1. Aturan Oktet
Aturan oktet adalah kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti
gas mulia terdekat. G. N. Lewis dan W. Kossel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi
elektronnya, gas mulia mempunyai konfigurasi oktet (penuh) kecuali helium dengan konfigurasi
duplet.
• Unsur selain gas mulia membentuk ikatan dalam rangka mencapai konfigurasi oktet.
2. Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom disertai elektron valensinya. Lambang Lewis unsur gas mulia
menunjukkan 8 elektron valensi terbagi dalam 4 pasangan.
Ikatan ion adalah gaya tarik menarik listrik antara ion berbeda muatan, disebut sebagai ikatan
elektrovalen. Ikatan ion hanya dapat terjadi jika unsur-unsur yang direaksikan memiliki perbedaan
daya tarik elektron yang besar. Ikatan antara logam dengan nonlogam cenderung ionik.
Dengan pedoman pada aturan oktet, rumus empiris senyawa ion suatu pasangan logam-nonlogam
dapat diramalkan karena jumlah elektron yang dilepas unsur logam sama dengan yang diserap unsur
nonlogam.
Ikatan kovalen
- jumlah pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan = ikatan kovalen tunggal/ rangkap 2/
rangkap 3
- asal elektron yang diggunakan untuk berikatan = ikatan kovalen murni/ koordinasi
dengan berpedoman aturan oktet, dapat diramalkan rumus molekul dari senyawa biner, lalu jumlah
elektron yang berpasangan harus disamakan. tapi ada pengecualian aturan oktet.
cara atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan dengan rumus bangun/ rumus
struktur.rumus ini diperoleh dari rumus lewis dengan mengganti setiap pasangan elektron ikatan
dengan sepotong garis
2 atom dapat membentuk ikatan dgn sepasang, 2 pasang, atau 3 pasang tergantung jenis unsur yang
berikatan.
- Contoh ikatan kovalen rangkap 2 adalah molekul oksigen (O2). Setiap atom oksigen memiliki enam
elektron valensi. Dalam molekul O2, dua atom oksigen saling berbagi dua pasangan elektron
sehingga masing-masing atom memperoleh delapan elektron valensi (konfigurasi oktet). Oleh karena
itu, ikatan kovalen rangkap 2 terbentuk antara dua atom oksigen
- Contoh ikatan kovalen rangkap 3 adalah molekul nitrogen (N2). Setiap atom nitrogen memiliki lima
elektron valensi. Dalam molekul N2, dua atom nitrogen saling berbagi tiga pasangan elektron
sehingga masing-masing atom memperoleh delapan elektron valensi (konfigurasi oktet). Oleh karena
itu, ikatan kovalen rangkap 3 terbentuk antara dua atom nitrogen.
NH3BCl3. atom NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas. atom BCl3 sudah
memasangkan semua elektron valensinya, namun belum oktet. kedua atom tersebut dapat berikatan
dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebss atom N. Ikatan seperti itu disebut ikatan
kovalen koordinasi, ikatan dativ, atau ikatan semipolar.
Perbandingan senyawa ion dengan senyawa kovalen
titik didih senyawa kovalen rendah, dan senyawa ion tinggi. pada suhu kamar, senyawa ion berupa
zat padat yg keras tapi rapuh, sedangkan senyawa kovalen berupa padatan dgn titik leleh yg rendah,
ada yang berupa cairan dan gas.
Zat yang mudah menguap disebut volatil atau atsiri. tidak ada senyawa ionik yang volatil
3. kelarutan
senyawa ion cenderung larut dalam air, tapi tidak dalam pelarut organik. sedangkan senyawa kovalen
tidak larut dalam air, tapi lebih mudah larut dalam pelarut yang kurang polar/nonpolar
Senyawa kovalen tidak dapat menghantarkan listrik, padatan senyawa ion juga tidak dapat
menghantarkan listrik, tapi lelehannya dapat menghantarkan listrik.
aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa unsur transisi maupun ponstransisi
Struktur Lewis merupakan gambaran dari molekul atau ion dalam bentuk diagram yang menunjukkan
jumlah dan jenis atom, serta ikatan antara atom-atom tersebut. Berikut adalah langkah-langkah
untuk menggambar struktur Lewis:
- Tentukan jumlah atom yang terlibat dalam molekul atau ion tersebut.
- Tentukan jumlah valensi (elektron terluar) pada setiap atom yang terlibat.
- Tentukan ikatan kimia antara atom-atom tersebut. Ikatan kovalen terbentuk ketika dua atom saling
berbagi pasangan elektron valensi, sedangkan ikatan ionik terbentuk ketika satu atom menyerahkan
elektron valensinya ke atom lain.
- Hitung jumlah elektron valensi total dalam molekul atau ion tersebut.
- Letakkan atom pusat (biasanya atom yang paling elektronegatif) di tengah diagram dan tarik garis
untuk menunjukkan ikatan antara atom-atom yang terlibat.
- Letakkan elektron valensi pada atom-atom tersebut di sekitar atom sesuai dengan aturan oktet
(delapan elektron di kulit terluar, kecuali pada hidrogen dan helium yang hanya dapat menampung
dua elektron).
- Jika ada atom yang belum mencapai oktet, tambahkan pasangan elektron pada atom tersebut
sampai oktet terpenuhi.
Periksa kembali jumlah elektron valensi total dalam diagram untuk memastikan bahwa jumlah
elektron yang digunakan sama dengan jumlah elektron yang tersedia.
IKATAN LOGAM
Unsur logam memiliki sedikit elektron valensi. Oleh karena itu, kulit terluar unsur logam relatif
longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom
lain. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas sehingga elektron valensi logam mengalami
delokaslisasi, yaitu suatu keadaan saat elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu
atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari satu atom ke atom lain. Elektron-elektron valensi
tersebut berbaur sehingga menyerupai awan atan lautan yang membungkus ion-ion positif logam di
dalamnya. Jadi, struktur logam dapat dibauangkan sebagai ion-ion positif yang dibungkus oleh awan
atau lautan elektron valensi.
Logam merupakan konduktor yang baik karena elektron valensinya mudah mengalir. Logam dapat
ditempa atau dapat ditarik karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam hanya
bergeser, sedangkan ikatan antaranya tidak terputus.
GEOMETRI MOLEKUL
Geometri molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul. Molekul diatomik
memiliki geometri linear; molekul triatomik dapat linear atau bengkok; molekul tetraatomik ada yang
planar (datar sebidang) dan ada pula yang memiliki geometri trigonal. Semakin banyak atom
penyusun molekul, semakin kompleks pula geometrinya.
Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan geometri molekul berdasarkan tolak-menolak
elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR
(Valance Shell Electron Pair Repulsion). Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah
keberadaan elektron. Untuk menentukan jumlah domain elektron dalam suatu molekul kita harus
mengetahui lebih dahulu struktur Lewisnya, kemudian mengikuti 2 aturan yaitu, setiap elektron
ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap dua, atau rangkap tiga) merupakan satu domain dan setiap
pasangan elektron bebas merupakan satu domain. Untuk menentukan jumlah domain elektron
dalam satu molekul, kita harus mengetahui struktur Lewis molekulnya.
B. pasangan elektron bebas mempunyai gaya tolak yang sedikit lebih kuat daripada pasangan
elektron ikatan, hal itu terjadi karena pasangan electron bebas hanya terikat pada satu atom
sehingga gerakannya lebih leluasa. Akibat dari pebedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya
sudut ikatan karena desakan dari pasangan elektron bebas. Demikian halnya dengan domain yang
terdiri atas dua atau tiga pasang elektron (ikatan rangkap dua atau rangkap 3) tentu menpunyai daya
tolak yang lebih besar daripada domain yang hanya terdiri atas sepasang elektron.
tipe molekul merupakan suatu notasi yang menyatakan jumlah domain (pasangan elektron) di sekitar
atom pusat dari suatu molekul, baik domain elektron bebas maupun domain elektron ikatan. Tipe
molekul ditentukan dengan cara sebagai berikut. Yaitu, atom pusat dinyatakan dengan lambang A,
setiap domain elektron ikatan dinyatakan dengan X, dan setiap elektron bebas dinyatakan dengan E.
Jika atom pusat hanya berikatan tunggal, setiap ikatan hanya menggunakan satu elektron dari atom
pusat. Dengan demikian, jumlah pasangan elektron bebas (E) sesuai dengan rumus berikut.
E= (ev – X)/2
Dengan
X = jumlah domain elektron ikatan = jumlah atom yang terikat pada atom pusat
Jika atom pusat membentuk ikatan rangkap atau ikatan kovalen koordinasi, setiap ikatan akan
menggunakan 2 elektron valensi dari atom pusatnya, rumus : E = (ev – X)/2.
2. Menentukan geometri domain – domain electron di sekitar atom pusat yang memberi
tolakan minimum
3. Menetapkan domain electron terikat dengan menuliskan lambing atom yang bersangkutan
Catatan : kedudukan domain – domain electron yang terdiri dari 2, 3, 4, dan 6 domain adalah
ekuivalen satu terhadap yang lainnya. Jadi, domain mana saja yang dipilih sebagai domain electron
bebas tidak akan mengubah bentuk molekul. Lain halnya jika (domain) electron berjumlah 5 domain,
kelima pasangan itu terdiri dari atas 2 posisi yang tidak ekuivalen, yaitu 3 pasangan yang menempati
posisi ekuatorial dan 2 pasangan menempati posisi aksial.
• Hibridisasi
Bentuk molekul dapat diramalkan dengan teori domain electron. Teori tersebut tidak menjelaskan
bagaimana suatu molekul dapat memperoleh bentuknya. Contoh : teori tersebut meramalkan
molekul metana (CH4) berbentuk tetrahedral dengan 4 ikatan C – H yang ekuivalen. Fakta percobaan
tersebut sesuai dengan ramalan tersebut. Jadi, hibridasi adalah peleburan orbital – orbital dari
tingkat energi yang berbeda menjadi orbital – orbital yang energinya setingkat. Jumlah orbital hibrida
sama dengan jumlah orbital yang terlibat pada hibridasi itu, sedangkan jumlah orbital yang
mengakami hibridasi sama dengan jumlah domain electron dalam molekul.
• Kepolaran molekul
Hakikat ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk karena menggunakan pasangan electron
bersama. Namun, kedudukan pasangan electron milik bersama itu tidak selalu simetris terhadap
kedua atom yang berikatan. Ikatan kovalen nonpolar itu ketika muatan negative (electron) tersebar
secara homogen. Ikatan kovalen polar itu ketika pasangan electron ikatan tertarik lebih dekat ke
atom … karena mempunyai daya Tarik electron yang besar dari pada …
Molekul dengan ikatan kovalen polar tentu bersifat nonpolar. Namun, molekul dengan ikatan polar
dapat bersifat polar, dapat pula bersifat nonpolar bergantung pada geometri (bentuk) molekulnya.
Molekul dikatakan bersifat nonpolar jika distribusi rapatan electron dalam molekul tersebar secara
merata. Sebaliknya, molekul dikatakan bersifat polar jika distribusi rapatan electron tidak merata
sehingga ada sisi molekul yang distribusi rapatan elektronnya lebih besar, sementara sisi lainnya lebih
rendah. Suatu molekul akan bersifat polar jika memenuhi dua syarat yaitu :
- Ikatan dalam molekul bersifat polar. Secara umum, ikatan antara atom yang berbeda dapat
dianggap polar.
- Bentuk molekul tidak simetris sehingga pusat muatan positif tidak berimpit dengan pusat
muatan negative.
Contoh : molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O – H maupun N – H bersifat polar (ada
perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak simetris sehingga electron tidak tersebar
merata
3. menunjukkan kepolaran
Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat dalam medan magnet. Zat
polar tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat nonpolar tidak.
4. Momen Dipol
Kepolaran dinyatakan dalam besaran yang disebut momen dipol. Momen dipol adalah hasil kali
selisih muatan dan jarak antara pusat muatan positif dan negative. Satuan momen dipol adalah
debye (D), dengan 1D sebesar 3,33 X 10-30 C m (Coulomb meter). Semakin polar suatu zat, maka
semakin tinggi momen dipolnya. Zat nonpolar memiliki momen dipol = 0.
Gaya-gaya Antarmolekul
Gaya antarmolekul adalah gaya yang menyatukan suatu molekul dengan molekul lainnya. Gaya
antarmolekul berpengaruh pada sifat fisis zat seperti titik didih dan titik lelehnya.
1. Gaya Tarik menarik Dipol sesaat dan dipol terimbas (Gaya London atau gaya dispersi)
Gaya dispersi atau gaya London adalah gaya Tarik menarik antarmolekul pada zat yang bersifat
nonpolar. Penjelasan gaya ini dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Bernama Fritz London. Dipol sesaat
adalah dipol yang dapat berubah miliaran kali dalam satu sekon. Dipol sesaat berpengaruh kepada
molekul di sekitarnya sehingga membentuk dipol terimbas.
Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau mengimbas suatu dipol disebut
polarisabilitas. Selain efek polarisasi, gaya Tarik antarmolekul juga dipengaruhi area kontak
antarmolekul.
Gaya dipol-dipol adalah gaya Tarik antarmolekul dalam zat polar. Sebuah molekul polar memiliki dua
ujung yang berbeda muatan (dipol). Ujung polar tersebut menyusun diri dengan pol positif
berdekatan dengan pol negatif dari molekul di dekatnya. Susunan molekul tersebut disebut gaya tarik
dipol-dipol.
Sebenarnya, gaya dispersi juga berlaku kepada zat polar. Tetapi gaya dispersi merupakan satu satunya
gaya antarmolekul yang bekerja pada zat nonpolar. Pada zat polar, gaya dipol-dipol menambah gaya
dispersi yang ada pada zat tersebut.
3. Gaya Tarik Dipol-Dipol Terimbas
Gaya Tarik dipol-dipol terimbas bekerja antara molekul polar dan nonpolar. Dalam hal ini, gaya dipol
dari molekul polar akan mengimbas molekul nonpolar disekitarnya sehingga terjadi dipol sesaat.
4. Ikatan Hidrogen
Gaya antarmolekul ini terjadi antara senyawa hidrogen dengan unsur yang memiliki
keelektronegatifan yang besar seperti F, O dan N. Misalnya HF, H2O, dan NH3 yang memiliki titik didih
yang lebih tinggi dibanding senyawa lain yang sejenis. Hal ini disebut Ikatan Hidrogen.
Gaya gaya antarmolekul secara kolektif disebut gaya van der waals. Jadi gaya london, gaya dipol-
dipol, dan gaya dipol-dipol terimbas termasuk gaya van der waals. Namun ada kebiasaan untuk
melakukan pembedaan untuk memperjelas gaya antarmolekul dalam suatu zat.
a. Istilah gaya london atau gaya dispersi digunakan jika gaya antarmolekul itulah satu-satunya,
yaitu untuk zat-zat nonpolar.
b. Istilah gaya van der waals digunakan untuk zat yang mempunyai dipol-dipol selain gaya
dispersi.
Satu jenis ikatan antarpartikel yang kuat adalah jaringan ikatan kovalen yang dapat membentuk
struktur kovalen raksasa. Zat dengan ikatan tersebut memiliki titik leleh dan didih yang sangat tinggi.
Contoh jaringan ikatan kovalen adalah intan dan grafit, dan juga silika.