Anda di halaman 1dari 5

Nama : Raihan Rafi Rizqullah

NPM : 270110190032

Kelas : B

Resume Sifat Periodik Unsur untuk Menjawab Soal

1. Development of the Periodic Table

Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur yang dikemas secara
berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan kemiripan sifat-sifat unsurnya.
Penemuan unsur-unsur kimia telah berlangsung sejak zaman kuno. Semakin lama penemuan
unsur-unsur ini semakin meningkat hingga pada akhirnya seorang ilmuwan yaitu Dmitri
Mendelev dan Lothar Meyer menerbitkan sebuah skema klasifikasi yang mana keduanya
mencatat sifat kimia dan fisik berulang secara berkala ketika elemen diatur dalam rangka
meningkatkan berat atom.

Kemudian pada tahun 1913 ahli fisika Inggris Henry Moseley (1887–1915)
mengembangkan konsep nomor atom dan konsep nomor atom. Dengan demikian, sifat kimia
tidak ditentukan oleh massa atom, tetapi ditentukan oleh jumlah proton dalam atom tersebut.
Jumlah proton menyatakan nomor atom. Dengan demikian sifat-sifat unsur ditentukan oleh
nomor atom. Keperiodikan sifat fisika dan kimia unsur disusun berdasarkan nomor atomnya.
Adapun pengelompokan unsur menurut Antoine Lavoisier. Lavoiser membagi unsur-unsur
dalam unsur logam dan non logam. Pada waktu itu baru dikenal kurang lebih 33 unsur. Menurut
John Newlands, jika unsur-unsur diurutkan letaknya sesuai dengan kenaikan massa atom
relatifnya, maka sifat unsur akan terulang pada tiap unsur kedelapan.

2. Effective Nuclear Charger

Konfigurasi elektron sangat mempengaruhi sifat atom selain itu, seberapa kuat elektron
terluar dalam atom tertarik pada nukleus dapat mempengaruhi sifat atom. Gaya tarik antara
elektron dan nukleus ini dipengaruhi oleh besarnya muatan nuklir dan jarak antara elektron dan
nukleus. Dalam hal ini terdapat tolakan-tolakan elektron yang membatalkan beberapa gaya
tarik elektron terhadap nukleus. Tarikan nuklir juga berkurang dan tersaring akibat tolakan-
tolakan elektron ini. Muatan nuklir yang tersaring ini disebut dengan muatan efektif nuklir
dimana muatan efektif nuklir ini selalu kurang daripada muatan nuklir yang aslinya. Secara
sederhana dapat dianalogikan seperti bola lampu yang diberi sekat kaca buram. Bola lampu
dianggap sebagai nukleus, pengamat dianggap sebagai elektron valensi dan cahaya yang dilihat
dianggap sebagai tarikan nuklir efektif. Jika lampu semakin terang dan kaca penghalangnya
tetap, maka cahaya semakin dapat diamati. Begitu juga sebaliknya, jika lampu tetap, kaca
penghalang lebih tebal maka cahaya akan lebih sulit untuk diamati. Muatan nuklir efektir ini
akan meningkat dari kiri kekanan disemua periode tabel periodik dan akan sedikit meningkat
ketika turun kolom. Sehingga muatan nuklir efektif dalam tabel periodik akan berbeda beda.

3. Sizes of Atoms and Ions

Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang
sejajar atau dalam sebuah molekul diatomik. Jari-jari atom mempengaruhi ukuran atom dan
mengubah ukuran ion. Ukuran atom dan ion ini juga mempengaruhi dalam penempatan di tabel
periodik. Terdapat dua tren dalam radius atom yaitu

1. Dalam setiap kelompok, jari-jari atom ikatan cenderung meningkat dari atas ke
bawah.
2. Dalam setiap periode, jari-jari atom ikatan cenderung menurun dari kiri ke kanan.

Faktor utama dalam tren ini adalah peningkatan muatan nuklir efekif dalam suatu
periode. Meningkatnya muatan nuklir efektif terus membuat elektron valensi semakin dekat
inti, menyebabkan jari-jari atom ikatan menurun.

4. Ionization Energy

Energi ionisasi suatu atom atau ion adalah energi minimum yang diperlukan untuk
menghilangkan elektron dari keadaan dasar atom atau ion gas yang terisolasi. Besarnya energi
ionisasi menyatakan banyak energi yang dibutuhkan untuk menghilangkan elektron. Terdapat
tiga tren dalam hal ini yaitu

1. I1 umumnya meningkat ketika kita bergerak dari kiri ke kanan melintasi suatu periode.
2. I1 umumnya berkurang saat kita bergerak ke bawah setiap kolom dalam tabel periodic.
3. Elemen blok s dan p menunjukkan kisaran nilai I1 yang lebih besar daripada logam
transisi elemen. Secara umum, energi ionisasi dari logam transisi meningkat perlahan
dari kiri ke kanan dalam suatu periode.

Ukuran atom mempengaruhi energi ionisasi. Energi ionisasi juga bergantung pada
muatan efektif nuklir dan jarak elektron dari inti atom. Ketika berpindah suatu periode, akan
ada peningkatan muatan nuklir efektif dan penurunan jari-jari atom, menyebabkan energi
ionisasi meningkat.

5. Electron Affinity

Afinitas elektron adalah kuantitas perubahan energi ketika sebuah atom atau ion dalam
fase gas menerima sebuah elektron. Jika kuantitas perubahan energi bertanda positif, terjadi
penyerapan energi, sedangkan jika bertanda negatif, terjadi pelepasan energi. Semakin negatif
nilai afinitas elektron, semakin besar kecenderungan atom atau ion menerima elektron. Dalam
satu golongan pada tabel periodik unsur, dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung
semakin kecil, dengan banyak pengecualian. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, sampai
golongan 7A, afinitas elektron cenderung semakin besar, dengan banyak pengecualian.

6. Metals, Nonmetals, and Metalloid

Di alam ini terdapat banyak unsur diantaranya yaitu unsur logam, unsur nonlogam dan
unsur metalloid. Logam-logam ini dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang berbeda
sesuai dengan kesamaan dalam sifat mereka.
1. Logam
Logam cenderung memiliki energi ionisasi yang rendah sehingga cenderung
membentuk kation yang relatif mudah. Logam memiliki penampilan yang khas yaitu
menujukkan kilau yang mengkilap. Senyawa yang terbuat dari logam dan non logam
cenderung menjadi zat ionik dan kebanyakan oksida logam bersifat basa. Logam
memiliki elektronegativitas yang sangat rendah
2. Non Logam

Non logam memiliki penampilan yang tidak berkilau. Titik leburnya lebih
rendah daripada logam. Non logam juga memiliki tingkat afinitas elektron yang relatif
besar. Cenderung menarik elektron ketika bereaksi dengan unsur lain dan tidak
membentuk basa oksida. Memiliki energy ionisasi yang tinggi dan cenderung
membentuk oksida asam dan menunjukkan elektronegativitas yang sangat tinggi
3. Metaloid
Metaloid merupakan tengah-tengah antara logam dan nonlogam. Metaloid
memiliki beberapa sifat logam yang khas tetapi kekurangan sifat yang lain dan tampak
mengkilap. Metaloid cenderung membagi elektron ketika bereaksi dengan unsur lain.
Metaloid memiliki nilai elektronegativitas menengah dan energi ionisasi yang sedang.
Perbedaan antara ketiganya disebabkan oleh unsur pembentuk serta sifat-sifat
seperti energi ionisasi, keelektronegatifan dan afinitas elektronnya.

7. Trends for Group 1A and Group 2A Metals


1. Golongan 1A

Logam alkali adalah padatan logam lunak. Logam alkali memiliki kerapatan dan
titik leleh yang rendah, dan sifat-sifat ini bervariasi secara teratur dengan meningkatnya
jumlah atom. Logam alkali memiliki kereaktifan yang sangat tinggi sehingga relatif
mudah untuk menghilangkan elektron terluarnya dan ditemukan di alam sebagai
senyawa. Pada dasarnya logam alkali tidak memiliki warna akan tetapi masing-masing
memancarkan warna karakteristik saat ditempatkan dalam nyala api.

2. Golongan 2A

Logam alkali tanah tidak terlalu berbeda dengan logam alkali, sama halnya
dengan logam alkali. Logam alkali tanah memiliki kereaktifan yang sangat tinggi
sehingga ditemukan di alam sebagai senyawa. Logam alkali tanah memiliki struktur
yang lebih keras, lebih padat dan meleleh pada suhu yang tinggi.

8. Trends for Selected Non metals


1. Hidrogen

Hidrogen memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan salah satu kelompok pada
tabel periodik. Kimia hidrogen jauh lebih kaya serta lebih kompleks daripada logam
alkali. Reaktivitas hidrogen dengan bukan logam mencerminkan kecenderungannya
yang jauh lebih besar berpegang pada elektronnya relatif terhadap logam alkali.

2. Golongan 6A

Oksigen merupakan unsur yang sangat penting dalam kelompok 6A. Oksigen
ada dalam dua bentuk yaitu O2 dan O3. Ozon adalah alotrop oksigen yang penting.
Oksigen memiliki kecenderungan besar untuk menarik elektron dari elemen lain (untuk
mengoksidasi mereka). Oksigen dalam kombinasi dengan logam hampir selalu hadir
sebagai oksida ion.

3. Golongan 7A

Halogen meru (Sifat Logam, Nonlogam dan Metaloid, 2019)pakan molekul


diatomik. Berbeda dengan elemen grup 6A, semua halogen yang telah dikarakterisasi
adalah non logam. Nomor atom mempengaruhi peningkatan titik didih dan titik lebur.
Halogen memiliki afinitas elektron yang paling negatif dari unsur-unsur. Kimia halogen
didominasi oleh kecenderungan untuk memperoleh elektron sehingga membentuk ion
halida seperti X-

4. Golongan 8A

Gas mulia merupakan gas monoatomik. Gas mulia memiliki konfigurasi


elektron yang stabil sehingga dan sangat tidak reaktif karena sepenuhnya telah mengisi
sub kulit s dan p. Gas mulia hanya dapat membentuk senyawa dengan unsur non logam
yang sangat aktif.

References
Amalhanaja. (2014, Maret 04). Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur (SPU) Dan
Penjelasannya. Retrieved from Bisakimia: https://bisakimia.com/2014/03/04/sejarah-
perkembangan-sistem-periodik-unsur-spu/
Sifat Logam, Nonlogam dan Metaloid. (2019, November 03). Retrieved from Ilmu Kimia:
https://www.ilmukimia.org/2016/01/sifat-logam-nonlogam-dan-metaloid.html

Anda mungkin juga menyukai