingga tidak terdapat efek perisai
dalam atom tersebut.

4.Aturan Hund
           Jika kita menentukan  susunan elektron dengan kestabilan yang besar, maka
kita perlu menggunakan aturan Hund, yang dimana menyatakan bahwa susunan
elektron yang paling stabil di dalam subkulit adalah susunan dengan jumlah spin
paralel yang paling banyak. 

5.Aturan Umum Penempatan Elektron Pada Orbital Atom


          Berikut ini beberapa aturan yang perlu dilakukan untuk menempatkan elektron
pada orbital atom, yaitu sebagai berikut:
a.Setiap kulit atau tingkat utama dengan bilangan kuantum n yang dimana pada n
mengandung subkulit. Misalnya, jika n = 2, maka terdapat 2 subkulit dengan bilangan
kuantum momentum sudut (l), yaitu 0 dan 1.
b.Setiap subkulit dengan bilangan kuantum l dengan mengandung 2l + 1 pada orbital.
Misalnya, yaitu jika l = 1, maka memiliki tiga orbital p.
c.Setiap orbital dapat ditempati oleh jumlah elektron paling banyak dua elektron.
Sehingga jumlah elektron paling banyak hanya dua kali jumlah orbital yang terlibat.
d.Cara cepat untuk menentukan jumlah elektron paling banyak dalam atom tersebut
dengan bilangan kuantum utama (n) adalah dengan menggunakan rumus 2n2.

6.Prinsip Pengisian Elektron (Prinsip Aufbau)


          Mengenai prinsip Aufbau ini, kata “Aufbau” berasal dari Jerman, yang berarti
membangun. Prinsip Aufbau ini menyatakan bahwa jika proton ditambahkan secara
satu per satu ke dalam inti atom untuk membentuk suatu unsur, maka elektron juga
ditambahkan ke orbital-orbital atomnya dengan cara yang sama. Dengan
menggunakan prinsip Aufbau ini, kita mendapatkan sebuah informasi yang terperinci
menggunakan konfigurasi elektron pada unsur-unsur suatu zat dalam keadaan yang
mendasar. Selain itu, dengan mendapatkan informasi mengenai konfigurasi elektron
tersebut, kita dapat mengetahui sifat-sifat unsur pada suatu zat atau senyawa. Dalam
menerapkan prinsip Aufbau ini, maka kita tidak terlepas dari tabel periodik, karena
pada tabel periodik kita dapat melihat jumlah elektron pada suatu atom, sehingga
dapat memudahkan menentukan konfigurasi elektron pada saat menggunakan prinsip
Aufbau ini. Kemudian pada konfigurasi elektron semua unsur, kecuali pada hidrogen
dan helium, yang dimana dinyatakan dengan inti gas mulia yang dapat menunjukkan
tanda kurung pada unsur gas mulia yang terdekat sebelum unsur yang dimaksud,
dengan diikuti lambang subkulit-subkulit yang terisi dengan energi paling tinggi di
dalam kulit atom terluar. Kemudian pada elektron dalam subkulit yang sama dengan
memiliki energi yang sama juga, tapi distribusi pada ruang yang berbeda, sehingga
efek perisai pada atom satu dengan yang lainya akan menjadi relatif lebih kecil, dan
pada elektronnya justru lebih kuat akan ditarik ke inti jika konfigurasinya 3d5. 
         Nah, itu tadi merupakan penjelasan dari konfigurasi elektron beserta prinsip dan
aturan yang perlu diketahui untuk menentukan konfigurasi elektron pada suatu atom. 

Referensi:
Aisyah. (2013). Senyawa Organik Monofungsi: Alauddin University Press. Makassar.
Chang, R. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1: Erlangga.
Jakarta.
Harireg. (2020). Modul Belajar Kimia untuk Kelas X

Anda mungkin juga menyukai