Anda di halaman 1dari 36

RUMUS KIMIA, TATA NAMA, PERSAMAAN REAKSI, DAN HUKUM DASAR KIMIA

STOIKIOMETRI

Talitha az zahra
MODUL KIMIA

X MIPA 1 SMAN 75 Jakarta


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk
menyelesaikan tugas saya yang berjudul “ MODUL KIMIA ” Shalawat serta
salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua

Selanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk modul ini supaya selanjutnya dapat saya revisi kembali.
Terima kasih untuk Bu Guru yang telah memberi tugas ini selama saya
belajar di rumah.

Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap


pihak yang telah mendukung serta membantu saya selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan, saya berharap supaya modul yang telah saya
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jakarta

Penyusun

2
DAFTAR ISI

RUMUS KIMIA

1. Rumus Empiris
2. Rumus Molekul

TATA NAMA SENYAWA

1. Tata Nama Senyawa Ion


 Ion Positif ( KATION)
 Ion Negatif (ANION)
2. Tata Nama Senyawa Kovalen Biner
3. Tata Nama Organik

PERSAMAAN REAKSI

1. Menyetarakan Persamaan Reaksi

HUKUM DASAR ILMU KIMIA

1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser)


2. Hukum Perbandingan Tetap ( Hukum Proust)
3. Hukum Kelipatan Perbandingan ( Hukum Dalton )
4. Hukum Perbandingan Volume ( Hukum Gay-Lussac)
5. Hipotesis Avogadro ( Hukum Avogadro)

STOIKIOMETRI

1. Massa atom
2. Mol
3. Hukum-hukum tentang Gas
4. Interkonversi mol – gram – volume
5. Perhitungan kimia
6. Kadar zat dalam campuran

3
RUMUS KIMIA
Rumus kimia didefinisikan sebagai rumus suatu zat yang menggunakan lambang
dan jumlah atom-atom unsur penyusun senyawa. Dalam rumus kimia, bilangan
yang menyatakan jumlah unsur ditulis dalam bentuk indeks bawah (tikalas) setelah
lambang unsurnya.

Rumus Kimia dibedakan menjadi RUMUS EMPIRIS dan RUMUS MOLEKUL

1. RUMUS EMPIRIS
Rumus empiris merupakan rumus yang paling sederhana dari suatu
molekul yang menunjukkan perbandingan atom-atom penyusun
molekul.

Rumus ini menyatakan perbandingan jenis dan jumlah paling sederhana dari
suatu senyawa. Rumus empiris diperoleh berdasarkan percobaan. Contohnya,
rumus molekul benzena adalah C6H6 dan rumus empirisnya adalah CH. Rumus
molekul hidrogen peroksida adalah H2O2 dan rumus empirisnya adalah HO.

Untuk menentukan rumus empiris suatu senyawa yang terdiri dari dua unsur
digunakan rumus sebagai berikut :

Atau rumus di atas dapat juga diekspresikan dalam persamaan :

4
Contoh Soal:

Suatu sampel senyawa mengandung 27 gram unsur aluminium dan 24 gram


unsur oksigen. Tentukanlah rumus empirisnya jika Ar Al = 27 dan O = 16 ?

Jawab:

2. RUMUS MOLEKUL
Rumus molekul menyatakan jenis dan jumlah atom yang sebenarnya di
dalam molekul suatu senyawa.

Rumus molekul dapat diartikan sebagai kelipatan dari rumus empirisnya. Untuk
menyatakan rumus molekul suatu zat dilakukan dengan cara menuliskan
lambang kimia tiap unsur yang ada dalam molekul dan jumlah atom dituliskan di
kanan lambang kimia unsur secara subscript
Contohnya glukosa mempunyai rumus molekul C6H12O6, yaitu setiap molekul
glukosa mengandung enam atom karbon (C), dua belas atom hidrogen (H), dan
enam atom oksigen (O).

Untuk menentukan rumus molekul maka:

dengan n = bilangan bulat


Nilai n dapat ditentukan jika rumus empiris dan massa molekul relatif (Mr ) zat
diketahui.

5
Contoh Soal

Terdapat suatu senyawa hidrokarbon yang mengandung 48 gram C dan 8 gram


H (Ar C = 12, Ar H = Carilah rumus molekul senyawa tersebut jika diketahui
massa molekul relatifnya adalah 28 ?

Jawab:

Dalam kimia, senyawa ionik adalah senyawa kimia yang tersusun dari ion-ion
yang disatukan oleh gaya elektrostatik yang disebut ikatan ionik. Untuk
menuliskan rumus kimia senyawa ion, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

 Ion positif (matiin) ditulis terlebih dahulu (di depan), baru kemudian
diikuti oleh ion negatif (anion).
 Jumlah total muatan positif dan negatif dalam suatu senyawa harus sama,
dihitung dari angka subskrip dikalikan dengan muatan. Misalnya ion Al 3+
yang bergabung dengan ion O 2- akan mempunyai rumus empiris Al 2 O
3.
 Angka subskrip merupakan angka terkecil, misalnya gabungan dari ion Ca
2+ dengan ion S 2- tidak dituliskan Ca 2 S 2 tetapi CaS.
 Gabungan yang melibatkan ion poliatomik harus diberi kurung, misalnya
gabungan antara ion Mg 2+ dengan ion OH - dituliskan Mg(OH) 2 bukan
MgOH 2 .

6
Untuk memahami hal tersebut, perhatikan tabel rumus kimia dari senyawa ion
berikut :

Contoh soal :

Tulis rumus kimia dari natrium karbonat (terdiri dari ion Na+ dan CO32-)

7
TATA NAMA SENYAWA
serangkaian aturan persenyawaan-persenyawaan kimia yang disusun secara
sistematis. Tata nama kimia disusun berdasarkan aturan IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry).

1. TATA NAMA SENYAWA ION


Senyawa ion terdiri dari kation (ion positif) dan anion (ion negatif).
Pada umumnya, kation merupakan ion logam dan anion merupakan ion
nonlogam.

 Nama Ion Positif (kation)

Kation terjadi apabila atom unsur melepaskan satu atau lebih elektron,
misalnya, atom natrium melepaskan satu elektron menjadi ion Na+
(persamaan reaksinya, Na → Na+ + e–).

a. Kation dari unsur logam diberi nama sama dengan unsur logam tersebut.
Contoh: ion natrium (Na+), ion kalsium (Ca2+), ion perak (Ag+)
b. Jika logam dapat membentuk kation dengan muatan berbeda, jumlah
muatannya ditulis dengan angka Romawi dalam tanda kurung setelah
nama unsur logam itu.
Contoh: ion besi(II) (Fe2+), ion besi(III) (Fe3+)
c. Kation dari unsur nonlogam umumnya memiliki akhiran -ium.
Contoh: ion amonium (NH4+), ion hidronium (H3O+)

Daftar nama ion positif

 Nama ion Negatif (anion)

Anion terjadi apabila atom unsur menangkap satu atau lebih elektron,
misalnya, atom klor menangkap satu elektron menjadi ion Cl– (persamaan
reaksinya, Cl + e– → Cl–).

8
a. Anion monoatom diberi nama dengan akhiran -ida pada nama unsur
tersebut.
Contoh: ion hidrida (H−), ion oksida (O2−), ion nitrida (N3−), ion fluorida
(F−)
b. Anion poliatom yang mengandung unsur oksigen (oksoanion) diberi
nama dengan akhiran -at ataupun -it. Akhiran -at digunakan untuk
anion poliatom yang memiliki atom O lebih banyak dibanding anion
dengan akhiran -it. Contoh: ion nitrat (NO3−), ion nitrit (NO2−). ion
sulfat (SO42−), ion sulfit (SO32−)
c. Anion yang diturunkan dari penambahan H+ pada oksoanion diberi nama
dengan menambahkan awalan hidrogen atau dihidrogen.
Contoh: ion hidrogen karbonat (HCO3−), ion dihidrogen fosfat (H2PO4−)

Daftar nama ion negatif (anion)

Aturan tata nama senyawa ion adalah sebagai berikut:

1. Kation ditulis dahulu kemudian diikuti dengan anion, tanpa menggunakan


angka indeks.
2. Perbandingan muatan kedua unsur yang membentuk senyawa harus
netral
3. Kation logam trasnsisi yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi atau
biloks diberi angka Romawi dalam kurung setelah nama umumnya.

Contoh

 NaBr = Natrium Bromida


 MgBr2 = Magnesium Bromida
 Na2O = Natrium Oksida
 CaS = Kalsium Sulfida
 K2O = Kalium Oksida
 CuCl = Tembaga (I) Klorida
 SnO = Timah (II) Oksida

9
2. TATA NAMA SENYAWA KOVALEN BINER
Senyawa kovalen biner adalah senyawa yang terbentuk dari dua unsur
yang berbeda.

Senyawa biner tidak selalu berupa molekul diatomik. Penulisan rumus kimia
senyawa biner didahului dengan unsur yang lebih elektropositif dan diikuti oleh
unsur yang lebih elektronegatif, misalnya senyawa IF3 menunjukkan bahwa F
lebih elektronegatif daripada 1dan sebaliknya 1 lebih elektropositif daripada F.

Jika senyawa biner terdiri atas unsur logam dan bukan logam, aturan penamaan
senyawanya sebagai berikut. Nama unsur logam disebutkan lebih dahulu,
kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang diakhiri dengan akhiran –ida.

Contoh :

NaCl = Natrium klorida MgBr2=Magnesium bromida

Na adalah unsur logam Mg adalah unsur logam

Cl adalah unsur non logam Br adalah unsur non logam

Senyawa ionik walaupun tersusun atas ion positif dan negatif, tetapi secara
keseluruhan bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini berarti
satu Na+ akan bergabung dengan satu Cl– dalam NaCl dan satu
Mg2+ bergabung dengan dua Br–dalam MgBr2 demikian seterusnya. Berikut ini
contoh pemberian nama dan simbol senyawa sederhana :

10
Jika senyawa biner terdiri atas unsur bukan logam dan bukan logam, aturan
penamaan senyawanya sebagai berikut.

o Nama unsur non logam ke-1 + nama unsur non logam ke-2 berakhiran
ida
o Jika pasangan unsur hanya membentuk satu senyawa, maka index tidak
disebutkan.

Contoh : Jika pasangan unsur membentuk 2 senyawa atau lebih, maka index
disebutkan dalam bahawa Yunani. indeks 1 hanya disebutkan untuk unsur
kedua, sedangkan indeks 1 pada unsur pertama tidak disebutkan. Contoh: Pada
CO, unsur pertama adalah C, dan unsur kedua adalah O.

Awalan dalam bahasa Yunani :

1 : Mono 6 : Heksa

2 : Di 7 : Hepta

3 : Tri 8 : Okta

4 : Teta 9 : Nona

5 : Penta 10 : Deka

Contoh:

11
3. TATA NAMA SENYAWA ORGANIK
Tatanama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk kimia
organik adalah suatu cara sistematik untuk memberi nama senyawa
organik yang direkomendasikan oleh International Union of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa organik harus memiliki nama yang
dari sana dapat digambarkan suatu formula strukturaldengan jelas.

12
Persamaan Reaksi
Kajian utama dalam ilmu Kimia adalah mempelajari perubahan materi atau
reaksi kimia. Agar reaksi kimia yang terjadi mudah dikomunikasikan, digunakan
lambang dan zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia yang dinyatakan dalam
bentuk persamaan kimia atau persamaan reaksi.

Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan


kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan
menggunakan rumus kimia.

Dalam reaksi kimia terdapat zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi. Dalam
menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi dituliskan di ruas kiri dan
rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan. Antara kedua ruas itu
dihubungkan dengan anak panah (⎯⎯→ ) yang menyatakan arah reaksi kimia.

Contoh:

a. Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium


klorida. Tuliskan persamaan reaksinya.
Persamaan reaksinya adalah
Mg + Cl2 ⎯⎯→MgCl2
b. natrium hidroksida direaksikan dengan asam klorida menghasilkan
natrium klorida dan air.
Maka persamaan reaksinya:
natrium hidroksida + asam klorida → natrium klorida + airNaOH(aq) +
HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O (aq)
NaOH dan HCl disebut pereaksi/reaktan
NaCl dan H2O disebut hasil reaksi

Persamaan reaksi yang sempurna disebut juga persamaan reaksi yang telah
setara. Syarat-syarat persamaan reaksi setara sebagai berikut. [2]

o Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.


o Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
(memenuhi hukum kekekalan massa).
o Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus
yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan
perbandingan volume asalkan suhu dan tekanannya sama).
o Pereaksi dan hasil reaksi dinyatakan dengan rumus kimia yang benar.
o Wujud zat-zat yang terlibat reaksi harus dinyatakan dalam tanda kurung
setelah rumus kimia.

13
1. MENYETARAKAN PERSAMAAN REAKSI

Tinjau reaksi antara logam natrium dan gas klorin. Berdasarkan percobaan,
dalam reaksi tersebut dihasilkan natrium klorida dengan rumus kimia NaCl.
Bagaimana persamaan reaksinya?
Suatu persamaan reaksi dikatakan benar jika memenuhi hukum kimia, yaitu zat-
zat yang terlibat dalam reaksi harus setara, baik jumlah zat maupun muatannya.
Sebelum menuliskan persamaan reaksi yang benar, tuliskan dulu persamaan
kerangkanya. Persamaan kerangka untuk reaksi ini adalah
Na + Cl2 ⎯⎯→ NaCl

Apakah persamaan sudah setara jumlah atomnya? Persamaan tersebut


belum setara sebab pada hasil reaksi ada satu atom klorin, sedangkan pada
pereaksi ada dua atom klorin dalam bentuk molekul Cl2. Untuk menyetarakan
persamaan reaksi, manakah cara berikut yang benar?

 Mengubah pereaksi menjadi atom klorin, persamaan menjadi: Na + Cl


⎯⎯→ NaCI
 Mengubah hasil reaksi menjadi NaCl2, dan persamaan menjadi: Na + Cl2
⎯⎯→ NaCl2

Kedua persamaan tampak setara, tetapi kedua cara tersebut tidak benar,
sebab mengubah fakta hasil percobaan. Gas klorin yang direaksikan berupa
molekul diatom sehingga harus tetap sebagai molekul diatom. Demikian pula
hasil reaksinya berupa NaCl bukan NaCl2. Jadi, kedua persamaan reaksi tersebut
tidak sesuai Hukum Perbandingan Tetap.

Cara yang benar untuk menyetarakan persamaan reaksi adalah dengan


menambahkan bilangan di depan setiap rumus kimia dengan angka yang sesuai.
Bilangan yang ditambahkan ini dinamakan koefisien reaksi. Jadi, cara yang
benar untuk menyetarakan persamaan reaksi adalah dengan cara menentukan
nilai koefisien reaksi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

a. Oleh karena ada dua atom Cl yang bereaksi maka bubuhkan angka 2 di
depan NaCl. Persamaan kerangka menjadi:
Na + Cl2 ⎯⎯→2NaCl
b. Jumlah atom Cl di sebelah kiri dan kanan persamaan sudah setara (ruas
kiri dan kanan mengandung 2 atom Cl).
c. Di ruas kanan jumlah atom Na menjadi 2, sedangkan ruas kiri hanya 1
atom. Untuk menyetarakannya, tambahkan angka 2 di depan lambang
unsur Na sehingga persamaan menjadi:
2Na + Cl2 ⎯⎯→2NaCl

14
Dengan cara seperti itu, jumlah atom di ruas kiri sama dengan di ruas kanan.
Dengan demikian, persamaan reaksi sudah setara.

Persamaan reaksi tersebut belum lengkap sebab belum mencantumkan wujud


atau fasa zat yang terlibat dalam reaksi kimia.

Menurut aturan IUPAC, penulisan fasa atau wujud zat dalam persamaan reaksi
sejajar dengan rumus kimianya. Adapun aturan lama fasa dituliskan sebagai
indeks bawah. Untuk melengkapinya, gunakan lambang-lambang berikut.

a. Tambahkan huruf (g), singkatan dari gas untuk zat berupa gas.
b. Tambahkan huruf (l), singkatan dari liquid untuk zat berupa cair.
c. Tambahkan huruf (s), singkatan dari solid untuk zat berupa padat.
d. Tambahkan huruf (aq), singkatan dari aqueous untuk zat berupa larutan.

Dengan demikian, persamaan reaksi tersebut dapat ditulis secara lengkap


menjadi:

2Na(s) + Cl2(g)→2NaCl(s)

Berikut ini beberapa persamaan reaksi kimia yang sudah setara dan lengkap.

15
HUKUM DASAR ILMU KIMIA
Beberapa hukum dasar tersebut di antaranya Hukum Kekekalan Massa, Hukum
Perbandingan Tetap, Hukum Perbandingan Berganda, dan Hukum Perbandingan
Volume, dan Hukum Avogadro.

A. HUKUM KEKEKALAN MASSA (LAVOISER)


Hukum kekekalan Massa dikemukakan oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-
1794) yang berbunyi: ”Dalam suatu reaksi, massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama”, dengan kata lain massa tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan. Artinya selama reaksi terjadi tidak ada atom-atom pereaksi
dan hasil reaksi yang hilang

Antoine Laurent Lavoisier (1743–1794) seorang ahli kimia berkebangsaan


Prancis telah menyelidiki hubungan massa zat sebelum dan sesudah reaksi.
Lavoisier menimbang zat-zat sebelum bereaksi kemudian menimbang hasil-hasil
reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama.

Pada tahun 1779, Lavoisier melakukan


penelitian dengan memanaskan 530
gram logam merkuri dalam suatu
wadah yang terhubung dengan udara
dalam silinder ukur dalam suatu wadah
tertutup. Volum udara dalam silinder
ternyata berkurang sebanyak 1/5
bagian, sedangkan logam merkuri
berubah menjadi calx merkuri (oksida
merkuri) dengan massa 572,5 gram,
atau terjadi kenaikan massa sebesar
42,4 gram. Besaran kenaikan massa
merkuri sebesar 42,4 gram adalah
sama dengan 1/5 bagian udara yang
hilang yaitu oksigen.

Lavoiser kemudian mengambil kesimpulan yang dikenal dengan hukum


kekekalan massa yaitu:

"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".

16
Contoh :

S(s) + O2(g) → SO2(g)

1 mol S bereaksi dengan 1 mol O2 membentuk 1 mol SO2. 32 gram S bereaksi


dengan 32 gram O2 membentuk 64 gram SO2. Massa total reaktan sama
dengan massa produk yang dihasilkan.

H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l)

1 mol H2 bereaksi dengan ½ mol O2 membentuk 1 mol H2O. 2 gram


H2 bereaksi dengan 16 gram O2membentuk 18 gram H2O. Massa total reaktan
sama dengan massa produk yang terbentuk.

Contoh soal :

Pada wadah tertutup, 4 gram logam kalsium dibakar dengan oksigen,


menghasilkan kalsium oksida. Jika massa kalsium oksida yang dihasilkan adalah
5,6 gram, maka berapa massa oksigen yang diperlukan?

Jawab :

m Ca = 4 gram

m CaO = 5,6 gram

m O 2 = ..?

Berdasarkan hukum kekekalan massa :


Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi

m Ca + m O 2 = m CaO

m O 2 = m CaO – m Ca
= (5,6 – 4,0) gram
= 1,6 gram

Jadi, massa oksigen yang diperlukan adalah 1,6 gram.

B. HUKUM PERBANDINGAN TETAP (PROUST)


Hukum perbandingan tetap ditemukan oleh Joseph Proust, seorang ahli kimia
Perancis. Hukum perbandingan tetap menyatakan, seperti namanya,
perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan
tetap. Jadi, senyawa apapun dimanapun pasti terdiri dari perbandingan massa
yang pasti.

17
Sebagai contoh, perbandingan massa natrium dan klor pada NaCl sebanyak 2
gram adalah 0.768 gram dan 1.124 gram. Maka perbandingan massanya adalah
1:1.54 atau disederhanakan 2:3. Jika diambil senyawa yang sama dari sumber
yang lain sebanyak 2.5 gram dengan natrium 0.983 gram, maka ditemukan
0.983:1.517 atau 1:1.54 atau 2:3.

Pada tahun 1799 Proust


menemukan bahwa senyawa
tembaga karbonat baik yang
dihasilkan melalui sintesis di
laboratorium maupun yang
diperoleh di alam memiliki
susunan yang tetap

Hukum ini mematahkan pendapat Archimedes yang dipakai ahli kimia dari Arab
sampai Eropa selama ratusan tahun, bahwa senyawa hanyalah asal campur
dengan perbandingan asal. Walaupun jauh setelahnya ditemukan kesalahan
yang amat kecil, hukum ini membuka jalan pengembangan reaksi senyawa pada
kimia modern.

Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

“perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap,


sekali pun dibuat dengan cara yang berbeda”

Contoh :

S(s) + O2(g) → SO2(g)

Perbandingan massa S terhadap massa O2 untuk membentuk SO2 adalah 32


gram S berbanding 32 gram O2atau 1 : 1. Hal ini berarti, setiap satu gram S
tepat bereaksi dengan satu gram O2 membentuk 2 gram SO2. Jika disediakan
50 gram S, dibutuhkan 50 gram O2 untuk membentuk 100 gram SO2.

H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l)

Perbandingan massa H2 terhadap massa O2 untuk membentuk H2O adalah 2


gram H2 berbanding 16 gram gram O2 atau 1 : 8. Hal ini berarti, setiap satu
gram H2 tepat bereaksi dengan 8 gram O2 membentuk 9 gram H2O. Jika
disediakan 24 gram O2, dibutuhkan 3 gram H2 untuk membentuk 27 gram H2O.

18
C. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA (DALTON)
Hukum Proust dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk unsur-unsur
yang dapat membentuk lebih dari satu senyawa. Salah seorang diantaranya
ialah Dalton (1766-1844). Dalton mengamati adanya suatu keteraturan yang
terkait dengan perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa.

Pada percobaan pertama, 1,33 g oksigen direaksikan dengan 1 g karbon. Reaksi


ini menghasilkan 2,33 g karbon monoksida. Selanjutnya pada percobaan kedua,
massa oksigen diubah menjadi 2,66 g sementara massa karbon tetap. Reaksi ini
menghasilkan senyawa yang berbeda, yaitu karbon dioksida.

Dengan massa oksigen yang sama ternyata perbandingan massa karbon dalam
senyawa karbon monoksida dan karbon dioksida merupakan bilangan bulat dan
sederhana. Hukum Kelipatan Perbandingan (hukum Dalton) berbunyi:

“Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa,
dan jika, massa salah satu unsur dalam senyawa tersebut sama,
sedangkan massa unsur lainnya berbeda, maka perbandingan massa
unsur lainnya dalam senyawa tersebut merupakan bilangan bulat
sederhana.”

Contoh soal :

 Karbon dapat bergabung dengan hidrogen dengan perbandingan 3 : 1,


membentuk gas metana. Berapa massa hidrogen yang diperlukan untuk
bereaksi dengan 900 gram C pada metana?

Jawab :

C : H = 3 : 1 sehingga :

900 : m H = 3 : 1

Jadi, massa H yang diperlukan adalah 300 gram .

19
 Fosfor dan klorin dapat membentuk dua macam senyawa. Dalam senyawa
X : 2 g fosfor tepat bereaksi dengan 6,9 g klorin. Dalam senyawa Y : 2 g
fosfor tepat bereaksi dengan 11,5 g oksigen. Bagaimana rumus kedua
senyawa ini?

Perbandingan massa unsur klorin dalam kedua senyawa (untuk berat fosfor yang
sama) adalah 6,9 : 11,5 = 3 : 5. Dengan demikian, rumus senyawa X dan Y
adalah PCl3 dan PCl5 dengan bentuk struktur seperti ini

(a) Struktur molekul PCl3


(b) Struktur molekul PCl5

D. HUKUM PERBANDINGAN VOLUME (HUKUM GAY LUSSAC)


Pada awalnya para ilmuwan menemukan bahwa, gas Hidrogen dapat bereaksi
dengan gas Oksigen membentuk air. Perbandingan volume gas Hidrogen dan
Oksigen dalam reaksi tersebut adalah tetap, yakni 2 : 1.

Kemudian Joseph Gay Lussac seorang ahli kimia Prancis, tahun 1808 melakukan
percobaan tentang volume gas-gas dalam reaksi Kimia. Berdasarkan hasil
percobaannya, Gay Lussac memberikan kesimpulan sebagai berikut : “ Volume
gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding
sebagai bilangan bulat yang sederhana bila diukur pada suhu dan
tekanan yang sama “ Dikenal dengan Hukum Perbandingan/ Penggabungan
Volume atau Hukum Gay Lussac (1808)

Menurut Gay Lussac 2 volume gas Hidrogen bereaksi dengan 1 volume gas
Oksigen membentuk 2 volume uap air. Pada reaksi pembentukan uap air, agar
reaksi sempurna, untuk setiap 2 volume gas Hidrogen diperlukan 1 volume gas
Oksigen, menghasilkan 2 volume uap air.

“ Semua gas yang direaksikan dengan hasil reaksi, diukur pada suhu
dan rekanan yang sama atau (T.P) sama.”

20
Untuk lebih memahami Hukum perbandingan volume, Anda perhatikan, data
hasil percobaan berkenaan dengan volume gas yang bereaksi pada suhu dan
tekanan yang sama.
Data hasil percobaan adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data percobaan pada tabel di atas, perbandingan volume gas yang
bereaksi dan hasil reaksi, ternyata berbanding sebagai bilangan bulat. Data
percobaan tersebut sesuai dengan Hukum perbandingan volume atau dikenal
dengan Hukum Gay Lussac bahwa :

“ Pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volume gas-gas yang
bereaksi dan hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat “

Contoh :

 N2(g) + 3 H2(g) → 2 NH3(g)

Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal


ini berarti, setiap 1 mL gas N2tepat bereaksi dengan 3 mL gas H2 membentuk 2
mL gas NH3. Dengan demikian, untuk memperoleh 50 L gas NH3, dibutuhkan 25
L gas N2 dan 75 L gas H2.

 CO(g) + H2O(g) → CO2(g) + H2(g)

Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal


ini berarti, setiap 1 mL gas CO tepat bereaksi dengan 1 mL gas H2O membentuk
1 mL gas CO2 dan 1 mL gas H2. Dengan demikian, sebanyak 4 L gas CO
membutuhkan 4 L gas H2O untuk membentuk 4 L gas CO2 dan 4 L gas H2.

E. HIPOTESIS AVOGADRO
Hipotesis atau hukum Avogadro ini dicetuskan oleh seorang ahli fisika Italia
bernama Amedeo Avogadro sekitar tahun 1811 menemukan bahwa gabungan
dari atom-atom yang sama membentuk suatu molekul (bukan merupakan atom-
atom bebas). Dengan demikian, Avogadro mengembangkan Hukum Dalton dan
Gay Lussac yang dikenal dengan Hipotesis Avogadro. Avogadro juga
menemukan hubungan antara volume dan jumlah molekul.

21
Setelah mempelajari hukum Gay-Lussac yang menjelaskan pengukuran gas-gas
yang bereaksi dan hasil reaksi, dimana di dalam hipotesis Avogadro
menghubungkan antara volume gas dan jumlah molekul gas jika diukur pada
suhu dan tekanan yang sama.Adapun bunyi dari hipotesis atau hukum
Avogadro, berikut ini:

“Gas-gas yang mempunyai volume sama pada suhu dan tekanan yang
sama mempunyai jumlah molekul sama.”

Contoh:

 1 volume H2(g) + 1 volume Cl2(g) → 2 volume HCl(g)


misalkan setiap 1 bagian volume gas mempunyai x molekul gas tersebut,
maka:
x molekul H2(g) + x molekul Cl2(g) → 2x molekul HCl(g)Persamaan reaksi
di atas dapat ditulis:
H2(g) + Cl2(g) → 2 HCl(g)
Perbandingan volume H2(g) : Cl2(g) : HCl(g) = 1 volume :
1 volume : 2 volume =1 : 1 : 2
Perbandingan molekul H2(g) : Cl2(g) : HCl(g) = x : x : 2x = 1 : 1 : 2
Perbandingan koefisien H2(g) : Cl2(g) : HCl(g) = 1 : 1 : 2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama:

perbandingan volume = perbandingan molekul = perbandingan


koefisien

 Tiga liter gas metana (CH4) dibakar sempurna menghasilkan gas CO2 dan
H2O. Jika pengukuran dilakukan pada suhu dan tekanan yang sama,
maka tentukan:
a.persamaan reaksinya;
b. volume gas oksigen yang diperlukan;
c. volume gas CO2 yang dihasilkan;
d. volume uap air yang dihasilkan

Jawab:
a. persamaan reaksi = CH4(g) + 2 O2(g) → 2 H2O(g) + CO2(g)
b. volume gas oksigen

22
c. volume gas CO2

d. volume uap air

23
STOIKIOMETRI
Stoikiometri berasal dari dua suku kata bahasa Yunani
yaitu Stoicheion yang berarti “unsur” dan Metron yang berarti
“pengukuran”.

Stoikiometri adalah suatu pokok bahasan dalam kimia yang melibatkan


keterkaitan reaktan dan produk dalam sebuah reaksi kimia untuk menentukan
kuantitas dari setiap zat yang bereaksi.Aspek kuantitas diperoleh melalui
pengukuran massa, volume, jumlah, dan sebasgainya, yang terkait dengan
jumlah atom, ion, molekul, atau rumus kimia, serta keterkaitan dalam reaksi
kimia

Menurut Dalton, reaksi kimia adalah proses tata-ulang susunan atom atom
dalam suatu molekul. Diawali dari terurainya atom-atom dari suatu molekul,
kemudoan bergabung kembali dengan susunan berbeda

A. MASSA ATOM
Massa atom (ma) dari suatu unsur kimia adalah massa suatu atom pada
keadaan diam, umumnya dinyatakan dalam satuan massa atom.[1] Massa atom
sering disinonimkan dengan massa atom relatif, massa atom rata-rata,
dan bobot atom. Massa atom dapat ditentukanm dengan alat spektrometer
massa. Alat ini bukan suatu neraca, tetapi suatu alat rekayasa teknologi yang
mampu untuk menentukan massa partikel-partikel yang sangat kecil

1. Massa Atom Rata-rata

Sebenarnya, atom-atom unsur yang sama tidak selalu mempunyai massa atom
yang sama, atau yang sering kita kenal sebagai istilah isotop. Massa atom-atom
unsur ini dapat dianalogikan dengan massa beras. Meskipun dari jenis beras
yang sama, tetapi massa satu butir beras yang satu dengan yang liannya
tidaklah sama percis. Pada hasil pengukuran dengan
menggunakan spektrometer massa. Alat ini merupakan kurva yang
menunjukkan massa dan persentase kelimpahan isotop dari atom-atom tersebut
di alam.

Oleh karena atom-atom di alam dapat mempunyai massa yang berbeda-beda,


maka massa atom dihitung berdasarkan massa rata-rata dari seluruh atom yang
ada di alam. Dengan menggunakan spektrometer massa, diketahui bahwa atom
hidrogen merupakan atom yang paling ringan dengan massa 1,67 x 10/10×27
kg. Oleh karena nilainya yang sangat kecil, maka dibuatlah suatu cara untuk
mempermudah perhitungannya. Dimana massa suatu partikel yang
massanya 1,67 x 10/10×27 kg disebut dengan 1 sma (satuan massa atom).

24
Rumus Massa Atom Rata-Rata

Jadi, massa 1 atom hidrogen dianggap sama dengan 1 sma. Contoh lainnya
adalah atom karbon yang mempunyai isotop dengan massa 12 sma dan 13 sma.
Dan juga atom neon yang mempunyai isotop Ne-20, Ne-21, dan Ne-22 yang
masing-masing mempunyai massa atom 20 sma, 21 sma, dan 22 sma. Dengan
adanya beberapa isotop tersebut, maka massa atom merupakan massa rata-rata
dari seluru isotop yang ada di alam.

Contoh Soal :

Atom klorin di alam terdapat dalam dua macam isotop, yaitu 75% sebagai Cl-35
yang massanya 35 sma, dan 25% sebagai Cl-37 yang massanya 37 sma. Maka
massa rata-rata atom klorin adalah?

2. Massa Atom Relatif (𝑨𝒓 )

Pada umumnya, mengukur massa adalah kegiatan membandingkan massa


suatu benda terhadap benda yang lain, dimana massa benda pembanding
disebut sebagai massa standar. Misalnya apabila kita menimbang gula dan
diketahui bahwa massanya adalah 1 kg, maka sebenarnya massa gula tersebut
adalah sama atau sebanding. Sebanding dengan massa anak timbangan 1 kg.
Sebagai standar massa dalam penimbangan gula tersebut adalah massa anak
timbangan.

Hal yang sama juga berlaku dalam menentukan massa suatu atom. Dalam
menentukan massa atom, sebagai standar massa atom adalah massa 1 atom
karbon-12 (atom karbon yang massanya 12 sma). Jadi, massa atom yang
diperoleh dari pengukuran adalah massa atom relatif terhadap atom karbon-12.
Dari pengukuran tersebut, diketahui bahwa massa atom hidrogen
ternyata 0.08400 kali relatif terhadap massa atom C-12. Jika dihitung maka
akan diperoleh bahwa massa atom hidrogen adalah 0.08400 x 12 sma
atau 1,008 sma.

Massa atom relatif diberi lambang Ar, yaitu perbandingan massa rata-rata 1
atom terhadap 1/12 massa 1 atom C-12, atau secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:

25
Massa rata-rata atom X meupakan massa rata-rata dari semua isotop X yang
ada di alam. Massa atom relatif tidak mempunyai satuan.

Contoh

1. Jika massa rata-rata 1 atom N adalah 14 sama, berapa massa atom relatif N?

Jawaban :

3. Massa Molekul Relatif (𝑴𝒓 )

Molekul merupakan gabungan dari beberapa atom unsur dengan perbandingan


tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur,
sedangkan unsur-unsur yang berbeda membentuk molekul senyawa. Massa
molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul relatif (Mr). Massa
molekul relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa
terhadap 1/12 × massa atom C-12. Secara matematis Mr dinyatakan sebagai
berikut.

Berdasarkan pengertian molekul yang menyatakan bahwa molekul merupakan


gabungan dari atom-atomnya, maka Mr merupakan jumlah Ar atom-atom unsur
penyusunnya. Sehingga secara matematis, rumus massa molekul relatif adalah

sebagai berikut.

26
Contoh:
Massa molekul relatif dari senyawa urea yang memiliki rumus kimia
CO(NH2)2 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

Mr CO(NH2)2 = (1 × Ar C) + (1 × Ar O) + (2 × Ar N) + (4 × Ar H)

Mr CO(NH2)2 = (1 × 12) + (1 × 16) + (2 × 14) + (4 × 1)

Mr CO(NH2)2 = 12 + 16 + 28 + 4

Mr CO(NH2)2 = 60

B. MOL
Bila dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal satuan jumlah berupa lusin (12
buah), kodi (20 buah), dan rim (500 buah) maka dalam kimia kita mengenal
mol sebagai satuan jumlah. Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang
mengandung partikel sebanyak jumlah atom dalam 12 gram karbon-12. Karena
massa 1 atom C-12 adalah 1,992 × 10-23 gram, maka jumlah atom dalam 1
mol (12 gram) C-12 dapat dihitung dengan cara berikut:

Bilangan 6,02 x 1023 ini disebut dengan bilangan Avogadro dan diberi
lambang L atau NA. Dengan demikian, 1 mol zat adalah jumlah zat yang
mengandung 6,02 x 1023 partikel. Jika n menyatakan jumlah mol
dan N menyatakan jumlah atom atau molekul, maka hubungan n dan N dapat
dituliskan dalam rumus berikut.

Massa Molar

Massa molar adalah massa 1 mol zat. Nilai massa molar suatu zat selalu sama
dengan Aratau Mr zat tersebut. Hubungan massa dan jumlah mol suatu zat
dapat ditulis dalam bentuk rumus berikut.

Volume Molar Gas

Volume molar gas adalah volume 1 mol gas. Karena volume gas sangat
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, dalam stoikiometri para ahli kimia
menetapkan suatu kondisi acuan dalam penentuan volume molar. Kondisi acuan
27
ini adalah 0 °C (273 K) dan 1 atm. Kondisi ini disebut kondisi standar atau STP
(Standard Temperature and Pressure). Pada kondisi STP, volume molar gas
adalah 22,4 L. Dengan demikian, hubungan jumlah mol gas (n) dengan
volumenya dapat dituliskan dengan persamaan berikut.

Volume (V) dan volume molar (Vm) gas dinyatakan dalam satuan liter.

C. HUKUM HUKUM TENTANG GAS


1. Hipotesis Avogadro
Hukum Avogadro (Hipotes Avogadro, atau Prinsip Avogadro) adalah hukum
gas yang diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang
pada 1811 mengajukan hipotesis bahwa:

Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.

Hukum Avogadro menyatakan bahwa volume yang ditempati oleh gas ideal
berbanding lurus dengan jumlah molekul gas yang ada dalam wadah. Hal ini
menghasilkan volume molar gas, yang pada STP (273.15 K, 1 atm) adalah
sekitar 22.4 L. Hubungan ini dinyatakan oleh

di mana n sama dengan jumlah mol gas (atau banyaknya mol gas).

2. Hukum gas ideal

Jika suatu gas dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian volume. Adanya
pemuaian volume menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyuimpanan pada
hukum-hukum yang berlaku untuk gas. Untuk gas ideal, dianggap bahwa tidak
ada penyimpangan-penyimpangan tersebut. Beberapa hukum tentang gas yang
berlaku pada gas ideal adalah:

 Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu tetap, tekanan dari sejumlah
mol gas yang sama berbanding terbalik dengan volumenya, atau P = 1/V
pada T tetap
 Hukum Charles menyatakan bahwa volume sejumlah mol gas yang sama
pada tekanan tetap berbanding lurus dengan suhu mutlaknya, atau V = T
pada P tetap

28
 Hukum Avogado menyatakan bahwa pada tekanan dan suhu tetap,
volume suatu gas berbanding lurus dengan jumlah mol gas, atau V =n,
pada P dan T tetap

Dari semua hukum tentang gas tersebut, jika digabunbgkan maka, akan
didapatkan satu persamaan tunggal untuk perilaku gas:

PV = nRT
Dengan

P = tekanan (atmosfer)

T = suhu mutlah (kelvin), K = ℃ + 273

V = volume (liter)

N = jumlah mol (mol)

R = tetapan gas ideal yang nilainya 0,082 L atm 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1

D. INTERKONVERSI MOL - GRAM - VOLUME


Mol merupakan satuan jumlah yang sangat mudah diubah dalam satuan lain.
Mol dapat difungsikan sebagai sentral (pusat), dalam arti untuk mengubah dari
satuan yang satu kedalam satuan yang lain yang dapat melewati satuan mol

Skema pengubahan satuan jumlah

29
E. PERHITUNGAN KIMIA
1. Penentuan Rumus Empiris dan Trumus Molekul

Rumus empris menentukan jenis dan perbandingan paling sederhana dari atom-
atom penyusun suatu zat

Rmusu Molekul menyatakan jenis dan jumlah sesungguhnya dari atom atom
yang menyusun suatu molekul. Dinyatakan menggunakan lambang unsurnya.

Contoh soal

 Soal rumus empiris

Suatu senyawa diketahui mengandung 23,3% unsur Co; 25,3% Mo; dan 51,4%
Cl. Tentukan rumus emprisnya

Jawab :

Dimisalkan massa senyawa 100g, maka Co 23,3g; Mo 25,3g; dan 5,4g

Maka rasionya menjadi:


23,3 25,3 51,4
27
: 42
: 17

0,826:0,602:3,023

Dengan dibagi oleh rasio terkecil, didapatkan:


0,826 0,602 3,023
0,602
: 0,602
: 0,602

Co : Mo: Cl = 1 : 1 : 5

Jadi, rumus empirisnya CoMoCl5

 Soal Rumus Molekul

Diketahui Mr dari CO adalah 56. Tentukan rumus molekulnya (Ar C: 12, Ar O;


16)

Jawab :

(Co)x = 56

(12+16) = 56

26x = 56

X =2

Maka, rumus molekulnya adalah 𝐶𝑂2

30
Rumus kimia menunjukan jumlah atom-atom penyusun suatu zat. Oleh karena
itu, massa atom suatu unsur sudah tertentu, maka dari rumus kimia tersebut
dapat pula ditentukan persentase atau komposisi masing-masing unsur atau zat

Contohnya, Kita akan menghitung komposisi masing-masing unsur dalam


senyawa 𝐴𝑙2 𝑂3 sejumlah 1 mol, berarti massanya adalah 102 gram. ( Massa
relatif 𝐴𝑙2 𝑂3 = 102 )

 Setiap 1 mol 𝐴𝑙2 𝑂3 mengandung 2 mol Al.2 x 27 gram = 54 gram. Maka


persetasenya=
54 𝑔𝑟𝑎𝑚
102 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% = 52,4 %
 Setiap 1 mol 𝐴𝑙2 𝑂3 mengandung 3 mol atom O.3 x 27 gram = 48 gram.
Maka persentasenya=
48 𝑔𝑟𝑎𝑚
102 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% =47,06%

Dari contoh tersebut, maska secara umum persentase unsur senyawa dapat
dirumuskan

𝑚 𝑥 𝐴𝑟 𝐴
% 𝐴 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴𝑚 𝐵𝑛 𝑥 100 %
𝑀𝑟𝐴𝑚 𝐵𝑛

𝑚 𝑥 𝐴𝑟 𝐵
% 𝐵 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴𝑚 𝐵𝑛 𝑥 100 %
𝑀𝑟𝐴𝑚 𝐵𝑛

Dengan cara yang sama, persamaan diatas dapat digunakan untuk mencari
massa senyawa (unsur) dalam sejumlah massa zat sebagai berikut.

𝑚 𝑥 𝐴𝑟 𝐴
Massa A dallam p gram 𝐴𝑚 𝐵𝑛 = 𝑥 𝑝 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟𝐴𝑚 𝐵𝑛

F. Kadar Zat dalam Campuran


Pada bahasan kali ini kita akan mempelajari kadar zat yang terdapat dalam
campuran. Kadar zat dalm campuran meliputi persen (%) dan bpj (bagian
perjuta).

1. Persen (%)

Merupakan nilai bagian zat terhadap jumlah total campuran.

31
Persentase terbagi atas :

Persen massa ( % m/m)

Persen volume (% v/v)

Persen massa terhadap volum (% m/v)

a. Persen massa (%m/m)

Contoh: zat A dan zat B saling bercampur maka persen massa dirumuskan :

Contoh soal:

Sirup mengandung kadar gula 40% massa. Tentukan massa


gula dalam 800 g sirup !

Jawab: % gula = % A = 40%

Massa larutan = mA + mB = 800 g


𝑚𝐴
%A= 𝑚𝐴+𝑚𝐵
𝑥 100%

𝑚𝐴
40% = 800
𝑥 100%

40%
mA = massa gula = 𝑥 800 𝑔 =320 g
100%

b. Persen Volume

berlaku untuk zat terlarut yang berwujud cair dengan zat


pelarut yang juga berwujud cair.

Contoh soal:
Jika 20 L cuka murni akan dibuat menjadi larutan cuka 5%
untuk dijual di pasaran, tentukan jumlah air yang diperlukan
untuk pengenceran !

Jawab : Volume cuka = vA = 20 L

32
% cuka = % A = 5%
𝑣𝐴
%A = 𝑣𝐴 + 𝑣𝐵
𝑥 100%

20
5% = x 100%
20 +𝑣𝐵

100%
20L + Vb = 5%
𝑥 20L = 380L

Jadi, untuk pengenceran diperlukan 380 L air

c. Persen massa terhadap volume (%m/v)

Persentase ini berlaku untuk sejumlah massa zat terlarut yang


berwujud padat atau cair, dengan zat pelarut yang berwujud
cair.

Contoh soal:
Jika 25 garam dapur dilarutkan dalam air sampai 200mL, tentukan kadar garam
dapur tersebut dalam % m/v

Jawab : Massa garam dapur = mA = 25

Volume larutan = 200mL


𝑚𝐴
%A = 𝑣
𝑥 100%

25
% garam dapur = 𝑥 100% = 121,5%
200

Jadi, kadar garam dapur = 12,5%

2. BPJ (Part Per Million)

PPM atau nama kerennya “Part per Million” jika dibahasa Indonesiakan akan
menjadi “Bagian per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering
dipergunakan dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk
menunjukkan kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya
kandungan garam dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau
biasanya kandungan yodium dalam garam juga dinyatakan dalam ppm.

33
Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan
perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu
sistem. Sama halnya denngan “prosentase” yang menunjukan bagian per
seratus. Jadi rumus ppm adalah sebagai berikut;

ppm = jumlah bagian spesies / satu juta bagian sistem dimana spesies itu
berada

Rumus PPM Massa : Massa Zat / Massa campuran X 106

Rumus PPM Volume : Volume Zat / Volume campuran X 106

Contoh:

Di dlm 2 Kg Air Terdapat 20 mg Merkuri (Hg). Hitunglah BPJnya?

Jawab:

Rumus PPM Massa = Massa Zat / Massa campuran X 106

= 20 mg / 2000000mg x 1000000

= 10 bpj

a. Molaritas Larutan (M)


Molaritas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap
satuan volume larutan. Satuan molaritas adalah molar (M) yang sama dengan
mol/liter.
Jika terdapat n mol senyawa terlarut dalam V liter larutan, maka rumus
molaritas larutan adalah sebagai berikut.

Contoh perhitungan molaritas larutan


Misalkan 0,25 liter larutan urea (CO(NH2)2) dibuat dengan melarutkan 3 gram
urea dalam air. Massa molekul relatif urea adalah 60. Molaritas larutan urea
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
Jumlah mol urea, n = gram/Mr = 3/60 = 0,05 mol
Molaritas larutan, M = n/V = 0,05/0,25 = 0,2 molar
Jadi molaritas larutan urea tersebut adalah 0,2 molar atau 0,2 mol/liter.

b. Molalitas Larutan (m)


Molalitas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap
satuan berat pelarut. Satuan molalitas adalah molal (m) yang sama dengan
mol/kilogram. Jika n mol senyawa dilarutkan dalam P kilogram pelarut,
maka rumus molalitas larutan adalah sebagai berikut.

34
Contoh perhitungan molalitas larutan
Misakan 10 gram natrium hidroksida (NaOH) dilarutkan dalam 2 kg air. Massa
molekul relatif NaOH adalah 40. Molalitas larutan tersebut dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut.
Jumlah mol NaOH, n = gram/Mr = 10/40 = 0,25 mol
Molalitas larutan, m = n/P = 0,25/2 = 0,125 molal
Jadi molalitas larutan NaOH tersebut adalah 0,125 molal

Fraksi Mol Larutan


Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol suatu komponen larutan dengan
jumlah mol keseluruhan komponen larutan. Karena fraksi mol merupakan
perbandingan mol, maka fraksi mol tidak memiliki satuan. Jika suatu larutan
terdiri dari komponen A dan B dengan jumlah mol nA dan nB, maka rumus fraksi
mol A (xA) dan fraksi mol B (xB) adalah sebagai berikut.

Contoh perhitungan fraksi mol


Misalkan suatu larutan yang terbuat dari 5,85 gram garam dapur (Mr = 58,5)
yang dilarutkan dalam 90 gram air (Mr = 18). Maka fraksi mol garam dapur dan
fraksi mol air dapat dihitung dengan cara berikut.
Mol garam dapur, nG = 5,85/58,5 =0,1 mol
Mol air, nA = 90/18 = 5 mol
Fraksi mol garam dapur, xG = nG/(nG+nA) = 0,1/(0,1+5) = 0,0196
Fraksi mol air, xA = nA/(nG+nA) = 5/(0,1+5) = 0,0196 = 0,9804
(Catatan: xA dapat juga dihitung dengan cara berikut, xA = 1 – xG = 1 – 0,0196
= 0,9804)

3. Pengeceran larutan

Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga


jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat
terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut
sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah
penegenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran.
Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :

35
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2

M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan


V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

Misal, jika kita akan membuat 500 ml HCl 2 M menggunakan HCl 4 M maka
penggunaan rumus pengencerannya adalah 4 M x V1 = 2 M x 500 ml
maka V1 = 250 ml, artinya ambil HCl 4 M sebanyak 250 ml addkan dengan air
hingga 500 ml. Sedang pada praktek pengencerannya : masukkan air dulu
sebanyak kurang dari 250 ml baru ditambahkan 250 ml HCl 4 M lalu tinggal
diaddkan dengan air hingga batas labu takar 500 ml. Praktek perlakuan seperti
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan letupan untuk pengenceran asam
pekat.

 Pengeceran larutan adalah penambahan zat pelarut kedalam suatu larutan

 Persamaan reaksi selain menunjukkan jenis zat-zat pereaksi juga


menunjukkanm jumlah partikel-partikelyang terlibat reaksi. Perbandingan
jumlah molekul molekul yang bereaksi dan yang dihasilkan dari reaksi
ditunjukan oleh koefisien persamaan reaksi tersebut.

 Air kristal adalah air yang terjebak didalam kristal. Kristal merupakan zat
padat yang bentuknya teratur

 Pereaksi pembatas adalh pereaksi yang membatasi hsil reaksi karena


habis bereaksi.

36

Anda mungkin juga menyukai