IKATAN KIMIA
1.1 PENGANTAR MENGENAI KESTABILAN UNSUR
Unsur-unsur gas mulia, yaitu unsur-unsur golongan 8A, merupakan unsur-unsur yang paling
stabil di alam. Unsur gas mulia sangat sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain. Itulah
sebabnya, di alam unsur-unsur gas mulia selalu ditemukan sebagai unsur gas monoatomik.
Kestabilan gas mulia secara kuantitatif ditunjukkan oleh besarnya energi ionisasi dan
rendahnya afinitas elektron.
Aturan yang menyatakan bahwa atom-atom yang stabil harus memiliki 8 elektron valensi
disebut hukum oktet. Hukum ini secara khusus berlaku untuk atom-atom dari unsur-unsur
periode-2 dan logam-logam IA dan IIA, kecuali Li, Be, dan B. Adapun atom-atom nonlogam
pada periode yang lain (kecuali H) bisa mencapai kestabilan dengan jumlah elektron valensi
lebih dari 8. Atom H tidak pernah mencapai kestabilan oktet karena hanya memiliki 1
elektron.
Distribusi kan seluruh EN ke semua atom yang terikat pada atom pusat
untuk mencapai keadaan oktet
Catatan:
Untuk ion negatif: EV = jumlah keseluruhan elektron valensi + jumlah muatan negatif.
Untuk ion positif, EV = jumlah keseluruhan elektron valensi jumlah muatan positif.
Atom pusat: atom yang jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih banyak elektron
ikatan untuk mencapai kestabilan.
Penentuan Struktur Kerangka yang Masuk Akal
a. Atom yang memerlukan paling banyak elektron untuk memenuhi aturan oktet atau
atom yang jumlahnya paling sedikit berperan sebagai atom pusat, kecuali H. Contoh,
CS2 memiliki kerangka molekul S C S karena untuk mencapai susunan oktet,
atom C memerlukan 4 elektron dan atom S memerlukan 2 elektron.
b. Atom oksigen tidak berikatan satu sama lain, kecuali dalam:
1) molekul O2 dan O3,
2) hidrogen peroksida, H2O2, dan turunannya (yang mengandung O22), dan
3) superoksida (yang mengandung O2).
O 2
2
Contoh: SO4 memiliki struktur kerangka O S O
O
c. Dalam asam okso, atom H biasanya terikat pada atom O, bukan pada atom pusat.
Contoh: HNO2 memiliki kerangka struktur HONO. Hanya ada sedikit
perkecualian di sini, contohnya untuk H3PO3 dan H3PO2.
d. Untuk ion atau molekul yang memiliki lebih dari satu atom pusat, digunakan kerangka
yang paling simetris. Contoh, C2H4 dan P2O74 memiliki kerangka sebagai berikut:
H H O O 4
C C dan O P O P O
H H O O
Muatan Formal
Muatan formal (MF) adalah muatan relatif atom-atom berdasarkan sebaran elektron-elektron
valensi di sekitar setiap atom. Muatan formal setiap atom dinyatakan sebagai:
MF = EV EI EN
dengan EV = jumlah elektron valensi atom bebas, EI = jumlah elektron ikatan, dan EN =
jumlah elektron nonikatan.
Contoh, dalam molekul NH3, atom N memiliki 1 PEB atau 2 EN dan 3 PEI atau 6 EI.
Oleh karena itu, EN
MF N = 5 (6) 2 = 0 H N H
MF H = 1 (2) 0 = 0 H EI
Penentuan muatan formal sangat penting untuk molekul-molekul atau ion-ion yang memiliki
beberapa kemungkinan struktur. Struktur Lewis yang benar memiliki atom-atom dengan
muatan formal nol dan gaya tolak antaratom yang seminimal mungkin.
Ion adalah atom atau kelompok atom yang bermuatan listrik. Ion yang bermuatan positif
disebut kation dan yang bermuatan negatuf disebut anion. Muatan positif pada kation terjadi
karena jumlah elektronnya lebih sedikit daripada jumlah protonnya, sedangkan muatan
negatif pada anion terjadi karena jumlah elektronnya lebih banyak daripada jumlah
protonnya.
Ion positif terjadi melalui proses pelepasan elektron dari atom-atom dalam wujud gas.
Adapun ion negatif terbentuk dari proses penangkapan elektron oleh atom-atom dalam
wujud gas. Ion-ion yang terbentuk dari satu atom disebut ion monoatomik. Contoh: Na+, K+,
Ca2+, S2, Cl dan lain-lain. Besarnya muatan kation bergantung pada jumlah elektron
valensi yang dilepaskan oleh atom, sedangkan besarnya muatan anion bergantung pada
jumlah elektron yang diterima oleh atom. Selain itu, ada ion-ion yang terbentuk dari
gabungan beberapa atom. Ion-ion yang demikian disebut sebagai ion poliatomik. Contoh:
ion ammonium (NH4+), ion hidroksida (OH), ion sulfat (SO42), dan lain-lain.
Ikatan ionik adalah ikatan kimia yang terbentuk dari
gaya tarik elektrostatik antara ion-ion positif dengan ion-ion
negatif membentuk senyawa ionik padat. Ikatan ini terjadi
melalui proses transfer elektron dari atom yang mudah
melepaskan elektron ke atom yang mudah menarik elektron.
Oleh karena itu, ikatan ini hanya dapat terjadi antara dua
atom dengan perbedaan kelektronegatifan (kE) yang besar.
Makin besar nilai kE, makin tinggi derajat ikatan ionik.
Natrium klorida (NaCl), misalnya, adalah senyawa ionik yang terbentuk dari
penggabungan ion Na+ dengan ion Cl melalui pembentukan ikatan ionik. Ikatan ini terjadi
melalui mekanisme transfer elektron dari atom logam natrium, Na, ke atom nonlogam klorin,
Cl, (keduanya dalam dalam fase gas) membentuk natrium klorida, NaCl, dalam fase padat .
(Gambar 1.4).
Na+ + Cl Na+Cl
Gambar 1.4. Pembentukan ikatan ionik pada NaCl. Atom Na(g) memindahkan 1 elektron valensi ke
atom Cl(g), masing-masing untuk mencapai kestabilan oktet, membentuk ion Na+(g) dan ion Cl(g).
Kedua ion selanjutnya saling tarik-menarik secara elektrostatik membentuk ikatan ionik Na+Cl(s).
H H
H H atau H H
Ikatan
Kovalen
Model atom yang menggambarkan pembentukan ikatan kovalen untuk molekul H2 dan Cl2
digambarkan seperti Gambar 1.7:
Ikatan
H H H H Kovalen
Cl Cl Cl Cl
Atom Cl Atom Cl Molekul Cl 2
Molekul O2 dan N3 berturut-turut membentuk ikatan kovalen rangkap dua dan rangkap
tiga (Gambar 1.8).
O O atau O O N N atau N N
Ikatan kovalen
Ikatan kovalen rangkap tiga
rangkap dua
Gambar 1.8. Model pembentukan ikatan kovalen pada molekul O2 dan N2.
Bulatan titik-titik pada lingkaran menggambarkan elektron valensi.
Perbedaan antara ikatan kovalen nonpolar, kovalen polar, dan ikatan ionik digambarkan
seperti pada Gambar 1.9.
Dalam molekul Cl2, misalnya, pasangan elektron ikatan terbagi secara seimbang di
antara kedua inti atom, karena kedua atom memiliki keelektronegatifan yang sama. Oleh
karena itu, ikatan ClCl adalah nonpolar. Bagaimana dengan ikatan kovalen dalam
molekul HF? Atom F memiliki keelektronegatifan terbesar. Oleh karena itu, pasangan
elektron ikatan pada HF akan lebih tertarik ke arah atom F (Gambar 1.10). Kerapatan
elektron akan lebih dekat ke arah atom F sehingga pada bagian ujung F bermuatan parsial
negatif, , (kaya e) dan bagian ujung H bermuatan parsial positif, +, (miskin e). Oleh
karena itu, ikatan HF adalah kovalen polar.
Pemisahan kedua muatan dalam ikatan kovalen polar membentuk dipol listrik. (Dipol
berarti dua kutub, mengacu pada kutub positif dan negatif yang dihasilkan dari pemisahan
muatan dalam molekul). Pergeseran pasangan elektron ikatan ke arah ujung atom yang lebih
elektronegatif dapat digambarkan dengan tanda panah yang mengarah ke atom tersebut.
H F Paling polar Paling kurang polar
miskin e kaya e
H F H Cl H Br H I
kE : 2,1 4,0 2,1 3,0 2,1 2,8 2,1 2,5
H F
kE : 1,9 0,9 0,7 0,4
Ikatan
Jenis Panjang Energi
(pm) (kJ/mol) Gambar 1.11 Contoh ikatan
CC 154 347 kovalen dalam H2 dan HI
133 620 serta data beberapa ikatan
CC
tunggal dan rangkap antara
CC 120 812
atom C dengan atom N.
CN 143 276 Makin tinggi orde ikatan,
CN 138 615 makin besar energi ikatan.
CN 116 891
Selain terkait dengan orde ikatan, panjang ikatan juga berhubungan dengan ukuran
atom. Panjang ikatan berbanding lurus dengan ukuran atom, sedangkan kekuatan ikatan
berbanding terbalik dengan ukuran atom. Makin besar ukuran atom, makin panjang dan
makin lemah ikatan kovalen. Oleh karena itu, ikatan HI lebih panjang daripada ikatan H2,
karena ukuran atom I lebih besar daripada ukuran H (Gambar 1.11).
Derajat Ionik Ikatan Kimia
Semua ikatan antaratom dari unsur-unsur yang berbeda memiliki derajat ionik tertentu.
Derajat ionik dan kovalen ini bergantung pada perbedaan keelektronegatifan (kE) antara
dua atom yang berikatan. Makin besar perbedaan keelektronegatifan, makin tinggi derajat
ioniknya. Ikatan ionik terbentuk bila kE > 1,7 (Gambar 1.12). Berdasarkan letak unsur
dalam tabel periodik, makin jauh jarak antara dua atom unsur golongan utama yang
berikatan, makin tinggi derajat ikatan ionik yang terbentuk.
Prediksi Jenis Ikatan
Dari uraian mengenai proses terjadinya ikatan kimia, dapat diprediksi bahwa:
1) Jika atom logam berikatan dengan atom nonlogam, pada umumnya ikatan kimia yang
terbentuk adalah ikatan ionik.
2) Jika atom nonlogam berikatan dengan atom nonlogam, ikatan kimia yang terbentuk
adalah ikatan kovalen.
Senyawa Ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang terbentuk dari penggabungan ion-ion positif dengan
ion-ion negatif. Penggabungan ini menghasilkan ikatan ionik yang sangat kuat dalam
senyawa kristal padat. Beberapa senyawa ionik yang banyak dijumpai antara lain adalah
garam-garam klorida, garam-garam oksida, garam-garam sulfida, dan lain-lain.
Kristal padat natrium klorida (NaCl), misalnya, tersusun dari ion-ion natrium dengan
ion-ion klorida dalam jumlah yang seimbang. Setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl dan
sebaliknya, setiap ion Cl dikelilingi oleh 6 ion Na+ secara sambung-menyambung (Gambar
1.18). Susunan ion-ion dalam kristal ini sangat rapat sehingga padatan NaCl tidak
menghantar listrik. Ikatan yang sangat kuat antara ion-ion positif dengan ion-ion negatif
menyebabkan senyawa ionik memiliki titik leleh yang tinggi.
Padatan ionik akan meleleh bila dipanaskan sehingga jarak antara ion-ion menjadi lebih
renggang. Bila dilarutkan dalam air, senyawa ionik akan larut membentuk ion-ion positif dan
ion-ion negatif yang bergerak bebas dalam pelarut air. Itulah sebabnya, lelehan dan larutan
senyawa ionik dapat menghantarkan arus listrik. Adapun dalam wujud padat, ion-ion positif
terikat sangat kuat pada ion-ion negatif sehingga semua ion tidak bebas bergerak. Itulah
sebabnya mengapa padatan senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Perbedaan daya hantar listrik antara padatan, lelehan, dan larutan senyawa ionik.
Pada suhu kamar, senyawa ionik berwujud padatan yang rapuh dan mudah pecah, karena
kation dan anion sangat berdekatan. Ketika mengalami penekanan, terjadi pergeseran posisi
kation dan anion dan gaya tolak-menolak antarion-ion yang sejenis.
Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen tersusun dari molekul-molekul yang mengandung ikatan kovalen. Ikatan
kovalen dalam molekul sangat kuat karena pasangan elektron ikatan terletak dalam ruang
tumpang-tindih dua atom. Untuk memutuskan ikatan kovalen diperlukan energi yang tinggi
antara 200 500 kJ/mol. Namun demikian, kekuatan ikatan ini berlawanan dengan sifat-
sifat fisik senyawa kovalen. Senyawa kovalen meleleh dan mendidih pada suhu yang
rendah. Mengapa bisa demikian?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu diketahui bahwa dalam senyawa kovalen
terdapat dua gaya yang berbeda, yaitu 1) ikatan kovalen yang kuat dalam molekul dan 2)
gaya tarik antarmolekul yang lemah. Sifat-sifat fisik senyawa kovalen, seperti titik leleh
dan titik didih, berkaitan dengan gaya tarik antarmolekul. Karena gaya tarik
antarmolekul relatif lemah, maka titik leleh dan titik didih senyawa kovalen rendah.
Misalnya, jika pentana, C5H12, dipanaskan, yang terjadi adalah pelepasan gaya tarik
antarmolekul pentana, bukan pemutusan ikatan C C maupun C H.