KELOMPOK 2
NAMA/NIM/KELAS : Neni Anugraheni Nurrahmah / 19030194020/ PKB 2019
Miftakhul Jannah / 19030194041/ PKB 2019
Alvin Maghfirah / 19030194063/ PKB 2019
Iga Putri Subandi / 19030194067/ PKB 2019
Faiz Rizky Nur Awwaludin / 19030194071/ PKB 2019
JARI-JARI ATOM
1. Pengertian Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron pada kulit
terluar. Dikenal pula jari-jari ion (+) dan ion (-).
Untuk unsur segolongan : Jari-jari atom makin ke bawah makin besar.
Untuk unsur seperiode : Jari-jari atom semakin pendek dari kiri ke kanan.
Hubungan antara nomor atom dengan jari-jari atom digambarkan dalam grafik
berikut.
(Sugiarto, 2004)
Jari-jari atom secara umum : sebagai jarak dari inti atom ke orbital terluar
electron. Atau, jari-jari atom didefinisikan sebagai sesuatu yang mirip dengan
jari-jari lingkaran, dimana pusat lingkaran adalah inti dan tepi luar lingkaran
adalah orbital terluar elektron. Namun perlu diingat bahwa elektron hanya dapat
didefinisikan dengan probabilitas, maka tidak ada batas yang tegas ukuran jejari
atom.
2. Cara Mendefinisikan Jari-Jari Atom
Tabel 2.1 Perhitungan jari-jari atom
Jari-jari Kovalen
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari kovalen untuk elemen yang
memiliki jenis ikatan kovalen. Umumnya elemen ini merupakan elemen non
logam. Secara teknis jarak yang diukur adalah 1/2 dari jarak internuklir antara
2 atom bertetangga terdekat dalam kisi-kisi kristal.
3. Panjang atau pendeknya jari-jari atom dapat ditentukan oleh 2 faktor, yaitu
a) Jumlah Kulit Atom (Semakin banyak jumlah kulit yang dimiliki suatu atom,
otomatis jari-jari atomnya juga semakin panjang.)
b) Muatan Inti Atom (Apabila jumlah kulit dari dua atom sama banyak, maka
yang berpengaruh terhadap panjangnya jari-jari atom adalah muatan inti
atom.)
kecil. Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang diperlukan untuk
melepaskannya makin kecil.
b. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron semakin
besar sehingga elektron semakin sukar
dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron tentunya semakin besar.
Tidak ada sifat tertentu yang dapat diukur untuk menetukan/membandingkan
keelektronegatifan unsur-unsur.
Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron.
Semakin besar daya tarik elektron
semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin negatif) afinitas
elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang
mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai
keelektronegatifan yang besar.
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion
negatif. Semakin kecil keelektronegati fan, unsur cenderung makin sulit membentuk
ion negatif, dan cenderung semakin mudah membentuk ion positif