Anda di halaman 1dari 23

BAB I.

PENGERTIAN
Molekul yang sederhana yaitu merupakan bagian yang terkecil dari
suatu zat yang masih mempunyai sifat yang sama dengan zat
tersebut. Sebagai contoh, suatu molekul gula adalah bagian yang
terkecil dari zat gula, yang masih mempunyai sifat gula meskipun
secara fisik tidak tampak seperti butiran gula. Contoh lain adalah
molekul air. Seperti zat lain, air tersusun atas molekul-molekul. Di
dalam molekul, kita masih dapat menemukan bagian terkecil lagi
yang tidak tampak dengan mata. Ada sekitar 100 jenis bagian yang
lebih kecil dari molekul yang disebut atom.

I.1 Struktur Molekul


Molekul dibentuk oleh 2(dua) atau lebih atom. Molekul dapat
didefinisikan sebagai kelompok atom yang terikat dengan kuat,
dengan ikatan antar kelompok atomsejenis yang relatif lemah.
Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama
(misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda
(misalnya air H2O). Atom-atom dan kompleks yang berhubungan
secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan
ion) secara umum tidak dianggap sebagai satu molekul tunggal.
Dalam setiap molekul, atom-atom terikat oleh gaya tarik-menarik
yang kuat, biasanya berbentuk ikatan primer . Sebaliknya , ikatan
antar molekul adalah lemah karenanya dalam batas-batas tertentu
setiap molekul dapat bergerak dengan bebas. Molekul didefinisikan
sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan
dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan
netral serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda
dengan ion poliatomik. Dalam kimia organik danbiokimia,

istilah molekul digunakan secara kurang kaku, sehingga molekul


organik dan biomolekulbermuatan pun dianggap termasuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk
merujuk pada partikel gas apapun tanpa bergantung pada
komposisinya. Menurut definisi ini, atom-atom gas muliadianggap
sebagai molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom tunggal
yang tak berikatan.
Hal ini disimpulkan dari pengamatan bahwa
1. Setiap senyawa molekul memiliki titik cair dan titik didih yang
lebih rendah dibandingkan dengan bahan padatnya.
2. Benda padat molekular lebih lunak karena setiap molekul dapat
bergeser satu dengan lainnya oleh tegangan yang kecil saja.
3. Molekul-molekul tetap utuh dalam keadaan cair ataupun gas
Jika 2 atom (atau molekul) mendekati satu sama lainnya, maka akan
bekerja pada masing-masing atom (atau molekul) tersebut yaitu gaya
tarik ataupun gaya tolak.

Model paling sederhana diberikan

ilustrasi dibawah ini :

Dalam posisi setimbang, atom-atom berada pada jarak pisah tertentu


yang disebut sebagai jarak atom atau panjang ikatan. Atom dikatakan
dalam posisi setimbang, jika berada dalam keadaan energi bebas (E)
yang sangat minimum (paling stabil).

unsurunsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai contohnya, air


selalu memiliki nilai perbandingan atom hidrogen berbanding oksigen
2:1. Etanol pula selalu memiliki nilai perbandingan antara karbon,
hidrogen, dan oksigen 2:6:1. Namun, rumus ini tidak menunjukkan
bentuk ataupun susunan atom dalam molekul tersebut. Contohnya,
dimetil eter juga memiliki nilai perbandingan yang sama dengan
etanol. Molekul dengan jumlah atom penyusun yang sama namun
berbeda susunannya disebut sebagai isomer. Perlu diperhatikan
bahwa

rumus

empiris

hanya

memberikan

nilai

perbandingan

atomatom penyusun suatu molekul dan tidak memberikan nilai


jumlah atom yang sebenarnya. Rumus molekul menggambarkan
jumlah atom penyusun molekul secara tepat. Contohnya, asetilena
memiliki rumus molekuler C2H2 , namun rumus empirisnya adalah
CH. Massa suatu molekul dapat dihitung dari rumus kimianya. Sering
kali massa molekul diekspresikan dalam satuan massa atom yang
setara dengan 1/12 massa atom karbon12.

I.2 Mekanisme Ikatan Atom Dalam Molekul

Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan Ikatan antar


atom

dalam

suatu

molekul.

Struktur

Lewis

digunakan

untuk

menggambarkan ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinat.


Struktur Lewis dikembangkan oleh Gilbert N. Lewis, yang menyatakan
bahwa atomatom bergabung untuk mencapai konfigurasi elektron
yang lebih stabil. Untuk menyusun struktur Lewis dari suatu atom
atau unsur, dapat dengan cara menuliskan simbol titik pada sekeliling
atom. Setiap titik mewakili satu elektron yang terdapat pada kulit
valensi atom tersebut. Elektron yang terlibat dalam ikatan ini hanya
elektronelektron yang terdapat pada kulit terluar dan jumlah total
3

elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan ini tidak mengalami


perubahan (merupakan jumlah total elektron valensi dari atomatom
yang berikatan). Pada umumnya, jumlah elektron pada kulit valensi
sama dengan golongan dari suatu atom. Oleh karena itu, jumlah titik
pada simbol Lewis sama dengan golongan dari atom tersebut. Namun
untuk logam transisi, lantanida, dan aktinida yang mempunyai kulit
dalam yang tidak terisi penuh, titik Lewis dari unsurunsur tersebut
tidak dapat dituliskan secara sederhana.

Penulisan Struktur Lewis


1. Meletakkan

satu

unsur

dengan

elektronegativitas

yang

terendah sebagai pusatnya


2. Menghitung jumlah total elektron valensi ( ditambah 1 elektron
untuk muatan negatif dan dikurangi 1elektron untuk muatan
positif )
3. Melengkapai aturan oktet untuk semua atom kecuali H
4. Jika jumlah total elektron struktur lebih banayk dari jumlah total
elektron valensi, maka buat ikatan rangkap pada pusat atom
5. Jika terdapat keelbihan elektron , tempatkan pada atom pusat.
Langkah langkah dalam menggambarkan struktur Lewis:
1. Menghitung valensi atom yang akan dibuat struktur Lewisnya,
contoh NH3 .
2. Membuat kerangka strukturnya, di mana atom pusatnya biasanya
adalah atom pertama dalam rumus kimia molekul tersebut.
3. Menempatkan satu elektron pada sisi di mana terdapat atom lain.
Jika terdapat sisa elektron, letakkan elektronelektron tersebut secara
berpasangan.
4. Menulis semua elektron valensi dari atomatom yang terlibat
dengan menggunakan lambang titik ().

5. Melengkapi bentuk duplet atau oktet dari ikatan atom ke atom


pusat. Bila atom pusat masih belum memenuhi kaidah oktet maka
dapat digunakan ikatan rangkap agar setiap atom dapat memenuhi
oktet.
6. Jika sudah sesuai, ganti setiap pasangan elektron tersebut dengan
garis tunggal (ikatan tunggal). Apabila terdapat dua pasangan
elektron, maka ganti dengan garis rangkap dua (ikatan rangkap dua).
Jika terdapat 3 pasangan elektron, ganti dengan garis rangkap tiga
(ikatan rangkap tiga).

1.2.1 Ikatan Kovalen


Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan
electron secara bersama-sama oleh dua atom (James E. Brady, 1990).
Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang sama-sama ingin
menangkap elektron (sesama atom bukan logam).
1.2.1.1 Struktur lewis pada ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal,adalah ikatan dengan satu pasang elektron
milik bersama.Digambarkan dengan tanda satu garis ikatan.
Contoh : ikatan antara atom H (non logam) dan atom Cl (non logam).
Pada ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1
pasang elektron oleh dua atom yang berikatan.

Molekul

Molekul

terdiri dari 2 atom H. Atom H (Z =1) memiliki konfigurasi

elekktron (1). Atom H memerlukan 1 elektron tambahan untuk


mencapai konfigurasi He (2). Aturan duplet dapat dipenuhi apabila 1
atom H bergabung dengan atom H lain membentuk saru ikatan
kovalen HH.

Molekul

Molekul

terdiri dari 1 atom C dan 4 atom H.

Atom C (Z=6) dengan konfigurasi elektron (2.4) memerlukan 4


elektron tambahan untuk mencapai konfigurasi elektron Ne
(2.8). (Aturan oktet)

Atom H (Z=1) Dengan konfigurasi elektron (1) memerlukan 1


elektron tambahan untuk mencapai konfigurasi elektron He (2).
(aturan duplet).

Aturan oktet dan duplet dapat dipenuhi apabila 1 atom C bergabung


dengan 4 atom H membentuk 4 ikatan kovalen C H.

Molekul

Molekul

terdiri dari 2 atom F. Atom H (Z =9) memiliki

konfigurasi elektron (2.7). Atom F memerlukan 1 elektron


tambahan untuk mencapai konfigurasi Ne (2.8). Aturan oktet
dapat dipenuhi apabila 1 atom F bergabung dengan atom F lain
membentuk satu ikatan kovalen F F.

1.2.1.2 Struktur lewis pada ikatan kovalen rangkap dua


Kovalen rangkap dua,adalah ikatan dengan dua pasang elektron milik
bersama.Di gambarkan dengan tanda dua garis ikatan.Contoh : ikatan
antar atom O (non logam). Pada ikatan kovalen rangkap dua
ditunjukkan oleh garis rangkap dua (=), yang artinya ada 2 pasangan
elektron ikatan.
Contoh

Ikatan rangkap dua pada molekul CO2

Ikatan tunggal dan rangkap dua pada

C2H3Br

1.2.1.3 Struktur lewis pada ikatan kovalen rangkap tiga


Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan dengan tiga pasang
electron

milik

bersama.

Pada ikatan kovalen rangkap tiga ditunjukkan oleh garis rangkap tiga
(), yang artinya ada 3 pasangan elektron ikatan.
Contoh:

Ikatan rangkap tiga pada molekul N2

Ikatan tunggal dan rangkap tiga pada molekul HCN

1.2.2 Ikatan Ion

Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan


ion-ion dalamsuatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan
kimia ini terdiri dari kation dan jugaanion. Kation terbentuk dari unsurunsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanyaterdiri dari
logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung
terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi,
dalam hal ini unsur-unsur golonganhalogen dan oksigen. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhioleh


besarnya

beda

keelektronegatifan

dari

atom-atom

pembentuk

senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka


ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat.Ikatan ionik tergolong
ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat
sebagaiakibat

dari

penyusunnya.Pembentukan

perbedaan
ikatan

ionik

keelektronegatifan
dilakukan

dengan

ion
cara

transfer elektron. Dalam hal ini,kation terionisasi dan melepaskan


sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yangdisyaratkan
dalam aturan Lewis.
Sifat-Sifat ikatan ionik adalah :
a. Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
b. Memiliki titik leleh yang tinggic. Baik larutan maupun lelehannya
bersifat elektrolit
c. Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit

Struktur Lewis pada Ikatan Ion, satu atom menyerahkan sebuah


elektron pada yang lainnya, membentuk muatan positif dan negatif.

Ikatan ion pada NaCl

Ikatan pada MgO

Ikatan pada CaCl2

I.3 Tingkatan Energi Rotasional Molekular

Cara kedua sebuah molekul dapat mengubah keadaan geraknya


apabila ia menyerap atau memancarkan radiasi adalah dengan
berotasi mengililingi pusat massanya. Tinjaulah molekul diatomik
yang diperoleh.
Titik asal sistem koordinat dipilih berada pada massa molekul,
sehingga x1m1 = x2m2. Energi kinetik rotasi adalah
1 2
K= I
2
I adalah momen lembam molekul dan

kecepatan sudutnya.

Energi kinetik ini dapat pula kita tulis dalam momentum sudut |L| = I

K=

L 2
2I

10

Momen lembam ini adalah

I =m1 x 21+ m2 X 22

Pernyataan ini dapat kita tulis dalam massa reduksi m = m 1 m2/(m1 +


m2) dan jarak pisah setimbang R = x1 + x2 sebagai
I =m R 2
Energi kinetik diambil sebagai energi total sistem yang harus
dikuantitasikan, karena tidak ada energi potensial, Tanpa melewati
pemecahan

persamaan Schrodinger bagi gerak rotasi ini, kita dapat menebak


nilai dari energi-energi terkuantisasinya. Untuk atom hidrogen, besar
momentum sudut I diberikan oleh |I| =

l ( l+1 ) h

dengan l = 0, 1, 2,

3, . . ., dan oleh karena itu kita memperkiraan bahwa energi dari


molekul diatomik yang berotasi adalah
L ( L+1 ) h2
E=
2 m R2
Dengan L adalah suatu bilangan kuantum yang mengambil nilai 0, 1,
2, . . ., sama seperti momentum sudut orbital dari atom H.
Bila kita mengeksitasikan molekul ke suatu tingkat rotasi tinggi,
ia akan turun kembali ke keadaan dasarnya dengan memancarkann
foton-foton yang berkaitan dengan transisi rotasi yang bersangkutan.
Aturan seleksi bagi foton-foton ini adalah,

11

| L|=1
Energi foton, seperti biasanya, sama dengan beda energi antara dua
tingkat yang berurutan:
E=E L+1 E L

( L+1 ) ( L+ 2 ) h 2 L ( L+1 ) h2

2 m R2
2 m R2

h2
(
)
L+ 1
m R2

Anda teringat mengingat kembali bahwa transisi antara tingkat


eksitasi vibrasi semuanya memiliki energi yang sama; tetapi, energi
transisi rotasi bergantung pada L. Gambar memperlihatkan suatu
dengan tingkat rotasi dan transisi antara mereka.

Energi foton bergantung pada besaran h2/mR2, dan kita dapat


menghitung energi foton dengan menaksir nilai besaran ini. Bagi H 2
telah kita hitung bahwa

0,5 x 1,008 u dan R = 0,074 nm. Jadi:

1240 eV .nm 2

0,074 nm 2

hc

2
h
h2 c2
=
=
2
2
2
mR (mc ) R

4 2 0,5 1,008u 931,5

MeV

0,0152 eV

Oleh karena itu, transisi rotasi dalam hidrogen meiliki energi dan
panjang gelombang berikut:
L = 1 ke L = 0

= 0,0152 eV

81,6 m

12

L = 2 ke L = 1

= 0,0304 eV

40,8 m
E

L = 3 ke L = 2

= 0,0456 eV

27,2 m
Dan seterusnya. Eneri yang dipancarkan membentuk deret
E , 3

E , 2

E , . . ., dan begitu pula dengan panjang gelombang yang

dipancarkan

/2,

/3

Panjang gelombangnya juga berada dalam daerah inframerah,


tetapi nilainya sekitas sepuluh kali lebih besar daripada yang dimiliki
transisi vibrasi, Daerah ini biasanya disebut inframerah jauh (far
infrared).
Bagi NaCl, perhitungan serupa memberikan h 2/mR2 = 53,6 106

eV, dan tiga transisi pertamanya adalah

L = 1 ke L = 0

= 107,2

10-6 eV

= 160,8

10-6 eV

10-6 eV

= 11,6 mn

L = 3 ke L = 2

= 53,6

= 23,1 mn

L = 2 ke L = 1

= 7,71 mn

13

Pada kasus ini, semua transisi berada dalam daerah gelombang


mikro.
Jadi dapat kita rangkumkan bahwa, tingkat-tingkat energi rotasi
adalah 10 hingga 100 kali lebih rapat daripada tingkat-tingkat energi
vibrasi, dengan transisinya berada dalam daerah inframerah jauh dan
gelombang

mikro.

Transisi

yang

dipancarkan

tidak

semuanya

memiliki/menurun (atau suatu deret panjang gelombang yang naik).


Transisi yang dipancarkan dibatasi oleh aturan seleksi yang hanya
memperkenankan bilangan kuantum L berubah sebanyak satu unit.

I.4 Tingkatan Energi Vibrasional Molekular

Sebuah

molekul

dapat

menyerap

dan

memancarkan

energy

electromagnet sama seperti pada sebuah atom; sebagai contoh,


molekul H2 dapat mengyerap sebuah foton dengan energy yang tepat
untuk mengeksitasikan salah satu electron 1s ke suatu keadaan
eksitasi 2p, dan kemudian akan balik ke keadaan dasar dengan
memancarkan sebuah foton. Orde energy foto-foton seperti ini
khasnya sama seperti yang dari transisi elektronik dalam atom, 1
hingga 10 eV. Transisi optic seperti ini telah kita bahas bagi system
atomic dalam bab 8, dank arena transisi optic dalam molekul juga
sama, kita tidak akn membahasnya lagi.
Penyerapan atau pemancaran sebuah foton optis mengubah keadaan
gerak elektronik dalam sebuah molekul. Tetapi, bagi beberapa
molekul ada beberapa cara lain untuk menyerap dan memancarkan
radiasi electromagnet. Gerak masing-masing atom dalam molekul
dapat pula diubah, dengan membuat mereka bervibrasi relative
terhadap yang lain atau berotasi terhadap pusat massa atom. Seperti
14

pada gerak elektronik, gerak vibrasi dan rotasi ini terkuantitasenergy vibrasi dan energy rotasi hanya dapat dipancarkan atau
diserap dalam bentukkuantum energy tertentu. Dalam sisa bab ini
kita akan mempelajari cara lain sebuah molekul dapat menyerap atau
memancarkan energy electromagnet dengan mengubah keadaan
gerak

vibrasi

dan

rotasinya-vibrasi

dan

rotasi,

kedua-duanya

bergantung pada masa objek yang bervibrasi atau berotasi, dank


arena massa electron sangat kecil maka pengaruhnya tidak berarti.
Kita

mulai

dengan

gerak

vibrasi

sebuah

molekul.

(Untuk

mempermudah pembahasannya, kita meninjau saja molekul diatomic,


walaupun demikian prinsip umum yang sama berlaku pula pada
molekul-molekul lain yang memiliki lebih dari dua atom). Apabila
1
2
2 kx , maka tingkat-tingkat energinya

potensialnya diberikan V =
adalah
1
2 )

E = hv (N +

N = 0, 1, 2, . . .

Dengan v adalah frekuensi klasik osilator:


V=

1
2

k /m

Karena kedua atom molekul bersama-sama bergetar, tidaklah jelas


nilai massa manakah yang kita ambil dalam menghitung frekuensi v.
Andaikanlah, kedua atom memiliki massa m1 dan m2. Maka ketika
mareka melewati kedudukan setimbang mereka, energy total molekul
adalah:
Er =

1
2 m1v

2
1

1
2 m2v

15

2
2

p1
2 m1

p2
2m2

Jika pusat massa molekul tidak bergerak (karena tidak ada gerak
translasidari seluruh molekul), p1 = p2, dan kita dapat menuliskan
kembali energy diatas (dengan p = p = p2 ) sebagai
1
2

Er =

1
2

p2
2m

p2

1 1
+
m2 m 2

m 1m 2

m 1+m 2

Dengan

m=

m 1m 2
m 1+m 2

Jadi, energy system sama seperti energy sebuah massa tumggal


bermassa m, yang bergerak dengan momentum p. Massa m ini
adalah semacam massa efektif seluruh molekul dan dikenal sebagai
massa

reduksi.

Massa

inilah

yang

akan

kita

gunakan

dalam

menghitung frekuensi vibrasi.


Perhatikan bahwa m =

1
m
2

apabila m1 = m2, seperti pada molekul

berinti sama-massa efektifnya adalah separuh massa masing


masing atom, apabila salah satu massa lebih besar dari pada yang
lainnya, nilai massa reduksi hampir sama dengan massa yang lebih
ringan,

ini

kelembaman

sesuai

dengan

massa

perkiran

yang

kita,

lebih

16

karena
berat

inersia

atau

memperkecil

kencenderungannya untuk bergerak, dan sebagian besar gerak


vibrasi dilakukan oleh massa yang lebih ringan.
Sekarang kita perlu menghitung tetapan k yang mucul dalam
pernyataan bagi frekuensi. Tidak ada cara yang tepat untuk
menghitungnya, karena molekul tidak berprilaku seperti sebuah
osilator sederhana! Sebuah osilator yang memiliki energy potensial
1
2
2 kx memiliki gaya F = - kx yang menarik massanya menuju pusat.
Gaya ini bertambah secara linear terhadap x, tetapi kita tidak
memperkirakan hal ini terjadi dalam molekul- gaya ikat molekul
semakin lemah begitu jarak antara atomnya diperbesar. Walaupun
demikian, energy potensial

1
2
2 kx dapat diambil sebagai hampiran

kasar bagi energy molekul, dalam daerah yang dekat kedudukan


setimbang.

1
2
2 (R-R0) di sekitar daerah minimum. Dapat anda lihat

bahwa di sekitar daerah minimum, parabolanya secara kasar


menghampiri energy molekuler sebenarnya. Tetapan k dapat ditaksir
dari grafik dengan melihat nilai R R0 yang diperlukan untuk
memberikan suatu energy tertentu E E 0 sama dengan 0,50 eV, nilai
R R0 adalah sekitar 0,017 nm, dan karena itu kita menaksir bahwa
2

K=

2 E
( R )2

= 36 x 10

20

0,017 nm

2 x 0,50 eV

eV/m2

Karena massa reduksi m adalah separu massa atom hydrogen, kita


dapat menaksir frekuensi vibrasinya:

17

V=

1
2

1
2

k
m

1
2

kc
2
mc

9,0 x 10 16m 2 s 2

36 x 10 20 eV /m

=1,3 x 1014 Hz

I.5 Spektrum Molekular

Spektrum

fotoelektron

diukur

dengan

foton

ultraviolet

disebut

spektrum fotoelektron ultraviolet (UPS). Untuk pengukuran UPS, foton


21,22 eV diiradiasikan dari tabung lucutan helium, akibat trasnsisi
21P1S (dari orbital 2p ke orbital 1s), digunakan dalam banyak kasus.
Karena

foton

ultraviolet

(UV)

243 memiliki energi jauh lebih kecil dibandingkan foton X-ray, foton
UV tidak cukup mengionisasi kulit elektron dalam. Namun, energi
kinetik elektron sedemikian kecil sehingga lebih banyak struktur halus
dapat diungkap dalam UPS. Bila vibrasi molekul dieksitasi dengan
ionisasi, energi kinetik fotoelektron menjadi lebih kecil dengan
sejumlah energi yang diperlukan untuk eksitasi vibrasional, karena
energi ini lebih lanjut digunakan dari energi foton. Dalam spektra
fotoelektron yang sangat tinggi resolusinya, struktur vibrational halus
sering memunculkan banyak puncak. Dalam Gambar 5.26 spektrum
fotoelektron molekul hidrogen ditunjukkan sebagai contoh. Puncak
yang dilabel dengan 0, 1, 2, .. di gambar mengindikasikan kuantum
vibrational v dari keadaan vibrational dari ion yang dihasilkan H2+ . v

18

= 0 berhubungan pada keadaan dasar vibrational H2+, yaitu keadaan


vibrasi titik nol ion molekul hidrogen. Gambar 5.26 menunjukkan
puncak paling kuat untuk v = 2.

Gambar 5.26 Spektrum fotoelektron ultraviolet molekul H2. Hal ini


berkaitan dengan prinsip

Franck-Condon, yang merupakan aturan yang dikenal dengan baik


untuk transisi elektronik dalam molekul. Menurut prinsip FranckCondon, transisi elektronik dapat dianggap terjadi tanpa gerakan inti.
Akibatnya kurva energi potensial seperti dalam Gambar 5.27 hanya
transisi vertikal yang mungkin. Dalam kasus real, transisi vertikal
paling mungkin terjadi, dan transisi yang agak bergeser dapat juga
muncul walaupun kebolehjadiannya kecil. Transisi yang memerlukan
pergeseran inti besar sukar terjadi.
244 Karena gaya ikat menjadi lebih lemah dalam ion molekul
hidrogen, jarak kesetimbangan diharapkan menjadi lebih besar di
ionnya daripada molekul hidrogen. Puncak yang paling tinggi v = 2
dalam spektrum fotoelektron di Gambar 5.26 mengindikasikan bahwa
hanya pada garis vertikal dari posisi kesetimbangan H2 kurva
potensial ion memotong tingkat vibrasional v = 2. Energi ionisasi
berkaitan dengan transisi vertikal disebut energi ionisasi secara
umum. Dalam kasus ionisasi molekul hidrogen, energi ionisasi dapat
ditentukan sebesar 15,96 eV dari Gambar 5.26. Energi ionisasi
19

minimum molekul hidrogen sebaliknya berhubungan pada transisi


ionisasi pada tingkat v = 0 dalam ion. Energi ionisasi minimum
semacam ini tanpa eksitasi vibrasional disebut energi ionisasi
adiabatik, yang diperlukan adalah 15,43 eV dalam kasus H2. Apakah
makna limit v 8 dalam eksitasi the vibrasional? Ini berkaitan
dengan keadaan terdisosiasi dengan ikatan diputus dengan lengkap.
Dalam spektrum fotoelektron di Gambar 5.26 limit v 8 berhubungan
dengan disosiasi H2+ menjadi atom H dan ion H+. Jadi, bila posisi
v8 dalam spektrum dapat dideduksikan, energi disosiasi H2+,
D0(H2+) dapat diperoleh dari I() - I(0). Catat bahwa interval antara
puncak dalam spektrum menurun dengan meningkatnya v, plot grafis
interval ini sebagai fungsi v memberikan posisi di mana intervalnya
menjadi nol. Dari prosedur ini kita dapat memperoleh posisi yang
tepat limit disosiasi. Hasilnya menjadi I() = 18,08 eV. Dari nilai ini,
kita peroleh D0(H2+) = I()- I(0) = 18,08-15,43 = 2,65eV (lihat Tabel
5.3). Lebih lanjut, koreksi energi titik nol menghasilkan energi ikat De
(dalam kasus H2 ini, nilai ini adalah energi ikat). Pengamatan
seksama interval puncak menunjukkan bahwa interval ini hampir
menurun secara linear. Dari garis ini kita memperoleh interval
vibrasional pada v = 0, dan separuhnya dapat merupakan perkiraan
energi titik nol. Jadi kita dapat meproleh D
e(H2+ ) = D0(H2 +) + 0,14 = 2,79 eV Dari spektrum dalam gambar
ini, energi vibrasional kuantum H2+ dapat diperkirakan sekitar 0,28
eV. Nilai berkaitan dengan bilangan gelombang sekitar 2260 cm-1,
yang sangat lebih rendah daripada bilangan gelombang 4401 cm-1
untuk vibrasi molekular dalam H2. Hal ini sebab dalam ionnya
pelepasan elektron ikatan akan menurunkan gaya ikat. Umumnya,
kehilangan elektron iktan menyebabkan pengurangan gaya ikatan,
yang menghasilkan pengurangan bilangan gelombang vibrasional.
Sebaliknya kehingan elektron anti ikatan akan meningkatkan gaya
ikat yang menghasilkan peningkatan bilangan gelombang vibrasional.
245

20

Contoh 5.5 Dari spektrum fotoelektrons Gambar 5.26 dan energi


ionisasi atom hidrogen (13,60 eV), tentukan energi disosiasi molekul
hidrogen. (Jawaban) Marilah kita menyatakan energi disosiasi
molekul hidrogen D0(H2), energi ionisasi atom hidrogen IH, energi
yang diperlukan untuk ionisasi molekul hidrogen dan disosiasi ion
H2+ pada saat yang sama seperti I(). Maka, kita mendapatkan
hubungan berikut. D
0(H2)+IH =I() Kedua sisi persamaan ini berkaitan dengan energi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan keadaan terdisosiasi ion
molekul hidrogen (keadaan terdisosiasi menjadi H dan H+) berawal
dari keadaan dasar vibrasional (keadaan vibrasional titik nol) molekul
hidrogen. Sisi kiri adalah lintasan disosiasi molekul hidrogen dalam
tahap pertama diikuti dengan ionisasi satu dari dua atom hidrogen di
tahap kedua. Sisi kanan adalah lintasan lain perubahan langsung
menjadi keadaan ionik terdisosiasi. Lintasan yang terakhir ini dapat
diperkiran dari Gambar 5.26 sebagai I() =18,08 eV. Maka, dengan
menggunakan IH = 13,60 eV, kita mendapatkan d0(H2) = I()-IH
=18,08-13,60 =4,48 eV (lihat Tabel 5.3)

21

Gambar 5.27 Kurva energi potensial untuk H2+ dan H2

22

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 2001. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga


Krane, Kenneth S. 1996. Fisika Modern. Jakarta: Erlangga

23

Anda mungkin juga menyukai