Anda di halaman 1dari 22

BAB II : SISTEM PERIODIK

UNSUR

Dosen pembinbing : Dr. Rugaiyah A. Arafah, M.Si


Oleh :
Nama : Nurul Ramadhani Salam
NIM : D061191080
SISTEM PERIODIK MODERN
Daftar unsur disusun berdasarkan konfigurasi elektron dari atom unsur-
unsur.
Elektron-elektron tersusun dalam orbital
Hanya dua elektron saja yang dapat mengisi setiap orbital.
Orbital-orbital dikelompokkan dalam kulit.
Hanya n2 orbital yang dapat mengisi kulit ke-n.
Elektron bagian terluar dari atom yang paling menentukan sifat kimia.
Elektron ini yang disebut elektron valensi. Reaksi kimia menyangkut
elektron terluar.
Unsur dalam suatu jalur vertikal mempunyai sruktur elektron terluar yang
sama. oleh karena ini mempunyai sifat kimia yang mirip. Jalur ini disebut
golongan.
Pada umumnya dalam suatu golongan sifat unsur berubah secara teratur.
Perubahan teratur sifat kimia dalam satu jalur horisontal dalam sistem
periodik disebut periode.
Berdasarkan sistem periodik modern, ada berbagai macam orbital yang
dikenal dengan bentuk berbeda yaitu:
1. Orbital s : satu orbital setiap kulit
2. Orbital p : tiga orbital setiap kulit
3. Orbital d : lima orbital setiap kulit
4. Orbital f : tujuh orbital setiap kulit

Istilah orbital inilah yang disebut dengan sub kulit, yang biasa dipakai
dalam pengelompokan unsur menjadi empat blok berdasarkan struktur
elektron atau konfigurasi elektron terutama elektron terluar, yaitu :
 Unsur-unsur blok s n s1,2
 Unsur-unsur blok p ns2 np1….6
 Unsur-unsur blok d (n-1)d1….10 ns2
 Unsur-unsur blok f (n-2)f1…..14 (n-1)d1 ns2
Muatan Inti efektif

 Konsep muatan Inti efektif membuat kita dapat memperhitungkan efek


lindungan atas sifat-sifat periodik unsur. elektron-elektron yang
menyelimuti inti suatu atom akan memberikan efek lindungan kepada inti
tersebut terhadap pengaruh elektron terluar. Adanya lindungan elektron
akan mengurangi gaya tarik elektrostatik antara muatan positif proton
dalam Inti dengan muatan elektron negatif terluarnya. Selanjutnya gaya
tolak menolak antara elektron-elektron dalam atom berelektron banyak
juga mengimbangi gaya tarik yang dipregunakan oleh inti.
 Muatan inti efektif (Zeff) dinyatakan sebagai selisih antara muatan inti (Z)
dengan konstanta perlindungan atau shielding constant atau screening
constant (σ) yang nilainya bergantung pada elektron pada kulit dalam dan
elektron pada kulit yang sama. Secara sederhana dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Z eff = Z – σ
 Sebagai contoh atom Natrium dan Magnesium dengan konfigurasi
masing-masing adalah :
11 Na = 1s2 2s2 2p6 2s1
12 Mg = 1s2 2s2 2p6 2s2
Untuk atom Na: Terdapat 8 (delapan) elektron yang merupakan elektron
pada kulit dalam yaitu orbital 2s2 dan 2p6 (2 + 6 = 8) dan tidak terdapat
elektron pada kulit yang sama sehingga nilai tetapan perlindungan (σ) = 8.
Elektron terluar pada Na ada satu sehingga dapat terbentuk Na+ artinya 1
elektron terluar tersebut terlindungi dari tarikan inti oleh elektron pada kulit
dalam saja sehingga membutuhkan energi ionisasi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan pelepasan satu elektron pada Mg menjadi Mg+.
Untuk atom Mg: terdapat 8 (delapan) elektron yang merupakan elektron
pada kulit dalam yaitu pada orbital 2s2 dan 2p6 (2 + 6 = 8) dan terdapat satu
elektron pada kulit luar yang sama yaitu pada orbital 2s2, jadi 1 elektron
pada kulit luar yang sama +8 elektron pada kulit dalam = 9 elektron,
sehingga nilai tetapan perlindungan (σ) = 9. Artinya tetapan perlindungan
(σ) elektron terluar terhadap tarikan inti Mg > Na, sehingga energi ionisasi
pertama Mg menjadi Mg+ < energi ionisasi Na menjadi Na+.
ENERGI IONISASI
Pemahaman tentang keperiodikan unsur-unsur dapat diperoleh dengan
mempelajari energi ionisasinya. Secara kontekstual energi ionisasi merupakan
energi yang dibutuhkan oleh suatu atom untuk melepaskan elektron terluar
dalam keadaan berbentuk gas. Kemampuan pembentukan ikatan kimia yang
menentukan juga sifat kimia unsur erat kaitannya dengan mudah atau tidaknya
atom melepaskan elektron. Ada 3 faktor yang menentukan besarnya harga
ionisasi :
 Muatan inti efektif

 Jarak muatan elektron dan inti

 Sekatan yang diberikan orbital berenergi rendah

Pengaruh sekatan ini timbul karena tolak menolak antara elektron dalam orbital
terisi penuh (atau setengah) dan elektron yang harus dilepaskan dari orbital
terluar. Pola yang muncul jika energi ionisasi dialurkan terhadap nomor atom :
 Unsur-unsur gas mulia He, Ne, Ar, Kr berada di puncak

 Unsur-unsur alkali Li, Na, Rb berada di lembah

 Terdapat puncak kecil dan lembah kecil di lereng


Energi ionisasi pertama untuk kebanyakan unsur dalam tabel periodik
telah ditentukan secara eksperimen, yang disimpulkan sebagai berikut:
 Energi ionisasi unsur-unsur golongan A menurun dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Sebagai contoh energi ionisasi unsur golongan
IA yaitu Li adalah 520 kj/mol dan K adalah 419 kj/mol.
 Dari kiri ke kanan dalam suatu periode, energi ionisasi meningkat
secara bertahap. Gas-gas mulia mempunyai nilai energi ionisasi
yang relatif lebih tinggi sesuai dengan sifat non reaktif dan
kestabilan struktur delapan elektron pada kulit terluarnya, jika
dibandingkan dengan unsur yang lain.
AFINITAS ELEKTRON
Afinitas elektron suatu unsur didefinisikan sebagai energi yang
dilepaskan atau dibutuhkan apabila suatu atom netral dalam keadaan
gas menerima sebuah elektron dari luar.
 Contoh :

 Cl (g) + e  Cl- (g) ∆E = -3,615 ev

 Semakin besar afinitas elektron suatu unsur maka energi yang


dilepaskan semakin besar (nilai negatif ∆E bertambah) sedangkan
unsur-unsur gas yang memiliki ∆E positif berarti bahwa unsur-unsur
tersebut membutuhkan energi untuk membutuhkan ion negatif.
Afinitas elektron suatu unsur ditentukan oleh tiga faktor yaitu
muatan inti, jari-jari atom, dan konfigurasi elektron. Bila muatan inti
atom makin besar maka afinitas elektron makin besar sedangkan
semakin besar jari-jari atom atau semakin besar ukuran atom,
semakin kecil afinitas elektron.
JARI-JARI ATOM
Jari-jari unsur logam didefinisikan sebagai setengah jarak terpendek
antara dua inti dalam padatan. Untuk atom non-logam jari-jari
kovalen didefinisikan sebagai panjang ikatan kovalen tunggal antara
dua inti atom yang identik . Dalam suatu periode, jari-jari atom dari
kiri ke kanan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan bertambahnya
muatan inti sehingga tarikan terhadap elektron makin kuat. Dalam
suatu golongan, jari-jari dari atas ke bawah makin bertambah besar
oleh karena ukuran orbital meningkat dengan meningkatnya bilangan
kuantum. Meskipun muatan inti bertambah namun muatan inti efektif
oleh pengaruh elektro hampir tidak berubah karena sekatan kulit
terdalam yang terisi penuh. Jika pengisian kulit dilanjutkan, maka
elektron terluar makin jauh dari inti.
KEELEKTRONEGATIFAN DAN KEPOLARAN
  Keelektronegatifan dipandang sebagai kemampuan relatif suatu
atom menarik pasangan elektron ikatannya. Dalam satu periode,
harga keelektronegatifan dari kiri ke kanan ,makin besar. Dalam satu
golongan, harga keelektronegatifan dari atas ke bawah makin kecil.
 Kepolaran suatu ikatan kimia dapat ditunjukkan oleh perbedaan
elektronegatifitan dari dua atom. Perbedaan keelektronegatifan juga
ada hubungannya dengan kekuatan ikatan. Kekuatan ikatan
bertambah jika perbedaan keelektronegatifan kedua atom
bertambah.
LOGAM DAN NON LOGAM
  Unsur-unsur dapat dibagi tiga, yakni : logam, metaloida dan non
logam. Logam adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik
dan panas, mempunyai sifat kilap dan sifat mekanik tertentu seperti
kekuatan regang, mudah ditempa dan liat. Unsur logam terdapat
disebelah kiri sistem periodik dan semua unsur transisi adalah pada
umumnya adalah logam kecuali yang bersifat radioaktif. Ciri utama
dari logam aktif golongan IA dan IIA adalah kecenderungannya
melepaskan elektron kulit terluarnya sehingga menghasilkan ion
positif, dengan konfigurasi elektron menyerupai gas mulia.
 Unsur non logam terletak di sebelah kanan sistem periodik. Unsur
ini tidak bersifat logam dan umumnya berbentuk serbuk atau gas
pada keadaan normal. Unsur-unsur non-logam adalah atom-atom
yang dapat mencapai konfigurasi elektron gas mulia dengan cara
menerima alektron. Unsut metaloida memiliki sifat di antara sifat
logam dan nin-logam. Batas antara logam dan non-logam tidak
tajam; pada batas ini terletak metaloida. Masih belum ada
kesepakatan tentang unsur-unsur metaloida. Pada umumnya B, Si,
Ge, As, Sb, dan Te adalah unsur metaloida
SIFAT KIMIA UNSUR DALAM
GOLONGAN
# Unsur Hidrogen
Posisi yang tepat untuk unsur hidrogen sulit ditentukan letaknya dimana
dalam tabel periodik oleh karena sifat fisika dan kimianya yang sangat
beragam, namun karena unsur dalam tabel periodik disepakati disusun
secara berkala berdasarkan kenaikan nomor atom, maka unsur hidrogen
diletakkan dalam golongan IA. Hidrogen mirip dengan logam alkali karena
memiliki satu elektron terluar pada kulit s, dengan konfigurasi 1s 1
(hidrogen nomor atom =1). Dapat membentuk ion H+ yang terhidrat dalam
larutan berair berbentuk ikatan kovalen, dapat pula membentuk ion H - (ion
hibrida) yang cukup relatif jika berada dalam air sehingga cenderung
berbentuk ionik. Bentuk hibrida tersebut menyerupai golongan anion halida
yaitu : F-, Cl-, Br- dan I-. Wujudnya merupakan gas yang tidak berwarna dan
umumnya di alam berbentuk molekular. Salah satu keistimeaan sifat unsur
hifrogen adalah jika terbakar di udara akan membentuk air.
 2H2(g) + O2(g)  2H2O(g) 2H2O(c)
#Unsur-Unsur Golongan IA
 Pada bagian ini dikhususkan pada logam alkali (Li, Na, K, Rb dan Cs) dengan
konfigurasi elektron terluar (ns 1, n > 2). Logam alkali mempunyai energi resonisasi
rendah dan kecenderungan nya kuat melepaskan elektron valensi tunggalnya,
cukup reaktif sehingga jarang ditemukan secara lebar didalam. Logam alkali dapat
bereaksi dengan air membentuk hidroksida logam alkali dengan melepaskan gas
hidrogen, dapat membentuk oksida, perioksida bahkan superioksida yang
ketiganya menghilangkan bentuk kilapan logamnya. Selain Litium yang hanya dapat
membentuk oksida, maka logam alkali yang lain dapat membentuk peroksida dan
untuk K, Rb dan Cs dapat pula membentuk superoksida logam alkali artinya
reaktifitas logam alkali dengan oksigen meningkat dari atas ke bawah dalam
golongannya.
 Perbedaan karakter oksida logam alkali salah satunya disebabkan oleh kekuatan
ikatan antara kation dan anion pembentuknya, sebab semua oksida, peroksida, dan
superoksida adalah ikatan ionik. Misalnya Litium kestabilan oksidanya lebih besar
dan bentuk superoksidanya sangat tidak stabil sehingga peroksida Litium sulit sekali
ditemukan stabil dan eksis di alam. Demikian pula logam alkali yang lain yakni
Natrium dapat membentuk oksida dan peroksida, bahkan K, Rb, dan Cs selain dapat
membentuk oksida dan peroksida juga superoksida karena kestabilannya. Peroksida
logam alkali juga dapat bereaksi dengan gas CO 2 membentuk garam karbonat dan
melepaskan gas oksigen. Logam alkali juga dapat bereaksi dengan asam membentuk
garam dan gas hydrogen.
#Unsur-Unsur Golongan IIA 
 Logam –logam alkali tanah adalah : Be, Mg, Ca, Sr dan Ba, logam ini
juga cukup reaktif namun tidak sereaktif jika dibandingkan dengan
logam alkali. Konfigurasi elektron terluarnya adalah (ns2,>2), memiliki
kecenderungan melepaskan kedua elektron terluarnya membentuk ion
M2+ dengan bentuk konfigurasinya menyerupai konfigurasi gas mulia
yang stabil dan karakter ini meningkat dari Berilium ke Barium. Energi
ionisasi pertama dan kedua dari logam ini menurun dari Berilium sampai
ke Barium dan khusus untuk Berilium di alam lebih cenderung berbentuk
molecular disbanding berbentuk ionik terutama oksidanya berbentuk
oksida amfoter bukan oksida logam yang bersifat basa.
 Reaktifitas logam alkali tanah dengan air sangat berbeda-beda yaitu,
Berilium tidak bereaksi dengan air, Magnesium bereaksi lambat dengan
air mendidih dan Kalsium, Stronsium serta Barium cukup reaktif dengan
air dingin. Dengan oksigen juga bervariasi dan meningkat dari atas ke
bawah dalam golongannya, Berilium dan Magnesium dapat membentuk
oksida di aats suhu kamar dan Kalsium, Stronsium, serta Barium dapat
membentuk peroksida ionik. Logam alkali tanah juga dapat bereaksi
dengan asam membentuk garam dan gas hidrogen
#Unsur-Unsur Golongan III A 
 Kelompok unsur-unsur golongan ini adalah : B, Al, Ga, In, dan Tl dengan
konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np1 , n >2). Boron sebagai unsur
pertama bersifat metaloid dan unsur lainnya adalah logam, Boron juga
tidak membentuk senyawa ionik biner dan juga tidak reaktif dengan
gas oksigen serta dengan air namun cenderung berbentuk molekular.
Unsur berikutnya adalah Aluminium dapat dengan mudah membentuk
oksida aluminium dengan udara.
 Kelompok unsur golongan IIIA memiliki kecenderungan melepaskan
elektron terluarnya membentuk struktur M3+ suatu ion tripositif, namun
kecenderungan ini menurun dari atas ke bawah dalam golongannya. Boron
dan Aluminium hanya berbentuk ion tripositif M3+, namun unsur lain
yakni Galium, Indium, dan Talium dapat berbentuk ion unipositif M3+ dan
tripositif M3+. Talium lebih stabil membentuk Tl+ daripada Tl3+ hal ini
karena adanya efek pasangan stabil oleh karena semakin bertambahnya
kulit dan orbital sebagai konsekuensi bertambahnya nomor atom unsur,
sehingga hanya satu elektron yang mungkin untuk dilepaskan Tl+.
#Unsur-Unsur Golongan IV A
 Anggota unsur golongan IV A adalah: C, Si, Ge, Sn dan Pb, memiliki
konfigurasi elektron terluar yaitu ns 2 np2 , n >2. Karbon merupakan unsur
non-logam , silikon dan Germanium adalah unsur metalloid serta stannum
dan Plumbum (Timah dan Timbal) adalah unsur logam, dimana Sn dan Pb ini
tidak bereaksi dengan air akan tetapi bereaksi dengan asam membentuk
garam dan melepaskan gas hydrogen. Di anatar beberapa jenis asam adalah
asam-asam halide seperti HCl, HBr, dan lain-lain, asam nitrat, asam asetat,
asam sulpat, dan sebagainya.
 Unsur-unsur golongan IVA ini jika membentuk senyawa dapat menggunakan
bilangan oksidasi +2 atau +4 tergantung kestabilan bilangan oksidasinya.
Unsur karbon dan silikon lebih stabil dengan menggunakan bilangan oksidasi
+4, contohnya CO2 (bilangan oksidasi C = +4) lebih stabil daripada CO
(bilangan oksidasi C = +2), dan SiO2 (bilangan oksidasi Si = +4) lebih stabil
dari SiO (bilangan oksidasi S = +2) pada suhu kamar. Kestabilan bilangan
oksidasi +4 dari atas ke bawah semakin kecil sebaliknya kestabilan bilangan
oksidasi +2 dari atas ke bawah semakin besar, sehingga Pb (timbal) lebih
stabil berbentuk Pb2+ (contoh senyawa PbO) dari pada Pb4+ (contoh
senyawa timbale yang kurang stabil pada suhu kamar adalah PbO 2).
#Unsur- Unsur Golongan VA
 Golongan VA memiliki kelompok unsur yaitu: N, P, As, Sb dan Bi dengan
konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np3, n >2). Dua unsur pertama
yakni Nitrogen dan posfor adalah non-logam, Arsen dan Antimon adalah
metalloid serta Bismut adalah logam yang kurang reaktif jika dibandingkan
dengan logam-logam golongan IA sampai golongan IVA. Unsur golongan
VA memiliki kecenderungan menerima tiga elektron untuk mencapai
konfigurasi gas mulia yang stabil.
 Nitrogen dapat bereaksi dengan oksigen membentuk banyak jenis oksida
yaitu NO, NO2, N2O, N2O4, dan N2O5, dimana semua jenis oksida tersebut
berbentuk gas kecuali N2O5 yang berbentuk padat. Nitrogen juga dapat
bereaksi dengan logam membentuk senyawa nitride (N3-) yang
isoelektronik dengan gas mulia Neon, di antara senyawa nitride yang
dikenal adalah Li3N, Na3N, Mg3N2, dan lain-lain. Nitrogen dan Posfor
dapat berbentuk molekuler karena unsur tersebut adalah non-logam yaitu
N2 dan P4. Posfor dapat membentuk dua macam oksida yang berbentuk
padat yaitu: P4O6 dan P4O10.
#Unsur –Unsur Golongan VI A
 Kelompok unsur golongan VI A adalah: O, S, Se, Te dan Po, yang
memiliki konfigurasi elektron terluar adalah (ns2 np4 , n >2). Oksigen,
sulfur dan selenium adalah unsur-unsur non logam yang berbentuk
molekular seperti O2, O3, S8 dan Se8, Telurium dan Polonium adalah
metaloid, namun polonium bersifat radioaktif.
 Dalam mencapai struktur yang stabil unsur-unsur golongan VIA cenderung
menerima dua elektron. Oksigen dapat dengan mudah menerima dua
elektron membentuk O2- namun oksigen dapat juga bereaksi dengan unsur
lain dalam bentuk peroksida (O-) dan juga dalam bentuk superoksida (O2-)
dan semua senyawa oksida, peroksida, dan superoksida yang dihasilkan
berbentuk ionik.
#Unsur-Unsur Golongan VII A
 Semua unsur golongan halogen yaitu: F, Cl, Br, I dan At adalah non
logam dan dalam struktur berbentuk mlekular serta memiliki konfigurasi
elektron terluar adalah (ns2 np5 , n >2) namun unsur terakhir yaitu
Astatin adalah unsur yang bersifat radioaktif. Gas Fluor cukup reaktif dan
dapat bereaksi dengan air membentuk asam dan melepaskan gas oksigen.
 Halogen memiliki energi ionisasi dan afinitas elektron negative yang
cukup besar, sehingga sangat besar kemungkinannya untuk menerima
elektron membentuk anion (X-) yang memiliki kesamaan dengan
konfigurasi gas mulia yang stabil. Jadi golongan halogen yang
membentuk anion adalah isoelektronik dengan golongan gas mulia
tetangganya pada perioda yang sama seperti F- isoelektronik dengan Ne,
Cl- dengan Ar, dan lain-lain. Golongan VIIA dapat dengan mudah
membentuk garam dengan unsur golongan IA dan IIA, dengan gas
hydrogen membentuk asam hydrogen halide, dan reaktifitasnya dengan
hydrogen semakin berkurang dari atas ke bawah dalam golongan VIIA.
Asam Fluorida dengan gas hydrogen sangat eksplosif namun menjadi
berkurang jika asamnya adalah asam iodida.
#Unsur Unsur Golongan VIII A
 Kelompok unsur golongan ini adalah: He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn yang
disebut juga kelompok unsur gas mulia, dengan memiliki konfigurasi
elektron terluar yaitu (ns2 np5, n 2). Helium adalah gas mulia yang paling
tinggi energi ionisasinya dibanding unsur gas mulia yang lain, sebab
elektron terluarnya langsung berinteraksi dengan inti. Kelompok unsur ini
disebut juga unsur-unsur lembam yang sangat stabil namun sejak tahun
1962 sudah ada beberapa unsur gas mulia yang sudah dapat disintesis
senyawanya, diantaranya adalah: XeF2, XeF4, XeF6, Cs2XeF8, XeOF4,
XeO3, XeO4, RbXeO7, dan lain-lain.
SIFAT OKSIDA UNSUR PERIODA TIGA
 Salah satu cara lain untuk membandingkan sifat-sifat unsur adalah membandingkannya
dalam satu perioda. Perbandingan yang dilakukan dengan meninjau sederetan sifat-sifat
senyawa yang mirip. Perioda yang dipilih adalah perioda tiga dengan melihat beberapa
karakter sifat asam basa senyawa oksidanya, jenis kelogamannya, dan cara-cara
sederhana membedakannya satu sama lain. Unsur periode tiga adalah: Na, Mg, Al, Si, P,
S, Cl, dan Ar yang jika membentuk oksida maka akan menghasilkan senyawa: Na 2O,
MgO, Al2O3, SiO2, P2O5, SO3, dan Cl2O7, Argon tidak dapat membentuk senyawa oksida
sampai saat ini. Oksida berikut: Na2O, MgO, dan Al2O3 bersifat senyawa ionik dan
kelompok oksida SiO2, P2O5, SO3, dan Cl2O7 adalah berbentuk molekuler yang ikatannya
adalah ikatan kovalen. Oksida Natrium dan Magnesium merupakan oksida basa namun
kebasaan oksida Magnesium sangat lemah sehingga lebih mudah bereaksi dengan air
akan tetapi dapat bereaksi dengan basa.
 Oksida basa dengan mudah dikenali karena jika direaksikan dengan air umumnya akan
membentuk senyawa basa, oksida amfoter tidak dapat bereaksi dengan air namun dapat
berekasi dengan asam kuat ataupun basa kuat dan oksida asam umumnya dapat bereaksi
dengan air membentuk senyawa yang bersifat asam. Cara tersebut dapat dilakukan
terhadap senyawa oksida lain sebab secara umum senyawa oksida dapat diklasifikasikan,
apakah merupakan oksida asam, oksida basa, atau oksida amfoter, apabila oksida tersebut
direaksikan dengan air, asam, kuat, dan basa kuat.

Anda mungkin juga menyukai