OLEH :
JURUSAN KIMIA
2021
1. Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam
pembentukan ikatan kimia. Elektron valensi memegang peranan penting pada
reaksi-reaksi kimia dan menunjukkan sifat-sifat kimia unsur. Jumlah elektron
valensi yang sama menentukan kemiripan perilaku kimia diantara unsur – unsur
dalam setiap golongan. Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga
VIIIA), elektron valensi adalah elektron yang berada pada kulit elektron terluar.
Oleh karena itu, kulit elektron terluar sering disebut sebagai kulit valensi. Namun,
perlu diperhatikan bahwa tidak semua elektron valensi hanya berada pada kulit
terluar. Elektron valensi unsur-unsur golongan transisi dapat berada pada kulit
elektron yang lebih dalam dari kulit terluar.
Bohr telah menjawab bagaimana elektron tersebar di sekitar inti dan
bagaimana elektron – elektron di sekitar inti yang memenuhi orbital yang dapat
ditentukan melalui konfigurasi elektron. Nomor atom menyatakan jumlah proton
dalam inti dan pada atom netral, maka jumlah elektron di luar inti sama dengan
jumlah proton di inti. Sehingga dari nomor atom tersebut dapat dicari konfigurasi
elektron suatu atom dan kemudian dapat diperkirakan elektron valensinya.
Contoh mencari elektron valensi untuk unsur:
1. Na (Z= 11)
- Buat konfigurasi elektronnya = 1s2 2s2 2p6 3s1
- Kulit valensinya = 3s
- Elektron valensinya = jumlah elektron pada sub kulit 3s = 1
2. Cl (Z = 17)
- Buat konfiguras elektronnya = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
- Kulit valensinya = 3s 3p
- Elektron valensinya = jumlah elektron pada sub kulit 3s dan 3p = 2+5 = 7
Sebuah atom dengan kelopak elektron valensi tertutup (sesuai dengan
konfigurasi elektron s2p6) cenderung bersifat lembam secara kimia.
Atom dengan 1 atau 2 elektron valensi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk kelopak “tertutup” sangat reaktif karena alasan:
- Ia memerlukan energi yang relatif rendah untuk menghilangkan elektron
valensi membentuk ion positif.
- Karena kecenderungan untuk mendapatkan maupun menghilangkan atau untuk
berbagi elektron valensi.
Serupa dengan elektron pada kelopak bagian dalam, elektron valensi memiliki
kemampuan untuk menyerap maupun melepaskan energi dalam bentuk foton.
Penyerapan energi dapat memicu elektron untuk berpindah (melompat) ke kelopak
yang lebih luar. Hal ini dikenal sebagai eksitasi atom. Atau elektron dapat terlepas
dari kelopak valensinya meninggalkan atom; ini disebut sebagai ionisasi
membentuk ion positif. Ketika elektron kehilangan energinya (yang menyebabkan
emisi foton), ia dapat berpindah ke kelopak bagian dalam yang belum terisi penuh.
Tingkat energi valensi sesuai dengan bilangan kuantum utama (n = 1, 2, 3, 4, 5,
…..) diberi label alfabetis dengan huruf yang digunakan dalam notasi sinar-X (K,
L, M,
…).
Struktur lewis dapat dilambangkan dengan gambar titik, silang atau bulatan-
bulatan kecil, atau bisa juga kombinasi dari titik silang atau bulatan kecil. Satu
jenis lambang misalnya titik atau silang biasanya digunakan untuk
menggambarkan struktur lewis unsur atau molekul. Lambang kombinasi biasanya
digunakan untuk menuliskan ikatan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih unsur
sehingga akan lebih mudah membedakan elektron valensi masing-masing unsur.
Sedangkan jika menggunakan satu jenis lambang saja, misalnya bulatan, maka
dalam menggambarkan ikatan senyawa, bulatan bisa diberi warna yang berbeda
untuk membedakan elektron valensi unsur penyusunnya. Berikut ini adalah contoh
beberapa lambang lewis dalam unsur, molekul atau senyawa.
1. Lambang Titik
2. Lambang Silang
4. Lambang Kombinasi
5. Lambang Garis
Untuk bisa menggambarkan struktur lewis suatu molekul atau senyawa, harus
mengetahui terlebih dahulu tentang pasang elektron ikatan (PEI) dan
pasangan elektron bebas (PEB).
ang dipakai bersama oleh dua atau lebih atom dalam suatu ikatan kimia. Sedangkan pasangan elektron bebas atau PEB ada
Untuk bisa dengan mudah menentukan elektron valensi atom bisa dilihat
dari golongan unsur dalam Tabel Periodik Modern.
Nilai PEI ini menunjukkan jumlah ikatan pada molekul. Untuk menghitung PEI,
gunakan rumus sebagai berikut:
Sisa elektron pada perhitungan PEI tidak berpengaruh pada PEI, namun digunakan
untuk perhitungan PEB.
Untuk menentukan atom pusat pada struktur lewis suatu molekul atau senyawa
dapat digunakan beberapa teknik sebagai berikut:
2 Jika dalam senyawa terdapat dua atau lebih atom yang jumlahnya
sama, maka atom pusat adalah atom yang keelektronegatifannya lebih
rendah, atau kalau dalam satu periode posisinya sebelah kiri dari
atom lain, bila segolongan yang bertindak sebagai atom pusat ada
pada paling bawah.
3 Atom H dan F tidak pernah berperan sebagai atom pusat. Pada asam
oksi (asam yang mengandung oksigen, seperti H2SO4, HNO3, H3PO4,
H2CrO4, dan lain-lain) atom H jarang sekali terikat pada atom pusat
secara langsung, tetapi H lebih sering terikat pada atom O lebih
dahulu).
5. Jika ditemui pola yang janggal, bisa disesuaikan dengan kaidah oktet
yang paling mungkin
Dalam menentukan struktur lewis suatu senyawa, tidak harus mengikuti kaidah
oktet (elektron valensi harus 8) atau kaidah duplet (2 elektron valensi), karena
pada beberapa jenis unsur memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk itu ada
beberapa pengecualian yang harus diperhatikan dalam menggambarkan struktur
lewis molekul.
3 Unsur yang berada pada periode 3 (seperti P, S, Cl, Br, I) dan unsur
logam transisi berkemungkinan untuk memiliki elektron lebih dari 8
ketika berikatan
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul.
Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya yang
menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan kimia. Iktan kimia
terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki konfigurasi elektron stabil.
Konfigurasi elektron stabil yang dimaksud yaitu konfigurasi elektron pada gas
mulia.
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8
Ikatan kimia dibedakan menjadi 5 macam, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
logam, ikatan hidrogen dan ikatan Van Der Waals.
1. Ikatan Ion
Ikatan ion atau ikatan elektrovalen adalah ikatan yang terbentuk karena adanya
serah terima elektron dari satu unsur ke unsur yang lain. Kedua ikatan tersebut
berikatan karena adanya gaya elektrostatis. Unsur yang cenderung melepaskan
elektron adalah unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron
adalah unsur nonlogam.
2. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan
elektron dari dua atom yang berikatan. ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom
yang sama-sama ingin menangkap elektron. Ikatan kovalen terjadi akibat
ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron.
Ikatan kovalen terbentuk antar sesama unsur nonlogam.
Contoh senyawa yang berikatan kovalen adalah HCl, H2O, O2, N2, H2O, NH3,
CH4 dan sebagainya.
3. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan ikatan kimia yang terjadi karena adanya gaya tarik-
menarik yang kuat antara ion positif dari logam terhadap elektron-elektron valensi
yang bergerak bebas.
Ikatan logam terbentuk dalam logam. kita ambil contoh tembaga. Atom tembaga
disusun dengan cara tertentu dalam logam tembaga. elektron valensi bebas untuk
bergerak di sekitar sepotong logam tembaga. Elektron valensi ini tertarik terhadap
inti positif tembaga. Hal ini menyebabkan ikatan logam.
Contoh unsur yang berikatan logam adalah kuningan, aluminium, besi, tembaga,
baja, perungu dan sebagainya.
4. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terbentuk antara unsur H dengan atom F,
O dan N. ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen maupun ikatan
ion.
Ikatan hidrogen adalah jenis ikatan intermolekul (antarmolekul) dan bukan ikatan
intramoleku (di dalam molekul).
Contoh senyawa yang berikatan hidrogen adalah air (H2O), NH3, HF dan
sebagainya.
Ikatan Van der Waals merupakaan ikatan yang dimiliki oleh gas-gas mulia yang
mengalami proses kondensasi, sehingga fasanya berubah menjadi fasa cair pada
saat temperaturnya mencapai temperature yang sangat rendah. Ikatan Van der
Waals merupakan ikatan yang lebih lemah jika dibandingkan dengan ikatan
kovalen, ion dan ikatan logam.
Dalam fasa gas, masing-masing atom gas mulia dapat berdiri dengan bebas dan
stabil tanpa terikat oleh atom-atom yang lain. Namun demikian, pada saat
mengalami proses kondensasi, maka atom-atom tersebut akan saling terikat oleh
gaya yang relatif lemah yang disebut sebagai gaya Van der Waals.
Berdasarkan Polarisasi :
1. Ikatan Kovalen Polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEInya cenderung tertarik ke
salah satu atom yang berikatan. Kepolaran suatu ikatan kovalen ditentukan oleh
keelektronegatifan suatu unsur. Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara
atom-atom unsur yang beda keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk
molekul asimetris, mempunyai momen dipol. Ikatan kovalen yang terjadi antara
dua atom yang berbeda disebut ikatan kovalen polar. Ikatan kovalen polar dapat
juga terjadi antara dua atom yang sama tetapi memiliki keelektronegatifan yang
berbeda.
Contoh ikatan kovalen polar: HF
Dlm senyawa HF ini, F mempunyai keelektronegatifan yang tinggi jika
dibandingkan H.. sehingga pasangan elektron lebih tertarik kearah F, akibatnya
akan terbentuk dipol-dipol atau terjadi pengkutuban (terbentuknya kutub antara H
dan F).
Kelarutan
Pada Umumnya senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam pelarut organik. Pelarut organik merupakan senyawa karbon, misalnya
bensin, minyak tanah, alkohol, dan aseton. Namun ada beberapa senyawa kovalen
yang dapat larut dalam air karena terjadi reaksi dengan air (hidrasi) dan
membentuk ion-ion. Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke dalam air akan
membentuk ion hidrogen dan ion sulfat. Senyawa kovalen yang dapat larut dalam
air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa
kovalen yang tidak larut dalam air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen
non polar.
5. Spesies Isoelektronik
Spesi-spesi yang berupa molekul maupun ion poliatomik bisa saja bersifat
isoelektronik. Isoelektronik artinya spesi-spesi tersebut memiliki jumlah elektron
valensi dan jumlah atom yang sama. Molekul atau anion poliatomik atau kation
poliatomik yang memiliki jumlah atom sama dan memiliki jumlah elektron valensi
sama umumnya akan memiliki struktur Lewis yang sama pula. Dengan mengetahui
ke-isoelektronik-an suatu spesi maka relatif lebih mudah menggambar model
struktur Lewisnya.
Spesi NO+, N2, CO, dan CN− serupa karena masing-masing memiliki dua atom
dan jumlah elektron valensi yang sama, 10, yang mengarah pada struktur Lewis
yang sama untuk setiap molekul atau ion. Dua atom di masing-masing
dihubungkan dengan ikatan rangkap tiga. Dengan tiga pasangan ikatan dan satu
pasangan elektron bebas, masing-masing atom memiliki oktet elektron.
Ini hanya sebatas strukturnya saja, sangat berbeda dalam hal karakter atau sifat
kimianya. Ada persamaan dan perbedaan penting dalam sifat kimia dari spesies
isoelektronik. Sebagai contoh, baik karbon monoksida, CO, dan ion sianida, CN−,
sangat beracun, dari fakta bahwa mereka dapat mengikat besi hemoglobin dalam
darah dan menghambat pengambilan oksigen. Dalam sifat asam basanya juga
berbeda. Dalam larutan air, ion sianida dengan mudah menambahkan H+ untuk
membentuk hidrogen sianida, sedangkan CO tidak terprotonasi dalam air.
6. Struktur Resonansi
Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu
dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur
molekul atau ion yang mempunyai delokalisasi elektron disebut dengan struktur
resonan. atau Struktur resonan adalah salah satu dari dua atau lebih struktur Lewis
untuk satu molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya
menggunakan satu struktur Lewis. Istilah resonansi berarti penggunaan dua atau
lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu. Masing-masing
struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu ikatan
kovalen antara masing- masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis
digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur
tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan
elektron, saling berbolak-balik (resonansi) Struktur sebenarnya kemungkinan
adalah peralihan dari dua struktur resonan.
• Atom-atom yang saling berikatan harus tetap dalam semua struktur resonasi.
• Walapupun suatu ion atau senyawa dapat digambarkan secara lebih akurat
dengan menyertakan semua struktur resonansinya, tetapi agar sederhana biasanya
hanya satu struktur Lewis saja yang dipergunakan.
Resonansi
• Aturan oktet akan terpenuhi jika ikatan rangkap dua ditempatkan di antara atom
O pusat dengan salah satu dari dua atom O ujung. Karena itu kita dapat
menggambarkam ikatan rangkap dua baik dengan atom O ujun kiri maupun kanan,
dan kedunya merupakan struktur yang identik
• Resonansi dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah anak panah (↔).
Misal untuk resonansi ozon (O3)
• Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti yang dijelaskan dengan anak
panah. Perhatikan contoh berikut:
Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur transisi maupun
post transisi.
Contoh :
Langkah-langkahnya :
1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua atom dalam molekul / ion
3) Sisa elektron digunakan untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet
5) Jika atom pusat belum oktet, tarik PEB dari atom terminal untuk
membentuk ikatan rangkap dengan atom pusat
8. Molekul dengan Jumlah elektron ganjil
Beberapa molekul mengandung jumlah elektron ganjil. Diantaranya adalah
nitrogen oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO₂):
Karena kita membutuhkan jumlah elektron genap untuk pasangan sempurna (untuk
mencapai delapan), aturan oktet jelas tidak dapat dipenuhi untuk semua atom
dalam molekul ini.
Molekul elektron ganjil kadang-kadang disebut radikal. Banyak radikal sangat
reaktif. Alasannya adalah bahwa ada kecenderungan elektron yang tidak
berpasangan untuk membentuk ikatan kovalen dengan elektron yang tidak
berpasangan pada molekul lain. Misalnya, ketika dua molekul nitrogen dioksida
bertabrakan, mereka membentuk dinitrogen tetroksida di mana aturan oktet
dipenuhi untuk atom N dan O: