Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung dengan atom
lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami ditambah dengan belasan unsur buatan,
dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak hingga. Atom-atom bergabung menjadi senyawa yang
lebih stabil dengan mengeluarkan energi. Atom-atom bergabung karena adanya gaya tarik-
menarik antara dua atom. Gaya tarik-menarik antar atom inilah yang disebut ikatan kimia.
Konsep ikatan kimia pertama kali dikemukakan oleh Gilbert Newton Lewis dan Langmuir dari
Amerika Serikat, serta Albrecht Kossel dari Jerman pada tahun 1916. Adapun konsep tersebut
sebagai berikut:
• Kenyataan bahwa gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa
(sekarang telah dapat dibuat senyawa dari gas mulia Kr, Xe, dan Rn), merupakan bukti
bahwa gas-gas mulia memilki susunan elektron yang stabil.
• Setiap atom memiliki kecenderungan untuk mempunyai susunan elektron yang stabil seperti
gas mulia, dengan cara melepaskan elektron, menerima elektron, atau menggunakan
pasangan elektron secara bersama-sama. Bagaimana hal ini terjadi?
Sebuah atom cenderung melepaskan elektron apabila memiliki elektron terluar 1, 2, atau
3 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
11Na :281
Gas mulia terdekat ialah 10Ne : 2 8. Jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na
kelebihan satu elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara melepaskan
satu elektron.
Na (2 8 1) Na+ (2 8) + e–
Sebuah atom cenderung menerima elektron apabila memiliki elektron terluar 4, 5, 6, atau
7 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
9F :27
Konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat ialah 10Ne : 2 8. Konfigurasi Ne dapat dicapai
dengan cara menerima satu elektron.
F (2 7) + e– F– (2 8)
Dari konfigurasi elektron gas mulia tersebut, Lewis dan Kossel menarik kesimpulan
bahwa konfigurasi elektron suatu atom akan stabil apabila elektron terluarnya 2 (duplet) atau 8
(oktet).
Pada saat terbentuk ikatan kimia, setiap atom yang bergabung harus memenuhi aturan
duplet atau oktet, dengan cara menerima atau melepaskan elektron (terjadi perpindahan
elektron).
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki delapan elektron di kulit terluar disebut
Kaidah Oktet.
Atom-atom saling mentransfer elektron dan kemudian membentuk senyawa ionik atau
mereka memakai secara bersama-sama pasangan elektron untuk membentuk senyawa kovalen.
Pada kedua kasus, ikatan terbentuk karena suatu kenaikan kestabilan. Dengan membentuk ikatan,
atom-atom memperoleh suatu elektron oktet dan konfigurasi elektron yang stabil dari suatu gas
mulia. Biasanya atom-atom lebih stabil ketika mereka berikatan dalam senyawa daripada ketika
mereka bebas dalam bentuk atom-atom.
Pembagian senyawa ke dalam dua jenis ikatan, ionik dan kovalen mungkin sesuai. Jika
Anda mengetahui jenis dari ikatan dalam suatu senyawa, Anda dapat memprediksikan banyak
dari sifat-sifat fisik senyawa tersebut. Tabel 2, merangkum sifat fisik dari senyawa ionik dan
senyawa kovalen. Anda juga dapat memberikan perbedaan. Jika Anda mengetahui sifa fisik dari
suatu senyawa yang tak dikenal, Anda dapat memprediksi jenis ikatannya.
Namun prediksi mungkin tidak selalu benar karena tidak ada pemisah yang jelas antara
senyawa ionik dan senyawa kovalen. Suatu senyawa mungkin sebagian bersifat kovalen dan
sebagian ionik. Suatu pandangan yang lebih masuk akal dari ikatan adalah mempertimbangkan
semua ikatan kimia termasuk pembagian elektron-elektronnya. Elektron mungkin dibagi sama
rata, namun mereka juga mungkin dibagi hanya sedikit, atau hampir tidak sama sekali membagi
elektronnya. Sifat-sifat dari senyawa apapun, khususnya sifat fisiknya, terkait dengan seberapa
sama elektron tersebut dibagi. Gambar 2 menunjukkan suatu model ikatan sebagai suatu sharing
elektron.
Gambar 1. Analogi sharing elekron pada ikatan
Suatu ikatan ionik murni dihasilkan ketika pembagian sangat tidak sama yang mana
digambarkan sebagai suatu transfer elektron sempurna dari satu ikatan atom ke atom yang lain
(yang satu melepaskan elektronnya yang lain menerima elektron). Sedangkan suatu ikatan
kovalen murni terjadi ketika elektron dibagi sama rata untuk kemudian dipakai bersama
membentuk suatu ikatan. Kebanyakan senyawa berada diantara dua keadaan ekstrem, mereka
mempunyai karakter ion dan kovalen.
(Glencoe, 302-303)
Anda dapat memikirkan tentang ikatan atom-atom seperti tarik tambang pembagian
elektron valensi, seperti ditunjukkan pada Gambar 9.1 . untuk menggunakkan model pembagian
elektron, anda membutuhkan beberapa cara dalam menentukan seberapa besar atom menarik
elektron pada pembagian elektron. Perhitungan dari seberapa besar tarikan ini merupakan suatu
keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom dalam suatu ikatan
untuk menarik elektron kearahnya. Bagaimana tiap-tiap atom dalam pembagian elektron
ditentukan oleh perbandingan keelektronegatifan dari kedua atom yang berikatan.
Gambar 2. Informasi Keelektronegatifan Unsur-Unsur
Penurunan keelektronegatifan dalam satu golongan dari atas ke bawah terjadi karena
tingkat energi meningkat, dan elektron valensi terletak semakin jauh dari muatan positif inti. Inti
mempunyai gaya tarikan yang lemah dengan elektron valensinya sehingga mereka kurang terikat
kuat. Juga elektron-elektron pada tingkat energi dalam cenderung memblok gaya tarikan antar
inti dengan elektron valensinya. Ini dikenal sebagai efek perisai (shielding effect). Efek perisai
meningkat dari atas ke bawah dalam satu golongan karena jumlah elektron dalam meningkat.
Sebagai contoh, magnesium mempunyai konfigurasi elektron 1s22s22p63s2 dan
keelektronegatifannya 1,2; kalsium mempunyai konfigurasi elektron 1s22s2sp63s2sp64s2 dan
keelektronegatifan 1,0. Meskipun keduanya memiliki dua elektron valensi, kalsium mempunyai
delapan elektron dalam yang lebih banyak daripada magnesium. Elektron-elektron ini
melindungi elektron yang lebih luar dari gaya tarik terhadap inti, seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.
Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik unsur, jumlah proton dalam inti bertambah,
dengan bertambahnya muatan inti, gaya tarik inti terhadap elektron valensi meningkat, sehingga
elektronegatifitasnya cenderung bertambah dalam satu baris. Pada periode 4, kalium golongan
IA mempunyai keelektronegatifan 0,8, sementara bromin mempunyai elektron 2,8.
(Glencoe, 303-305)
1. IKATAN IONIK
Dengan analogi tarik tambang, menggambarkan situasi dimana seorang sumo bertubuh
besar pada ujung tali yang satu dan seorang anak bertubuh kecil di ujung tali yang lain, seperti
ditunjukkan pada Gambar 5. tidak ada pertandingan. Hal yang sama juga terjadi pada suatu
ikatan kimia ketika EN antar atom yang berikatan bernilai 2,0 atau lebih.
Ketika perbedaan keelektronegatifan pada suatu ikatan 2,0 atau lebih, pembagian elektron
sangat tidak merata yang anda dapat asumsikan bahwa elektron pada atom yang kurang
elektronegatif ditransfer ke atom yang lebih elektronegatif. Hasil transfer elektron ini
membentuk satu ion positif dan satu ion negatif. Ikatan yang terbentuk oleh dua muatan ion yang
saling berlawanan digolongkan sebagai suatu ikatan yang sangat ionik. Banyak ikatan
digolongkan sebagai ionik, namun mereka mempunyai derajat karaketr ionik yang bervariasi.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifan dari dua atom, semakin ionik ikatannya. Semakin
besar jarak antar atom-atom yang berikatan pada tabel periodik. Semakin ionik ikatan antar
atom-atom.
(Glencoe, 305-308)
PEMBENTUKAN IKATAN ION
Ion-ion negatif sederhana yang mempunyai susunan elektron gas mulia ialah:
Ion-ion positif dapat mempunyai susunan yang berbeda-beda tergantung jenis logamnya.
Ion-ion dengan 18 elektron pada lintasan terluar tidak stabil, hingga dapat
terjadi ion lain dengan pelepasan elektron pada lintasan tersebut. Ion-ion ini mudah
membentuk ion kompleks:
Tidak stabilnya ion di atas, karena kurang kuatnya inti atom tersebut mengikat
ke 18 elektron yang ada. Ini terbukti dari unsure berikutnya yang bernomor atom
lebih besar, ternyata stabil dengan elektron di lintasan terluar.
Baik pada (a) ataupun (b) ternyata bahwa pada ion-ion yang berat pengaruh
pasangan elektron inert besar, hingga bersifat stabil.
c. Ion Sb3+ dan Bi3+
Keduanya membentuk ion trivalent dengan pasangan elektron inert :
Bi tidak membentuk ion Bi5+, ini menunjukkan bahwa Bi3+ stabil akibat
pasangan elektron yang inert. Ion-ion dibagian bahwa stabil akibat pasangan elektron
yang inert. Pengaruh ini juga terdapat dalam unsur-unsur berikut:
Nomor atom menentukan banyaknya muatan inti, makin besar muatan inti
makin sukar membentuk ion. Setelah atom melepaskan satu elektron, elektron
berikutnya lebih sukar dilepaskan. Namun demikian ion positif paling besar
bermuatan +, yaitu untuk atom-atom yang besar.
Pada pembentukan ion negatif, atom mengikat ekstra elektron. Dalam hal ini
makin kecil atomnya, makin mudah membentuk ion. Ion negative terbesar bermuatan
3-. Dalam urutan: F, Cl, Br, I, makin ke kiri makin mudah membentuk ion negatif.
HUKUM FAJANS
Menurut hal di atas, suatu ion akan terbentuk dengan mudah bila:
Struktur ion yang terjadi stabil
Muatan ionnya kecil
Bila atom yang membentuk anion kecil atau atom yang membentuk kation
besar
Hukum ini mula-mula diberikan oleh Fajans pada tahun 1924. Fajans mula-mula
memberikan hukumnya berdasarkan volum atom yaitu BA dibagi rapat. Bila volume
atom kecil, atom ini mudah membentuk ion negative, bila volume atom besar mudah
membentuk ion positif.
c. Hubungan diagonal
Unsur-unsur yang terletak dalam diagonal pada tabel periodik mempunyai
kesamaan mudahnya membentuk ion, misalnya:
Atom atau ion dengan elektron satu lebih banyak dari pada gas mulia
mempunyai ionisasi paling rendah, misalnya:
Li, Na, K, Be+, Mg+, dan Ca+
Ketidakteraturan terdapat pada atom-atom dan ion-ion berikut yang
mempunyai potensial ionisasi lebih tinggi dari yang diharapkan:
Be, B+, Mg dan Al+, karena sub lintasan s penuh
N, O+, P, dan S+, karena sub lintasan p penuh.
AFINITAS ELEKTRON
Afinitas elektron ialah energi yang terlepas bila atom dalam bentuk gas mengikat elektron
membentuk ion negatif:
Atom (g) + 1 elektron Anion (g) + Energi (E)
Afinitas elektron juga dihitung dengan elektron volt/atom atau k kal/mol. Afinitas
elektron dapat ditentukan secara spektroskopi atau siklus Born-Haber.
Berikut adalah afinitas elektron dari beberapa unsur dalam elektron volt:
Tabel 5. Afinitas Elektron
Untuk O dan S afinitas elektron negatif, karena adanya elektron pertama menolak
masuknya elektron ke dua.
POTENSIAL ELEKTRODA
Baik potensial ionisasi atau afinitas elektron merupakan energi yang diperlukan
atau terlepas pada pembentukan ion dalam bentuk gas. Hal ini mempunyai arti teoritis.
Untuk pembentukan ion dalam larutan yang lebih penting ialah potensial elektroda.
Potensial elektroda standard E0 suatu logam ialah beda potensial antara larutan
berisi ion logam yang bersangkutan dengan konsentrasi 1 mol/liter.
Ini berarti Zn lebih mudah membentuk ion daripada Cu. Unsur-unsur dengan Eo
positif berarti mempunyai energy bebas negative, hingga lebih mudah membentuk ion
daripada unsur-unsur dengn E0 negatif.
Hubungan antara E0 dan G0 dinyatakan oleh persamaan:
G0 = -nFEo
G0 = perubahan energy bebas
N = jumlah elektron dalam reaksi
F = bilangan Faraday
E0 = potensial oksidasi standard
Tabel 6. Potensial Oksidasi Standar dalam volt
(Sukardjo : 36-47)
SIFAT-SIFAT UMUM
BESARNYA ION
a. Jari-Jari Ion
Jarak antara dua ion yang setimbang dalam kristal dapat ditentukan dengan
difraksi sinar X atau cara-cara yang lain.
Jarak ini biasanya dalam satuan angstrom.
Contoh :
Atas dasar ini dapat ditentukan jari-jari dari ion-ion yang lain (Tabel 7)
Tabel 7. Jari-Jari Ion dalam A
4) Untuk deret larutan terjadi apa yang disebut kontraksi lantan, artinya jari-jari ion
semakin kecil dari La-Lu. Ini disebabkan karena muatan inti terus bertambah,
sedang lintasan elektronnya tetap. Pengisian elektron terjadi pada sub lintasan 4f.
Gambar 8. (a). Struktur oktahedral (b) Batas r A+/rB- untuk struktur oktahedral
Bila rA+/rB- lebih kecil dari 0,414 maka kation akan bergetar dalam molekul,
hingga molekul tidak stabil. Kestabilan dapat dicapai dengan mengelilingi, hingga terjadi
struktur tetrahedral, dengan bilangan koordinasi 4.
Bila kation lebih kecil lagi, terbentuk struktur
planar segitiga dengan bilangan koordinasi 3. Dalam
hal ini batas:
Bila rA+/ rB- satu atau lebih besar, ion yang membentuk Kristal besarnya sama. Hal
ini terdapat pada kristal-kristal garam.
Walaupun radius ratio sangan berguna, tetapi hal ini tidak seratus persen benar,
sebab di sini dianggap ion-ion berbentuk bulat atau spheres.
Untuk Kristal NaCl, karena rNa+/rCl- = 0,95/1,81 =0,525, maka kita harapkan
strukturnya berupa octahedral. Dalam kenyataanya memang demikian, NaCl Kristal
mempunyai struktur kubus berpusat muka. Senyawa-senyawa lain dengan struktur sama:
halide litium, natrium, kalium, rubidium, dan sesium (bukan klorida, bromide dan
iodide), oksida dan sulfida dari magnesium, kalsium, stronsium, dan barium, klorida,
bromide dan iodide dari perak, monoksida cadmium, besi, kobal, nikel dan mangan dan
monosulfida dari mangan dan timbal.
Senyawa-senyawa lain yang mengkristal seperti NaCl ialah NH4Cl, NH4Br, NH4I,
Ca2+, CO32-, dan Ca2+C22-
CaCl mempunyai radius rasio rCs+/rCl- = 1,69/1,81 =0,93. Zat ini mengkristal
dengan bilangan koordinasi 8, bentuknya kubus berpusat badan. CsBr dan CsI
mempunyai struktur sama, tetapi CsF dengan F yang lebih kecil mempunyai struktur
seperti NaCl.
Senyawa dengan rumus AB2, misalnya CaF2 (fluorit dan TiO2 (rutile) mempunyai
bentuk Kristal lain. Dalam CaF2 tiap ion Ca2+ dikelilingi 8 ion F- pada sudut-sudut kubus,
sedang tiap-tiap F- dikelilingi oleh 4 ion Ca2+ pada sudut-sudut tetrahedral.
Gambar 13. Struktur Kristal Fluorite
Dalam TiO2, tiap-tiap ion Ti4+ dikelilingi oleh 6 ion O2- pada sudut-sudut
oktahedral sedang tiap-tiap ion O2- dikelilingi ion Ti4+ pada sudut-sudut segitiga.
Struktur lain adalah struktur anti fluorite, yaitu struktur sama dengan fluorite
dengan kation dan anion bertukar tempat.
Tabel 9. Struktur Fluorite, Rutile, dan anti Fluorite
Untuk membentuk ikatan, ion-ion itu harus didekatkkan dari jarak ∞ hingga jarak
kesetimbangan, r. energy yang timbul disebut energy potensial elektrostatis, PE, besarnya
adalah:
Untuk pembentukan pasangan Na+ dan Cl- dari atom Na dan atom Cl, energi
totalnya adalah:
E total di atas hanya iperhitungkan, bila NaCl dibentuk dari atom Na dan Cl.
Dalam hal ini belum diperhitungkan energi untuk mengubah Na padat menjadi Na gas,
energi untuk mengubah Cl2 menjadi atom Cl dan energi yang timbul pada pembentukan
NaCl sebagai Kristal, yang disebut energi kisi.
Energi kisi dapat dicari seperti pada potensial elektrostatis, dengan
memperhitungkan jumlah ion keliling dan letak ion dalam Kristal. Bila dua ion
didekatkan sampai jarak kesetimbangan r, besarnya energi potensial elektrostatis:
NaCl dengan ikatan kovalen mempunyai PE relatif kecil, lebih besar terdapat
pada Na+ Cl- (g) dan terbesar pada Na+ Cl- (s) yaitu Na+ Cl- (g) dalam kisi kristal.
Untuk senyawa-senyawa yang berisi ion divalent ternyata tetapan Madelung A
lebih besar daripada yang berisi ion-ion monovalen atau yang ikatannya sedikit kovalen
ZnS.
Di samping gaya tarik Coulomb antara dua ion, juga terdapat gaya tolak dari awan
elektron antara kedua ion. Karena adanya gaya tolak dan gaya tarik ini, akhirnya terjadi
kesetimbangan.
Grafik pada Gambar bagian bawah menyatakan energy potensial akibat gaya
tarik, besarnya adalah
Besarnya energy kisi, yaitu energy yang timbul pada pembentukan 1 mol Kristal
dari ion-ionnya dalam keadaan gas, adalah jumlah kedua energy di atas:
Untuk tiap-tiap jenis Kristal di mana r dan n dapat ditentukan secara percobaan,
maka dapat dihitung harga B. rumus di atas biasanya disederhanakan:
Energi kisi halida yang diperoleh dengan rumus ini ternyata sesuai dengan hasil-
hasil percobaan.
Tabel 11. Energi Kisi Alkil Halida (k kal/gram formula)
Energi kisi hanya sedikit yang dapat ditentukan secara langsung dengan siklus
Born Haber.
Misalnya akan dihitung energi kisi pada pembentukan NaCl Kristal:
atau
Dengan ini dapat ditentukan besarnya energy kisi NaCl atau ECl bila besaran lain diketahui.
(Sukardjo: 48-64)
2. IKATAN KOVALEN
Anda telah melihat bahwa ketika ada perbedaan keelektronegatifitasan yang besar antar
dua atom (2,0 atau lebih), ikatan yang terbentuk dari dua atom sangat ionik. Apa yang terjadi
ketika tidak ada perbedaan keelektronegatifan atau jika perbedaan keelektronegatifannya kecil?
Sekarang bayangkan seorang sumo dengan berat badan 300 pound pada ujung tali yang
satu dan ujung yang lain juga ditarik oleh sumo dengan berat badan 300 pound. Situasi ini sama
seperti ketika dua atom membentuk suatu ikatan, contohnya, ketika dua atom flor membentuk
molekul Florin, F2. Berikut ini struktur elektron untuk F2
Karena dua atom dari unsur yang sama membentuk ikatan, perbedaan
keelektronegatifannya sama dengan nol. Pada molekul florin, suatu pasangan elektron valensi
terbagi sama rata. Jenis ikatan ini merupakan ikatan kovalen murni. Semua unsur-unsur diatomik
yang lain (Cl2,Br2, I2, O2, N2, dan H2) mempunyai ikatan kovalen murni. Pada semua molekul-
molekul ini, elektron-elektron ditransfer secara merata.
Ketika perbedaan keelektronegatifan kurang dari atau sama dengan 0,5 sedikit pembagian
elektron yang tak sama tidak memiliki efek yang signifikan pada sifat molekul. Titik didih dan
titik leleh yang rendah adalah jenis dari senyawa kovalen murni. Kebanyakan dari molekul unsur
diatomik berbentuk gas pada suhu kamar seperti Cl2, F2, O2, N2 dan H2. Karbon disulfida,
metana, dan nitrogen dioksida, ditunjukkan pada gambar 9.7 merupakan contoh dari senyawa
kovalen dimana elektron dibagi sedikit tidak merata. Molekul-molekul ini berwujud gas atau
pada titik didih rendah berbentuk cair pada suhu kamar.
Gambar 17. Harga EN dari beberapa senyawa
Sekarang pertimbangkan suau tarik tambang dimana seorang sumo dengan berat badan
300 pound menarik ujung tali yang satu dan sumo dengan berat badan 400 pound menarik ujung
tali yang lain. Suatu tarikan tak sama pada ujung-ujung tali membawa bagian tengah tali menuju
mendekati sumo dengan berat badan 400. Ini analogi untuk suatu ikatan dimana elektron
dibagikan tidak merata. Jenis ikatan ini termasuk diantara dua pembagian elektron ekstrim:
pembagian merata (suatu ikatan kovalen) dan pembagian rata sempurna (suatu ikatan ionik).
Ikatan dimana pasangan elektron dibagi tidak sama mempunyai perbedaan keelektronegatifan
antara 0,5 - 2,0.
Ikatan kovalen polar disebut polar karena pembagian elektron yang tak merata
mengakibatkan dua kutub terbentang pada ikatan. Seperti suatu baterai yang mempunyai
pemisah kutub positif dan kutub negative, jadi ikatan kovalen mempunyai kutub, ditunjukkan
pada Gambar 18. kutub negatif ditengah atom yang lebih elektronegatif dalam ikatan. Atom ini
mempunyai kelebihan elektron. Kutub positif disekitar atom yang kurang elektronegatif. Atom
ini kehilangan satu elektronnya. Karena tidak terdapat transfer elektron seluruhnya, muatan pada
kutub tidak 1+ atau 1-, namun + dan -. Symbol-simbol ini, delta positif dan delta negatif,
mewakili muatan parsial positif dan muatan parsial negatif. Pemisahan muatan ini menyebabkan
muatan postif dan negatif apada ujung-ujung ikatan, memberikan ikatan kovalen polar
mempunyai karakter ionik.
Senyawa dengan ikatan kovalen polar mempunyai perbedaan sifat dari senyawa dengan
ikatan kovalen murni. Anda perhatikan bahwa senyawa kovalen murni cenderung memiliki titik
leleh dan titik didih rendah. Carbon disulfida, CS2, ditunjukkan pada Gambar 9.7 merupakan
suatu molekul triatomik, dengan EN sama dengan nol. Karbon disulfida mendidih pada suhu
46oC. air juga merupakan molekul triatomik, namun ikatan dalam air merupakan kovalen polar.
Meskipun molekul air jauh lebih ringan daripada karbon disulfide, titik didihnya 1000C.
EN untuk ikatan O–H adalah 1,4, jadi molekul air mempunyai ikatan polar. Ketika
atom-atom hydrogen dan oksigen berikatan dengan memberikan elektron, pasangan elektron
tertarik menuju oksigen yang lebih elektronegatif. Pembagian yang tidak merata ini
menyebabkan suatu ketidak seimbangan distribusi muatan dua atom, ditunjukkan pada Gambar
19.
Efek dari ikatan kovalen polar pada titik didih digambarkan oleh perbandingan titik didih
air dengan unsur-unsur hidrida golongan 16 (sulfur, selenium dan tellurium). Suatu hidrida
merupakan suatu senyawa yang terbentuk antara unsure-unsur apapun dengan hydrogen. Air
merupakan hidrida pertama dari golongan 16. EN untuk ikatan O-H 1,4. Namun EN untuk
ikatan S–H dan Se–H hanya 0,4, dan EN untuk ikatan Te–H adalah 0,3. Perbedaan
elektronegatifitas ini menjelaskan bahwa H2O mengandung ikatan kovalen polar, sedangkan
ikatan pada H2S, H2Se dan H2Te merupakan ikatan kovalen murni. Gambar 9.10 menunjukkan
bahwa meskipun H2O yang paling ringan dari keempat hidrida, titik didihnya sangat jauh lebih
tinggi daripada hidrida golongan 16 yang lain.
(Glencoe: 305-311)
Ikatan kovalen dengan pasangan elektron berasal dari satu atom disebut ikatan kovalen
koordinasi. Ikatan kovalen koordinasi kadang-kadang dinyatakan dengan tanda panah () yang
menunjukkan arah donasi pasangan elektron. Pada contoh di atas arah pasangan elektron adalah
dari atom nitrogen ke atom boron. Dalam banyak hal pasangan elektron ikatan kovalen
koordinasi dinyatakan dengan garis ikatan (–) sebagaimana ikatan kovalen yang elektronya
berasal dari masing-masing atom yang berikatan.
(Effendy, 2010: 16)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ikatan kovalen terjadi akibat penggunaan sepasang
elektron atau lebih secara bersama-sama. Ikatan kovalen terjadi pada pasangan unsur-unsur yang
mempunyai keelektronegatifan tinggi atau unsur yang cenderung menerima elektron.
Ada banyak teori yang menjelaskan mengenai terjadinya ikatan kovalen, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Aturan Oktet
a. Aturan Oktet menjelaskan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan elektron valensi
pada masing-masing unsur pembentuk ikatan kovalen. Aturan Oktet menyatakan bahwa
suatu atom cenderung mempunyai elektron valensi delapan, yaitu seperti pada gas mulia
(kecuali helium = 2).
b. Pengecualian Aturan Oktet
1) Senyawa yang tidak Mencapai Aturan Oktet
Senyawa kovalen biner sederhana dari berilium (Be) boron (B), dan
Alumunium (Al), yaitu unsure-unsur yang elektron valensinya kurang dari 4, tidak
mencapai oktet. Contohnya BeCl2, BCl3, dan AlBr3.
2) Senyawa dengan Jumlah Elektron Valensi Ganjil
Senyawa yang memiliki jumlah elektron ganjil tidak mungkin memenuhi
aturan oktet. Contohnya NO2 yang mempunyai elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17.
3) Senyawa dengan Oktet Berkembang
Unsur dari periode 3 dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan octet
(lebih dari 8 elektron pada kulit terluar). Hal ini dapat terjadi karena kulit luarnya
dapat mempunyai 18 elektron. Contoh PCl5, SF6, ClF5.
c. Kegagalan Aturan Oktet
Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa unsur transisi maupun
postransisi. Atom Sn mempunyai 4 elektron valensi, tetapi senyawanya banyak yang
terbentuk dengan melepas 2 elektron. Pada umumnya senyawa unsur transisi maupun
unsur protransisi tidak memenuhi aturan oktet.
2. Teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi/ Valence Shell Electron Pair Repulsion
(VSEPR)
Setelah Lewis berhasil menggambarkan elektron valensi dalam senyawa kovalen,
timbul upaya untuk meramalkan struktur molekul dari senyawa kovalen. Struktur senyawa
kovalen sangat ditentukan oleh bentuk elektron valensi atom pusatnya. Bentuk itu
dipengaruhi oleh jumlah pasangan elektronnya, baik yang terikat maupun yang bebas.
Menurut Gillespie dan Nyholm (1957), pasangan elektron valensi atom mempunyai
gaya tolak menolak (gaya Coulomb) karena bermuatan negatif. Berdasarkan hal itu mereka
mengemukakan suatu gagasan yang disebut Teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi/
Valence Shell Elektron Pair Repulsion (VSEPR).
a. Atom pusat adalah atom yang terikat pada dua atau lebih atom lain.
Sebagai contoh dalam molekul H2O, yang menjadi atom pusat adalah atom O, sedangkan
H di sebut atom sekitar. Pasangan elektron yang berada di sekitar atom pusat dibedakan
menjadi dua jenis, pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB).
b. Pasangan elektron ikatan adalah pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan
c. Pasangan elektron bebas adalah pasangan elektron yang tidak digunakan untuk
berikatan.
Teori VSEPR menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang berikatan. Posisi
elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri molekulnya. Geometri (bentuk) molekul
adalah gambaran tentang susunan atom-atom dalam molekul berdasarkan susunan ruang
pasangan elektron atom dalam pusat dalam molekul, pasangan elektron ini baik yang
berikatan maupun yang bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk geometri molekul
berdasarkan VSEPR adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Pasangan Elektron
Menurut teori ini, pasangan elektron di sekitar elektron pusat akan menempatkan
diri sejauh mungkin agar tolakan antar pasangan elektron menjadi minimum. Misalnya
jika disekitar atom pusat hanya ada dua pasang elektron, maka kedua pasang elektron
tersebut cenderung menempatkan diri pada ujung yang berlawanan dari atom pusat
sehingga tolakannya minimum. Urutan kekuatan tolak menolak diantara pasangan-
pasangan elektron pada atom pusat adalah sebagai berikut:
Pasangan Elektron Ikatan (PEI) ; Pasangan Elektron Bebas (PEB)
Sehingga kekuatan tolakan antara PEI vs PEI< PEI vsPEB < PEB vs PEB.
Berbagai kemungkinan bentuk molekul berdasarkan PEB dan PEI disajikan dalam tabel
12. berikut:
Tabel 12 : Berbagai Kemungkinan Bentuk Molekul Berdasarkan PEB dan PEI
b. Pengaruh Keelektronegatifan
NH3 dan NF3 mempunyai struktur tetrahedron, yang memiliki satu pasangan
elektron bebas. Namun, keelektronegatifan antara F dan N berbeda, F pada NF3 pada
memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi daripada N di NH3. Keelektronegatifan
yang tinggi membuat tolakan menjadi lebih kecil sehingga jarak pada NF3 lebih kecil
dibandingkan NH3. Sudut ikatan yang dibentuk oleh F – N – F adalah sebesar 102º30’
sedangkan H – N – H adalah sebesar 107º48’.
Jumlah = 8 elektron
PEI = 4 ; PEB = 0
Jumlah 8 elektron
PEI = 3 ; PEB = 1
Jumlah 8 elektron
PEI = 2 ; PEB = 2
Teori ikatan valensi mula-mula dikemukakan oleh Heitler dan Slater, dan kemudian
dikembangkan oleh Pauling dan Coulson. Teori ini bertolak dari fakta bahwa atom sebelum
berikatan elektron terpisah satu sama lain. Setelah berikatan, terjadi tumpang tindih orbital
kulit terluarnya sehingga elektron di dalamnya menjadi milik berdua, dimana yang
bertindihan hanya orbital yang mengandung elektron yang tidak berpasangan dan setelah
bergabung menjadi pasangan, seperti yang terlihat pada gambar 1.1 sebagai berikut:
Dua atom yang berjauhan tidak punya daya tarik-menarik atau daya tarik-menariknya
kecil. Jika keduanya semakin mendekat, daya tariknya semakin bertambah sehingga terjadi
overlapping orbital. Namun overlapping yang terjadi tidak dapat terlalu besar, hal ini
dikarenakan adanya gaya tolak-menolak muatan positif kedua inti. Jadi, terdapat hubungan
antara energi potensial (daya tarik dan daya tolak atom) dengan jarak kedua atom. Jarak
yang stabil suatu ikatan disebut jari-jari kovalen.
a. Ikatan σ
Overlaping yang terjadi melalui inti atom. Ada tiga jenis overlapping yang menghasilkan
ikatan σ, yaitu :
Ikatan σ s-s
Ikatan σ p-p
Ikatan σ s-p
b. Ikatan 𝜋
Overlaping yang terjadi pada ujung/ kutub ikatan kovalen, yaitu:
c. Contoh Ikatan σ dan 𝜋 pada molekul
Ikatan kovalen pada molekul O2
Oksigen :
4. Konsep Hibridisasi
Dalam teori ikatan valensi, kita akan mengenal istilah orbital atom dan orbital hibrida.
Orbital hibrida terbentuk dari proses hibridisasi yaitu pembentukan orbital-orbital dengan
tingkat energi yang sama (orbital hibrid) dari orbital-orbital dengan tingkat energi berbeda.
Dengan menggunakan konsep hibridisasi maka dapat ditentukan geometri molekul dilihat
dari susunan dalam ruang orbital hibrid yang terbentuk.
Pembentukan orbital hibrida bergantung pada jumlah dan jenis orbital yang
bergabung. Overlapping orbital atom pusat dengan orbital atom lain setelah hibridisasi lebih
besar. Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan aturan hibridisasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama.
b. Orbital hibrida yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung
c. Dalam hibridisasi, yang bergabung (adalah orbital) bukan elektron.
d. Sebagian besar orbital hibrida bentuknya mirip tetapi tidak selalu identik.
Pembentukan orbital hibrida melalui proses hibridisasi adalah sebagai berikut:
a. Salah satu elektron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat
energinya, sehingga jumlah electron yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan
yang akan dibentuk. Ataom yang demikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi
yang mungkin adalah dari ns ke np, ns ke nd, atau ns ke (n-1)d.
b. Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di daerah orbital
hybrid.
c. Terjadi overlapping orbital hybrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan
kovalen.
Jenis orbital hibrida dengan geometri dan jarak dalam ruang tampak pada Tabel 13 berikut
d x 2 y 2 , d z 2 , px, py
-
5 s, px, pz, d z 2 Trigonal bipramid -
Segiempat piramid -
s, px, py, pz, d x 2 y 2
Sedang gambar stereokimia senyawa kovalen yang mengacu ke orbital atom pusat tampak
berikut ini.
1. sp hibridisasi
2. sp2 hibridisasi
3. sp3 hibridisasi
5. sp3d3 hibridisasi
Contoh proses hibridisasi:
a. Sekalipun promosi dan hibridisasi itu penting dalam pembentukan orbital hibrida, tetapi
promosi tidak harus terjadi. Misalnya dalam pembentukan ikatan rangkap.
b. Energi yang menyertai proses hibridisasi merupakan pelepasan energi. Metana
merupakan tetrahedral, karena energi molekul dengan konfigurasi ini adalah yang
terendah. Atom karbon (pada keadaan dasar 2s2 2p2) setelah mengalami promosi dari 2s
ke 2p dapat menggunakan orbital hibrida sp3, sp2 atau sp untuk membentuk ikatan,
tergantung banyaknya yang dibentuk dengan situasi tertentu.
c. Suatu set orbital hibrida tidak perlu ekivalen. Hibridisasi trigonal bipiramid (dsp3)
memberikan 2 orbital (untuk ikatan dp) yang tegak lurus pada 3 orbital yang mendatar
(menggunakan hibridisasi sp2). Jadi dalam PCl5 mempunyai 2 atom klor berbeda dengan
3 atom klor lainnya.
Menurut teori ini, inti atom-atom yang berikatan dianggap berada pada posisi antar
inti yang setimbang. Orbital yang menyatakan kebolehjadian mendapatkan elektron adalah
maksimum ditentukan dengan cara analog yang digunakan pada penentuan orbital atom.
Orbital multi-inti disebut orbital molekul, yang digunakan 2 atau lebih inti.
Dalam teori orbital molekul, identitas orbital atom sudah tidak ada dan pengisian
elektron mengikuti prinsip aufbau dengan pengisian elektron dimulai dari tingkat terendah.
Demikian juga teori ini mengikuti prinsip ekslusi Pauli dan aturan Hund, untuk tingkat
degenerasi pengisian elektron dengan spin paralel.
Orbital atom A dengan fungsi gelombang A dan orbital atom B dengan fungsi
gelombang B. Bila dikombinasikan diperoleh orbital molekul, yaitu orbital molekul
ikatan, b dan orbital molekul anti ikatan a:
b = A + B
a = A – B
Integralnya adalah:
S= 0
A.B.d
a. 2 orbital 1s
b. (─) dan.2 () adalah orbital ikatan
c. (─) dan.2 () adalah orbital anti ikatan
b. Simetri Orbital Molekul
Beberapa kemungkinan hasil kombinasi orbital atom ditunjukkan pada Gambar 21.
1) Orbital σ
Gambar 21. Pembentukan ikatan dan antiikatan (bonding dan antibonding) ikatan σ
2) Orbital σ dan 𝜋
Gambar 22. Pembentukan ikatan dan antiikatan (bonding dan antibonding) antara orbital 2px dengan
orbital 2pz.
Contoh Orbital Diagram Orbital Molekul Diatomik
c. Orde Ikatan
Elektron pada orbital bonding membuat kedua atom berikatan atau tarik-menarik,
sedangkan elektron dalam anti bonding membuat keduanya tolak-menolak. Jika jumlah
elektron dam orbital bonding dan antibonding sama, maka kedua atom tidak terikat.
Ikatan dapat terjadi bila jumlah elektron pada orbital bonding lebih banyak daripada
elektron pada orbital bonding lebih banyak daripada elektron pada orbital anti bonding.
Perbedaan itu dinyatakan dengan orde ikatan.
Orde ikatan untuk molekul diatomik adalah setengah dari selisih jumlah elektron
yang membentuk ikatan (Nb) dan jumlah elektron yang membentuk anti ikatan (Na)
(N b - N a )
Orde ikatan =
2
Semakin besar nilai orde ikatan maka makin kuat ikatannya. Urutan tingkat energi
di atas digunakan untuk menentukan orde ikatan.
1) Molekul hidrogen, H2
Merupakan sistem 2 elektron dengan 2 inti, konfigurasi orbital molekulnya adalah
2-0
(σ1s)2 dengan orde ikatan = = 1 , diperoleh ikatan tunggal σ.
2
4) Molekul He2
Merupakan sistem 4 elektron dengan konfigurasi orbital molekulnya adalah
(σ1s)2, (σ 1s* )1 dengan orde ikatan = 0, sehingga tidak terjadi ikatan antara kedua atom
He.
2-1 1
(σ1s)2, (σ 1s* )1 dengan orde ikatan = = . Sistem ini hanya ada dalam sistem
2 2
terisolasi.
Dalam kombinasi ini kulit elektron bagian dalam tidak mengambil bagian dan
sering disingkat dengan K, L, ........ sehingga konfigurasi Li2 adalah
KK (σ2s)2
4-2
Orde ikatan Li adalah = = 1 , berupa orbital ikatan σ2s.
2
Gambar 30. Diagram Tingkat Energi F2 Gambar 31. Diagram Tingkat Energi Ne2