Anda di halaman 1dari 52

IKATAN KIMIA

A. SUSUNAN ELEKTRON YANG STABIL

Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung dengan atom
lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami ditambah dengan belasan unsur buatan,
dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak hingga. Atom-atom bergabung menjadi senyawa yang
lebih stabil dengan mengeluarkan energi. Atom-atom bergabung karena adanya gaya tarik-
menarik antara dua atom. Gaya tarik-menarik antar atom inilah yang disebut ikatan kimia.

Konsep ikatan kimia pertama kali dikemukakan oleh Gilbert Newton Lewis dan Langmuir dari
Amerika Serikat, serta Albrecht Kossel dari Jerman pada tahun 1916. Adapun konsep tersebut
sebagai berikut:
• Kenyataan bahwa gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa
(sekarang telah dapat dibuat senyawa dari gas mulia Kr, Xe, dan Rn), merupakan bukti
bahwa gas-gas mulia memilki susunan elektron yang stabil.
• Setiap atom memiliki kecenderungan untuk mempunyai susunan elektron yang stabil seperti
gas mulia, dengan cara melepaskan elektron, menerima elektron, atau menggunakan
pasangan elektron secara bersama-sama. Bagaimana hal ini terjadi?

Sebuah atom cenderung melepaskan elektron apabila memiliki elektron terluar 1, 2, atau
3 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
11Na :281
Gas mulia terdekat ialah 10Ne : 2 8. Jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na
kelebihan satu elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara melepaskan
satu elektron.
Na (2 8 1)  Na+ (2 8) + e–

Sebuah atom cenderung menerima elektron apabila memiliki elektron terluar 4, 5, 6, atau
7 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
9F :27
Konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat ialah 10Ne : 2 8. Konfigurasi Ne dapat dicapai
dengan cara menerima satu elektron.
F (2 7) + e–  F– (2 8)

Jika masing-masing atom sukar untuk melepaskan elektron (memiliki keelektronegatifan


tinggi), maka atom-atom tersebut cenderung menggunakan elektron secara bersama dalam
membentuk suatu senyawa. Cara Ini merupakan peristiwa yang terjadi pada pembentukan ikatan
kovalen. Misalnya atom fluorin dan fluorin, keduanya sama-sama kekurangan elektron, sehingga
lebih cenderung memakai bersama elektron terluarnya.
Jika suatu atom melepaskan elektron, berarti atom tersebut memberikan elektron kepada
atom lain. Sebaliknya, jika suatu atom menangkap elektron, berarti atom itu menerima elektron
dari atom lain. Jadi, susunan elektron yang stabil dapat dicapai dengan berikatan dengan atom
lain.
Tabel 1

Dari konfigurasi elektron gas mulia tersebut, Lewis dan Kossel menarik kesimpulan
bahwa konfigurasi elektron suatu atom akan stabil apabila elektron terluarnya 2 (duplet) atau 8
(oktet).
Pada saat terbentuk ikatan kimia, setiap atom yang bergabung harus memenuhi aturan
duplet atau oktet, dengan cara menerima atau melepaskan elektron (terjadi perpindahan
elektron).
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki delapan elektron di kulit terluar disebut
Kaidah Oktet.

(Irvan Permana, 2009; halaman: 42-43)


B. MODEL IKATAN

Atom-atom saling mentransfer elektron dan kemudian membentuk senyawa ionik atau
mereka memakai secara bersama-sama pasangan elektron untuk membentuk senyawa kovalen.
Pada kedua kasus, ikatan terbentuk karena suatu kenaikan kestabilan. Dengan membentuk ikatan,
atom-atom memperoleh suatu elektron oktet dan konfigurasi elektron yang stabil dari suatu gas
mulia. Biasanya atom-atom lebih stabil ketika mereka berikatan dalam senyawa daripada ketika
mereka bebas dalam bentuk atom-atom.

Pembagian senyawa ke dalam dua jenis ikatan, ionik dan kovalen mungkin sesuai. Jika
Anda mengetahui jenis dari ikatan dalam suatu senyawa, Anda dapat memprediksikan banyak
dari sifat-sifat fisik senyawa tersebut. Tabel 2, merangkum sifat fisik dari senyawa ionik dan
senyawa kovalen. Anda juga dapat memberikan perbedaan. Jika Anda mengetahui sifa fisik dari
suatu senyawa yang tak dikenal, Anda dapat memprediksi jenis ikatannya.

Tabel 2. Sifat Fisik Senyawa Ionik dan Kovalen

Namun prediksi mungkin tidak selalu benar karena tidak ada pemisah yang jelas antara
senyawa ionik dan senyawa kovalen. Suatu senyawa mungkin sebagian bersifat kovalen dan
sebagian ionik. Suatu pandangan yang lebih masuk akal dari ikatan adalah mempertimbangkan
semua ikatan kimia termasuk pembagian elektron-elektronnya. Elektron mungkin dibagi sama
rata, namun mereka juga mungkin dibagi hanya sedikit, atau hampir tidak sama sekali membagi
elektronnya. Sifat-sifat dari senyawa apapun, khususnya sifat fisiknya, terkait dengan seberapa
sama elektron tersebut dibagi. Gambar 2 menunjukkan suatu model ikatan sebagai suatu sharing
elektron.
Gambar 1. Analogi sharing elekron pada ikatan

Suatu ikatan ionik murni dihasilkan ketika pembagian sangat tidak sama yang mana
digambarkan sebagai suatu transfer elektron sempurna dari satu ikatan atom ke atom yang lain
(yang satu melepaskan elektronnya yang lain menerima elektron). Sedangkan suatu ikatan
kovalen murni terjadi ketika elektron dibagi sama rata untuk kemudian dipakai bersama
membentuk suatu ikatan. Kebanyakan senyawa berada diantara dua keadaan ekstrem, mereka
mempunyai karakter ion dan kovalen.

(Glencoe, 302-303)

Keelektronegatifan : Suatu Tarik Menarik Elektron

Anda dapat memikirkan tentang ikatan atom-atom seperti tarik tambang pembagian
elektron valensi, seperti ditunjukkan pada Gambar 9.1 . untuk menggunakkan model pembagian
elektron, anda membutuhkan beberapa cara dalam menentukan seberapa besar atom menarik
elektron pada pembagian elektron. Perhitungan dari seberapa besar tarikan ini merupakan suatu
keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom dalam suatu ikatan
untuk menarik elektron kearahnya. Bagaimana tiap-tiap atom dalam pembagian elektron
ditentukan oleh perbandingan keelektronegatifan dari kedua atom yang berikatan.
Gambar 2. Informasi Keelektronegatifan Unsur-Unsur

Tiap atom mempunyai harga keelektronegatifan, ditunjukkan pada Gambar 2. atom-atom


dengan harga keelektronegatifan yang besar seperti Florin, menarik elektron valensi lebih kuat
daripada atom-atom seperti natrium yang mempunyai keelektronegatifan kecil.

Harga keelektronegatifan ditunjukan pada Gambar 2 tidak selalu tersedia, namun


biasanya anda mempunyai tabel periodik unsur. Keelektronegatifan suatu sifat periodik. Dengan
hanya sedikit pengecualian, harga keelektronegatifan naik dari kiri ke kanan dalam tabel periodik
unsur, dan di dalam satu golongan harga keelektronegatifan turun dari atas ke bawah. Ini berarti
bahwa unsur yang paling eleketronegatif adalah terletak pada bagian ujung kanan atas dalam
tabel periodik unsur. Florin mempunyai harga tertinggi yakni 4,0. Ini juga mengikuti bahwa
unsur-unsur yang mempunyai keelektronegatifan rendah berada pada bagian bawah ujung kiri
tabel periodik unsur. Keelektronegatifan dari sesium 0,7. Unsur-unsur gas mulia
dipertimbangkan mempunyai keelektronegatifan nol dan tidak mengikuti tren tabel periodik.

Penurunan keelektronegatifan dalam satu golongan dari atas ke bawah terjadi karena
tingkat energi meningkat, dan elektron valensi terletak semakin jauh dari muatan positif inti. Inti
mempunyai gaya tarikan yang lemah dengan elektron valensinya sehingga mereka kurang terikat
kuat. Juga elektron-elektron pada tingkat energi dalam cenderung memblok gaya tarikan antar
inti dengan elektron valensinya. Ini dikenal sebagai efek perisai (shielding effect). Efek perisai
meningkat dari atas ke bawah dalam satu golongan karena jumlah elektron dalam meningkat.
Sebagai contoh, magnesium mempunyai konfigurasi elektron 1s22s22p63s2 dan
keelektronegatifannya 1,2; kalsium mempunyai konfigurasi elektron 1s22s2sp63s2sp64s2 dan
keelektronegatifan 1,0. Meskipun keduanya memiliki dua elektron valensi, kalsium mempunyai
delapan elektron dalam yang lebih banyak daripada magnesium. Elektron-elektron ini
melindungi elektron yang lebih luar dari gaya tarik terhadap inti, seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.

Gambar 3. Effek Perisai

Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik unsur, jumlah proton dalam inti bertambah,
dengan bertambahnya muatan inti, gaya tarik inti terhadap elektron valensi meningkat, sehingga
elektronegatifitasnya cenderung bertambah dalam satu baris. Pada periode 4, kalium golongan
IA mempunyai keelektronegatifan 0,8, sementara bromin mempunyai elektron 2,8.

Gambar 4. Trend Keelektronegatifan

Karena keelektronegatifan bervariasi dalam satu periode, Anda dapat memprediksi


perbedaan keelektronegatifan dengan melihat jarak antar atom-atom yang berikatan pada tabel
periodik. Pada umumnya, semakin jauh jarak antar atom-atom yang berikatan dalam tabel
periodik, semakin besar perbedaan keelektronegatifannya. Gambar 4 menunjukkan trend
keelektronegatifan.

(Glencoe, 303-305)

1. IKATAN IONIK

Semakin besar perbedaan keelektronegatifan antar atom-atom yang berikatan, semakin


tidak rata elektron dibagikan. Perbedaan keelektronegatifan antar dua atom yang berikatan sering
disimbolkan dengan EN, dimana EN adalah singkatan untuk keelektronegatifan dan  adalah
huruf Yunani yang berarti perbedaan. EN untuk Sesium dan Florin adalah 4,0 -0,7 = 3,3

Pembagian Elektron yang sangat tidak merata

Dengan analogi tarik tambang, menggambarkan situasi dimana seorang sumo bertubuh
besar pada ujung tali yang satu dan seorang anak bertubuh kecil di ujung tali yang lain, seperti
ditunjukkan pada Gambar 5. tidak ada pertandingan. Hal yang sama juga terjadi pada suatu
ikatan kimia ketika EN antar atom yang berikatan bernilai 2,0 atau lebih.

Gambar 5. Analogi pembagian elektron yang sangat tidak merata

Ketika perbedaan keelektronegatifan pada suatu ikatan 2,0 atau lebih, pembagian elektron
sangat tidak merata yang anda dapat asumsikan bahwa elektron pada atom yang kurang
elektronegatif ditransfer ke atom yang lebih elektronegatif. Hasil transfer elektron ini
membentuk satu ion positif dan satu ion negatif. Ikatan yang terbentuk oleh dua muatan ion yang
saling berlawanan digolongkan sebagai suatu ikatan yang sangat ionik. Banyak ikatan
digolongkan sebagai ionik, namun mereka mempunyai derajat karaketr ionik yang bervariasi.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifan dari dua atom, semakin ionik ikatannya. Semakin
besar jarak antar atom-atom yang berikatan pada tabel periodik. Semakin ionik ikatan antar
atom-atom.

Ikatan Ionik pada Natrium Klorida

Elektron-elektron ditransfer ketika natrium klorida terbentuk. Keelektronegatifan dari


natrium 0,9 dan keelektronegatifan dari klorida adalah 3,0. Salah satu nilai tertinggi pada tabel.
EN untuk ikatan ini adalah 2,1. Pembagian suatu pasangan elektron antara natrium dan klorida
sangat tidak merata, dimana elekktron-elektron mengarah pada atom klorin, membentuk suatu
ion klorida, Cl-. Atom natrium tidak bisa bersaing dengan klorin untuk membagi pasangan
elektron dan menjadi suatu ion natrium, Na+. ion natrium dan ion klorida bergabung membentuk
NaCl. Natrium klorida merupakan penggambaran yang baik mewakili suatu senyawa ionik.

Gambar 6. Harga EN dari beberapa senyawa

Gambar 6 membandingkan pembentukan natrium klorida dengan pembentukan litium


florida dan kalium bromida. Untuk tiap-tiap garam ini EN sama dengan atau lebih dari 2.
Seperti Natrium klorida, kedua senyawa litium florida dan kalium bromida dipertimbangkan
merupakan senyawa sangat ionik. Catatan, bahwa dua atom pada masing-masing ikatan sangat
terpisah satu sama lain pada tabel periodik.

(Glencoe, 305-308)
PEMBENTUKAN IKATAN ION

ION DENGAN SUSUNAN STABIL

Ion-ion negatif sederhana yang mempunyai susunan elektron gas mulia ialah:

Ion-ion positif dapat mempunyai susunan yang berbeda-beda tergantung jenis logamnya.

a. Kation dengan susunan gas mulia


Kation dengan struktur gas mulia sangat stabil, sukar membentuk ion
kompleks. Kation-kation tersebut ialah:

b. Kation dengan susunan 18 elektron


Beberapa kation mempunyai susunan 18 elektron pada lintasan terluar seperti:

Ion-ion dengan 18 elektron pada lintasan terluar tidak stabil, hingga dapat
terjadi ion lain dengan pelepasan elektron pada lintasan tersebut. Ion-ion ini mudah
membentuk ion kompleks:
Tidak stabilnya ion di atas, karena kurang kuatnya inti atom tersebut mengikat
ke 18 elektron yang ada. Ini terbukti dari unsure berikutnya yang bernomor atom
lebih besar, ternyata stabil dengan elektron di lintasan terluar.

c. Kation unsur-unsur transisi


Ion unsur-unsur ini dapat mempunyai 9-19 elektron pada lintasan terluar.
Perbedaan kestabilan antara beberapa jenis ion dari satu unsur kecil, hingga unsure ini
dapat membentuk beberapa ion yang stabil.

PENGARUH PASANGAN ELEKTRON INERT


Ada beberapa unsur yang seharusnya membentuk ion dengan lintasan luar 18
elektron, membentuk ion jenis lain dengan muatan 2 kurang dari ion yang diharapkan. Ini
disebabkan karena ada 2 elektron pada sub lintasan s yang tidak terlepas. Elektron ini
disebut pasangan yang inert, misalnya:
a. Ion Ti+ dan ion In+
Kecuali membentuk ion trivalen, kedua logam ini membentuk ion monovalen
dengan pasangan elektron inert.
Ti3+ mempunyai susunan elektron sama dengan Pb2+ hingga banyak kesamaan
pada senyawa-senyawanya. Misalnya TlCl, TlBr, TIJ, TISO4 dan Tl2S sukar larut
seperti garam-garam Pb yang bersangkutan.
Senyawa Ti+ mempunyai kesamaan dengan senyawa-senyawa logam alkali,
karena jari-jari ion dan muatan ionnya sama.
b. Ion Sn2+ dan Pb2+
Kecuali membentuk ion bervalensi 4, juga membentuk ion yang bivalen:

Baik pada (a) ataupun (b) ternyata bahwa pada ion-ion yang berat pengaruh
pasangan elektron inert besar, hingga bersifat stabil.
c. Ion Sb3+ dan Bi3+
Keduanya membentuk ion trivalent dengan pasangan elektron inert :

Bi tidak membentuk ion Bi5+, ini menunjukkan bahwa Bi3+ stabil akibat
pasangan elektron yang inert. Ion-ion dibagian bahwa stabil akibat pasangan elektron
yang inert. Pengaruh ini juga terdapat dalam unsur-unsur berikut:

Makin ke bawah dalam tiap-tiap golongan, pengaruh pasangan elektron inert


makin besar.

BATAS-BATAS PEMBENTUKAN ION


Pembentukan ion dari suatu atom tergantung beberapa faktor:
a. Stabilitas dari ion yang terjadi
b. Besarnya atom
c. Nomor atom
Besarnya atom menentukan elektron valensi dari inti. Makin jauh, makin lemah
diikat oleh inti dan makin mudah dilepaskan.
Dalam deretan: Li, Na, K, Rb, Cs, makin ke kanan makin mudah membentuk ion.

Nomor atom menentukan banyaknya muatan inti, makin besar muatan inti
makin sukar membentuk ion. Setelah atom melepaskan satu elektron, elektron
berikutnya lebih sukar dilepaskan. Namun demikian ion positif paling besar
bermuatan +, yaitu untuk atom-atom yang besar.

Pada pembentukan ion negatif, atom mengikat ekstra elektron. Dalam hal ini
makin kecil atomnya, makin mudah membentuk ion. Ion negative terbesar bermuatan
3-. Dalam urutan: F, Cl, Br, I, makin ke kiri makin mudah membentuk ion negatif.

HUKUM FAJANS
Menurut hal di atas, suatu ion akan terbentuk dengan mudah bila:
 Struktur ion yang terjadi stabil
 Muatan ionnya kecil
 Bila atom yang membentuk anion kecil atau atom yang membentuk kation
besar
Hukum ini mula-mula diberikan oleh Fajans pada tahun 1924. Fajans mula-mula
memberikan hukumnya berdasarkan volum atom yaitu BA dibagi rapat. Bila volume
atom kecil, atom ini mudah membentuk ion negative, bila volume atom besar mudah
membentuk ion positif.

Berikut adalah penggunaan dari hukum Fajans.


a. Mudahnya pembentukan ion
Untuk ion-ion dengan susunan gas mulia, ukuran mudah atau sukarnya
pembentukan ion tersebut ialah besarnya ion dan muatan ion. Hal tersebut dapat dilihat
dalam ikhtisar berikut:
b. Sifat-sifat fisika Klorida
Pengaruh besar dan muatan kation terhadap kloridanya, dapat dilihat dalam
tabel berikut:

c. Hubungan diagonal
Unsur-unsur yang terletak dalam diagonal pada tabel periodik mempunyai
kesamaan mudahnya membentuk ion, misalnya:

Ini disebabkan karena mudahnya membentuk ion dari atas ke bawah


diimbangi makin sukarnya pembentukan ion dari kiri ke kanan.

ENERGI ATAU POTENSIAL IONISASI


Energi atau potensial ionisasi ialah energi yang diperlukan untuk melepaskan
satu elektron dari atom dalam bentuk gas.
I disebut potensial ionisasi pertama. Untuk melepaskan elektron ke dua,
diperlukan potensial ionisasi kedua, dan seterusnya:
I kedua lebih besar daripada I pertama.

Besarnya I dapat dinyatakan dalam elektron volt/atom atau k kal/mol. I dapat


ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain dengan cara spektroskopi.
Besarnya I dipengaruhi beberapa faktor:
a. Besarnya ion
Bila jari-jari atom semakin besar, potensial ionisasi makin kecil dan makin
mudah atom yang bersangkutan membentuk ion. Berikut adalah potensial ionisasi
unsure-unsur dalam satu golongan dalam elektron volt (Tabel 3).
Dalam deret dari atas ke bawah potensial ionisasi semkin kecil karena jari-jari
atom semakin besar, sehingga daya tarik terhadap elektron semakin kecil.
Tabel 3. Potensial Ionisasi Unsur Segolongan

b. Pengaruh muatan ion


Dalam deret dari kiri ke kanan pada tabel di atas (II), potensial ionisasi
semakin besar dengan bertambahnya muatan ion. Ini disebabkan karena untuk
melepaskan elektron dari ion lebih sukar daripada melepaskan elektron dari atom.
Karena itu potensial ionisasi naik dari potensial ionisasi pertama, ke dua, dan
seterusnya seperti terlihat dala tabel III.
Dari tabel III dapat ditentukan potensial ionisasi atom yang bersangkutan, misalnya:
c. Pengaruh Susunan Elektron
Atom atau ion dengan susunan elektron gas mulia: He+, Ne+, Ar+, Li+, Na+, K+
mempunyai potensial ionisasi sangat tinggi, karena atom atau ion ini mempunyai
susunan elektron sangat stabil.
Tabel 4. Energi Ionisasi (elektron volt)

Atom atau ion dengan elektron satu lebih banyak dari pada gas mulia
mempunyai ionisasi paling rendah, misalnya:
Li, Na, K, Be+, Mg+, dan Ca+
Ketidakteraturan terdapat pada atom-atom dan ion-ion berikut yang
mempunyai potensial ionisasi lebih tinggi dari yang diharapkan:
Be, B+, Mg dan Al+, karena sub lintasan s penuh
N, O+, P, dan S+, karena sub lintasan p penuh.

AFINITAS ELEKTRON
Afinitas elektron ialah energi yang terlepas bila atom dalam bentuk gas mengikat elektron
membentuk ion negatif:
Atom (g) + 1 elektron  Anion (g) + Energi (E)
Afinitas elektron juga dihitung dengan elektron volt/atom atau k kal/mol. Afinitas
elektron dapat ditentukan secara spektroskopi atau siklus Born-Haber.
Berikut adalah afinitas elektron dari beberapa unsur dalam elektron volt:
Tabel 5. Afinitas Elektron

Untuk O dan S afinitas elektron negatif, karena adanya elektron pertama menolak
masuknya elektron ke dua.

POTENSIAL ELEKTRODA
Baik potensial ionisasi atau afinitas elektron merupakan energi yang diperlukan
atau terlepas pada pembentukan ion dalam bentuk gas. Hal ini mempunyai arti teoritis.
Untuk pembentukan ion dalam larutan yang lebih penting ialah potensial elektroda.
Potensial elektroda standard E0 suatu logam ialah beda potensial antara larutan
berisi ion logam yang bersangkutan dengan konsentrasi 1 mol/liter.
Ini berarti Zn lebih mudah membentuk ion daripada Cu. Unsur-unsur dengan Eo
positif berarti mempunyai energy bebas negative, hingga lebih mudah membentuk ion
daripada unsur-unsur dengn E0 negatif.
Hubungan antara E0 dan G0 dinyatakan oleh persamaan:
G0 = -nFEo
G0 = perubahan energy bebas
N = jumlah elektron dalam reaksi
F = bilangan Faraday
E0 = potensial oksidasi standard
Tabel 6. Potensial Oksidasi Standar dalam volt

Di dalam tabel, potensial elektroda kadang-kadang diberikan sebagai potensial


oksidasi dan kadang-kadang sebagai potensial reduksi. Secara numerik keduanya
mempunyai besar yang sama, hanya tandanya berlawanan. Untuk Cu dan Zn di atas kita
sebut potensial oksidasi standar, bila reaksi dibalik E0 disebut potensial reduksi standar.

(Sukardjo : 36-47)

SIFAT-SIFAT SENYAWA IONIK

SIFAT-SIFAT UMUM

Senyawa-senyawa elektrovalen atau senyawa-senyawa ion mempunyai sifat-sifat


umum sebagai berikut:
a. Senyawa-senyawa ion dalam keadaan padat tidak tersusun dari molekul-molekul
tetapi tersusun dari ion-ion. Ion-ion ini saling tarik menarik dengan gaya-gaya
elektrostatis dan membentuk suatu kisi kristal, yang strukturnya ditentukan oleh besar
dan muatan ion yang bersangkutan. Rumus senyawa ion hanya menyatakan
perbandingan ion-ion yang ada dalam Kristal.
b. Senyawa-senyawa ion berupa elektrolit. Dalam pelarut polar seperti air, amoniak cair
dan sebagainya, senyawa-senhyawa ion terpecah menjadi ion-ion yang dapat
menghantar aliran listrik.
c. Senyawa-senyawa ion berupa zat padat yang keras karena gaya-gaya antar ion sangat
kuat.
d. Senyawa-senyawa ion mempunyai titik lebur dan titik didih tinggi, karena untuk
memecah gaya tarik antar ion sangat besar.
e. Senyawa-senyawa ion larut dalam air atau pelarut-pelarut sejenis, tidak larut dalam
benzene atau pelarut-pelarut organik yang lain.

BESARNYA ION

a. Jari-Jari Ion
Jarak antara dua ion yang setimbang dalam kristal dapat ditentukan dengan
difraksi sinar X atau cara-cara yang lain.
Jarak ini biasanya dalam satuan angstrom.
Contoh :

Perbedaan yang tetap antara jarak-jarak di atas, menunjukkan bahwa jari-jari


dari ion dapat dipandang tetap. Bila ion-ion dalam kristal dianggap berbentuk bola,
maka jarak antar ion adalah jumlah kedua jari-jari ion yang bersangkutan:

Gambar 7. Arti Jari-Jari Ion


Untuk dapat menentukan rA dan rB salah satu harus ditentukan. Pauling (1927)
menetapkan jari-jari ion berdasarkan anggapan, bahwa ion-ion dengan susunan
elektron yang sama, jari-jari berbanding terbalik dengan muatan efektif dari ion-ion
yang bersangkutan. Muatan inti menentukan distribusi elektron di luar inti, jadi juga
jari-jari ion.
Muatan efektif = muatan inti (ze) – Screening effect (Se) electron
Besarnya S ditentukan secara eksperimen dari data spectra. Untuk ion dengan
struktur Ne, besarnya S = 4,52.
Untuk ion-ion Na+ dan F- jari-jarinya dapat dihitung sebagai berikut:

Atas dasar ini dapat ditentukan jari-jari dari ion-ion yang lain (Tabel 7)
Tabel 7. Jari-Jari Ion dalam A

b. Harga Jari-Jari Ion


Dari harga jari-jari ion di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Dalam satu golongan dalam tabel periodik, jari-jarinya semakin besar dengan
naiknya berat atom
2) Ion-ion dengan susunan elektron sama, jari-jarinya makin kecil dengan
bertambahnya muatan inti. Ini disebabkan karena gaya tarik terhadap elektron
semakin besar:

Makin ke kanan dalam deret di atas, jari-jari ion makin kecil.


3) Bila suatu unsur membentuk dua ion positif, ion positif dengan muatan kecil jari-
jarinya lebih besar daripada ion positif dengan muatan besar. Ini disebabkan
karena ion dengan muatan besar mempunyai daya tarik terhadap elektron-
elektronnya.

4) Untuk deret larutan terjadi apa yang disebut kontraksi lantan, artinya jari-jari ion
semakin kecil dari La-Lu. Ini disebabkan karena muatan inti terus bertambah,
sedang lintasan elektronnya tetap. Pengisian elektron terjadi pada sub lintasan 4f.

c. Pengaruh bilangan koordinasi terhadap jari-jari ion.


Jari-jari ion didpat menurut cara dari Pauling, diperoleh dengan anggapan
bahwa ion-ion berupa bulatan-bulatan dan ion satu dengan yang lainnya saling
bersinggungan. Hal ini tidak tepat, sebab susunan electron di luar inti sebenarnya
diffuse, hingga sukar ditentukan batas kelilingnya. Di samping itu, dua ion yang
berdekatan saling overlap dan menyebabkan terujadinya deformasi. Deformasi ion-
ion ini dalam bentuk Kristal satu dengan lain tidak sama, hingga jari-jarinya juga lain.
Jari-jari di atas dihitung atas dasar bilangan koordinasi 6. Untuk bilangan koordinasi
8 dan 4, masing-masing harus dikoreksi dengan faktor 1,03 dan 0,94.
r (bilangan koordinasi 8) = 1,03 x r (bilangan koordinasi 6)
r (bilangan koordinasi 4) = 0,94 x r (bilangan koordinasi 6)

STRUKTUR KRISTAL ION


Bilangan koordinasi
Di dalam Kristal, banyaknya ion yang mengelilingi ion lain disebut bilangan
koordinasi. Dalam senyawa A+B-, bilangan koordinasi A+ sama dengan B-, tetapi dalam
senyawa AB2 bilangan koordinasi A dua kali B.
Bilangan koordinasi yang menjadikan stabil, sangat tergantung dari perbandingan
jari-jari kation dan anion atau rA+/rB-. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat dicari
dengan anggapan bahwa ion-ion berbentuk bulat.
Untuk struktur oktahedral, artinya dengan bilangan koordinasi enam, rA+/rB- dapat
dicari sebagai berikut:

Gambar 8. (a). Struktur oktahedral (b) Batas r A+/rB- untuk struktur oktahedral

Ion-ion A+ dan B- hanya dapat bersinggungan bila

Bila rA+/rB- lebih kecil dari 0,414 maka kation akan bergetar dalam molekul,
hingga molekul tidak stabil. Kestabilan dapat dicapai dengan mengelilingi, hingga terjadi
struktur tetrahedral, dengan bilangan koordinasi 4.
Bila kation lebih kecil lagi, terbentuk struktur
planar segitiga dengan bilangan koordinasi 3. Dalam
hal ini batas:

Gambar 9. Struktur octahedral


yang tidak stabil, Dengan cara ini dapat ditentukan ridus rasio
rA+/rB- < 0,414
yang menjadikan stabil untuk bilangan-bilangan
koordinasi yang lain. Bilangan koordinasi 5,7,9,10 dan 11 tidak terdapat, karena hal ini
tidak mungkin untuk kesetimbangan dari muatan-muatan ion.

Gambar 10. Batas untuk rA+/rB- Struktur Planar Segitiga


Dalam Tabel 8 berikut ini diberikan batas-batas rA+/rB- untuk berbagai struktur dan
bilangan koordinasi
Tabel 8. Struktur Kristal Jari-Jari Ion

Bila rA+/ rB- satu atau lebih besar, ion yang membentuk Kristal besarnya sama. Hal
ini terdapat pada kristal-kristal garam.
Walaupun radius ratio sangan berguna, tetapi hal ini tidak seratus persen benar,
sebab di sini dianggap ion-ion berbentuk bulat atau spheres.
Untuk Kristal NaCl, karena rNa+/rCl- = 0,95/1,81 =0,525, maka kita harapkan
strukturnya berupa octahedral. Dalam kenyataanya memang demikian, NaCl Kristal
mempunyai struktur kubus berpusat muka. Senyawa-senyawa lain dengan struktur sama:
halide litium, natrium, kalium, rubidium, dan sesium (bukan klorida, bromide dan
iodide), oksida dan sulfida dari magnesium, kalsium, stronsium, dan barium, klorida,
bromide dan iodide dari perak, monoksida cadmium, besi, kobal, nikel dan mangan dan
monosulfida dari mangan dan timbal.

Gambar 11. Struktur Kristal NaCl

Gambar 12. Struktur Kristal CsCl

Senyawa-senyawa lain yang mengkristal seperti NaCl ialah NH4Cl, NH4Br, NH4I,
Ca2+, CO32-, dan Ca2+C22-
CaCl mempunyai radius rasio rCs+/rCl- = 1,69/1,81 =0,93. Zat ini mengkristal
dengan bilangan koordinasi 8, bentuknya kubus berpusat badan. CsBr dan CsI
mempunyai struktur sama, tetapi CsF dengan F yang lebih kecil mempunyai struktur
seperti NaCl.
Senyawa dengan rumus AB2, misalnya CaF2 (fluorit dan TiO2 (rutile) mempunyai
bentuk Kristal lain. Dalam CaF2 tiap ion Ca2+ dikelilingi 8 ion F- pada sudut-sudut kubus,
sedang tiap-tiap F- dikelilingi oleh 4 ion Ca2+ pada sudut-sudut tetrahedral.
Gambar 13. Struktur Kristal Fluorite

Dalam TiO2, tiap-tiap ion Ti4+ dikelilingi oleh 6 ion O2- pada sudut-sudut
oktahedral sedang tiap-tiap ion O2- dikelilingi ion Ti4+ pada sudut-sudut segitiga.

Gambar 14. Struktur Kristal Rutile

Struktur lain adalah struktur anti fluorite, yaitu struktur sama dengan fluorite
dengan kation dan anion bertukar tempat.
Tabel 9. Struktur Fluorite, Rutile, dan anti Fluorite

PERUBAHAN ENERGI PADA PEMBENTUKAN IKATAN ION.


Pada pembentukan ikatan ion dari dua atom, perubahan energy yang terjadi dapat
diperhitungkan dari energi ionisasi kation, afinitas elektron anion, dan gaya tarik
elektrostatis kedua ion.
Gaya tarik antar dua partikel yang bermuatan, ditentukan oleh hukum Coulomb.

Untuk membentuk ikatan, ion-ion itu harus didekatkkan dari jarak ∞ hingga jarak
kesetimbangan, r. energy yang timbul disebut energy potensial elektrostatis, PE, besarnya
adalah:

Untuk pembentukan pasangan Na+ dan Cl- dari atom Na dan atom Cl, energi
totalnya adalah:

E total di atas hanya iperhitungkan, bila NaCl dibentuk dari atom Na dan Cl.
Dalam hal ini belum diperhitungkan energi untuk mengubah Na padat menjadi Na gas,
energi untuk mengubah Cl2 menjadi atom Cl dan energi yang timbul pada pembentukan
NaCl sebagai Kristal, yang disebut energi kisi.
Energi kisi dapat dicari seperti pada potensial elektrostatis, dengan
memperhitungkan jumlah ion keliling dan letak ion dalam Kristal. Bila dua ion
didekatkan sampai jarak kesetimbangan r, besarnya energi potensial elektrostatis:

Untuk mencari energi potensial elektrostatis dalam Kristal, harus diperhitungkan


jumlah ion keliling dan letak ion-ion dalam Kristal.
Akibat adanya ion keliling, energi Coloumb lebih besar, demikian pula energi
potensial elektrostatisnya:

Tanda negatif menunjukkan bahwa pada pembentukan pasangan ion dalam


Kristal terbebas energi. Besarnya A tergantung bentuk Kristal.

Tabel 10. Tetapan Madelung

Grafik pada Gambar 5.10 menunjukkan perubahan energi potensial elektrostatis


pada pembentukan NaCl.
Gambar 15. Perubahan PE pada pembentukan NaCl

NaCl dengan ikatan kovalen mempunyai PE relatif kecil, lebih besar terdapat
pada Na+ Cl- (g) dan terbesar pada Na+ Cl- (s) yaitu Na+ Cl- (g) dalam kisi kristal.
Untuk senyawa-senyawa yang berisi ion divalent ternyata tetapan Madelung A
lebih besar daripada yang berisi ion-ion monovalen atau yang ikatannya sedikit kovalen
ZnS.
Di samping gaya tarik Coulomb antara dua ion, juga terdapat gaya tolak dari awan
elektron antara kedua ion. Karena adanya gaya tolak dan gaya tarik ini, akhirnya terjadi
kesetimbangan.
Grafik pada Gambar bagian bawah menyatakan energy potensial akibat gaya
tarik, besarnya adalah

Gambar 16. Penyusun Energi Kisi


Grafik pada Gambar 16 bagian atas menyatakan energi potensial akibat gaya tolak
yang besarnya dinyatakan oleh rumus:

Besarnya energy kisi, yaitu energy yang timbul pada pembentukan 1 mol Kristal
dari ion-ionnya dalam keadaan gas, adalah jumlah kedua energy di atas:

Untuk tiap-tiap jenis Kristal di mana r dan n dapat ditentukan secara percobaan,
maka dapat dihitung harga B. rumus di atas biasanya disederhanakan:

Energi kisi halida yang diperoleh dengan rumus ini ternyata sesuai dengan hasil-
hasil percobaan.
Tabel 11. Energi Kisi Alkil Halida (k kal/gram formula)

Energi kisi hanya sedikit yang dapat ditentukan secara langsung dengan siklus
Born Haber.
Misalnya akan dihitung energi kisi pada pembentukan NaCl Kristal:

Dalam hal ini harus diperhatikan :

a) Energi ionisasi Natrium, INa


b) Afinitas elektron Klor, ECl
c) Energy sublimasi natrium, SNa
d) Energy disosiasi klor, DCl
e) Panas reaksi pada pembentukan NaCl dari unsur-unsurnya

Hubungan energi-energi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Menurut hukum Hess:

atau

Dengan ini dapat ditentukan besarnya energy kisi NaCl atau ECl bila besaran lain diketahui.

(Sukardjo: 48-64)

2. IKATAN KOVALEN

Anda telah melihat bahwa ketika ada perbedaan keelektronegatifitasan yang besar antar
dua atom (2,0 atau lebih), ikatan yang terbentuk dari dua atom sangat ionik. Apa yang terjadi
ketika tidak ada perbedaan keelektronegatifan atau jika perbedaan keelektronegatifannya kecil?

Ikatan Kovalen Non-Polar

Sekarang bayangkan seorang sumo dengan berat badan 300 pound pada ujung tali yang
satu dan ujung yang lain juga ditarik oleh sumo dengan berat badan 300 pound. Situasi ini sama
seperti ketika dua atom membentuk suatu ikatan, contohnya, ketika dua atom flor membentuk
molekul Florin, F2. Berikut ini struktur elektron untuk F2
Karena dua atom dari unsur yang sama membentuk ikatan, perbedaan
keelektronegatifannya sama dengan nol. Pada molekul florin, suatu pasangan elektron valensi
terbagi sama rata. Jenis ikatan ini merupakan ikatan kovalen murni. Semua unsur-unsur diatomik
yang lain (Cl2,Br2, I2, O2, N2, dan H2) mempunyai ikatan kovalen murni. Pada semua molekul-
molekul ini, elektron-elektron ditransfer secara merata.

Pembagian yang mendekati sama

Kadang-kadang, keelektronegatifan dari atom-atom yang berikatan sangat dekat namun


tidak persis sama. Sebagai contoh, keelektronegatifan karbon adalah 2,5 dan hydrogen 2,1. EN
lebih dari nol selalu berarti elektron tidak dibagi secara merata. Namun, suatu ikatan dimana
perbedaan keelektronegatifan kurang dari atau sama dengan 0,5 dipertimbangkan sebagai ikatan
kovalen dengan elektron yang tidak terbagi tepat sama rata. Semua senyawa-senyawa yang
terbentuk antara karbon dan hydrogen dikategorikan kovalen.

Ketika perbedaan keelektronegatifan kurang dari atau sama dengan 0,5 sedikit pembagian
elektron yang tak sama tidak memiliki efek yang signifikan pada sifat molekul. Titik didih dan
titik leleh yang rendah adalah jenis dari senyawa kovalen murni. Kebanyakan dari molekul unsur
diatomik berbentuk gas pada suhu kamar seperti Cl2, F2, O2, N2 dan H2. Karbon disulfida,
metana, dan nitrogen dioksida, ditunjukkan pada gambar 9.7 merupakan contoh dari senyawa
kovalen dimana elektron dibagi sedikit tidak merata. Molekul-molekul ini berwujud gas atau
pada titik didih rendah berbentuk cair pada suhu kamar.
Gambar 17. Harga EN dari beberapa senyawa

Ikatan Kovalen Polar

Sekarang pertimbangkan suau tarik tambang dimana seorang sumo dengan berat badan
300 pound menarik ujung tali yang satu dan sumo dengan berat badan 400 pound menarik ujung
tali yang lain. Suatu tarikan tak sama pada ujung-ujung tali membawa bagian tengah tali menuju
mendekati sumo dengan berat badan 400. Ini analogi untuk suatu ikatan dimana elektron
dibagikan tidak merata. Jenis ikatan ini termasuk diantara dua pembagian elektron ekstrim:
pembagian merata (suatu ikatan kovalen) dan pembagian rata sempurna (suatu ikatan ionik).
Ikatan dimana pasangan elektron dibagi tidak sama mempunyai perbedaan keelektronegatifan
antara 0,5 - 2,0.

Pembagian tak merata pada ikatan kovalen.

Ketika perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan berada diantara


0,5 dan 2,0, pembagian elektron tidak begitu merata dimana transfer elektron sempurna terjadi.
Justru, ada suatu transfer sebagian dari pembagian elektron kepada atom yang lebih
elektronegatif. Atom yang elektronegatifitasnya rendah tetap menahan beberapa gaya tarik untuk
pembagian elektron. Ikatan yang terbentuk ketika elektron-elektron dibagi tidak merata disebut
suatu ikatan kovalen polar. Suatu ikatan kovalen polar mempunyai suatu karakter ionik.

Ikatan kovalen polar disebut polar karena pembagian elektron yang tak merata
mengakibatkan dua kutub terbentang pada ikatan. Seperti suatu baterai yang mempunyai
pemisah kutub positif dan kutub negative, jadi ikatan kovalen mempunyai kutub, ditunjukkan
pada Gambar 18. kutub negatif ditengah atom yang lebih elektronegatif dalam ikatan. Atom ini
mempunyai kelebihan elektron. Kutub positif disekitar atom yang kurang elektronegatif. Atom
ini kehilangan satu elektronnya. Karena tidak terdapat transfer elektron seluruhnya, muatan pada
kutub tidak 1+ atau 1-, namun + dan -. Symbol-simbol ini, delta positif dan delta negatif,
mewakili muatan parsial positif dan muatan parsial negatif. Pemisahan muatan ini menyebabkan
muatan postif dan negatif apada ujung-ujung ikatan, memberikan ikatan kovalen polar
mempunyai karakter ionik.

Gambar 18. Distribusi muatan dalam ikatan O–H

Senyawa dengan ikatan kovalen polar mempunyai perbedaan sifat dari senyawa dengan
ikatan kovalen murni. Anda perhatikan bahwa senyawa kovalen murni cenderung memiliki titik
leleh dan titik didih rendah. Carbon disulfida, CS2, ditunjukkan pada Gambar 9.7 merupakan
suatu molekul triatomik, dengan EN sama dengan nol. Karbon disulfida mendidih pada suhu
46oC. air juga merupakan molekul triatomik, namun ikatan dalam air merupakan kovalen polar.
Meskipun molekul air jauh lebih ringan daripada karbon disulfide, titik didihnya 1000C.

Air Mempunyai Ikatan Kovalen Polar

EN untuk ikatan O–H adalah 1,4, jadi molekul air mempunyai ikatan polar. Ketika
atom-atom hydrogen dan oksigen berikatan dengan memberikan elektron, pasangan elektron
tertarik menuju oksigen yang lebih elektronegatif. Pembagian yang tidak merata ini
menyebabkan suatu ketidak seimbangan distribusi muatan dua atom, ditunjukkan pada Gambar
19.

Efek dari ikatan kovalen polar pada titik didih digambarkan oleh perbandingan titik didih
air dengan unsur-unsur hidrida golongan 16 (sulfur, selenium dan tellurium). Suatu hidrida
merupakan suatu senyawa yang terbentuk antara unsure-unsur apapun dengan hydrogen. Air
merupakan hidrida pertama dari golongan 16. EN untuk ikatan O-H 1,4. Namun EN untuk
ikatan S–H dan Se–H hanya 0,4, dan EN untuk ikatan Te–H adalah 0,3. Perbedaan
elektronegatifitas ini menjelaskan bahwa H2O mengandung ikatan kovalen polar, sedangkan
ikatan pada H2S, H2Se dan H2Te merupakan ikatan kovalen murni. Gambar 9.10 menunjukkan
bahwa meskipun H2O yang paling ringan dari keempat hidrida, titik didihnya sangat jauh lebih
tinggi daripada hidrida golongan 16 yang lain.

Gambar 19. Titik didih merefleksikan tipe ikatan

(Glencoe: 305-311)

Ikatan Kovalen Koordiansi


Ikatan kovalen dapat juga terbentuk dengan pasangan elektron berasal dari salah satu
atom seperti ikatan kovalen yang terjadi antara atom nitrogen dan atom boron dalam H3NBF3.

Ikatan kovalen dengan pasangan elektron berasal dari satu atom disebut ikatan kovalen
koordinasi. Ikatan kovalen koordinasi kadang-kadang dinyatakan dengan tanda panah () yang
menunjukkan arah donasi pasangan elektron. Pada contoh di atas arah pasangan elektron adalah
dari atom nitrogen ke atom boron. Dalam banyak hal pasangan elektron ikatan kovalen
koordinasi dinyatakan dengan garis ikatan (–) sebagaimana ikatan kovalen yang elektronya
berasal dari masing-masing atom yang berikatan.
(Effendy, 2010: 16)

BEBERAPA TEORI IKATAN KOVALEN

Seperti yang telah dijelaskan di atas, ikatan kovalen terjadi akibat penggunaan sepasang
elektron atau lebih secara bersama-sama. Ikatan kovalen terjadi pada pasangan unsur-unsur yang
mempunyai keelektronegatifan tinggi atau unsur yang cenderung menerima elektron.

Ada banyak teori yang menjelaskan mengenai terjadinya ikatan kovalen, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Aturan Oktet
a. Aturan Oktet menjelaskan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan elektron valensi
pada masing-masing unsur pembentuk ikatan kovalen. Aturan Oktet menyatakan bahwa
suatu atom cenderung mempunyai elektron valensi delapan, yaitu seperti pada gas mulia
(kecuali helium = 2).
b. Pengecualian Aturan Oktet
1) Senyawa yang tidak Mencapai Aturan Oktet
Senyawa kovalen biner sederhana dari berilium (Be) boron (B), dan
Alumunium (Al), yaitu unsure-unsur yang elektron valensinya kurang dari 4, tidak
mencapai oktet. Contohnya BeCl2, BCl3, dan AlBr3.
2) Senyawa dengan Jumlah Elektron Valensi Ganjil
Senyawa yang memiliki jumlah elektron ganjil tidak mungkin memenuhi
aturan oktet. Contohnya NO2 yang mempunyai elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17.
3) Senyawa dengan Oktet Berkembang
Unsur dari periode 3 dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan octet
(lebih dari 8 elektron pada kulit terluar). Hal ini dapat terjadi karena kulit luarnya
dapat mempunyai 18 elektron. Contoh PCl5, SF6, ClF5.
c. Kegagalan Aturan Oktet
Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa unsur transisi maupun
postransisi. Atom Sn mempunyai 4 elektron valensi, tetapi senyawanya banyak yang
terbentuk dengan melepas 2 elektron. Pada umumnya senyawa unsur transisi maupun
unsur protransisi tidak memenuhi aturan oktet.

2. Teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi/ Valence Shell Electron Pair Repulsion
(VSEPR)
Setelah Lewis berhasil menggambarkan elektron valensi dalam senyawa kovalen,
timbul upaya untuk meramalkan struktur molekul dari senyawa kovalen. Struktur senyawa
kovalen sangat ditentukan oleh bentuk elektron valensi atom pusatnya. Bentuk itu
dipengaruhi oleh jumlah pasangan elektronnya, baik yang terikat maupun yang bebas.

Menurut Gillespie dan Nyholm (1957), pasangan elektron valensi atom mempunyai
gaya tolak menolak (gaya Coulomb) karena bermuatan negatif. Berdasarkan hal itu mereka
mengemukakan suatu gagasan yang disebut Teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi/
Valence Shell Elektron Pair Repulsion (VSEPR).

Beberapa istilah yang digunakan di dalam teori VSEPR:

a. Atom pusat adalah atom yang terikat pada dua atau lebih atom lain.
Sebagai contoh dalam molekul H2O, yang menjadi atom pusat adalah atom O, sedangkan
H di sebut atom sekitar. Pasangan elektron yang berada di sekitar atom pusat dibedakan
menjadi dua jenis, pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB).
b. Pasangan elektron ikatan adalah pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan
c. Pasangan elektron bebas adalah pasangan elektron yang tidak digunakan untuk
berikatan.
Teori VSEPR menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang berikatan. Posisi
elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri molekulnya. Geometri (bentuk) molekul
adalah gambaran tentang susunan atom-atom dalam molekul berdasarkan susunan ruang
pasangan elektron atom dalam pusat dalam molekul, pasangan elektron ini baik yang
berikatan maupun yang bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk geometri molekul
berdasarkan VSEPR adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Pasangan Elektron
Menurut teori ini, pasangan elektron di sekitar elektron pusat akan menempatkan
diri sejauh mungkin agar tolakan antar pasangan elektron menjadi minimum. Misalnya
jika disekitar atom pusat hanya ada dua pasang elektron, maka kedua pasang elektron
tersebut cenderung menempatkan diri pada ujung yang berlawanan dari atom pusat
sehingga tolakannya minimum. Urutan kekuatan tolak menolak diantara pasangan-
pasangan elektron pada atom pusat adalah sebagai berikut:
Pasangan Elektron Ikatan (PEI) ; Pasangan Elektron Bebas (PEB)
Sehingga kekuatan tolakan antara PEI vs PEI< PEI vsPEB < PEB vs PEB.
Berbagai kemungkinan bentuk molekul berdasarkan PEB dan PEI disajikan dalam tabel
12. berikut:
Tabel 12 : Berbagai Kemungkinan Bentuk Molekul Berdasarkan PEB dan PEI

PEI + Orbital Bilangan Tipe Pasangan Bentuk


Contoh
PEB Hibrida Koordinasi Elektron Molekul
2 sp 2 2 PEI Linier [Ag(CN)2]−, HgCl2,
linier CdI2
3 sp2 3 3 PEI Segitiga BX3 (X = F, Cl,
segitiga datar Br), GaI3
2 2 PEI + 1 PEB Bentuk V SnCl2, PbCl2
4 sp3 4 4 PEI Tetrahedral CH4, NH4+, SnX4,
tetrahedral BF4−
3 3 PEI + 1 PEB Trigonal NH3, H3O+, PX3,
piramida AsX3
2 2 PEI + 2 PEB Bentuk V H2O, H2S, H2Se
5 sp3d 5 5 PEI Trigonal PbCl5, SbCl5, VF5,
trigonal bipiramid PCl5
bipiramida 4 4 PEI + 1 PEB Tetrahedral SF4, TeCl4, R2SeX2
tak teratur
3 3 PEI + 2 PEB Bentuk T ClF3, BrF3
2 2 PEI + 3 PEB Linier [ICl2] −, I3−
6 sp3d2 6 6 PEI Oktahedral SF6, [SiF6]2−,
oktahedral [PbF6]2−
5 5 PEI + 1 PEB Segiempat BrF5, IF5
piramida
4 4 PEI + 2 PEB Segiempat [ICl4] −, [BrF4] −
datar
7 sp3d3 (?) 7 7 PEI Pentagonal IF7, ReF7
bipiramida
6 6 PEI + 1 PEB Oktahedral [TeCl6]2−, [TeF6]2−
terdistorsi

b. Pengaruh Keelektronegatifan
NH3 dan NF3 mempunyai struktur tetrahedron, yang memiliki satu pasangan
elektron bebas. Namun, keelektronegatifan antara F dan N berbeda, F pada NF3 pada
memiliki elektronegativitas yang lebih tinggi daripada N di NH3. Keelektronegatifan
yang tinggi membuat tolakan menjadi lebih kecil sehingga jarak pada NF3 lebih kecil
dibandingkan NH3. Sudut ikatan yang dibentuk oleh F – N – F adalah sebesar 102º30’
sedangkan H – N – H adalah sebesar 107º48’.

c. Beberapa Contoh Penggunaan Teori VSEPR:


Bentuk Molekul CH4

Atom Pusatnya adalah atom C

Elektron Valensi dari C =4

Ada 4 x 1 elektron dari atom H =4

Jumlah = 8 elektron

PEI = 4 ; PEB = 0

Sehingga pasangan elektron = 4

Bentuk dasar : Tetrahedral


Bentuk Molekul : Tetrahedral

Bentuk Molekul NH3

Atom Pusatnya adalah atom N

Elektron Valensi dari N =5

Ada 3 x 1 elektron dari atom H =3

Jumlah 8 elektron

PEI = 3 ; PEB = 1

Sehingga pasangan elektron = 4

Bentuk dasar : Tetrahedral

Bentuk Molekul : Segitiga Pyramidal

Bentuk Molekul H2O

Atom Pusatnya adalah atom O

Elektron Valensi dari O =6

Ada 2 x 1 elektron dari atom H = 2

Jumlah 8 elektron

PEI = 2 ; PEB = 2

Sehingga pasangan elektron = 4

Bentuk dasar : Tetrahedral

Bentuk Molekul : Bentuk V

d. Keterbatasan Penggunaan VSEPR


Teori VSEPR berhasil meramalkan struktur molekul struktur molekul senyawa
kovalen sederhana yang mempunyai atom pusat. Teori ini dapat menjelaskan kenapa
sudut-sudut ikatan dalam CH4 = 109,5º ; NH3 = 107,5º ; dan H2O = 104,5º, yaitu karena
adanya distorsi oleh pasangan electron bebas pada H2O lebih besar daripada NH3. Tetapi
teori ini tidak dapat menerangkan molekul yang lebih rumit dan yang mempunyai
bilangan koordinasi lebih dari enam, IF7 dan ReF7.
3. Teori Ikatan Valensi/ Valence Bond Theory (VBT)
Setelah diketahui adanya ikatan kovalen, timbul upaya untuk menjelaskan cara
terbentuknya. Pada tahun 1920-an, lahir teori ikatan valensi/ Valence Bond Theory (VBT).
Teori ini berguna untuk meramalkan struktur molekul senyawa kovalen yang mempunyai
atom pusat.

Teori ikatan valensi mula-mula dikemukakan oleh Heitler dan Slater, dan kemudian
dikembangkan oleh Pauling dan Coulson. Teori ini bertolak dari fakta bahwa atom sebelum
berikatan elektron terpisah satu sama lain. Setelah berikatan, terjadi tumpang tindih orbital
kulit terluarnya sehingga elektron di dalamnya menjadi milik berdua, dimana yang
bertindihan hanya orbital yang mengandung elektron yang tidak berpasangan dan setelah
bergabung menjadi pasangan, seperti yang terlihat pada gambar 1.1 sebagai berikut:

Gambar 20. Terjadinya ikatan akibat tumpang tindih orbital


Pada gambar di atas, dua elektron pada masing-masing unsur bergabung dalam satu
orbital bila spinnya berlawanan. Satu elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluar
suatu atom akan tarik menarik dengan elektron terluar atom lain.

Dua atom yang berjauhan tidak punya daya tarik-menarik atau daya tarik-menariknya
kecil. Jika keduanya semakin mendekat, daya tariknya semakin bertambah sehingga terjadi
overlapping orbital. Namun overlapping yang terjadi tidak dapat terlalu besar, hal ini
dikarenakan adanya gaya tolak-menolak muatan positif kedua inti. Jadi, terdapat hubungan
antara energi potensial (daya tarik dan daya tolak atom) dengan jarak kedua atom. Jarak
yang stabil suatu ikatan disebut jari-jari kovalen.

Kekuatan ikatan bergantung pada besarnya overlapping orbital. Berdasarkan itu


dikenal dua macam ikatan, yaitu ikatan σ (sigma) dan ikatan 𝜋 (phi). Ikatan σ mempunyai
overlapping lebih besar maka ikatannya lebih kuat, sedangkan ikatan 𝜋 lebih lemah karena
overlapingnya lebih kecil.

a. Ikatan σ
Overlaping yang terjadi melalui inti atom. Ada tiga jenis overlapping yang menghasilkan
ikatan σ, yaitu :
Ikatan σ s-s

Ikatan σ p-p

Ikatan σ s-p

b. Ikatan 𝜋
Overlaping yang terjadi pada ujung/ kutub ikatan kovalen, yaitu:
c. Contoh Ikatan σ dan 𝜋 pada molekul
Ikatan kovalen pada molekul O2
Oksigen :

4. Konsep Hibridisasi
Dalam teori ikatan valensi, kita akan mengenal istilah orbital atom dan orbital hibrida.
Orbital hibrida terbentuk dari proses hibridisasi yaitu pembentukan orbital-orbital dengan
tingkat energi yang sama (orbital hibrid) dari orbital-orbital dengan tingkat energi berbeda.
Dengan menggunakan konsep hibridisasi maka dapat ditentukan geometri molekul dilihat
dari susunan dalam ruang orbital hibrid yang terbentuk.

Pembentukan orbital hibrida bergantung pada jumlah dan jenis orbital yang
bergabung. Overlapping orbital atom pusat dengan orbital atom lain setelah hibridisasi lebih
besar. Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan aturan hibridisasi, yaitu
sebagai berikut:

a. Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama.
b. Orbital hibrida yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung
c. Dalam hibridisasi, yang bergabung (adalah orbital) bukan elektron.
d. Sebagian besar orbital hibrida bentuknya mirip tetapi tidak selalu identik.
Pembentukan orbital hibrida melalui proses hibridisasi adalah sebagai berikut:

a. Salah satu elektron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat
energinya, sehingga jumlah electron yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan
yang akan dibentuk. Ataom yang demikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi
yang mungkin adalah dari ns ke np, ns ke nd, atau ns ke (n-1)d.
b. Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di daerah orbital
hybrid.
c. Terjadi overlapping orbital hybrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan
kovalen.
Jenis orbital hibrida dengan geometri dan jarak dalam ruang tampak pada Tabel 13 berikut

Tabel 13. Geometri Beberapa Orbital Hibrida

Jumlah Kekuatan ikatan


Orbital atom yang digunakan Arah dalam ruang
orbital relatif
1 S Tak terarah 1,00
P Saling tegak lurus 1,732
2 s, px Linier 1,932
3 s, px, py Segitiga datar 1,991
d z 2 , px, py -

4 s, px, py, pz Tetrahedral 2,000


s, dxy, dyz, dxz -
d x 2  y 2 , s, px, py Segi empat 2,694

d x 2  y 2 , d z 2 , px, py
-
5 s, px, pz, d z 2 Trigonal bipramid -
Segiempat piramid -
s, px, py, pz, d x 2  y 2

6 s, px, py, pz, d x 2  y 2 , d z 2 Octahedral 2,923

7 sp3d3 Pentagonal bipiramid -


8 d z 2 , dxy, dyz, dxz, px, py, pz, s Dodecahedron -
d x 2  y 2 , dxy, dxz, dyz, s, px, py , pz Segiempat antiprisma -
Kubus
fxyz, dxy, dyz, dxz, s, px, py, pz
-

Sedang gambar stereokimia senyawa kovalen yang mengacu ke orbital atom pusat tampak
berikut ini.

1. sp hibridisasi

2. sp2 hibridisasi

3. sp3 hibridisasi

4. sp3d hibridisasi 6. sp3d2 hibridisasi

5. sp3d3 hibridisasi
Contoh proses hibridisasi:

Keterbatasan Proses Hibridisasi

Beberapa hal tentang keterbatasan konsep hibridisasi adalah sebagai berikut.

a. Sekalipun promosi dan hibridisasi itu penting dalam pembentukan orbital hibrida, tetapi
promosi tidak harus terjadi. Misalnya dalam pembentukan ikatan rangkap.
b. Energi yang menyertai proses hibridisasi merupakan pelepasan energi. Metana
merupakan tetrahedral, karena energi molekul dengan konfigurasi ini adalah yang
terendah. Atom karbon (pada keadaan dasar 2s2 2p2) setelah mengalami promosi dari 2s
ke 2p dapat menggunakan orbital hibrida sp3, sp2 atau sp untuk membentuk ikatan,
tergantung banyaknya yang dibentuk dengan situasi tertentu.
c. Suatu set orbital hibrida tidak perlu ekivalen. Hibridisasi trigonal bipiramid (dsp3)
memberikan 2 orbital (untuk ikatan dp) yang tegak lurus pada 3 orbital yang mendatar
(menggunakan hibridisasi sp2). Jadi dalam PCl5 mempunyai 2 atom klor berbeda dengan
3 atom klor lainnya.

5. Teori Orbital Molekul/ Molecule Orbital Theory (MOT)


Teori orbital molekul mula-mula dikemukakan oleh Hund dan Milikan. Teori ini
berdasarkan asumsi bahwa semua orbital kedua atom bergabung membentuk orbital baru
yang disebut orbital molekul. Akibatnya, semua elektron kedua atom menjadi milik
bersama.

Menurut teori ini, inti atom-atom yang berikatan dianggap berada pada posisi antar
inti yang setimbang. Orbital yang menyatakan kebolehjadian mendapatkan elektron adalah
maksimum ditentukan dengan cara analog yang digunakan pada penentuan orbital atom.
Orbital multi-inti disebut orbital molekul, yang digunakan 2 atau lebih inti.

Dalam teori orbital molekul, identitas orbital atom sudah tidak ada dan pengisian
elektron mengikuti prinsip aufbau dengan pengisian elektron dimulai dari tingkat terendah.
Demikian juga teori ini mengikuti prinsip ekslusi Pauli dan aturan Hund, untuk tingkat
degenerasi pengisian elektron dengan spin paralel.

a. Orbital ikatan dan orbital anti ikatan (bonding dan antibonding)


Pendekatan yang digunakan dalam orbital molekul adalah kombinasi linier orbital
atom (KLOA), yaitu diperoleh dari mengkombinasikan orbital atom-orbital atom yang
masing-masing memiliki fungsi gelombangnya.

Orbital atom A dengan fungsi gelombang A dan orbital atom B dengan fungsi
gelombang B. Bila dikombinasikan diperoleh orbital molekul, yaitu orbital molekul
ikatan, b dan orbital molekul anti ikatan a:

b = A + B
a = A – B

Orbital ikatan dikonsentrasikan antar dua inti sehingga fungsi gelombangnya


saling memperkuat, sedang pada orbital anti ikatan menghasilkan simpul antar 2 inti
karena fungsi gelombangnya saling meniadakan.

Kerapatan elektron orbitalnya merupakan kuadrat fungsi gelombang, 2:

b 2 = A2 + B2 + 2A.B

a 2 = A2 + B2 – 2A.B

Integralnya adalah:


S= 0
A.B.d

Gambar 37. Kombinasi linier 2 orbital atom s.

a. 2 orbital 1s
b.  (─) dan.2 () adalah orbital ikatan
c.  (─) dan.2 () adalah orbital anti ikatan
b. Simetri Orbital Molekul
Beberapa kemungkinan hasil kombinasi orbital atom ditunjukkan pada Gambar 21.

1) Orbital σ

Gambar 21. Pembentukan ikatan dan antiikatan (bonding dan antibonding) ikatan σ
2) Orbital σ dan 𝜋

Gambar 22. Pembentukan ikatan dan antiikatan (bonding dan antibonding) antara orbital 2px dengan
orbital 2pz.
Contoh Orbital Diagram Orbital Molekul Diatomik
c. Orde Ikatan
Elektron pada orbital bonding membuat kedua atom berikatan atau tarik-menarik,
sedangkan elektron dalam anti bonding membuat keduanya tolak-menolak. Jika jumlah
elektron dam orbital bonding dan antibonding sama, maka kedua atom tidak terikat.
Ikatan dapat terjadi bila jumlah elektron pada orbital bonding lebih banyak daripada
elektron pada orbital bonding lebih banyak daripada elektron pada orbital anti bonding.
Perbedaan itu dinyatakan dengan orde ikatan.

Orde ikatan untuk molekul diatomik adalah setengah dari selisih jumlah elektron
yang membentuk ikatan (Nb) dan jumlah elektron yang membentuk anti ikatan (Na)

(N b - N a )
Orde ikatan =
2

Semakin besar nilai orde ikatan maka makin kuat ikatannya. Urutan tingkat energi
di atas digunakan untuk menentukan orde ikatan.

1) Molekul hidrogen, H2
Merupakan sistem 2 elektron dengan 2 inti, konfigurasi orbital molekulnya adalah

2-0
(σ1s)2 dengan orde ikatan = = 1 , diperoleh ikatan tunggal σ.
2

Gambar 23. Diagram Tingkat Energi H2

2) Ion hidrogen, H2+


Untuk H2+ hanya mempunyai sebuah elektron pada σ1s, sehingga konfigurasi
orbital molekulnya adalah (σ1s)1 dengan orde ikatan = ½.
Gambar 24. Diagram Tingkat Energi H2+

3) Ion hidrogen , H2─


Untuk ion H2─ mempunyai dua elektron pada σ1s, dan sebuah elektron pada
σ 1s* sehingga konfigurasi orbital molekulnya adalah (σ1s)2, (σ 1s* )1 dengan orde ikatan
= 1½.

Gambar 25. Diagram Tingkat Energi H2─

4) Molekul He2
Merupakan sistem 4 elektron dengan konfigurasi orbital molekulnya adalah
(σ1s)2, (σ 1s* )1 dengan orde ikatan = 0, sehingga tidak terjadi ikatan antara kedua atom
He.

Gambar 26. Diagram Tingkat Energi He2


5) Ion He2+
Merupakan sistem 3 elektron, sehingga konfiguras orbital molekulnya adalah:

2-1 1
(σ1s)2, (σ 1s* )1 dengan orde ikatan = = . Sistem ini hanya ada dalam sistem
2 2
terisolasi.

6) Molekul Li2 dan Be2


Li2 mempunyai 6 elektron, 4 elektron membentuk orbital molekul (σ1s)2 dan
(σ 1s* )2 sedang 2 elektron lainnya menghasilkan orbital molekul (σ2s), (σ1s)2, (σ 1s* )2,
(σ2s)2

Dalam kombinasi ini kulit elektron bagian dalam tidak mengambil bagian dan
sering disingkat dengan K, L, ........ sehingga konfigurasi Li2 adalah

KK (σ2s)2

4-2
Orde ikatan Li adalah = = 1 , berupa orbital ikatan σ2s.
2

Gambar 27. Diagram Tingkat Energi Li2

Untuk Be2 yang merupakan sistem 8 elektron menghasilkan konfigurasi orbital


molekul KK (σ1s)2, (σ 1s* )2 dengan orde ikatan nol.

Gambar 28. Diagram Tingkat Energi Be2


7) Molekul O2, F2, Ne2, dan N2
Konfigurasi orbital molekul O2 adalah KK (σ2s)2, (σ *2 s )2, (σ 2 px )2, ( π 2 py )2, (

π 2 pz )2 , ( π*2py )1, ( π*2pz )1 dengan orde ikatan = 2.

Gambar 29. Diagram Tingkat Energi O2

Sedang molekul F2 mempunyai orde ikatan 1 dan molekul Ne2 mempunyai


konfigurasi orbital molekul KK, LL karena kedua bilangan kuantum utama 1 dan 2
penuh dengan elektron.

Gambar 30. Diagram Tingkat Energi F2 Gambar 31. Diagram Tingkat Energi Ne2

Anda mungkin juga menyukai