Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR IKATAN KIMIA

OLEH :

AISYAH PUTRI OKTAVIANI : 2013031010 ; 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2021
1. Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam
pembentukan ikatan kimia. Elektron valensi memegang peranan penting pada
reaksi-reaksi kimia dan menunjukkan sifat-sifat kimia unsur. Jumlah elektron
valensi yang sama menentukan kemiripan perilaku kimia diantara unsur – unsur
dalam setiap golongan. Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga
VIIIA), elektron valensi adalah elektron yang berada pada kulit elektron terluar.
Oleh karena itu, kulit elektron terluar sering disebut sebagai kulit valensi. Namun,
perlu diperhatikan bahwa tidak semua elektron valensi hanya berada pada kulit
terluar. Elektron valensi unsur-unsur golongan transisi dapat berada pada kulit
elektron yang lebih dalam dari kulit terluar.
Bohr telah menjawab bagaimana elektron tersebar di sekitar inti dan
bagaimana elektron – elektron di sekitar inti yang memenuhi orbital yang dapat
ditentukan melalui konfigurasi elektron. Nomor atom menyatakan jumlah proton
dalam inti dan pada atom netral, maka jumlah elektron di luar inti sama dengan
jumlah proton di inti. Sehingga dari nomor atom tersebut dapat dicari konfigurasi
elektron suatu atom dan kemudian dapat diperkirakan elektron valensinya.
Contoh mencari elektron valensi untuk unsur:
1. Na (Z= 11)
- Buat konfigurasi elektronnya = 1s2 2s2 2p6 3s1
- Kulit valensinya = 3s
- Elektron valensinya = jumlah elektron pada sub kulit 3s = 1
2. Cl (Z = 17)
- Buat konfiguras elektronnya = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
- Kulit valensinya = 3s 3p
- Elektron valensinya = jumlah elektron pada sub kulit 3s dan 3p = 2+5 = 7
Sebuah atom dengan kelopak elektron valensi tertutup (sesuai dengan
konfigurasi elektron s2p6) cenderung bersifat lembam secara kimia.
Atom dengan 1 atau 2 elektron valensi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk kelopak “tertutup” sangat reaktif karena alasan:
- Ia memerlukan energi yang relatif rendah untuk menghilangkan elektron
valensi membentuk ion positif.
- Karena kecenderungan untuk mendapatkan maupun menghilangkan atau untuk
berbagi elektron valensi.
Serupa dengan elektron pada kelopak bagian dalam, elektron valensi memiliki
kemampuan untuk menyerap maupun melepaskan energi dalam bentuk foton.
Penyerapan energi dapat memicu elektron untuk berpindah (melompat) ke kelopak
yang lebih luar. Hal ini dikenal sebagai eksitasi atom. Atau elektron dapat terlepas
dari kelopak valensinya meninggalkan atom; ini disebut sebagai ionisasi
membentuk ion positif. Ketika elektron kehilangan energinya (yang menyebabkan
emisi foton), ia dapat berpindah ke kelopak bagian dalam yang belum terisi penuh.
Tingkat energi valensi sesuai dengan bilangan kuantum utama (n = 1, 2, 3, 4, 5,
…..) diberi label alfabetis dengan huruf yang digunakan dalam notasi sinar-X (K,
L, M,
…).

2. Simbol Atom Lewis


Struktur lewis atau sering disebut rumus lewis adalah suatu pola atau
diagram yang menggambarkan jumlah elektron valensi dari atom-atom yang akan
membentuk ikatan kimia. Struktur lewis ini berbentuk titik, silang atau bulatan-
bulatan yang mengelilingi lambang atomnya, baik atom tunggal maupun atom-
atom yang berikatan.
Struktur lewis ini juga dikenal denga rumus atau diagram titik elektron dan
ada juga yang menyebutnya diagram titik lewis. Keberadaan struktur lewis ini
sangat penting untuk menggambarkan jenis ikatan kimia yang terjadi dalam suatu
senyawa serta proses terbentuknya ikatan kimia tersebut. Selain itu, struktur lewis
juga dapat digunakan untuk menggambarkan rumus molekul atau senyawa.

Lambang Struktur Lewis

Struktur lewis dapat dilambangkan dengan gambar titik, silang atau bulatan-
bulatan kecil, atau bisa juga kombinasi dari titik silang atau bulatan kecil. Satu
jenis lambang misalnya titik atau silang biasanya digunakan untuk
menggambarkan struktur lewis unsur atau molekul. Lambang kombinasi biasanya
digunakan untuk menuliskan ikatan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih unsur
sehingga akan lebih mudah membedakan elektron valensi masing-masing unsur.
Sedangkan jika menggunakan satu jenis lambang saja, misalnya bulatan, maka
dalam menggambarkan ikatan senyawa, bulatan bisa diberi warna yang berbeda
untuk membedakan elektron valensi unsur penyusunnya. Berikut ini adalah contoh
beberapa lambang lewis dalam unsur, molekul atau senyawa.

1. Lambang Titik

Gambar struktur lewis unsur N

Gambar struktur lewis molekul O2

2. Lambang Silang

Gambar struktur lewis unsur F

Gambar struktur lewis Cl2


3. Lambang Bulatan

Gambar struktur lewis unsur Ne

Gambar struktur lewis H2O

4. Lambang Kombinasi

Gambar struktur lewis NH3


Gambar struktur lewis SiF4

Lambang struktur lewis dapat disederhanakan dengan mengganti lambang titik


atau silang atau bulatan menjadi sepotong garis. Lambang garis pada struktur lewis
ini disebut dengan rumus bangun. Dimana sepotong garis menyatakan sepasang
elektron yang digunakan bersama. Perhatikan aturan berikut

1 garis = 1 pasang elektron ikatan (2 elektron)

2 garis = 2 pasang elektron ikatan (4 elektron)

3 garis = 3 pasang elektron ikatan (6 elektron)

5. Lambang Garis

Gambar rumus bangun H2O

Gambar rumus bangun O2


Cara Menggambarkan Struktur Lewis

Untuk bisa menggambarkan struktur lewis suatu molekul atau senyawa, harus
mengetahui terlebih dahulu tentang pasang elektron ikatan (PEI) dan
pasangan elektron bebas (PEB).

ang dipakai bersama oleh dua atau lebih atom dalam suatu ikatan kimia. Sedangkan pasangan elektron bebas atau PEB ada

Berikut ini adalah langkah-langkah sistematis untuk menggambarkan struktur


lewis molekul atau senyawa.

1. Tentukan elektron valensi tiap atom dalam molekul

Untuk bisa dengan mudah menentukan elektron valensi atom bisa dilihat
dari golongan unsur dalam Tabel Periodik Modern.

2. Jumlahkan semua elektron yang ada pada molekul tersebut

3. Tentukan jumlah pasangan elektron ikatan (PEI)

Nilai PEI ini menunjukkan jumlah ikatan pada molekul. Untuk menghitung PEI,
gunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Total Elektron


PEI =
8

Sisa elektron pada perhitungan PEI tidak berpengaruh pada PEI, namun digunakan
untuk perhitungan PEB.

4. Tentukan jumlah pasangan elektron bersama (PEB)


Nilai PEI ini menunjukkan jumlah pasangan elektron bebas pada atom pusatnya.
Untuk menentukan PEI, gunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Elektron Sisa pada PEI


PEB =
2

Untuk menentukan atom pusat pada struktur lewis suatu molekul atau senyawa
dapat digunakan beberapa teknik sebagai berikut:

Cara menentukan atom pusat suatu molekul atau senyawa

1 Dalam senyawa, atom yang jumlahnya paling sedikit akan menjadi


atom pusat

2 Jika dalam senyawa terdapat dua atau lebih atom yang jumlahnya
sama, maka atom pusat adalah atom yang keelektronegatifannya lebih
rendah, atau kalau dalam satu periode posisinya sebelah kiri dari
atom lain, bila segolongan yang bertindak sebagai atom pusat ada
pada paling bawah.

3 Atom H dan F tidak pernah berperan sebagai atom pusat. Pada asam
oksi (asam yang mengandung oksigen, seperti H2SO4, HNO3, H3PO4,
H2CrO4, dan lain-lain) atom H jarang sekali terikat pada atom pusat
secara langsung, tetapi H lebih sering terikat pada atom O lebih
dahulu).

5. Jika ditemui pola yang janggal, bisa disesuaikan dengan kaidah oktet
yang paling mungkin

Dalam menentukan struktur lewis suatu senyawa, tidak harus mengikuti kaidah
oktet (elektron valensi harus 8) atau kaidah duplet (2 elektron valensi), karena
pada beberapa jenis unsur memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk itu ada
beberapa pengecualian yang harus diperhatikan dalam menggambarkan struktur
lewis molekul.

Pengecualian kaidah Oktet-Duplet dalam menggambarkan struktur lewis

1 B (boron) maksimal hanya dapat memiliki 6 elektron ketika


berikatan
2 N (nitrogen) pada beberapa jenis senyawa hanya memiliki 7 elektron
ketika berikatan

3 Unsur yang berada pada periode 3 (seperti P, S, Cl, Br, I) dan unsur
logam transisi berkemungkinan untuk memiliki elektron lebih dari 8
ketika berikatan

3. Pembentukan Ikatan Kimia


Ikatan kimia adalah gaya yang mengikat atom-atom atau ion-ion dalam suatu
molekul atau senyawa. Konsep tentang ikatan kimia pertama kali dikemukakan
pada tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis dari Amerika dan Albrecht Kossel
dari Jerman. Penemuan konsep tentang ikatan kimia ini didasari dari beberapa
kenyataan tentang sifat-sifat atom dalam unsur yaitu sebagai berikut:
1. Kenyataan bahwa unsur gas mulia (golongan VIIIA) yaitu he, Ne, Ar, Kr, Xe
dan Rn sukar membentuk senyawa. Hal ini mengindikasikan bahwa unsur gas
mulia memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang
stabil seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau menangkap
elektron dari unsur lain.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan
cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron,
menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.

Melalui ikatan kimia unsur-unsur kemudian membentuk molekul ataupun benda-


benda yang selanjutnya menyusun dan menjadi bagian dari alam semesta. Ikatan
kimia dapat terjadi karena adanya interaksi elektronik, dalam berbagai wujud dan
mekanisme. Sehubungan dengan itu maka dikenal beberapa jenis ikatan kimia.

Proses Terbentuknya Ikatan Kimia

Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul.
Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya yang
menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan kimia. Iktan kimia
terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki konfigurasi elektron stabil.
Konfigurasi elektron stabil yang dimaksud yaitu konfigurasi elektron pada gas
mulia.

Tabel Konfigurasi Elektron Unsur Golongan Gas Mulia

Unsur Nomor Atom K L M N O P


He 2 2

Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8

Kr 36 2 8 18 8

Xe 54 2 8 18 18 8

Rn 86 2 8 18 32 18 8

Kecenderungan atom-atom untuk memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia


(8 elektron valensi) disebut kaidah oktet. Sementara itu, atom-atom yang memiliki
kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron seperti gas helium (2 elektron
valensi) disebut kaidah duplet.

Ikatan kimia dapat terbentuk melalui 2 macam proses yaitu:

1. Serah terima elektron, yaitu perpindahan elektron dari satu atom


ke atom yang lain. Atom yang melepaskan elektron akan
membentuk ion positif, sedangkan atom yang menerima elektron
akan berubah menjadi ion negatif. Sehingga terjadilah gaya
elektrostatik atau gaya tarik-menarik antara kedua ion yang
berbeda muatan.

2. Pemakaian bersama pasangan elektron, baik pasangan elektron


yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan maupun
berasal dari salah satu atom yang berikatan.

Jenis-Jenis Ikatan Kimia

Ikatan kimia dibedakan menjadi 5 macam, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
logam, ikatan hidrogen dan ikatan Van Der Waals.

1. Ikatan Ion

Ikatan ion atau ikatan elektrovalen adalah ikatan yang terbentuk karena adanya
serah terima elektron dari satu unsur ke unsur yang lain. Kedua ikatan tersebut
berikatan karena adanya gaya elektrostatis. Unsur yang cenderung melepaskan
elektron adalah unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron
adalah unsur nonlogam.

Ikatan Ion = Unsur Logam + Unsur Nonlogam


Contoh senyawa yang berikatan ion adalah NaCl, NaF, KI, CsF, Na2S, Rb2S,
Na2O, CaO, BaO, MgS dan sebagainya.

2. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan
elektron dari dua atom yang berikatan. ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom
yang sama-sama ingin menangkap elektron. Ikatan kovalen terjadi akibat
ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron.
Ikatan kovalen terbentuk antar sesama unsur nonlogam.

Ikatan Kovalen = Unsur Nonlogam + Unsur Nonlogam

Contoh senyawa yang berikatan kovalen adalah HCl, H2O, O2, N2, H2O, NH3,
CH4 dan sebagainya.

3. Ikatan Logam

Ikatan logam merupakan ikatan kimia yang terjadi karena adanya gaya tarik-
menarik yang kuat antara ion positif dari logam terhadap elektron-elektron valensi
yang bergerak bebas.

Ikatan Logam = Unsur Logam + Unsur Logam

Ikatan logam terbentuk dalam logam. kita ambil contoh tembaga. Atom tembaga
disusun dengan cara tertentu dalam logam tembaga. elektron valensi bebas untuk
bergerak di sekitar sepotong logam tembaga. Elektron valensi ini tertarik terhadap
inti positif tembaga. Hal ini menyebabkan ikatan logam.

Contoh unsur yang berikatan logam adalah kuningan, aluminium, besi, tembaga,
baja, perungu dan sebagainya.

4. Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terbentuk antara unsur H dengan atom F,
O dan N. ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen maupun ikatan
ion.
Ikatan hidrogen adalah jenis ikatan intermolekul (antarmolekul) dan bukan ikatan
intramoleku (di dalam molekul).

Ikatan Hidrogen = Unsur H + F atau O atau N

Contoh senyawa yang berikatan hidrogen adalah air (H2O), NH3, HF dan
sebagainya.

5. Ikatan Van Der Waals

Ikatan Van der Waals merupakaan ikatan yang dimiliki oleh gas-gas mulia yang
mengalami proses kondensasi, sehingga fasanya berubah menjadi fasa cair pada
saat temperaturnya mencapai temperature yang sangat rendah. Ikatan Van der
Waals merupakan ikatan yang lebih lemah jika dibandingkan dengan ikatan
kovalen, ion dan ikatan logam.

Ikatan Van Der Waals = Unsur Gas Mulia Berwujud Cair

Dalam fasa gas, masing-masing atom gas mulia dapat berdiri dengan bebas dan
stabil tanpa terikat oleh atom-atom yang lain. Namun demikian, pada saat
mengalami proses kondensasi, maka atom-atom tersebut akan saling terikat oleh
gaya yang relatif lemah yang disebut sebagai gaya Van der Waals.

Molekul terbentuk dari atom-atom yang memiliki elektron-elektron dan proton


yang muatannya berlawanan. Akibat muatan berbeda ini, maka jika dua molekul
berdekatan akan timbul gaya tarik menarik yang bersumber dari gaya tarik antara
inti atom yang bermuatan positif dari molekul yang satu dengan electron-elektron
yang dimiliki oleh molekul lainnya. Keadaan ini menyebabkan ikatan yang terjadi
relative lemah. Contoh ikatan Van Der Waals terdapat pada senyawa CH4, Br2 dan
I2.

4. Ikatan Kovalen dan Struktur Lewis


Ikatan kovalen biasanya terjadi antar unsur nonlogam yakni antar unsur yang
mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikatan kovalen juga terbentuk karena
proses serah terima elektron tidak mungkin terjadi. Hidrogen klorida merupakan
contoh lazim pembentukan ikatan kovalen dari atom hidrogen dan atom klorin.
Hidrogen (H) dan atom klorin (Cl) merupakan unsur nonlogam dengan harga
keelektronegatifan masing-masing 2,1 dan 3,1. Konfigurasi elektron atom
hidrogen dan atom klorin sebagai berikut :
Berdasarkan aturan oktet yang telah di ketahui maka atom hidrogen kekurangan 1
elektron dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi
stabil golongan gas mulia. Apabila dilihat dari segi keelektronegatifan, klorin
mempunyai harga keelektronegatifan yang tidak kecil. Konfigurasi stabil dapat
tercapai dengan pemakaian elektron bersama. Atom hidrogen dan atom klorin
masing-masing menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan
elektron milik bersama.
Di dalam struktur Lewis untuk NaCl dan HCl, atom Cl memperoleh konfigurasi
elekton atom gas mulia. Kecenderungan atom Cl untuk menerima sebuah elektron
dalam keadaan apapun selalu sama, tetapi jika dibandingkan antara atom Na atau
H, atom-atom tersebut tidak akan melepaskan elektronnya dengan begitu saja.
Untuk melepaskan elektron valensi dari Na diperlukan energi (I1) sebesar -5,14
eV/atom yang lebih kecil dibandingkan energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron valensi dari H, yaitu sebesar 13,6 eV/atom. Natrium lebih bersifat logam
daripada hidrogen. Kenyataannya, hidrogen merupakan bukan logam pada keadaan
normal; hidrogen tidak memberikan elektronnya kepada atom bukan logam
lainnya. Pembentukan ikatan antara sebuah atom H dan sebuah atom Cl
melibatkan pemakaian bersama elektron yang menghasilkan ikatan kovalen.

Pengertian Ikatan Kovalen Menurut Ahli


Menurut (James E. Brady, 1990)
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron
secara bersama-sama oleh dua atom (James E. Brady, 1990). Ikatan kovalen
terbentuk di antara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron (sesama
atom bukan logam).
Pasangan elektron yang dipakai bersama disebut pasangan electron ikatan (PEI)
dan pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan
kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi
antara atom-atom unsur nonlogam, bisa sejenis (contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2,
I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan lain-lain). Senyawa yang hanya
mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
Rumus Kimia Senyawa Kovalen
Dengan mengacu pada aturan oktet, kita dapat memprediksikan rumus molekul
dari senyawa yang berikatan kovalen. Dalam hal ini, jumlah elektron yang
dipasangkan harus disamakan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa aturan oktet tidak
selalui dipatuhi, terdapat beberapa senyawa kovalen yang melanggar aturan oktet.
Contohnya adalah ikatan antara H dan O dalam H2O. Konfigurasi elektron H dan
O adalah H memerlukan 1 elektron dan O memerlukan 2 elektron. Agar atom O
dan H mengikuti kaidah oktet, jumlah atom H yang diberikan harus menjadi dua,
sedangkan atom O satu, sehingga rumus molekul senyawa adalah H2O.

JENIS IKATAN KOVALEN


 Berdasarkan Pembentukannya
1. Ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI.
Contoh: H2, H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6).
Contoh pembentukan ikatan pada molekul H2O di bawah

2. Ikatan kovalen rangkap dua


Ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 2 pasang PEI.
Contoh: O2, CO2 (konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4).
Berikut ini pembentukan ikatan angkap 2 pada molekul CO2.

3. Ikatan kovalen rangkap tiga


Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI.
Contoh: N2 (Konfigurasi elektron N = 2, 5).
Berikut ini pembentukan ikatan rangkap 3 pada molekul N2

 Berdasarkan Polarisasi :
1. Ikatan Kovalen Polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEInya cenderung tertarik ke
salah satu atom yang berikatan. Kepolaran suatu ikatan kovalen ditentukan oleh
keelektronegatifan suatu unsur. Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara
atom-atom unsur yang beda keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk
molekul asimetris, mempunyai momen dipol. Ikatan kovalen yang terjadi antara
dua atom yang berbeda disebut ikatan kovalen polar. Ikatan kovalen polar dapat
juga terjadi antara dua atom yang sama tetapi memiliki keelektronegatifan yang
berbeda.
Contoh ikatan kovalen polar: HF
Dlm senyawa HF ini, F mempunyai keelektronegatifan yang tinggi jika
dibandingkan H.. sehingga pasangan elektron lebih tertarik kearah F, akibatnya
akan terbentuk dipol-dipol atau terjadi pengkutuban (terbentuknya kutub antara H
dan F).

2. Ikatan Kovalen Nonpolar


Ikatan kovalen nonpolar yaitu ikatan kovalen yang PEInya tertarik sama kuat ke
arah atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara
atom- atom unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai
momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri. Titik muatan
negative electron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul pembentuknya
tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron persekutuan
mendapat gaya tarik yang sama.
Ikatan kovalen nonpolar terdiri dari:
Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana pasangan electron
yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom
yang satu lagi tidak menyumbangkan elektron.Jadi disini terdapat satu atom
pemberi pasangan electron bebas, sedangkan atom lain sebagai
penerimanya. Ikatan kovalen koordinasi kadang-kadang dinyatakan dengan tanda
panah (→) yg menunjukan arah donasi pasangan elektron.
Contoh Ikatan Kovalen Koordinasi: BF3NH3
5B = 1s2 2s2 2p1
9F = 1s2 2s2 2p5
7N = 1s2 2s2 2p3

Sifat Senyawa Kovalen :


 Titik didih
Pada umumnya senyawa kovalen mempunyai titik didih yang rendah (rata-rata di
bawah suhu 200 0C). Sebagai contoh Air, H2O merupakan senyawa kovalen.
Ikatan kovalen yang mengikat antara atom hidrogen dan atom oksigen dalam
molekul air cukup kuat, sedangkan gaya yang mengikat antar molekul-molekul air
cukup lemah. Keadaan inilah yang menyebabkan air dalam fasa (bentuk) cair akan
mudah berubah menjadi uap air bila dipanaskan sampai sekitar 100 0C, akan tetapi
pada suhu ini ikatan kovalen yang ada di dalam molekul H2O tidak putus.
 Volatitilitas (kemampuan untuk menguap)
Sebagian besar senyawa kovalen berupa cairan yang mudah menguap dan berupa
gas. Molekul-molekul pada senyawa kovalen yang mempunyai sifat mudah
menguap sering menghasilkan bau yang khas. Parfum dan bahan pemberi aroma
merupakan senyawa kovalen contoh dari senyawa kovalen yang mudah menguap

 Kelarutan
Pada Umumnya senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam pelarut organik. Pelarut organik merupakan senyawa karbon, misalnya
bensin, minyak tanah, alkohol, dan aseton. Namun ada beberapa senyawa kovalen
yang dapat larut dalam air karena terjadi reaksi dengan air (hidrasi) dan
membentuk ion-ion. Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke dalam air akan
membentuk ion hidrogen dan ion sulfat. Senyawa kovalen yang dapat larut dalam
air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa
kovalen yang tidak larut dalam air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen
non polar.

 Daya hantar Listrik


Pada umumnya senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat menghantar
arus listrik atau bersifat non elektrolit, kecuali senyawa kovalen polar. Hal ini
disebabkan senyawa kovalen polar mengandung ion-ion jika dilarutkan dalam air
dan senyawa tersebut temasuk senyawa elektrolit lemah. Berikut ini gambar
perbedaan antara senyawa non elektrolit, elektrolit lemah dan elektrolit kuat.

5. Spesies Isoelektronik
Spesi-spesi yang berupa molekul maupun ion poliatomik bisa saja bersifat
isoelektronik. Isoelektronik artinya spesi-spesi tersebut memiliki jumlah elektron
valensi dan jumlah atom yang sama. Molekul atau anion poliatomik atau kation
poliatomik yang memiliki jumlah atom sama dan memiliki jumlah elektron valensi
sama umumnya akan memiliki struktur Lewis yang sama pula. Dengan mengetahui
ke-isoelektronik-an suatu spesi maka relatif lebih mudah menggambar model
struktur Lewisnya.
Spesi NO+, N2, CO, dan CN− serupa karena masing-masing memiliki dua atom
dan jumlah elektron valensi yang sama, 10, yang mengarah pada struktur Lewis
yang sama untuk setiap molekul atau ion. Dua atom di masing-masing
dihubungkan dengan ikatan rangkap tiga. Dengan tiga pasangan ikatan dan satu
pasangan elektron bebas, masing-masing atom memiliki oktet elektron.
Ini hanya sebatas strukturnya saja, sangat berbeda dalam hal karakter atau sifat
kimianya. Ada persamaan dan perbedaan penting dalam sifat kimia dari spesies
isoelektronik. Sebagai contoh, baik karbon monoksida, CO, dan ion sianida, CN−,
sangat beracun, dari fakta bahwa mereka dapat mengikat besi hemoglobin dalam
darah dan menghambat pengambilan oksigen. Dalam sifat asam basanya juga
berbeda. Dalam larutan air, ion sianida dengan mudah menambahkan H+ untuk
membentuk hidrogen sianida, sedangkan CO tidak terprotonasi dalam air.

6. Struktur Resonansi
Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu
dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur
molekul atau ion yang mempunyai delokalisasi elektron disebut dengan struktur
resonan. atau Struktur resonan adalah salah satu dari dua atau lebih struktur Lewis
untuk satu molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya
menggunakan satu struktur Lewis. Istilah resonansi berarti penggunaan dua atau
lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu. Masing-masing
struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu ikatan
kovalen antara masing- masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis
digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur
tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan
elektron, saling berbolak-balik (resonansi) Struktur sebenarnya kemungkinan
adalah peralihan dari dua struktur resonan.

Sifat Umum Resonansi


Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat- sifat berikut:
1. Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis (struktur resonan). Tetapi
tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang
bersangkutan.
2. Di antara struktur yang saling beresonansi bukanlah isomer. Perbedaan antar
struktur hanyalah pada posisi elektron, bukan posisi inti.
3. Masing-masing struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan
elektron tak berpasangan yang sama.
4. Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur
tidak mempunyai panjang ikatan yang khas.
5. Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan
masing-masing struktur resonan.

Aturan Untuk menggambarkan struktur Resonansi

• Posisi elektron dapat diubah-ubah untuk menghasilkan struktur resonansi yang


lain, tanpa mengubah posisi atom-atomnya

• Atom-atom yang saling berikatan harus tetap dalam semua struktur resonasi.

• Walapupun suatu ion atau senyawa dapat digambarkan secara lebih akurat
dengan menyertakan semua struktur resonansinya, tetapi agar sederhana biasanya
hanya satu struktur Lewis saja yang dipergunakan.

Resonansi

• Struktur Lewis Ozon (O3)

• Aturan oktet akan terpenuhi jika ikatan rangkap dua ditempatkan di antara atom
O pusat dengan salah satu dari dua atom O ujung. Karena itu kita dapat
menggambarkam ikatan rangkap dua baik dengan atom O ujun kiri maupun kanan,
dan kedunya merupakan struktur yang identik

Struktur Lewis Ozon

• Dapat diubah menjadi strutur resonansi:


• Istilah resonansi sering disalah artikan dengan mengatakan bahwa molekul
seperti ozon berpindah secara cepat dari satu struktur resonansi ke satu struktur
resonansi lain.

• Resonansi dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah anak panah (↔).
Misal untuk resonansi ozon (O3)

• Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti yang dijelaskan dengan anak
panah. Perhatikan contoh berikut:

Contoh resonansi lain

• Ion Karbonat (CO3 - )

• Atau disederhanakan menjadi

Struktur Resonasi Benzena (C6H6)


• Resonansi terjadi karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap
ke ikatan tunggal. Delokalisasi elektron yang terjadi pada benzena pada
struktur resonansi adalah sebagai berikut:

7. Perkecualian terhadap Aturan Oktet


a) Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet
Meliputi senyawa kovalen biner sederhana dari Be, B dan Al yaitu atom-atom yang
elektron valensinya kurang dari empat (4).
Contoh : BeCl2, BCl3 dan AlBr3
b) Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Contohnya : NO2 mempunyai jumlah elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17

c) Senyawa dengan oktet berkembang

Unsur-unsur periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui


aturan oktet / lebih dari 8 elektron pada kulit terluar (karena kulit terluarnya M, N
dst dapat menampung 18 elektron atau lebih).

Contohnya : PCl5, SF6, ClF3, IF7 dan SbCl5


Kegagalan Aturan Oktet

Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur transisi maupun
post transisi.

Contoh :

- Atom Sn mempunyai 4 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak


dengan tingkat oksidasi +2

- Atom Bi mempunyai 5 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak


dengan tingkat oksidasi +1 dan +3

Penyimpangan dari Aturan Oktet dapat berupa :

1) Tidak mencapai oktet

2) Melampaui oktet ( oktet berkembang

) Penulisan Struktur Lewis

Langkah-langkahnya :

1) Semua elektron valensi harus muncul dalam struktur Lewis

2) Semua elektron dalam struktur Lewis umumnya berpasangan

3) Semua atom umumnya mencapai konfigurasi oktet (khusus untuk H, duplet)

4) Kadang-kadang terdapat ikatan rangkap 2 atau 3 (umumnya ikatan rangkap


2 atau 3 hanya dibentuk oleh atom C, N, O, P dan S)

Langkah alternatif : ( syarat utama : kerangka molekul / ion sudah diketahui )

1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua atom dalam molekul / ion

2) Berikan masing-masing sepasang elektron untuk setiap ikatan

3) Sisa elektron digunakan untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet

4) Tambahkan sisa elektron (jika masih ada), kepada atom pusat

5) Jika atom pusat belum oktet, tarik PEB dari atom terminal untuk
membentuk ikatan rangkap dengan atom pusat
8. Molekul dengan Jumlah elektron ganjil
Beberapa molekul mengandung jumlah elektron ganjil. Diantaranya adalah
nitrogen oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO₂):

Karena kita membutuhkan jumlah elektron genap untuk pasangan sempurna (untuk
mencapai delapan), aturan oktet jelas tidak dapat dipenuhi untuk semua atom
dalam molekul ini.
Molekul elektron ganjil kadang-kadang disebut radikal. Banyak radikal sangat
reaktif. Alasannya adalah bahwa ada kecenderungan elektron yang tidak
berpasangan untuk membentuk ikatan kovalen dengan elektron yang tidak
berpasangan pada molekul lain. Misalnya, ketika dua molekul nitrogen dioksida
bertabrakan, mereka membentuk dinitrogen tetroksida di mana aturan oktet
dipenuhi untuk atom N dan O:

Anda mungkin juga menyukai