Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

IKATAN KIMIA
1.1 PENGANTAR MENGENAI KESTABILAN UNSUR

Unsur-unsur gas mulia, yaitu unsur-unsur golongan 8A, merupakan unsur-unsur yang paling
stabil di alam. Unsur gas mulia sangat sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain. Itulah
sebabnya, di alam unsur-unsur gas mulia selalu ditemukan sebagai unsur gas monoatomik.
Kestabilan gas mulia secara kuantitatif ditunjukkan oleh besarnya energi ionisasi dan
rendahnya afinitas elektron.
Aturan yang menyatakan bahwa atom-atom yang stabil harus memiliki 8 elektron valensi
disebut hukum oktet. Hukum ini secara khusus berlaku untuk atom-atom dari unsur-unsur
periode-2 dan logam-logam IA dan IIA, kecuali Li, Be, dan B. Adapun atom-atom nonlogam
pada periode yang lain (kecuali H) bisa mencapai kestabilan dengan jumlah elektron valensi
lebih dari 8. Atom H tidak pernah mencapai kestabilan oktet karena hanya memiliki 1
elektron.

Perlu dicatat bahwa struktur Lewis


hanya menggambarkan susunan atom-atom dan sebaran elektron-elektron valensi, serta jenis
ikatan antaratom yang terbentuk, tidak menggambarkan panjang ikatan dan model tiga
dimensi molekul-molekul maupun ion-ion. Namun demikian, penulisan struktur Lewis
sangat membantu untuk meramalkan bentuk tiga dimensi molekul menurut teori valence
shell electron pair repulsion, VSEPR, maupun teori ikatan valensi yang akan dipelajari pada
bab tersendiri.

Penulisan Struktur Dot-Lewis Atom Atom Golongan Utama


Penulisan struktur dot-Lewis atom-atom unsur golongan utama secara sederhana dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah elektron valensi atom-atom. Untuk unsur-unsur golongan utama,
jumlah elektron valensi sama dengan nomor golongan.
2. Tempatkan satu titik pada setiap sisi atom (kiri, atas, kanan, bawah) sebagai lambang
elektron valensi.
3. Tambahkan satu titik lagi pada setiap titik yang sudah ada bila elektron valensinya
lebih dari empat sehingga terbentuk pasangan elektron.
4. Struktur Lewis Molekul Sederhana
Atom-atom menggunakan elektron valensinya untuk membentuk ikatan kimia. Dalam
penggambaran struktur Lewis, elektron-elektron yang tidak berikatan (elektron bebas)
ditunjukkan sebagai titik. Adapun elektron-elektron yang berikatan dapat digambarkan
sebagai titik atau garis. Satu garis menggambarkan satu pasang (dua) elektron ikatan.
Ikatan ionik dan kovalen terjadi dengan melibatkan elektron-elektron valensi yang tidak
berpasangan. Adapun ikatan kovalen koordinasi melibatkan pasangan elektron bebas dari
salah satu atom, atom pasangannya cukup memakai pasangan elektron bebas dari satu
atom ini.

Struktur Lewis Molekul dan Ion Poliatomik


Penggambaran struktur Lewis untuk molekul-molekul dan ion-ion poliatomik mengacu
rangkaian tahap-tahap sebagai berikut.
Jumlahkan elektron v alensi semua atom (EV)

Buatlah struktur kerangka dengan ikatan tun ggal

Dari struktur kerangka,


hitunglah jumlah elektron ikatan (EI) dan nonikatan (EN)

Distribusi kan seluruh EN ke semua atom yang terikat pada atom pusat
untuk mencapai keadaan oktet

Letakkan EN yang tersisa pada atom pusat

Tentukan struktur yang paling mungkin, dengan acuan :


- Susunan oktet
- Muatan formal 0 (terutama untuk susunan ti dak oktet)

Bila perlu , ubahlah EN menjadi EI membentuk ikatan rangkap

Catatan:
Untuk ion negatif: EV = jumlah keseluruhan elektron valensi + jumlah muatan negatif.
Untuk ion positif, EV = jumlah keseluruhan elektron valensi jumlah muatan positif.
Atom pusat: atom yang jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih banyak elektron
ikatan untuk mencapai kestabilan.
Penentuan Struktur Kerangka yang Masuk Akal
a. Atom yang memerlukan paling banyak elektron untuk memenuhi aturan oktet atau
atom yang jumlahnya paling sedikit berperan sebagai atom pusat, kecuali H. Contoh,
CS2 memiliki kerangka molekul S C S karena untuk mencapai susunan oktet,
atom C memerlukan 4 elektron dan atom S memerlukan 2 elektron.
b. Atom oksigen tidak berikatan satu sama lain, kecuali dalam:
1) molekul O2 dan O3,
2) hidrogen peroksida, H2O2, dan turunannya (yang mengandung O22), dan
3) superoksida (yang mengandung O2).
O 2
2
Contoh: SO4 memiliki struktur kerangka O S O
O

c. Dalam asam okso, atom H biasanya terikat pada atom O, bukan pada atom pusat.
Contoh: HNO2 memiliki kerangka struktur HONO. Hanya ada sedikit
perkecualian di sini, contohnya untuk H3PO3 dan H3PO2.
d. Untuk ion atau molekul yang memiliki lebih dari satu atom pusat, digunakan kerangka
yang paling simetris. Contoh, C2H4 dan P2O74 memiliki kerangka sebagai berikut:
H H O O 4
C C dan O P O P O
H H O O

Muatan Formal
Muatan formal (MF) adalah muatan relatif atom-atom berdasarkan sebaran elektron-elektron
valensi di sekitar setiap atom. Muatan formal setiap atom dinyatakan sebagai:
MF = EV EI EN

dengan EV = jumlah elektron valensi atom bebas, EI = jumlah elektron ikatan, dan EN =
jumlah elektron nonikatan.

Contoh, dalam molekul NH3, atom N memiliki 1 PEB atau 2 EN dan 3 PEI atau 6 EI.
Oleh karena itu, EN
MF N = 5 (6) 2 = 0 H N H
MF H = 1 (2) 0 = 0 H EI

Penentuan muatan formal sangat penting untuk molekul-molekul atau ion-ion yang memiliki
beberapa kemungkinan struktur. Struktur Lewis yang benar memiliki atom-atom dengan
muatan formal nol dan gaya tolak antaratom yang seminimal mungkin.

Beberapa Perkecualian Struktur Lewis Terhadap Hukum Oktet


Ada kalanya hukum oktet tidak dapat diterapkan dalam penulisan rumus Lewis untuk
beberapa molekul atau ion. Ada empat macam pembatasan dalam penggambaran rumus
Lewis yang benar, tetapi tidak memenuhi hukum oktet.
1. Kebanyakan senyawa kovalen dari atom Be. Karena Be hanya mengandung dua
elektron valensi, maka Be hanya dapat membentuk dua ikatan kovalen tunggal dengan
atom-atom lain.
2. Kebanyakan senyawa kovalen golongan 3A, khususnya dari atom B. Atom unsur-unsur
golongan 3A hanya memiliki tiga elektron valensi, sehingga atom-atom ini hanya dapat
membentuk tiga ikatan kovalen jika berikatan dengan tiga atom yang lain.
3. Senyawa-senyawa atau ion-ion yang mengandung elektron berjumlah ganjil. Contohnya
adalah NO yang mengandung 11 elektron valensi dan NO2 dengan 17 elektron valensi.
4. Senyawa-senyawa atau ion-ion dengan atom pusat yang memerlukan lebih dari
delapan elektron ikatan.

1.3 IKATAN IONIK

Ion adalah atom atau kelompok atom yang bermuatan listrik. Ion yang bermuatan positif
disebut kation dan yang bermuatan negatuf disebut anion. Muatan positif pada kation terjadi
karena jumlah elektronnya lebih sedikit daripada jumlah protonnya, sedangkan muatan
negatif pada anion terjadi karena jumlah elektronnya lebih banyak daripada jumlah
protonnya.
Ion positif terjadi melalui proses pelepasan elektron dari atom-atom dalam wujud gas.
Adapun ion negatif terbentuk dari proses penangkapan elektron oleh atom-atom dalam
wujud gas. Ion-ion yang terbentuk dari satu atom disebut ion monoatomik. Contoh: Na+, K+,
Ca2+, S2, Cl dan lain-lain. Besarnya muatan kation bergantung pada jumlah elektron
valensi yang dilepaskan oleh atom, sedangkan besarnya muatan anion bergantung pada
jumlah elektron yang diterima oleh atom. Selain itu, ada ion-ion yang terbentuk dari
gabungan beberapa atom. Ion-ion yang demikian disebut sebagai ion poliatomik. Contoh:
ion ammonium (NH4+), ion hidroksida (OH), ion sulfat (SO42), dan lain-lain.
Ikatan ionik adalah ikatan kimia yang terbentuk dari
gaya tarik elektrostatik antara ion-ion positif dengan ion-ion
negatif membentuk senyawa ionik padat. Ikatan ini terjadi
melalui proses transfer elektron dari atom yang mudah
melepaskan elektron ke atom yang mudah menarik elektron.
Oleh karena itu, ikatan ini hanya dapat terjadi antara dua
atom dengan perbedaan kelektronegatifan (kE) yang besar.
Makin besar nilai kE, makin tinggi derajat ikatan ionik.

Logam cenderung mudah melepaskan elektron membentuk ion positif, sedangkan


nonlogam cenderung mudah menarik elektron membentuk ion negatif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa ikatan ionik dapat terbentuk antara:
1) Hampir semua logam dengan nonlogam, atau
2) Atom yang kurang elektronegatif (elektropositif, kiri) dengan atom yang sangat
elektronegatif (kanan) dengan kE > 1,7; atau
3) Atom unsur berenergi ionisasi rendah dengan atom unsur berafinitas elektron tinggi.

Natrium klorida (NaCl), misalnya, adalah senyawa ionik yang terbentuk dari
penggabungan ion Na+ dengan ion Cl melalui pembentukan ikatan ionik. Ikatan ini terjadi
melalui mekanisme transfer elektron dari atom logam natrium, Na, ke atom nonlogam klorin,
Cl, (keduanya dalam dalam fase gas) membentuk natrium klorida, NaCl, dalam fase padat .
(Gambar 1.4).

Atom Na Atom Cl Ion Na Ion Cl

Na+ + Cl Na+Cl

Gambar 1.4. Pembentukan ikatan ionik pada NaCl. Atom Na(g) memindahkan 1 elektron valensi ke
atom Cl(g), masing-masing untuk mencapai kestabilan oktet, membentuk ion Na+(g) dan ion Cl(g).
Kedua ion selanjutnya saling tarik-menarik secara elektrostatik membentuk ikatan ionik Na+Cl(s).

Atom Na memiliki 1 elektron valensi (golongan 1A) dengan keelektronegatifan yang


rendah (kE = 0,9) sehingga cenderung untuk melepaskan 1 elektron valensinya untuk
membentuk ion Na+ dengan struktur oktet seperti
gas mulia Ne (Z = 10).
Atom Cl memiliki 7 elektron valensi (golongan
7A) dengan keelektronegatifan yang tinggi (kE =
3,0) sehingga cenderung untuk menarik 1 Logam Natrium Gas Klorin

elektron membentuk ion Cl dengan struktur


oktet seperti Ar (Z = 18).
Kedua atom ini memiliki kE sebesar 2,1 ( >
1,7).
Pembentukan ion Na+ dan ion Cl terjadi melalui
proses pemindahan 1 elektron valensi dari atom Garam Meja (NaCl)
Na ke atom Cl ketika kedua partikel bereaksi. Gambar 1.5 Wujud fisik logam natrim (Na),
Proses pembentukan kedua ion hanya terjadi gas klorin (Cl2), dan garam NaCl.
dalam fase gas.
Ion Na+ dan ion Cl selanjutnya saling-tarik-menarik secara elektrostatik membentuk
ikatan ionik Na+Cl sebagai padatan NaCl.
Wujud nyata logam natrium yang bereaksi dengan gas klorin membentuk garam meja
(NaCl) diperlihatkan pada Gambar 1.5.
1.4 IKATAN KOVALEN

Ketika dua atom nonlogam saling mendekati (Gambar


1.6), maka akan terjadi tiga gaya, yaitu:
1) gaya tarik-menarik antara inti atom (+) dengan
elektron-elektron (),
2) gaya tolak-menolak antara inti atom dengan inti
atom, dan
3) gaya tolak-menolak antara elektron dengan
elektron dari kedua atom. Gaya tarik
Awan
Ikatan kimia terjadi apabila dua atom nonlogam yang elektron
saling berdekatan berada pada jarak yang cukup stabil.
Gaya tolak Inti
Elektron-elektron tak berpasangan dari masing-masing
atom berada di antara kedua inti atom dan bergabung Gambar 1.6 Gaya antar dua atom
membentuk pasangan elektron ikatan. yang berdekatan
Ikatan antara dua atom yang terjadi melalui
penggunaan bersama (sharing) elektron ikatan disebut ikatan kovalen. Oleh karena itu,
dalam molekul kovalen terdapat dua jenis pasangan elektron, yaitu pasangan elektron
bebas (PEB) dan pasangan elektron ikatan (PEI). Pasangan elektron bebas adalah
pasangan elektron valensi yang tidak digunakan untuk berikatan, sedangkan pasangan
elektron ikatan adalah pasangan elektron valensi yang digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen.
Unsur-unsur dan senyawa-senyawa nonlogam tersusun dari molekul-molekul yang
terbentuk melalui ikatan kovalen. Contoh molekul unsur antara lain adalah H2, F2,Cl2, O2
dan N2. Adapun contoh molekul senyawa antara lain adalah HF, HCl, H2O, dan NH3.
Molekul H2 terbentuk dari penggabungan dua atom H melalui ikatan kovalen tunggal.
Kedua atom H saling menyumbangkan elektronnya untuk bergabung membentuk pasangan
elektron ikatan.

H H
H H atau H H
Ikatan
Kovalen

Model atom yang menggambarkan pembentukan ikatan kovalen untuk molekul H2 dan Cl2
digambarkan seperti Gambar 1.7:
Ikatan
H H H H Kovalen

Atom H Atom H Molekul H2


Ikatan
Kovalen
Gambar 1.7 Model atom
yang menggambarkan
pembentukan ikatan kovalen
H2 dan Cl2.

Cl Cl Cl Cl
Atom Cl Atom Cl Molekul Cl 2

Molekul O2 dan N3 berturut-turut membentuk ikatan kovalen rangkap dua dan rangkap
tiga (Gambar 1.8).

Atom O Atom O Atom N


Atom N

O O atau O O N N atau N N
Ikatan kovalen
Ikatan kovalen rangkap tiga
rangkap dua

Gambar 1.8. Model pembentukan ikatan kovalen pada molekul O2 dan N2.
Bulatan titik-titik pada lingkaran menggambarkan elektron valensi.

Ikatan Kovalen Koordinat


Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron ikatan hanya
berasal dari salah satu atom. Dalam pembentukan ikatan ini, salah satu atom yang memiliki
PEB menyumbangkan satu PEB-nya pada satu atom pasangannya yang memiliki ruang
kosong yang dapat diisi oleh PEB. Contoh molekul atau ion-ion yang mengandung ikatan
kovalen koordinat adalah NH3.BF3, NH4+, dan H3O+.
Ammonia (NH3) berikatan dengan boron trifluorida (BF3) membentuk NH3.BF3 melalui
ikatan kovalen koordinat. Karena NH3 memiliki 1 PEB dan BF3 memiliki ruang kosong,
maka NH3 berperan sebagai penyumbang PEB dan BF3 sebagai pemakai PEB dari NH3.
Mekanismenya dapat digambarkan sebagai berikut:
H F H F
H N B F H N B F
H F H F
Ikatan
Kovalen Koordinat
Kepolaran Ikatan Kovalen
Kepolaran ikatan menggambarkan pemisahan muatan (+) dan () dari dua atom yang
berikatan kovalen. Besarnya pemisahan bergantung pada perbedaan keelektronegatifan
(kE) antara dua atom. Makin besar kE, makin polar ikatan kovalen. Pemisahan muatan
terjadi karena adanya pergeseran pasangan elektron ikatan ke salah satu atom yang lebih
elektronegatif.
Berdasarkan kepolaran ikatan, ada dua jenis ikatan kovalen yang dapat terjadi, yaitu
ikatan kovalen nonpolar dan ikatan kovalen polar.
Ikatan kovalen nonpolar terjadi pada semua ikatan kovalen yang terbentuk dari dua
atom nonlogam yang sama (homonuclear). Dalam ikatan kovalen nonpolar,
kerapatan elektronnya simetris di antara kedua inti atom.
Ikatan kovalen polar terjadi pada semua ikatan yang terbentuk dari dua nonlogam
yang berbeda (heteronuclear), karena kedua atom memiliki keelektronegatifan yang
berbeda.

Perbedaan antara ikatan kovalen nonpolar, kovalen polar, dan ikatan ionik digambarkan
seperti pada Gambar 1.9.

Gambar 1.9 Penggambaran


ikatan kovalen dan ionik
(A) (B) (C)
Ikatan antara Ikatan antara Ikatan ionik,
dua atom yang sama dua atom yang berbeda tidak ada sharing elektron

Dalam molekul Cl2, misalnya, pasangan elektron ikatan terbagi secara seimbang di
antara kedua inti atom, karena kedua atom memiliki keelektronegatifan yang sama. Oleh
karena itu, ikatan ClCl adalah nonpolar. Bagaimana dengan ikatan kovalen dalam
molekul HF? Atom F memiliki keelektronegatifan terbesar. Oleh karena itu, pasangan
elektron ikatan pada HF akan lebih tertarik ke arah atom F (Gambar 1.10). Kerapatan
elektron akan lebih dekat ke arah atom F sehingga pada bagian ujung F bermuatan parsial
negatif, , (kaya e) dan bagian ujung H bermuatan parsial positif, +, (miskin e). Oleh
karena itu, ikatan HF adalah kovalen polar.
Pemisahan kedua muatan dalam ikatan kovalen polar membentuk dipol listrik. (Dipol
berarti dua kutub, mengacu pada kutub positif dan negatif yang dihasilkan dari pemisahan
muatan dalam molekul). Pergeseran pasangan elektron ikatan ke arah ujung atom yang lebih
elektronegatif dapat digambarkan dengan tanda panah yang mengarah ke atom tersebut.


H F Paling polar Paling kurang polar

miskin e kaya e
H F H Cl H Br H I
kE : 2,1 4,0 2,1 3,0 2,1 2,8 2,1 2,5
H F
kE : 1,9 0,9 0,7 0,4

Gambar 1.10 Model molekul HF


Tabel 1.1 Nilai momen dipol
Tanda panah yang paling panjang menunjukkan dipol beberapa zat (gas) murni
yang paling besar atau pemisahan kerapatan elektron Zat kE Momen Dipol
yang paling besar dalam molekul. Sebagai bahan ()
pembanding, nilai kE untuk beberapa senyawa ionik 1 HF 1,9 1,91 D
HCl 0,9 1,03 D
: 1 adalah 2,1 (RbCl); 3,0 (NaF), dan 2,1 (KCl). Tabel
HBr 0,7 0,79 D
1.1 menunjukkan bahwa nilai kE berbanding lurus HI 0,4 0,38
dengan nilai momen dipol, , (dalam satuan debye, D), H2 0 0D
yaitu hasil kali jarak pemisahan dengan muatan.

Panjang dan Energi Ikatan Kovalen


Panjang ikatan diukur berdasarkan jarak antara dua inti atom yang berikatan. Melalui
pengamatan spektroskopik telah diketahui bahwa panjang ikatan berkaitan dengan jenis
(orde) ikatan kovalen yang terjadi. Ikatan kovalen tunggal (orde 1) lebih panjang daripada
ikatan kovalen rangkap dua (orde 2). Ikatan kovalan rangkap 3 (orde 3) lebih pendek
daripada ikatan kovalen rangkap dua (orde 2). Urutan panjang ikatan kovalen: orde 1 > orde
2 > orde 3
Energi ikatan (Ei) adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan tertentu
dalam satu mol (6,03 1023 molekul) gas. Nilai energi ikatan berbanding lurus dengan orde
ikatan. Makin tinggi orde ikatan, makin kuat ikatan kovalen dan makin besar energi
ikatan. Jadi, Ei orde 3 > Ei orde 2 > Ei orde 1.
Contoh beberapa ikatan kovalen dengan orde ikatan yang berbeda diperlihatkan pada
Gambar 1.11.

Ikatan
Jenis Panjang Energi
(pm) (kJ/mol) Gambar 1.11 Contoh ikatan
CC 154 347 kovalen dalam H2 dan HI
133 620 serta data beberapa ikatan
CC
tunggal dan rangkap antara
CC 120 812
atom C dengan atom N.
CN 143 276 Makin tinggi orde ikatan,
CN 138 615 makin besar energi ikatan.
CN 116 891

Selain terkait dengan orde ikatan, panjang ikatan juga berhubungan dengan ukuran
atom. Panjang ikatan berbanding lurus dengan ukuran atom, sedangkan kekuatan ikatan
berbanding terbalik dengan ukuran atom. Makin besar ukuran atom, makin panjang dan
makin lemah ikatan kovalen. Oleh karena itu, ikatan HI lebih panjang daripada ikatan H2,
karena ukuran atom I lebih besar daripada ukuran H (Gambar 1.11).
Derajat Ionik Ikatan Kimia
Semua ikatan antaratom dari unsur-unsur yang berbeda memiliki derajat ionik tertentu.
Derajat ionik dan kovalen ini bergantung pada perbedaan keelektronegatifan (kE) antara
dua atom yang berikatan. Makin besar perbedaan keelektronegatifan, makin tinggi derajat
ioniknya. Ikatan ionik terbentuk bila kE > 1,7 (Gambar 1.12). Berdasarkan letak unsur
dalam tabel periodik, makin jauh jarak antara dua atom unsur golongan utama yang
berikatan, makin tinggi derajat ikatan ionik yang terbentuk.
Prediksi Jenis Ikatan
Dari uraian mengenai proses terjadinya ikatan kimia, dapat diprediksi bahwa:
1) Jika atom logam berikatan dengan atom nonlogam, pada umumnya ikatan kimia yang
terbentuk adalah ikatan ionik.
2) Jika atom nonlogam berikatan dengan atom nonlogam, ikatan kimia yang terbentuk
adalah ikatan kovalen.

1.5 IKATAN LOGAM

Dalam logam, elektron-elektron valensi relatif mudah bergerak dan berpindah-pindah


(delokalisasi). Ikatan logam didefinisikan sebagai gaya tarik antaratom logam karena
pergeseran dan pengumpulan elektron-elektron valensi membentuk lautan elektron
terdelokalisasi. Dalam ikatan logam, kation-kation logam tersusun rapat seperti halnya
kelereng dalam kotak. Elektron-elektron valensi tidak terikat pada satu atom, tetapi
terdelokalisasi dan bebas berpindah-pindah dari satu atom ke atom yang lain. Jadi, ion-ion
positif logam dikelilingi oleh lautan elektron.

Sifat Sifat Logam


1. Logam sebagai penghantar panas yang baik
Sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 1.14, logam dapat perperan sebagai
penghantar panas yang baik melalui proses sebagai berikut:
(1) Ketika salah satu ujung logam disentuhkan pada panas, lautan elektron yang
bersentuhan dengan panas akan menyerap energi panas dan bergerak jauh lebih
cepat. Elektron-elektron ini bertumbukan dengan elektron-elektron yang lain diikuti
dengan perpindahan panas. Dengan proses ini, energi panas dalam logam berpindah
dari satu ujung ke ujung yang lain dengan cepat.
(2) Ketika panas diberikan pada satu ujung, ion-ion bergetar dengan cepat dan menekan
ion-ion lain sehingga membantu memindahkan panas.
(3) Energi panas dalam logam berpindah dengan cepat ke ujung yang lainnya.
2.Logam sebagai penghantar listrik yang baik
Ketika kedua ujung logam dihubungkan dengan sumber listrik pada terminal muatan
listrik yang berbeda, maka terjadi perbedaan potensial antara kedua ujung sehingga
elektron-elektron valensi bergerak ke terminal positif (Gambar 1.15). Dengan beda
potensial 1 V/cm, elektron berpindah ke terminal positif dengan kecepatan 50 cm/detik.
3.Logam berkilau ketika diterpa berkas cahaya
Ketika berkas cahaya menerpa permukaan logam, maka logam akan tampak berkilau dan
memantulkan cahaya. Peristiwa ini juga terkait dengan adanya elektron-elektron
terdelokalisasi dan susunan atom logam yang rapat.
4.Logam dapat ditempa (malleable) dan ditarik (ductile)
Malleable mengacu pada kemampuan logam untuk dapat ditempa menjadi lembaran-
lembaran tipis. Ductile mengacu pada kemampuan logam untuk ditarik menjadi kawat.
Jika sepotong logam dipalu atau ditarik, atom-atom logam akan bergeser karena adanya
gaya tolak antarion logam (Gambar 1.17). Atom-atom akan menyusun dengan sendirinya
dalam lautan elektron menjadi bentuk baru tanpa mengalami pemutusan ikatan logam.

1.6 SENYAWA IONIK DAN KOVALEN

Senyawa Ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang terbentuk dari penggabungan ion-ion positif dengan
ion-ion negatif. Penggabungan ini menghasilkan ikatan ionik yang sangat kuat dalam
senyawa kristal padat. Beberapa senyawa ionik yang banyak dijumpai antara lain adalah
garam-garam klorida, garam-garam oksida, garam-garam sulfida, dan lain-lain.
Kristal padat natrium klorida (NaCl), misalnya, tersusun dari ion-ion natrium dengan
ion-ion klorida dalam jumlah yang seimbang. Setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl dan
sebaliknya, setiap ion Cl dikelilingi oleh 6 ion Na+ secara sambung-menyambung (Gambar
1.18). Susunan ion-ion dalam kristal ini sangat rapat sehingga padatan NaCl tidak
menghantar listrik. Ikatan yang sangat kuat antara ion-ion positif dengan ion-ion negatif
menyebabkan senyawa ionik memiliki titik leleh yang tinggi.
Padatan ionik akan meleleh bila dipanaskan sehingga jarak antara ion-ion menjadi lebih
renggang. Bila dilarutkan dalam air, senyawa ionik akan larut membentuk ion-ion positif dan
ion-ion negatif yang bergerak bebas dalam pelarut air. Itulah sebabnya, lelehan dan larutan
senyawa ionik dapat menghantarkan arus listrik. Adapun dalam wujud padat, ion-ion positif
terikat sangat kuat pada ion-ion negatif sehingga semua ion tidak bebas bergerak. Itulah
sebabnya mengapa padatan senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Perbedaan daya hantar listrik antara padatan, lelehan, dan larutan senyawa ionik.
Pada suhu kamar, senyawa ionik berwujud padatan yang rapuh dan mudah pecah, karena
kation dan anion sangat berdekatan. Ketika mengalami penekanan, terjadi pergeseran posisi
kation dan anion dan gaya tolak-menolak antarion-ion yang sejenis.

Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen tersusun dari molekul-molekul yang mengandung ikatan kovalen. Ikatan
kovalen dalam molekul sangat kuat karena pasangan elektron ikatan terletak dalam ruang
tumpang-tindih dua atom. Untuk memutuskan ikatan kovalen diperlukan energi yang tinggi
antara 200 500 kJ/mol. Namun demikian, kekuatan ikatan ini berlawanan dengan sifat-
sifat fisik senyawa kovalen. Senyawa kovalen meleleh dan mendidih pada suhu yang
rendah. Mengapa bisa demikian?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu diketahui bahwa dalam senyawa kovalen
terdapat dua gaya yang berbeda, yaitu 1) ikatan kovalen yang kuat dalam molekul dan 2)
gaya tarik antarmolekul yang lemah. Sifat-sifat fisik senyawa kovalen, seperti titik leleh
dan titik didih, berkaitan dengan gaya tarik antarmolekul. Karena gaya tarik
antarmolekul relatif lemah, maka titik leleh dan titik didih senyawa kovalen rendah.
Misalnya, jika pentana, C5H12, dipanaskan, yang terjadi adalah pelepasan gaya tarik
antarmolekul pentana, bukan pemutusan ikatan C C maupun C H.

Padatan Kovalen Jaringan


Beberapa senyawa kovalen, disebut sebagai padatan kovalen jaringan, tidak tersusun dari
molekul-molekul yang terpisah. Senyawa ini mengandung ikatan kovalen dengan pola
jaringan yang diperluas secara sambung-menyambung membentuk struktur tiga dimensi
yang kokoh, misalnya kuarsa, SiO2, dan intan, C (Gambar 1.22).
Pada kuarsa, setiap atom Si terikat pada 4 atom O dan setiap atom O terikat pada 2 atom
Si. Karena tidak ada pemisahan molekul SiO2, maka kuarsa bersifat keras dan memiliki titik
leleh yang sangat tinggi (1550 oC). Dalam intan, setiap atom C berikatan kovalen dengan 4
atom C yang lain membentuk struktur kovalen tiga dimensi yang sangat sangat kokoh. Intan
merupakan material yang paling keras dengan titik leleh yang sangat tinggi (3550 oC).
Sudah jelas bahwa ikatan kovalen itu kuat, tetapi karena kebanyakan senyawa-senyawa
kovalen terdiri dari molekul-molekul dengan ikatan antarmolekul yang lemah, sifat-sifat
fisiknya tidak menunjukkan kekuatan ikatan kovalennya.
Tidak seperti halnya senyawa ionik, meskipun dilelehkan, kebanyakan zat-zat
kovalen merupakan penghantar listrik yang jelek. Pada zat-zat kovalen, elektron-
elektron tidak bebas bergerak dan tidak ada ion-ion sehingga tidak ada partikel pengemban
muatan listrik.

Perbedaan Antara Senyawa ionik dan Senyawa Kovalen


Secara umum, perbedaan-perbedaan antara senyawa ionik dengan senyawa kovalen adalah
sebagai berikut (Tabel 1.3):

Tabel 1.3 Perbedaan-perbedaan umum antara senyawa ionik dan kovalen


No Senyawa Ionik Senyawa Kovalen
1 Berwujud padatan dengan titik leleh yang Berwujud, gas, cair, dan padat dengan titik
tinggi ( > 400 oC). leleh rendah ( < 300 oC).
2 Banyak yang larut dalam pelarut polar Sebagian tidak larut dalam pelarut polar.
seperti air.
3 Kebanyakan tidak larut dalam pelarut Senyawa kovalen nonpolar larut dalam pelarut
nonpolar seperti heksana, C6H2, dan nonpolar seperti heksana, C6H2, dan karbon
karbon tetraklorida, CCl4. tetraklorida, CCl4.
4 Lelehannya menghantarkan listrik dengan Lelehannya tidak menghantarkan arus listrik.
baik karena mengandung banyak ion-ion
yang mobile (mudah bergerak).
5 Larutannya (aqueous solution) Larutannya (aqueous solution) biasanya
menghantarkan listrik dengan baik karena sebagai penghantar listrik yang kurang baik
mengandung banyak ion-ion yang mobile karena kebanyakan tidak mengandung ion-ion.
(mudah bergerak). Hanya larutan senyawa kovalen polar yang
dapat menghantar listrik.
6 Kebanyakan terbentuk dari dua atom Kebanyakan terbentuk dari dua atom unsur
unsur dengan perbedaan dengan perbedaan keelektronegatifan yang
keelektronegatifan yang tinggi, biasanya rendah, biasanya nonlogam dengan nonlogam
logam dengan nonlogam

Anda mungkin juga menyukai