TIM PENYUSUN
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA MINERAL
POLITEKNIK INDUSTRI LOGAM MOROWALI
2019
A. Sistem Periodik Unsur
1. Lambang Unsur, tata letak unsur, dan massa atom relatif unsur
Berdasarkan teori atom Dalton, atom merupakan unit dasar terkecil dan
tersederhana penyusun suatu unsur. Di dalam atom terdapat partikel subatomik
utama: proton, neutron, dan elektron. Proton (p+) yang bermuatan positif dan
neutron (n0) yang tidak bermuatan terdapat pada inti atom. Elektron (e −) yang
bermuatan negatif bergerak cepat dalam ruang sekeliling inti atom yang sangat
besar sebagaimana adanya gaya tarik dari inti atom. Inti atom sangatlah padat:
99,97% massa atom adalah massa inti atom namun volume yang ditempatinya
hanya 1/1015 dari volume atom. Diameter sebuah atom (∼10−10 m) sekitar
100.000 kali diameter inti atom (∼10−15 m). Berikut ilustrasi struktur atom
(Gambar 1) dan perbandingan karakter dari 3 partikel subatomik utama (Tabel
1).
Nilai massa atom dan partikel-partikel subatomik sangatlah kecil dalam satuan
gram sehingga lebih mudah jika dinyatakan sebagai massa relatif. Basis ukuran
massa relatif atom adalah atom karbon yang terdiri dari 6 proton dan 6 neutron
(atom C-12), di mana massa satu atom C-12 dinyatakan senilai 12 satuan
massa atom (sma) atau 12 dalton (Da).
1 sma = 1,660539×10−24 g.
Isotop, Massa Atom (Massa Atom Rata-Rata), Dan Massa Atom Relatif
Isotop
Semua atom dari suatu unsur memiliki nomor atom yang identik, namun
memiliki nomor massa yang berbeda-beda. Isotop adalah atom-atom dengan
nomor atom yang identik, namun berbeda nomor massa. Sebagai contoh,
semua atom karbon (Z = 6) memiliki 6 proton dan 6 neutron, namun di alam
98,89% atom karbon memiliki 6 neutron (A = 12), sisanya 1,11% memiliki 7
neutron (A = 13), dan < 0,01% memiliki 8 neutron (A = 14). Dengan kata lain, di
alam terdapat 3 isotop karbon: 12C, 13C, dan 14C. Selain itu, hidrogen juga
memiliki 3 isotop – 1H (protium) yang paling berlimpah, 2H (deuterium), dan 3H
(tritium).
Gambar 3. Ilustrasi susunan / struktur atom dari ketiga isotop hidrogen: 1H, 2H,
dan 3H
(Sumber: McMurry, John. et al. 2013. Fundamentals of General, Organic, and
Biological Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.)
di mana adalah massa atom (massa atom rata-rata) unsur X yang memiliki
isotop-isotop dengan massa m1, m2, m3, … dengan kelimpahan masing-masing
isotop di alam a1, a2, a3, … dalam fraksi desimal.
Perak (Ag; Z = 47) memiliki dua isotop di alam, 107Ag dan 109Ag. Dari data
spektrometri massa yang diperoleh berikut, tentukan massa atom Ag.
Jawab:
= 107,87 sma
.
Isobar dan Isoton
Isobar adalah atom-atom yang memiliki nomor massa yang sama, namun
berbeda nomor atom (unsur berbeda).
Contoh: dengan ; dengan .
Isoton adalah atom-atom yang memiliki jumlah neutron sama, namun berbeda
nomor atom (unsur berbeda).
Contoh: dengan ; dengan
B. Stokiometri
Stoikiometri di dalam ilmu kimia, (kadang disebut stoikiometri reaksi agar
membedakannya dari stoikiometri komposisi) ialah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia .
Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).
Stoikiometri gas ialah suatu bentuk khusus, di mana reaktan dan produknya
seluruhnya merupakan gas. Di dalam kasus ini, koefisien zat (yang
menyatakan perbandingan mol dalam stoikiometri reaksi) sekaligus
menyatakan perbandingan volume antara zat-zat yang terlibat.
Stoikiometri gas ialah Jenis stoikiometri yang berkaitan dengan reaksi yang
melibatkan gas, di mana gas berada pada suhu, tekanan dan volume yang di
kenal dan dianggap gas ideal. Untuk gas, perbandingan volume idealnya sama
dengan hukum gas ideal,akan tetapi rasio massa reaksi tunggal harus dihitung
dari massa molekul reaktan dan produk, di mana massa molekul ialah massa
1 (satu) molekul zat. Gas ideal ialah gas teoretis yang terdiri dari satu set
partikel dan yang bergerak acak, tanpa-berinteraksi yang mematuhi hukum
gas ideal. Hukum gas ideal ialah persamaan keadaan gas ideal. Persamaan
hukum gas ideal adalah PV = nRT, di mana P adalah tekanan,dan V adalah
volume dan T adalah temperatur absolut,sedangkan n adalah mol gas dan R
adalah konstanta gas universal.
Volum molar, di definisikan sebagai volum dari 1 mol entitas (atom, ion,
molekul, unit formula) dari materi. Satuan dari volum molar ialah L/mol.
Stoikiometri Komposisi
Hal ini menjelaskan kuantitatif (massa) hubungan antara unsur-unsur dalam
senyawa. contohnya, stoikiometri komposisi menggambarkan (massa)
nitrogen dengan hidrogen yang bergabung menjadi amonia kompleks. yaitu 1
(satu) mol nitrogen dan 3 (tiga) mol hidrogen dalam setiap 2 mol amonia. Mol
ialah satuan yang dipakai dalam kimia untuk jumlah zat.
Rasio Stoikiometri
Sejumlah stoikiometri (rasio reagen) atau zat yang ditambahkan ke sistem
dalam rangka membuat reaksi kimia ialah jumlah atau rasio di mana, dengan
asumsi bahwa hasil dari reaksi selesai dengan dasar sebagai berikut:
atau
Jumlah partikel X = n x L
Bilangan Avogadro (L) ditemukan oleh Johann Loschmidt pada 1865. Nama
Avogadro dipilih sebagai penghormatan kepada Avogadro karena beliau
orang pertama yang mengusulkan perlunya satuan jumlah partikel. Adapun
nama Loschmidt diabadikan sebagai simbol bilangan tersebut, L.
1 mol = L partikel
n = gr/Mr
keterangan :
n = mol
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
Molaritas yaitu besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut pada tiap
satuan volume larutan.
Satuan molaritas ialah molar (M) yang sama dengan mol/liter. Jika terdapat n
mol senyawa terlarut dalam V liter larutan, maka rumus molaritas larutan yaitu
:
M = n/V
Keterangan:
M = molaritas suatu zat (mol/L)
V = volume larutan (ml)
Pada ilmu kimia, banyaknya suatu zat atau senyawa seringkali dinyatakan
pada besaran mol. Besaran konsentrasi molaritas, molalitas, normalitas, dan
fraksi mol memakai satuan kuantitas zat atau senyawa dalam mol. Mol yaitu
gram zat dibagi dengan massa molekul relatif (Mr). Rumus menghitung mol
suatu senyawa yaitu :
n = gram/Mr
Keterangan:
n = mol suatu zat (mol)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gram/mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Molalitas (m)
Molalitas yaitu besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut pada tiap
satuan berat pelarut. Satuan molalitas ialah molal (m) yang sama dengan
mol/kilogram. Jika n mol senyawa dilarutkan dalam P kilogram pelarut, maka
rumus molalitas larutan yaitu :
m = n/p
Keterangan:
m = molalitas suatu zat (molal)
p = massa pelarut (gr)
n = mol suatu zat (mol)
Normalitas yaitu besaran yang menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut
pada tiap satuan volume larutan. Satuan normalitas ialah normal (N) yang
sama dengan mol ekivalen/liter. Rumus normalitas larutan adalah
N = ek/V
N = n x a /V
N=Mxa
Keterangan:
N = normalitas ( mol ek/L)
V = volume larutan (liter)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
ek adalah mol ekivalen yaitu jumlah mol dikali jumlah ion H+ atau ion OH–
Jika n mol zat terlarut mengandung sebanyak a ion H+ atau OH–, maka rumus
mol ekivalen (ek) ialah :
Ek = n x a
Fraksi mol yaitu perbandingan jumlah mol suatu komponen larutan dengan
jumlah mol keseluruhan komponen larutan. Karena fraksi mol adalah
perbandingan mol, maka fraksi mol tidak mempunyai satuan. Jika suatu
larutan terdiri dari komponen A dan B dengan jumlah mol nA dan nB, maka
rumus fraksi mol A (xA) dan fraksi mol B (xB)
Perbedaan molaritas dan Molalitas
Molaritas (M) ailah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan,
sedangkan
Molalitas (m) ialah banyaknya mol zat terlarut dalam 1kg pelarut.
Molaritas ( M ) yaitu satuan konsentrasi yang banyak dipakai dan didefinisikan
sebagai banyak mol zat terlarut dalam 1 liter larutan dalam satuan M.
Molalitas ( m ) yaitu satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang
terdapat pada 1 kg pelarut dengan satuan mol.
C. Ikatan Kimia
Ketika dua atom atau ion “berpegangan” dengan sangat erat, dapat dikatan bahwa
di antaranya terdapat suatu ikatan kimia. Dalam pembentukannya, yang berperan
adalah elektron valensi, yaitu elektron yang berada pada kulit terluar. Untuk
memudahkan penggambaran elektron valensi pada atom suatu unsur dan ikatan
yang terbentuk dapat digunakan simbol Lewis (simbol titik-elektron Lewis).
Atom unsur-unsur golongan gas mulia (golongan 18) dengan 8 elektron valensi
memiliki sifat sangat stabil (tidak reaktif), energi ionisasi tinggi, dan afinitas
elektron rendah. Pada umumnya semua atom berusaha untuk menerima, atau
melepas, ataupun saling berbagi elektron agar memiliki jumlah elektron yang
sama dengan atom gas mulia dengan nomor atom yang terdekat. Hal ini serupa
dengan kehidupan manusia, di mana pada umumnya manusia berusaha untuk
mencapai kesejahteraan sebagaimana golongan gas mulia. Hasil observasi ini
mengacu pada rumusan teori: aturan oktet, yang menyatakan bahwa atom-atom
cenderung akan menerima, atau melepas, ataupun saling berbagi (sharing)
elektron sehingga memiliki 8 elektron valensi.
Ukuran kepolaran dinyatakan dengan besaran yang disebut momen dipol (μ).
Semakin besar momen dipol, semakin besar kepolarannya. Satuan momen dipol
adalah debye (D), di mana 1 D = 3,34×10 −30 Cm. Jika dua muatan berlawanan
dengan besar muatan sama Q+ dan Q− terpisah dengan jarak r, maka momen
dipolnya adalah hasil kali Q dan r:
μ = Qr
Panjang ikatan dalam molekul HCl adalah 1,27 Å. Hitunglah momen dipol (dalam
debye) bila muatan pada atom H dan Cl masing-masing adalah +1 dan −1.
Jawab:
r = 1,27 Å =
Pengecualian Aturan Oktet
Ikatan kovalen koordinasi (ikatan dativ) adalah ikatan kovalen di mana salah satu
atomnya mendonasikan pasangan elektron yang dimilikinya. Pada ikatan
kovalen koordinasi, pasangan elektron ikatannya hanya berasal dari satu atom,
bukan dari kontribusi bersama kedua atom yang berikatan. Contoh:
D. Reaksi Redoks
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) adalah reaksi kimia yang melibatkan perubahan
bilangan oksidasi. Pada dasarnya, reaksi redoks adalah gabungan dari dua reaksi
setengah, yaitu reaksi setengah reduksi dan reaksi setengah oksidasi. Seperti
yang telah kita pelajari di kelas X, reaksi oksidasi adalah reaksi di mana suatu
spesi melepaskan elektron sehingga mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi di mana suatu spesi mengikat elektron
sehingga mengalami penurunan bilangan oksidasi. Pada suatu reaksi kimia
yang lengkap, reaksi oksidasi selalu diikuti oleh reaksi reduksi sehingga reaksi
yang terjadi disebut reaksi redoks.
Contoh
contoh reaksi setengah reduksi:
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
Pada reaksi di atas, kita melihat bahwa unsur tembaga (Cu) mengalami penurunan
bilangan oksidasi dari +2 menjadi 0 dengan mengikat 2 elektron. Berikut adalah
contoh reaksi setengah oksidasi:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Pada reaksi di atas, kita melihat bahwa unsur Zn mengalami kenaikan bilangan
oksidasi dari 0 menjadi +2. Apabila kedua reaksi setengah digabungkan menjadi
satu kesatuan reaksi redoks yang lengkap, persamaan reaksi menjadi:
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Cu2+(aq) + Zn(s) → Cu(s) + Zn2+(aq)
Secara utuh, reaksi lengkap di atas menunjukkan bahwa ion Cu2+ mengoksidasi
logam Zn. Dengan demikian, kita menyebut Cu2+ sebagai pengoksidasi
(oksidator). Sementara itu, logam Zn mereduksi ion Cu2+. Maka, Zn adalah
pereduksi (reduktor). Dalam reaksi setengah masing-masing, Cu2+ yang
bertindak sebagai oksidator pada reaksi lengkap, adalah reaktan yang mengalami
reduksi. Sedangkan Zn yang bertindak sebagai reduktor pada reaksi lengkap,
adalah reaktan yang mengalami oksidasi.
Jenis-jenis penyelesaian reaksi redoks:
1. Metode bilangan oksidasi (suasana asam dan suasana basa)
2. Setengah reaksi
E. Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari atom unsur karbon
(C) dan hidrogen (H). Berdasarkan jenis ikatan antara atom karbon, senyawa
hidrokarbon dapat dibedakan menjadi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Seluruh
ikatan antar atom karbon pada hidrokarbon jenuh merupakan ikatan kovalen
tunggal. Pada hidrokarbon tak jenuh, terdapat satu atau lebih ikatan rangkap
ataupun ikatan rangkap tiga.
3. Hidrokarbon alifatik, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dengan ikatan
tunggal (jenuh) ataupun ikatan rangkap (tak jenuh).
Alkana
Alkana adalah senyawa hidrokarbon alifatik jenuh dengan rumus umum C nH2n+2.
Alkana membentuk deret homolog, yaitu kelompok senyawa dengan rumus
umum sama dan sifat bermiripan. Berikut tabel deret homolog alkana dengan
rumus molekul, rumus bangun, dan nama dari masing-masing senyawa.
1. Rantai C yang terpanjang ditetapkan sebagai rantai utama. Bila terdapat dua
atau lebih rantai terpanjang yang sama panjangnya, maka dipilih rantai dengan
cabang terbanyak sebagai rantai utama.
2. Cabang dari rantai utama dengan substituen hidrokarbon (gugus alkil) diberi
nama dengan mengganti akhiran ana pada alkana menjadi il. Berikut tabel
struktur dan nama dari beberapa gugus alkil.
3. Atom-atom C pada rantai utama diberi nomor secara berurut dimulai dari salah
satu ujung rantai yang posisi cabangnya mendapat nomor terkecil.
4. Untuk substituen cabang yang sejenis dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra,
Alkena
Alkena adalah senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan ikatan rangkap dua.
Rumus umum alkena adalah CnH2n. Aturan IUPAC dalam penamaan alkena
hampir sama dengan alkana, namun dengan beberapa modifikasi aturan berikut.
1. Rantai utama yang dipilih adalah rantai terpanjang yang mengandung ikatan
rangkap. Nama rantai utama diturunkan dari nama alkana dengan jumlah C
sama dengan mengganti akhiran ana menjadi ena.
2. Urutan penomoran pada rantai utama dimulai dari salah satu ujung rantai yang
posisi atom C berikatan rangkapnya mendapat nomor terkecil. Nomor posisi
ikatan rangkap didasarkan pada nomor atom C berikatan rangkap yang
nomornya lebih kecil.
Alkuna
Alkuna adalah senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan ikatan rangkap tiga.
Rumus umum alkuna adalah CnH2n−2. Aturan IUPAC dalam penamaan alkuna
hampir seluruhnya sama dengan alkena. Dalam penamaan alkuna, nama rantai
utama yang diturunkan dari alkena dengan jumlah C sama yang memiliki akhiran
ena diubah menjadi una. Contoh:
Alkana
1. sebagai bahan bakar, misal metana yang merupakan komponen utama LNG
(Liquefied Natural Gas), propana atau butana yang merupakan komponen
utama LPG (Liqufied Petroleum Gas);
2. sebagai pelarut organik nonpolar, misal pentana, heksana, dan heptana; dan
3. sebagai bahan baku dalam industri petrokimia, misal untuk pembuatan alkena
dengan reaksi cracking dan pembuatan haloalkana.
Alkena
Sebagai bahan baku dalam industri petrokimia, misal untuk pembuatan alkana,
haloalkana, alkohol, aldehid, keton, dan polimer. Etena merupakan hormon
tumbuhan yang dapat mempercepat matangnya buah, selain itu etena juga
merupakan bahan baku dari plastik polietilena. Propena merupakan bahan baku
pembuatan plastik polipropilena. 1,3-Butadiena merupakan bahan baku
pembuatan karet sintetis polibutadiena. Isoprena (2-metil-1,3-butadiena) juga
merupakan bahan baku pembuatan karet poliisoprena.
Alkuna
Contoh soal
a.
Cabang: metil (―CH3) pada C-2, C-5, dan C-5’; isopropil (―CH(CH3)2) pada C-4
b.
Cabang: metil (―CH3) pada C-2 dan C-7; etil (―CH2CH3) pada C-3 dan C-6
F. Mineralogi
1. Definisi mineralogi dan mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara
lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos,
dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan
dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik
(anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa
ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun
persesuaian umum untuk definisinya (Danisworo, 1994).
c. Kekerasan
Kekerasan adalah suatu sifat yang ditentukan oleh susunan dalam dari
atom-atom. Kekerasan adalah ukuran daya tahan suatu permukaan rata
terhadap goresan. Jika suatu mineral dapat digores oleh mineral lain, maka
yang belakangan ini dikatakan lebih keras dari mineral yang dapat digores
tadi.
Kekerasan relatif telah dipergunakan dalam penentuan mineral sejak masa
permulaan adanya mineralogi sistematik. Mosh (1822), telah mengadakan
suatu penentuan mineral secara kualitatif berdasarkan kekerasan mineral.
Ia menentukan suatu skala relatif sebagai berikut :
Skala kekerasan MOSH
Derajat Jenis
Kekerasan Mineral
Paling Lunak 1 Talk
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Flourit
5 Apatit
6 Ortoklas
7 Kuarsa
8 Topas
9 Korundum
Paling Keras 10 Intan
Setiap skala Mosh yang lebih tinggi dapat menggores mineral - mineral
dengan skala Mosh yang lebih rendah. Berdasarkan penentuan skala
kualitatif dari kekerasan ternyata interval - interval pada skala Mosh hampir
bersamaan, kecuali interval - interval antara 9 dan 10.
Untuk pengukuran kekerasan ini dapat kita pergunakan alat - alat yang
sederhana, seperti kuku tangan, pisau baja, pecahan kaca dan lain - lain.
Alat - alat penguji kekerasan
Derajat Kekerasan
Alat Penguji Mohs
Kuku Manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Disebabkan oleh struktur kristal yang berbeda - beda pada berbagai arah,
maka kekerasan mineral dapat pula berubah - ubah menurut arah
kristalografinya.
d. Belahan
Belahan adalah kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang
belahan yang rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu
berpasangan. Belahan dapat dibagi menjadi :
1) Belahan sempurna (Perfect cleavage) : ada bidang belahan dan mudah
dibelah.
Contohnya : Muscovite dan Biotit.
2) Belahan baik (good cleavage) : ada bidang belahan tetapi tidak mudah
dibelah.
Contohnya : Calcite, Ortoklas dan Gypsum.
3) Belahan tidak jelas (Indistinc cleavage) : bidang belahan seperti garis
atau kenampakan striasi pada bidang belahannya.
Contohnya : Plagioklas.
4) Belahan tidak menentu : tidak ada bidang belahan.
Contohnya : Kuarsa, Opal dan Kalsedon.
e. pecahan
Pecahan adalah kenampakan mineral untuk pecah melalui bidang yang
tidak rata, tidak halus, tidak licin dan tidak teratur. Pecahan mineral dapat
dibedakan menjadi 5, yaitu :
1) Pecahan konkoidal (conchoidal fracture) : memperlihatkan gelombang
yang melengkung dipermukaan, seperti kenampakan bagian luar
kulit kerang atau botol yang dipecah, contohnya : Kuarsa.
2) Pecahan berserat (Spilintery / fibreous fracture) : menujukan gejala
seperti serat atau daging, contohnya : Serpentine, Asbes dan Augit.
3) Pecahan tidak rata (Uneven fracture) : menujukan kenampakan
permukaan yang tidak teratur dan kasar, contohnya : Garnet.
4) Pecahan rata (Even fracture) : Permukaan rata dan cukup luas dan
cukup halus, contohnya : Mineral Lempung (Bentonit dan Kaolin).
5) Pecahan runcing (Hackly fracture) : permukaanya tidak teratur, kasar dan
ujungnya runcing - runcing, contohnya : mineral kelompok logam native
element, seperti emas dan tembaga.
f. Streak/cerat
Streak atau cerat adalah warna dari mineral ketika dalam keadaan bubuk.
Hal ini dapat dilakukan uji coba dengan cara menggoreskan mineral pada
permukaan porselen atau keramik. Dapat pula menumbuknya tetapi hal ini
jarang dilakukan karena akan membuat mineral menjadi hancur.
5. Klasifikasi Minearal
Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari
satu atau lebih mineral. Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk
karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia.
Dan ilmu yang mempelajari mineral adalah mineralogi. Secara jelas mineralogi
adalah ilmu pengetahuan tentang mineral, yaitu suatu zat padat yang terdapat
dialam sebagai elemen-elemen dan senyawa-senyawa serta merupakan
penyusun atau pembentuk bagian padat alam semesta. Hal ini tidak berarti
bahwa mineralogi hanya terbatas pada material-material kerakbumi saja, dan
material-material yang terdapat dibawahnya yang dapat diindikasi melalui
pengukuran-pengukuran geofisika, tetapi meliputi juga meteorit-meteorit, yaitu
benda-benda mineral yang berasal dari luar bumi. Pengertian mineral secara
jelas adalah suatu benda padat homogen yang terbentuk dialam secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang
teratur. Berdasarkan susunan kimia dan struktur kristalnya, maka mineral-
mineral yang terdapat di alam dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelas, yaitu :
elemen nativ, sulfida, oksida dan hidroksida, halida, karbonat, sulfat, fosfat, dan
silikat.
a. Elemen Nativ
Elemen nativ atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada
kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya.
Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang
jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik
akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Kelas mineral elemen nativ ini terdiri dari tiga bagian yaitu:
1) Logam/Metal, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah
: Cooper (Cu), Gold (Au), Silver (Ag), Platinum (Pt), Nicel-Iron (Ni-Fe),
Mercury (Mg).
Unsur-unsur bersifat sangat padat, lunak, dapat ditempa. Perawakannya
(yang umum ditemui) berbentuk masif-dendritik; bidang belahan yang
jelas jarang ditemui; merupakan penghantar listrik yang baik. Pada
umumnya sistem kristal adalah isometrik.
2) Semi Logam, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah
: Arsenic (As), Antimony (Sb), Bismuth (Bi).
Merupakan penghantar listrik yang kurang baik; biasanya terdapat pada
massa nodular. Pada umumnya sistem kristal adalah Heksagonal.
3) Non Logam, mineral-mineral yang tergolong dalam kelompok ini adalah
: Sulfur (S), dan Carbon (C), Diamond (C), Graphite (C)
Tidak dapat menghantarkan arus listrik; berwarna transparant (jernih dan
jelas) hingga transculent (tembus cahaya) dan cenderung mempunyai
nidang belahan kristal yang jelas. Sistem kristalnya dapat berbeda-beda,
seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombik, intan sistem kristalnya
isometrik, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada
umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar
6.
b. Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S 2-). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal). Pembentukan mineral
kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang
memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada
tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur
dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh
sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut
biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang
terkait dengan hidrotermal (air panas). Mineral kelas sulfida ini juga
termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu,
mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri
logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan
unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau
nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur
pembentuknya yang bersifat logam.
Rumus umum mineral ini adalah AmXp. Contoh :
1) AX = PbS (Galena)
2) A2X = Ag2S (Argentit)
3) AX2 = FeS2 (Pirit)
4) AX3 = (Co,Ni)As3 (Skuterudit)
5) A3X2 = Cu5FeS4 (Bornit).
c. Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus
hidroksil hidroksida (OH-).
1) Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding
silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya
kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling
utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al 2O3),
hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Jenis X2O = Kuprit (Cu2O)
Jenis AX = Zincite (ZnO)
Jenis XO2 = Rutil (TiO2), Pirolusit (MnO2)
Jenis X2O3 = Hematit (Fe2O3), Korundum (AL2O3)
Jenis XY2O4 = Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4)
2) Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran
atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-).
Reaksi pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan
air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada
umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral
hidroksida adalah Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite
(Fe2O3.H2O).
d. Halida
Adalah persenyawaan kimiawi dimana unsur-unsur logam bersenyawa
dengan unsur-unsur Halogen (Chlorine, Bromine, Flourine dan Iodine)
Umumnya ditemui dalam sejumlah Lingkungan Geologi. Beberapa
diantaranya ditemui dalam sequen evaporite, seperti Halite (NaCl), hal ini
merupakan alterasi dari Lapisan-lapisan batuan sedimen yang
mengandung evaporite seperti Gypsum, Halite dan Batuan Potash (batuan
berkalium-Karbonat) dalam sebuah sequen yang sempurna antara lapisan
dengan batuan-batuan seperti Marl dan Limestone. Halides yang lainnya
seperti Flourite terbentuk lapisan-lapisan hidrothermal. Golongan Halides
bersifat sangat lunak (Kekerasannya antara 2 – 4,5), mempunyai sumbu
simetri kristal yang berbentuk kubik, Berat Jenis cenderung rendah. Contoh
mineral-mineral golongan Halides antara lain Sylvite (KCl), Cryolite
(Na3AlF6), Atacamite [Cu2ClC(OH)5].
e. Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”,
CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen.
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas karbonat ini
juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan
contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
f. Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4)2- . Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk
dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite
(barium sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate),
angelsit dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya
mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral
tungstate.
g. Fosfat
Adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan
Phospate(PO4)3-. Ribuan species dari golongan ini dapat dikenali, namun
keberadaannya tidaklah berlimpah. Beberapa Phospates, seperti Arsenic
merupakan mineral yang utama, tetapi kebanyakan anggota-anggotanya
secara keseluruhan membentuk kelompok-kelompok dari oksidasi sulfides.
Sifat dari golongan ini : berubah-ubah, tetapi umumnya cenderung lunak,
rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik, kekerasan berkisar antara
1,5 – 5 dan 6.
Mineral-mineral radioaktif termasuk dalam golongan Phospates seperti :
Torbenite [Cu(UO2)2(PO4)2.8-12H2O], Autunite [Ca(UO2)2(PO4)2.10-
12H2O], Lazulite [(Mg,Fe)Al2(PO4)2(OH)2], Turquoise
[CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O.
Contoh mineral-mineral lain dalam golongan Phospates adalah Vivianite
[Fe+2(PO4)2.8H2O], Wavellite [Al3(PO4)2(OH,F)3.5H2O], Apatite
[Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)].
h. Silikat
Adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan salah satu
dari Si – O tetrahedra (SiO4)4- tunggal atau berantai. Silikat adalah
golongan mineral yang paling besar dan sangat berlimpah-limpah
keberadaannya, dalam hal ini silikat adalah unsur pokok penyusun batuan
beku dan batuan metamorf.
Mineral-mineral silikat cenderung bersifat : keras, berwarna transparant
(jernih dan tembus cahaya) hingga translucent (tembus cahaya) dan
mempunyai Berat Jenis rata-rata sama. Pada umumnya dalam semua
struktur silicat, silicon berada diantara 4 atom oksigen (kecuali yang
terbentuk pada tekanan yang ekstrim).
Dari strukturnya (sudut bangunnya) silikat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu :
1) Nesosilicate
- Mempunyai (SiO4)4- tetrahedra yang benar-benar terpisah (tetra hedra
silikon-oksigen benar-benar terpisah), komposisi berupa SiO4.
- Mineral khasnya Forsterit (Mg2SiO4), mineral lainnya seperti : Olivine
[(Mg,Fe)2SiO4], Zircon (ZrSiO4), Sillimanite (Al2SiO5).
2) Sorosilicate
- Mempunyai 2 tetrahedra yang dihubungkan oleh 1 atom oksigen yang
merupakan milik bersama (dipakai bersama-sama), komposisi berupa
Si2O7.
- Mineral khasnya Akermonite (Ca2MgSi2O7), mineral lainnya seperti :
Heminorphite [Zn4Si2O7(OH)2.H2O], Zoisite [Ca2Al3(Si3O12)OH]
3) Cyclocilicate
- Mempunyai tetrahedra yang saling berhubungkan membentuk struktur
lingkaran tertutup dengan komposisi berupa SinO3n.
- Bila mempunyai lingkaran 3 tetrahedra, misalnya mineral Benitoite
(BaTiSi3O9), Bila mempunyai 6 mineral 3 tetrahedra, mineral Beryl
(Be3Al2Si6O18). Mineral lainnya seperti Cordierite [Mg2Al4Si5O18],
Ferroxinite [Ca2FeAl2Bsi4O15(OH)], Manganaxinite
[Ca2MnAl2BSi4O15(OH)].
4) Inosilicate
- Mempunyai tetrahedra yang saling berhubungkan membentuk struktur
rantai tunggal/ganda dan saling terikat oleh unsur logam.
- Rantai Tunggal mempunyai komposisi Si : O = 1 : 3, misalnya terlihat
pada mineral-mineral Piroksin Group seperti Diopside (CaMgSi2O6),
Hornblende [CaFeSi2O6], Jadeite [Na(Al,Fe+3)Si2O6].
- Rantai Ganda, dimana 2 rantai tunggal paralel yang posisi
tetrahedranya berselang-seling/terikat menyilang dengan perbandigan
komposisi Si : O = 4 : 11 dicirikan oleh mineral-mineral Amphibole group
[(Ca,Na)(Mg,Fe)]Silicat-OH, seperti Tremolite [Ca2Mg5Si8O22(OH)2,
Actinolite [Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2], Hornblende
[(Na,K,Ca)3(Mg,Mn)5Si8O22(OH)2]. Mineral lainnya seperti Wollastonite
[CaSiO3], Rhodonite [(Mn, Fe, Mg)SiO3], Neptunite
[Na2Kli(Fe,Mn)2Ti2Si8O24].
5) Phylosilicate
- Mempunyai lapisan yang terbentuk oleh pemakaian secara bersama-
sama oleh 3 ion oksigen dari tiap-tiap tetrahedra yang berbatasan
disekitarnya sehingga membentuk lapisan datar yang luas dengan
perbandingan komposisi Si : O = 2 : 5.
- Dicirikan dengan kelompok mineral Mica [K(Mg,Fe)Al-Silicat OH,
seperti Muscovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2], Biotite
[K(Mg,Fe)3(Al,Fe)Si3O10(OH,F)2], Phlogophite
[K(Mg,Fe)3(Al,Si)3O10(F,OH)2], Lepidolite [K(Li,Al)3(Si,Al)4O10(F,OH)2].
6) Tectosilicate
- Mempunyai kerangka silicate yang mana setiap atom tetrahedra
silicon/SiO4memakai bersama-sama semua (ke-empat) pojok-
pojoknya dengan atom tetrahedra silicon lainnya yang berdekatan
sehingga membentuk jaringan 3 dimensi dengan perbandingan
komposisi Si : O = 1 : 2.
- Dicirikan dengan beberapa bentuk silica seperti Kwarsa (SiO 2),
Tridimite (SiO2), Kristobalite (SiO2) à mempunyai susunan 3 dimensi
tersebut. Mineral khas lainnya seperti Feldspar group : Orthoclase
(KAlSi3O8), Sanidine (KAlSi3O8), Microcline (KAl2Si3O8), Albite
(NaAlSi3O8), Oligoclase [(Na,Ca)AlSi3O8].
6. Pembentukan Mineral
Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana
Karakteristik, Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan tanda
yang dapat menerangkan kondisi sebenarnya dimana ia terbentuk dan
kemungkinan terbentuknya pada masa yang akan dating.
Secara fase reaksi (kristalisasi), maka proses kristalisasi pembentukan mineral
dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a. Nucleation
Yaitu pembentukan inti dari mineral yang inti tersebut dapat membesar melalui
proses pertumbuhan. Inti terbentuk dari sekumpulan material-material unsur
pokok dalam mineral, yang mana unsur-unsur pokok tersebut akan saling
mengikat menjadi unit-unit sel yang tersebar merata secara acak
b. Growth & Enlargement (Pertumbuhan & Pembesaran)
Pertumbuhan dan pembesaran dari mineral hanya akan berjalan jika
kondisinya baik (menguntungkan). Pertumbuhan dimulai melaluI
- Bertambahnya atau bertumbuhnya lapisan-lapisan seca
ra berturut-turut dari atom-atom/ion-ion yang dikandungnya.
- Pertumbuhan secara berturut-turut dari barisan/deretan atom-atom
tersebut dimulai dari keadaan ketidakteraturan inti permukaan kristal.
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Beberapa
jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Adapun proses pembentukan mineral antara lain sebagai berikut:
1) Proses Magmatik
Proses ini merupakan proses pembentukan mineral dengan cara pemisahan
magma, yang diakibatkan oleh pendinginan dan penurunan temperature dan
membentuk satu atau lebih jenis batuan beku. Contoh: Platina, Timah, Intan,
Tembaga.
2) Proses Pengendapan dan Pelapukan
Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan penyusun
kerak bumi yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer. Contoh:
Kaolin.
3) Proses Hidrotermal
Merupakan proses pengendapan larutan sisa magma yang keluar melalui
rekahan pada temperatur yang cukup rendah. Contoh: Kuarsa, Klorit, Kalkosit.
4) Proses Pegmatit
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses magmatik dimana larutan sisa
magma akan mengalami pendinginan atau penurunan temperatur. Contoh:
Grapit, Kuarsa, Pirit.
5) Proses Karbonatit
6) Merupakan proses pembentukan batuan sedimen terutama yang disusun oleh
mineral-mineral karbonat. Contoh: Dolomit.
7) Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan
terjadinya kontak antara batuan sumber dan batuan karbonat.
8) Sublimasi
Merupakan proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat
proses pemadatan dari uap/gas yang berasal dari magma. Contoh: Sulfur.
DAFTAR PUSTAKA
Ami. 2019. Hukum Perbandingan Berganda (Hokum Dalton) Ilmu Kimia. Diakses dari
https://rumusrumus.com/hukum-perbandingan-berganda/ pada 16 November 2019 di
Morowali.
Anonim. 2014. Klasifikasi Mineral berdasarkan Ikatan Senyawa Kimia. Diakses dari
http://sahalageologist.blogspot.com/2014/05/klasifikasi-mineral-berdasarkan-ikatan.html
pada 17 November 2019 di Morowali.
Anonim. 2015. Periode dan Golongan Unsur Serta Sifatnya. Diakses dari
http://mandiribelajarsains.blogspot.com/2015/08/periode-dan-golongan-unsur-serta.html
pada 16 November 2019 di Morowali.
Mahmudah, Putri. 2017. Pengertian Konsep Mol Dalam Kimia. Diakses dari
https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/7877/PENGERTIAN-KONSEP-MOL-DALAM-
KIMIA pada 16 November 2019 di Morowali.
Murjana, Angga. 2019. Rumus Molaritas, Molalitas, Jumlah Mol, Normalitas dan Fraksi Mol. Diakses dari
https://rumusrumus.com/rumus-molaritas/ 17 November 2019 di Morowali.
di Morowali.
Zakky. 2018. Tabel Periodik Unsur Kimia Lengkap Dan Keterangannya ( + Gambar HD). Diakses dari
https://www.zonareferensi.com/tabel-periodik-unsur-kimia/ pada 16 November 2019 di
Morowali.