Anda di halaman 1dari 23

IKATAN KOVALEN

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah: Setelah mempelajari materi kuliah ini, mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Menggambarkan struktur Lewis dari berbagai macam senyawa kovalen
2. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar teori ikatan kovalen menurut teori ikatan
valensi
3. Menjelaskan prinsip-prinsip dasart teori ikatan kovalen menurut tori orbital
molekul
4. Menjelaskan konsep simetri dan overlap
5. Mengaplikasikan prinsip hibridisasi dalam menggambarkan struktur molekul
6. Menentukan konfigurasi elektron orbital molekul dan orde ikatan dari molekul
diatomik sederhana
7. Menjelaskan arti delokalisasi dan menuliskan struktur resonani yang mungkin
untuk suatu senyawa.
Ikatan kovalen merupakan salah satu dari beberapa macam ikatan kimia.
Ikatan kimia dapat didefinisikan sebagai gaya yang meyebabkan sekumpulan atom
yang sama atau berbeda menjadi satu kesatuan dengan perilaku yang sama. Ikatan
kimia terjadi karena sekelompok atom yang menunjukkan perilaku sebagai satu
kesatuan tersebut lebih stabil atau memiliki tingkat energi yang lebih rendah daripada
tingkat energi atom-atomnya dalam kedaan terpisah.
Aturan-aturan sederhana pembentukan ikatan kovalen. Beberapa aturan
sederhana dalam pembentukan ikatan kovalen adalah sebagai berikut:
1. Agar ikatan kovalen terbentuk, orbital-orbital atom-atom yang berikatan harus
saling tumpang tindih
2. Setiap ikatan kovalen terbentuk dari dua buah elektron yang berpasangan
dengan spin yang berlawanan
3. Untuk unsur-unsur pada periode dua, bila pada kulit valensi atom pusat (atom
C, N, O, dan F) terdapat empat atau lebih elektron, maka berlaku aturan oktet
4. Untuk unsur-unsur pada periode dua, bila pada kulit valensi atom pusat (atom
Li, Be, dan B) terdapat kurang dari empat elektron, pada pembentukan ikatan
kovalen aturan oktet tidak harus dipenuhi
5. Bila atom pusat memiliki orbital d yang terisi elektron, maka pada pembentukan
ikatan kovalen pada jumlah elektron pada kulit valensi atom pusat dapat lebih
dari delapan elektron.
Ada dua teori ikatan kovalen, yaitu teori ikatan valensi (Valence Bond Theory)
dan teori orbital molekul (Molecular Orbital Theory). Berdasarkan teori ikatan valensi
(TIV), pada pembentukan ikatan kovalen, dua buah atom (masing-masing dengan
orbital valensi dan sebuah electron) saling mendekati sampai jarak tertentu sehingga
orbital valensi dari dua atom tersebut saling tumpang tindih dan dua buah elektron
yang ada saling berpasangan atau memiliki spin yang berlawanan. Dua buah elektron
yang berpasangan tersebut ditarik oleh inti masing-masing atom sehingga dua buah
atom tersebut terikat satu dengan yang lain.
Dalam teori ikatan valensi, orbital-orbital valensi yang digunakan pada
pembentukan ikatan kovalen antara atom-atom merupakan orbital-orbital yang
terlokalisasi sehingga ikatan-iakatan kovalen yang terbentuk akan diarahkan pada
posisi tertentu dalam ruang. Hal ini menyebabkan senyawa yang dihasilkan memiliki
bentuk, geometri atau struktur tertentu oleh suatu molekul. Orbital valensi adalah
orbital atom yang dapat digunakan dalam pembentukan ikatan kovalen. Orbital valensi
ini adalah orbital terluar dari suatu atom. Dalam pembentukan ikatan H2, orbital
valensi dari masing-masing atom hydrogen adalah 1s, pada molekul F2 orbital valensi
dari masing-masing atom fluor adalah orbital 2pz, pada molekul HF orbital valensi dari
atom hydrogen adalah orbital 1s, sedangkan orbital valensi dari atom fluor adalah
orbital 2pz. Orbital valensi dapat juga berupa orbital hibrida yang terbentuk melalui
proses hibridisasi seperti orbital hibrida sp, sp 2, sp3, sp3d dan sp3d2.
Agar tumpang tindih antara orbital-orbital dari dua atom dapat menghasilkan
ikatan kovalen, maka harus dipenuhi dua persyaratan. Pertama, dua orbital yang
saling tumpeng tindih tersebut memiliki tingkat energi yang sama atau perbedaan
tingkat energinya kecil. Kedua, tanda fungsi gelombang dari dua orbital yang saling
tumpeng tindih adalah sama. Sebagai contoh pada pembentukan H2 orbital-orbital
atom yang saling tumpang tindih adalah orbital-orbital 1s dari masing-masing atom
hidrogen yang tingkat energinya sama. Ikatan kovalen pada molekul H2 disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Tumpang tindih antara orbital-orbital atom pada pembentukan
ikatan kovalen pada molekul H2

Simbol Lewis dan Struktur Lewis


Simbul Lewis atau lambing Lewis adalah simbol suatu atom yang dikelilingi
oleh titik-titik yang menyatakan elektron valensi dari atom tersebut. Contoh Simbol
Lewis disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh Simbol Lewis


Pada waktu atom-atom membentuk iakatan kovalen terjadi perubahan jumlah
elektron pada kulit valensinya akibat adanya pemakaian bersama dua buah elektron
oleh dua atom. Pasangan elektron ini disebut dengan pasangan elektron ikatan. Dalam
suatu molekul atau ion poliatomik, jumlah elektron pada kulit valensi dari atom-atom
yang berikatan cenderung delapan buah. Untuk atom-atom pada periode 2 jumlah
maksimum elektron valensinya delapan seperti pada molekul H2O yang disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Molekul H2O yang pada kulit valensi atom pusatnya terdapat 8
elektron
Untuk unsur-unsur pada periode 3 atau lebih pada waktu membentuk ikatan
kovalen, jumlah elektron pada kulit valensinya boleh lebih dari delapan elektron seperti
pada molekul SF6, yang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Molekul yang pada kulit valensi atom pusatnya terdapat lebih dari
8 elektron

Muatan Formal
Muatan formal adalah muatan yang dimiliki oleh atom-atom yang
terdapat di dalam suatu molekul atau ion poliatomik apabila atom-atom tersebut
dianggap memiliki keelektronegatifan yang sama. Besarnya muatan formal (QF) dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
QF = NA – NM = NA –NLP - ½NBP …………………………………………(1)
QF : muatan formal
NA : Jumlah elektron valensi atom
NM : Jumlah elektron suatu atom dalam molekul
NLP : Jumlah pasangan elektron menyendiri (lone pair)
NBP : Jumlah elektron ikatan

Contoh: menentukan muatan formal H2SO4

Muatan formal dari atom–atom dalam

Muatan formal S = 6 –(4+0)


= +2
Muatan formal H = 1 – (1+0)
= 0
Ada dua jenis oksigen yang perlu dipertimbangkan. Oksigen terisolasi atom memiliki
6 elektron dan oksigen yang terikat dengan hidrogen.
Muatan formal oksigen ke 1 = 6 – (2 + 4)
= 0
Muatan formal oksigen ke 2 = 6 –(1+6)
= -1

Struktur 1 Struktur 2
Struktur dengan ikatan rangkap (struktur 2) lebih disukai karena semua atom
mempunyai muatan formal 0.
Struktur 1 Struktur 2

Struktur Resonansi
Struktur resonansi adalah salah satu dari dua atau lebih struktur Lewis untuk
satu molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya menggunakan
satu struktur Lewis.

Asam formiat Ion formiat


Contoh lain struktur resonansi dari ion karbonat

Langkah-langkah dalam Menuliskan Struktur Lewis


Penulisan struktur lewis mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tulislah kerangka struktur dari senyawa bersangkutan, yang teridiri dari
lambang kimia atom-atom yang terlibat dan menempatkan atom-atom
yang berikatan secara berdekatan satu sama lain. Tahap ini cukup
mudah dikerjakan untuk senyawa yang sederhana, tetapi untuk
senyawa yang lebih rumit harus ada informasi yang sudah diketahui
atau dengan membuat kerangka yang paling mungkin. Secara umum,
atom dengan keelektronegatifan terkecil menempati posisi di tengah
(pusat). Hidrogen dan fluorin biasanya menempati posisi ujung pada
struktur lewis.
2. Hitunglah jumlah total elektron valensi dari semua atom yang terlibat.
Untuk anion poliatomik, tambahkan juga perlu muatan negatifnya ke
dalam jumlah elektron valensi. (misalnya, untuk ion CO32- kita
tambahkan 2 elektron karena muatan 2- menunjukkan bahwa terdapat
dua elektron tambahan daripada yang diberikan oleh atom netral).
Untuk kation poliatomik jumlah elektron valensi dikurangi jumlah
muatan positifnya. (misalnya, untuk kation NH4+ jumlah elektron valensi
dikurangi satu karena muatan 1+ menandakan lepasnya satu elektron
dari atom netral).
3. Gambarlah ikatan kovalen tunggal antara atom pusat dengan semua
atom di sekitarnya. Lengkapi oktet dari semua atom yang terikat pada
atom pusat. (ingat bahwa kulit valensi atom hidrogen maksimum
ditempati hanya oleh dua elektron.) elektron dari atom pusat atau atom
sekitar harus dituliskan sebagai pasangan elektron bebas jika elektron
tersebut tidak terlibat dalam pembentukaan ikatan. Jumlah total
elektron yang digunakan untuk ikatan adalah jumlah yang telah dihitung
pada tahap 2 di atas.
4. Jika aturan oktet belum tercapai pada atom pusat, gunakan pasangan
elektron bebas dari atom-atom di sekitarnya untuk menambahkan
ikatan rangkap dua atau rangkap tiga di antara atom pusat dan atom di
sekitarnya sampai aturan terpenuhi
Contoh struktur Lewis asam klorat (HClO3)
1. Langkah pertama adalah menentukan atom pusat, sehingga kita tahu di mana
harus meletakkan titik atau garis. Atom pusat biasanya yang paling tidak
elektronegatif.
2. Menghitung semua elektron valensi
H berada pada golongan 1A, 1e-, 1 × 1 = 1e-
Cl berada pada golongan 7A, 7e- , 1 × 7 = 7e-
O berada pada golongan 6A, 6e-. 3 × 6 = 18e-
Total = 26e- =13 pasang e-
3. Selanjutnya, tempatkan dua elektron setiap ikatan dan cek apakah semua atom
sudah memenuhi kaidah oktet

Kontroversi dalam Penulisan Struktur Lewis


Brady, Russell, dan Holum (2000) menggambarkan struktur Lewis
molekul SO2 dan SO3 dengan satu struktur saja dengan ikatan antara atom S dan atom
O merupakan ikatan rangkap seperti disajikan pada Gambar 5. Pada struktur Lewis
tersebut atom-atom S dan O memiliki muatan formal minimal.

Gambar 5. Struktur Kanonis SO2 dan SO3 yang dituliskan berdasarkan


muatan formal minimal
Data eksperimen lebih mendukung struktur Lewis dengan ikatan antara atom
belerang dan atom-atom oksigen merupakan ikatan rangkap dua.

Teori Ikatan Valensi (TIV)


Dalam Pembentukan ikatan kovalen orbita-orbital atom yang digunakan dapat
berupa orbital-orbital asli (s, p, d, atau f) atau orbital-orbital hibrida. Ikatan kovalen
yang terbentuk dari tumpang tindih antara orbital-orbital asli dapat berupa ikatan σ
atau ikatan π. Jenis orbital yang digunakan dalam pembentukan ikatan kovalen dapat
diramalkan berdasarkan geometri molekul tersebut, khususnya besarnya sudut-sudut
ikatan yang ada di sekitar atom pusatnya. Contoh pembentukan molekul CH 4 disajikan
pada Gambar 6.
Gambar 6. Pembentukan ikatan kovalen pada molekul CH4

Teori Orbital Molekul (TOM)


Teori orbital molekul dilandasi atas asumsi bahwa jika dua inti berada pada
jarak kesetimbangan dan elektron-elektron ditambahkan, maka elektron-elektron
kedua inti memasuki orbital molekul yang caranya analog dengan orbital atom. Di
dalam atom terdapat orbital – orbital s,p,d,f... yang ditentukan oleh berbagai set
bilangan kuantum dan dalam suatu molekul terdapat orbital σ,π,δ,.. yang juga
ditentukan oleh bilangan kuantum. Prinsip Aufbau, prinsip ekslusi Pauli dan prinsip
multiplisitas maksimum dari Hund yang berlaku pada orbital atom, berlaku juga pada
orbital molekul.
Menurut teori ini kebolehjadian menemukan elektron dalam suatu daerah
tertentu dalam suatu molekul dapat dinyatakan sebagai ungkapan matematik (fungsi
gelombang) seperti yang berlaku pada orital atom. Daerah dalam ruang dengan
kebolehjadian tertentu dalam suatu molekul yang ditempati elektron disebut orbital
molekul. Selanjutnya jika kita mencoba menyelesaikan persamaan Schrodinger untuk
memperoleh berbagai orbital molekul, maka akan menghadapi problem yang sama
untuk atom-atom yang lebih berat dari pada hidrogen. Kita tidak dapat
menyelesaikan secra eksak persamaan Schrodinger dan oleh karena itu harus dibuat
pendekatan mengenai bentuk fungsi gelombang orbital molekul.
Terdapat berbagai metode pendekatan orbital molekul yang benar, dan dalam
pembahasan ini hanya digunakan salah satunya saja, yaitu metode kombinasi
linier orbital atom (Linear Combination of Atomic Orbitals = LCAO).
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa orbital molekul terbentuk dengan
mengkombinasikan orbital-orbital suatu atom yang membentuk suatu molekul. Dasar
pemikiran ini adalah bahwa sebagian besar waktu elektron akan ada lebih dekat
(dikendalikan) oleh salah satu atau lainnya dari dua inti. Jika demikian maka orbital
molekul akan menjadi sangat dekat dengan orbital atom tersebut. Dengan
menggabungkan dua orbital atom ΨA dan ΨB, diperoleh dua orbital molekul sebagai
berikut:
Ψb = + ΨA + ΨB (+ + overlap)………………………………………………………….(2)
Ψa = + ΨA - ΨB (+ - overlap)…………………………………………………………(3)
Orbital molekul satu-elektron yang terbentuk terdiri dari sebuah orbital molekul
bonding (ikatan), Ψb , dan sebuah orbital molekul antibonding (antiikatan), Ψa.

Orbital molekul sebagai hasil dari penggabungan 2 orbital s


Sebagai contoh pembentukan molekul H2 menurut teori orbital molekul
disajikan pada Gambar 7. Pada pembentukan molekul H2, orbital atom s membentuk
sebuah set orbital molekul σ dan σ*. Analog dengan konfigurassi elektron atom, maka
konfigurasi orbital molekul H2 adalah H2 : σ1s2. Diagram tingkat energi molekul H2
disajikan pada Gambar 8. Orbital molekul σ1s memiliki energi yang lebih rendah
dibandingkan energi pada orbital molekul σ*1s
Gambar 7. Hasil penggabungan 2 orbital s: σ (overlap + +) dan σ* (overlap + -) 2
orbital s

Gambar 8. Diagram tingkat energi molekul H2


Densitas muatan elektron bonding dan antibonding pada molekul H2 disajikan pada
Gambar 9.
(a) (b)
Gambar 9. (a) Densitas muatan elektron hasil overlap (+ +) dan (b) Densitas
muatan elektron hasil overlap (+ -)

Orbital molekul sebagai hasil dari penggabungan orbital s dan px


Orbital molekul sebagai hasil dari penggabungan orbital s dan px terjadi pada
pembentukan molekul HF, HCl dan lain sebagainya, yang disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Hasil penggabungan orbital molekul σsp (overlap + +) 2 orbital s dan
px dan σsp* (overlap + -) 2 orbital s dan px (orbital p sepanjang sumbu X)

Orbital molekul sebagai hasil dari penggabungan 2 orbital px


Bila 2 orbital atom px mengalami penggabungan maka akan terbentuk σx dan σx*
seperti disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Hasil penggabungan orbital molekul σx (overlap + +) 2 px dan σx*
(overlap + -) 2 orbital px

Orbital molekul sebagai hasil dari penggabungan 2 orbital py atau 2


orbital pz
Bila 2 orbital atom pz mengalami penggabungan maka akan terbentuk πz dan πz *
seperti disajikan pada Gambar 12. Overlap antara dua py atau antara 2pz dinamakan
side-to-side, sidewise, sideway atau lateral overlap

Gambar 12. Hasil penggabungan orbital molekul πz (overlap + +) 2 pz dan πz *


(overlap + -) 2 orbital pz
Persyaratan yang harus dimiliki orbital atom agar penggabungan antar orbital atom
menghasilkan orbital molekul:
1. Orbital atom yang akan mengalami penggabungan memiliki energi yang sama
2. Kombinasi orbital atom akan terjadi apabila densitas elektron hasil
penggabungan lebih tinggi sehingga menyebabkan kekuatan ikatan orbital
molekul
3. Orbital atom yang akan mengalami penggabungan memiliki simetri yang sama
Secara umum hasil overlap dari orbital atom disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Hasil overlap dari orbital s dan p yang memiliki simetri yang sama

Molekul yang mengandung 1 – 4 elektron. Molekul H2 mempunyai dua


elektron yang menempoati orbital σ1s. Dua elektron ini menyusun ikatan kimia. Teori
orbital molekul tidak membatasi jumlah elektron ikatan, orde ikatan adalah setengah
dari selisih antara jumlah elektron ikatan (bonding) dan jumlah elektron antiikatan (anti
bonding).
Orde ikatan = ½ ( Nb – Na )
Molekul He2 tidak dikenal karena jumlah elektron antibonding (2) sama
dengan jumlah elketron bonding (2), sehingga orde ikatan adalah nol. Jika helium
diionkan memungkinkan untuk membentuk ion molekul helium He2+. Molekul ini akan
mempunyai tiga elektron, dua elektron pada orbital bonding dan satu elektron pada
orbital anti bonding, sehingga orde ikatannya ½. Dalam kenyataanya molekul ini dapat
teramati secara spektroskopi dalam situasi energetik yang cukup tinggi untuk
mengionkan helium. Tetapi pada kondisi kimia biasa tidak teramati.
2. Litium dan berilium. Dua atom litium mengandung enam
elektron. Empat elektron mengisi σ1s dan σ1s*. Dua elektro terakhir mengisi σ2s,
memberikan orde ikatan 1 untuk molekul Li2.
Molekul Be2 diharapkan tidak eksis, karena orde ikatannya
nol. Fakta eksperimen menunjukkan bahwa litium adalah molekul diatomik sedangkan
berilium monoatomik.
3.Boron dan karbon. Molekul B2 dan C2 merupakan spesies kimia
yang tidak lazim teramati. Namun demikian sifat-sifatnya merupakan bagian penting
dalam menentukan kebeneran diagram tingkat energi, seperti tercantum pada gambar
3.9.
4. Nitrogen, oksigen, flourin dan neon. Molekul nitrogen mempunyai 14
elektron. Empat elektron ada pada orbital σ1s dan σ1s*, yang saling meniadakan. Empat
elektron berikutnya masuk orbital σ2s dan σ2s* dan tidak menyumbang net ikatan.
Enam elektron lainnya membentuk sebuah orbital σ dan dua orbital π. Orde ikatan N2
adalah tiga, yang sesuai dengan hasil pengamatan, mempunyai energi disosiasi besar,
942 kJ/mol. Konfigurasi elektron N2 adalah sebagai berikut:
N2 : KK σ2s2 σ2s*2σ2p2 π2p4
Molekul oksigen adalah salah satu contoh dari aplikasi pertama teori
orbital molekul yang membuktikan lebih berhasil dari pada teori ikatn valensi. Molekul
oksigen mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul nitrogen. Pengujian
diagram energi dalam gambar 3.9 menunjukkan bahwa tingkat energi π*2p adalah
degenerate dari dua orbital π yang ekivalen, yaitu π*2py dan π*2px. Kaidah Hund
tentang multiplisitas maksimum memperkirakan bahwa dua elektron yang masuk ke
tingkat π* akan menempati dua orbital yang berbeda, sehingga konfigurasinya lebih
eksplisit ditulis sebagai:
O2 : KK σ2s2σ2s*2σ2p2π2p4π*2px1π*2py1
Hal ini tidak mempengaruhi orde ikatan, yaitu ½ (6-2) = 2, seperti
dinyatakan oleh teori ikatan valensi. Perbedaannya terletak pada sifat magnetiknya,
yaitu bersifat paramagnetik. Sifat ini merupakan hasil dari dua elektron yang tidak
berpasangan. (Dalam batasan ini molekul O2 analog dengan C2 yang terdapat dua
elektron tidak berpasangan memasuki orbital-orbital degenerate.
Teori ikatan valensi memperkirakan bahwa semua elektron dalam
molekul O2 akan berpasangan, yang mana pembentukan dua ikatan ini merupakan
tuntutan untuk memaksimumkan jumlah elektron berpasangan. Dalam teori ikatan
valensi menekankan elektron-elektron ikatan berpasangan, sedang dalam teori
orbital molekul tidak memerlukan pemasangan elektron seperti itu, tetapi hanya
mempertimbangkan elektron ikatan dan elektron anti ikatan. Seperti sifat
paramagnetik O2 yang terukur melalui eksperimen mengkonfirmasikan akan
keakuratan perlakuan teori atom.
Untuk molekul F2 terdapat 18 elektron yang didistribusikan sebagai
berikut:
F2 : KK σ2s2σ2s*2σ2p2π2p4π*2px2π*2py2
Mempunyai orde ikatan 1, yaitu ikatan sigma (σ) dan sesuai dengan gambaran teori
ikatan valensi.
Untuk molekul Ne2 tambahan dua elektron akan mengisi orbital anti
ikatan berikutnya, yaitu orbital σ*2p. Hal ini mengurangi orde ikatan, sehingga
orde ikatan Ne2 adalah nol, seperti He2, tidak eksis.
• Pengisian semua electron pada diagram tingkat energi menurut teori
orbital molekul sesuai dengan aturan Aufbau disajikan pada Gambar 14.
Contoh penulisan molekul N2 dan perhitungan order ikatan

N 2  1s
2
 1s
*2
 22s  *2
2s  2 p y  2 p y  2 p
2 *2 2

10 - 4
bo 
2
6

2
 3 corresponding to a triple
bond in VB theory
*2px

*2py *2pz
2p 2p
2px

2py 2pz

*
 2s
2s 2s

2s

*
 1s
1s 1s

1s
Gambar 14. Pengisian elektron untuk molekul H2 sampai N2
Sifat Magnetik :
Paramagnetik: senyawa yang lemah menarik dalam medan magnet, senyawa ini
memiliki elektron tidak berpasangan
Diamagnetik: senyawa memiliki elektron berpasangan
Order Ikatan : jumlah ikatan antara dua atom, sebuah indikasi kekuatan mengikat

• Contoh : Berapa order ikatan untuk N2+ ?


N +2  1s2  1s*2  2s
2
 2s
*2
 22 p y  2*2p z  21 p x
total of 13 e -
9-4
bo =  2 12
2
Molekul N2+ memiliki sifat : Paramagnetik
Contoh untuk molekul O2

O 2  1s2  1s*2  2s2  2s*2 22 px  22 p y  22 pz  2*1p y  2*1pz


10 - 6
2 bo =
2
2 unpaired e-  paramagnetic
Valence Bond theory predicts that O 2 is diamagnetic
experimentally - O 2 is paramagnetic
.. ..
O O
..
..
..
..

Diagram tingkat energi yang digunakan disajikan pada Gambar 15.


*2px

*2py *2pz

2p 2p
2py 2pz

2px

*
 2s
2s 2s

2s

*
 1s
1s 1s

1s
Gambar 15. Diagram Tingkat Energi untuk molekul O2 sampai Ne2

Contoh untuk molekul CO (molekul heteronuklir/memiliki atom yang berbeda)


Consider CO
C has 6 electrons
O has 8 electrons
The Lewis dot structure:

C
..
O
..
....

..
Bond order:
(10 – 4)/2 = 3
Atom C dan O memiliki keelektronegatifan yang berbeda sehingga diagram tingkat
energinya tidak sama, pengisian melalui diagram tingkat energi disajikan pada Gambar
16.

*2px

*2py *2pz
2p

2px 2p

2py 2pz

*
 2s
2s
2s
2s

*
 1s
1s

1s
1s
Gambar 16. Pengisian Diagram tingkat Energi untuk molekul heteronuklir
• Diagram orbital molekul untuk molekul heteronuklir telah diturunkan energinya
untuk orbital atom menggabungkan untuk memperhitungkan elektronegativitas
berbeda dari dua atom yang berikatan.
• Semakin elektronegatif atom maka energi lebih rendah daripada atom yang
kurang elektronegatif.

Pembentukan molekul HF menurut teori orbital molekul disajikan pada Gambar 17.
Diagram tingkat energinya disajikan pada Gambar 18.

Gambar 17. Pembentukan molekul HF menurut teori orbital molekul

Gambar 18. Diagram Tingkat Energi Orbital Molekul (HF)

Anda mungkin juga menyukai