Anda di halaman 1dari 38

Kelompok 1

Ikatan Kimia

Disusun Oleh:
1) Mahmud Khairi
2) Ahmad Nur Halim
3) Arsyisyah Adha Dini
4) Gustini Khairani
5) Selmi Tri Nadia
6) Chanes Elisabeth Gultom

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian isi kami akan membahas materi ikatan kimia.Dalam materi ikatan kimia
ini ada beberapa hal yang harus kita pelajari dan dipaham,yang pertama kami akan membahas
kestailan unsur,suatu unsur dikatakan stabil apabila konfigurasi elektronnya sudah sama
dengan gas mulia karena gas mulia adalah unsur-unsur paling stabil dalam sistem
periodik.Pada kestabilan unsur ini ada dua teori yang dipakai yaitu teori oktet dan teori
duplet.Teori oktet menyatakan bahwa suatu unsur akan stabil apabia konfigurasi elektronnya
sama dengan gas mulia yaitu elektron valensinya 8 yaitu dengan cara melepas elektron atau
menangkap eletron,Sedangka duplet menyatakan bahwa unsur yang memiliki nomor atom
kecil maka akan stabil apabila konfigurasi elektronnya sama dengan He yaitu 2,sperti H.

Pada materi ini juga akan dibahas elektron valensi yaitu elektron yang terletak di kulit
paling luar. Dalam elektron valensi ini kita juga akan mempelajari panjang ikatan dan energi
ikatan.etelah itu pembahasan selanjutnya yaitu strukur lewis.Struktur lewis ini sangat
berperan pada ikatan kimia.Setelah itu pembahasan akan dilanjutkan kepada ikatan ion,ikatan
kovalen,serta sifat-sifat keduanya.selanjutnya yang akan dibahas yaitu ikatan logam,ikatan
hidrogen,dan kepolaran dari beberapa ikatan kimia yang dibahas.terakhir kita akan membahas
hibridisasi.Pada hibridisasi ini kita akan mempelajari proses penggabungan orbital ketika
terjadi ikatan kimia.
BAB II
PEMBAHASAN

 KESTABILAN UNSUR

Pada umumnya unsur unsur yang ada dalam tabel periodic tidak ditemukan
bebas (keadaan monoatom) di alam, melainkan berikatan dengan unsur lainnya.

Kenapa demikian??? Alasannya adalah agar atom atom itu stabil karena pada
bentuk monoatomnya, kebanyakan unsur yang berada pada tabel periodic berada
dalam keadaan yang tidak stabil. Namun hal ini berbeda dengan unsur unsur golongan
gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn), yang merupakan satu satunya golongan unsur
dalam tabel periodic yang dietmukan dalam keadaan bebeas (bentuk monoatom) di
alam.

Untuk mempelajari kenapa atom atom gas mulia ditemukan stabil dan bebas di
alam dalam bentuk unsurnya, mari kita perhatikan konfigurasi elektronnya.

Konfigurasi electron gas mulia

He 2

Ne 2 8

Ar 2 8 8

Kr 2 8 18 8

Xe 2 8 18 18 8

Rn 2 8 18 32 18 8

Jika kita perhatkan dengan teliti, selain atom He, semua atom unsur golongan
gas mulia memiliki electron valensi berjumlah 8. Berdasarkan teori mekanika
kuantum, ternyata orbital pada kulit terluar semua unsur golongan gas mulia terisi
penuh oleh electron.

Kulit valensi 1s2 untuk He

Kulit valensi ns2 np6 untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn


Diagram orbital untuk He

He = 1s2

He= 1s 2

↑↓

Diagram orbital kulit valensi untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn.
= ns2 np6

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓

Oleh sebab orbital pada unsur unsur gas mulia yang terisi penuh oleh electron
inilah yang menyebabkan atom gas mulia stabil dan ditemukan di alam dalam
keadaan bebas (monoatom).

Untuk itu, mengacu pada jumlah electron valensi gas mulia, ada dua aturan
kestablan unsur, yaitu :

1.) Aturan octet : suatu atom yang stabil cenderung memiliki jumlah electron valensi
= 8 (sama seperti Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn)

2.) Aturan duplet : suatu atom yang stabil cenderung memiliki jumlah electron
valensi = 2 (sama seperti He)

Lalu bagaimana dengan atom atom golongan lainnnya???

Contoh :

Na: 2 8 1

Mg: 2 8 2

Al 2: 8 3

Cl: 2 8 7
O: 2 6

N: 2 5

Jika kita perhatikan, ternyata atom atom diatas memiliki jumlah electron
valensi yang tidak sama dengan atom golongan gas mulia. Akibatnya ada orbital atom
yang tidak terisi penuh oleh electron. Hal ini berdampak pada kuarng stabilnya unsur
tersebut dalam bentuk monoatomnya.

Diagram orbital
AL = [Ne]3s2 3p 1

↑↓ ↑

O = [He]2s2 2p 2

↑↓ ↑ ↑

Atom yang tidak stabil (yang konfigurasinya tidak menyerupai atom gas
mulia) akan cenderung menstabilkan diri. Cara nya adalah dengan melepas atau
menerima electron.

Kecendrungan melepas atau menerima electron ini bergantung pada besarnya


energy yang diperlukan atau dilepaskannya.

Contoh :

Na 2 8 1

Electron valensi atom Na adalah 1. Ada dua cara atom Na supaya stabil yaitu
dengan melepas 1 elektron terluarnya atau menangkap 7 buah electron lain sehingga
jumlah electron valensinya adalah 8. Energi yang dibutuhkan untuk melepas 1 buah
electron tentu lebih kecil dibandingkan untuk menangkap 7 buah electron. Hal ini
mengakibatkan atom Na lebih cenderung untuk melepas 1 buah elektronnya untuk
mencapai kestabilan membentuk ion positif.
Berbeda halnya dengan atom Cl.

Cl 2 8 7

Karena electron valensinya 7, tentu atom Cl akan lebih mudah menangkap


satu electron untuk mencapai kestabilan daripada harus melepas 7 buah electron
terluarnya. Atom Cl akan stabil dengan membentuk ion negative.

Jumlah electron yang dilepaskan atau diterima oleh suatu atom bergantung
pada jumlah electron valensinya (jumlah electron valensi = nomor golongan). Setelah
menerima atau melepaskan elektronnya, ion harus memiliki konfigurasi seperti atom
gas mulia, baru ion itu dikatakan stabil.

Contoh :

Ca (nomor atom = 20)

Konfigurasi electron = 2 8 8 2

Melepas 1 elektron = Ca+ (2 8 8 1)

Melepas 2 elektron = Ca2+ (2 8 8)

Konfigurasi ion Ca+ diatas yang terbentuk setelah atom Ca melepas satu buah
elektronnya tidaklah stabil karena konfigurasinya tidak sesuai dengan unsur gas mulia
(8 elektron valensi). Sehingga ion Ca2+ adalah bentuk stabil dari atom Ca karena
konfigurasinya mirip dengan atom gas mulia.

Jadi, ketika sebuah atom melepas atau menerima electron membentuk ion
positif atau ion negative, maka ion ini stabil jika konfigurasinya sudah seperti atom
golongan gas mulia.

Berdasarkan hal diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa atom atom
golongan IA, IIA, IIIA(kecuali B) dan semua unsur golongan transisi melepaskan
elektronnya untuk mencapai kestabilan atau atom ini digolongkan sebagai atom
logam. Hal ini disebabkan karena atom logam memiliki energy ionisasi yang realtif
kecil. Energi ionisasi adalah energy yang dibutuhkan oleh atom untuk melepas sebuah
electron terluarnya. Semakin kecil nilai energy ionisasinya maka semakin mudah
atom untuk melepaskan elektronnya membentuk ion positif.
Sedangkan atom golongan IVA (C saja), VA (N dan P saja) , Via dan VIIA
cenderung menangkap electron untuk mecapai kestabilan atau atom atom ini disebut
atom golongan non logam. Hal ini disebabkan karena afinitas electron unsur
nonlogam besar. Afinitas electron adalah nilai yang menunjukkan mudah atau
sulitnya suatu atom untuk menerima electron. Semakin besar afinitas elektronnnya
maka semakin mudah atom mebentuk ion negative.

 Elektron Valensi

Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam


pembentukan ikatan kimia. Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga
VIIIA), elektron valensi adalah elektron yang berada pada kulit elektron terluar.

Oleh karena itu, kulit elektron terluar sering disebut sebagai kulit valensi.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua elektron valensi hanya berada pada
kulit terluar. Elektron valensi unsur-unsur golongan transisi dapat berada pada kulit
elektron yang lebih dalam dari kulit terluar.

Tabel diatas
adalah tabel penentuan jumlah elektron valensi sekaligus hubungan konfigurrasi
elektron dan elektron valensi.

Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron merupakan susunan persebaran (distribusi) elektron-


elektron dalam atom. Elektron hanya dapat berada pada lintasan peredaran elektron
tertentu dalam atom, bergantung pada level energinya. Lintasan peredaran elektron ini
disebut juga sebagai kulit elektron. Kulit elektron pertama yang terdekat dengan inti
atom disebut kulit K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut kulit
M, dan seterusnya berurut berdasarkan alfabet.
Setiap kulit elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum
elektron yang dapat terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2, di mana n /adalah
nomor kulit atau bilangan kuantum utama.

Kulit K (n = 1) maksimum terisi 2 × 12 = 2 elektron.Kulit L (n = 2)


maksimum terisi 2 × 22 = 8 elektron.Kulit M (n = 3) maksimum terisi 2 × 32 = 18
elektron.Kulit N (n = 4) maksimum terisi 2 × 42 = 32 elektron.Kulit O (n = 5)
maksimum terisi 2 × 52 = 50 elektron.

Elektron-elektron
akan mengisi kulit-kulit
elektron pada atom dimulai
dari kulit pertama yang
terdekat dengan inti, yakni
kulit K yang merupakan
level energi yang terendah.
Jika kulit K telah terisi penuh
dengan 2 elektron,
selanjutnya elektron akan mengisi kulit L. Lalu jika kulit L telah terisi penuh dengan
8 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi kulit M, N, dan seterusnya secara
bertahap. Namun, jumlah maksimum elektron pada kulit terluar (kulit valensi) dari
suatu atom adalah 8.Ilustrasi konfigurasi elektron atom Li, B, O, Ne, Na, dan K
berdasarkan kulit electron.

Untuk atom unsur golongan utama, penentuan konfigurasi elektron


berdasarkan nomor atom atau jumlah elektronnya dapat mengikuti aturan sebagai
berikut.elektron-elektron akan mengisi penuh sebanyak mungkin kulit elektron;bila
masih ada elektron yang tersisa (tidak dapat mengisi kulit elektron hingga batas
maksimum kulit), terdapat ketentuan:jika jumlah elektron tersisa > 32, kulit
selanjutnya akan diisi oleh 32 elektron;jika jumlah elektron tersisa < 32, kulit
selanjutnya akan diisi oleh 18 elektron;jika jumlah elektron tersisa < 18, kulit
selanjutnya akan diisi oleh 8 elektron;jika jumlah elektron tersisa ≤ 8, kulit
selanjutnya akan diisi oleh semua sisa elektron yang ada.

Berikut tabel yang menunjukkan konfigurasi elektron dari beberapa unsur


berdasarkan kulit elektron.
Pada tabel tersebut terlihat konfigurasi elektron atom unsur-unsur transisi
seperti Sc, Ti, Cr, Cu, dan Zn. Bila diperhatikan, konfigurasi elektron untuk unsur Sc,
Ti, dan Cr tidak mengikuti aturan konfigurasi berdasarkan kulit elektron seperti yang
telah dijelaskan di atas. Hal ini dikarenakan penentuan konfigurasi elektron atom
unsur golongan transisi hanya dapat didasarkan pada orbital atom. Jadi, untuk atom
unsur golongan transisi, aturan penentuan konfigurasi elektronnya lebih kompleks.

Penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital atom akan dibahas dalam


bab “Bilangan Kuantum”. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set
nilai bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan
kuantum magnetik (ml) yang khusus. Lalu, setiap orbital maksimum terisi 2 elektron,
yang masing-masing memiliki bilangan kuantum spin (ms) tersendiri. Keempat
bilangan kuantum tersebut digunakan untuk mendeskripsikan energi elektron,
sebagaimana seperti “alamat” elektron dalam sebuah atom untuk menemukan
probabilitas keberadaan elektron dalam atom tersebut.

Elektron Valensi dan Sistem Periodik Unsur


Sifat-sifat dari suatu unsur sangat bergantung pada konfigurasi elektronnya,
terutama pada jumlah elektron valensinya. Unsur-unsur dengan jumlah elektron
valensi yang sama umumnya memiliki kemiripan sifat. Oleh karena sistem periodik
unsurdisusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat, terdapat
hubungan antara konfigurasi elektron atom unsur dan letak unsur dalam sistem
periodik, di mana:

nomor periode sama dengan jumlah kulit elektronnomor golongan sama


dengan jumlah elektron valensi (kecuali unsur He pada golongan VIIIA dan unsur-
unsur golongan transisi)Contoh Soal Elektron Valensi dan Pembahasan

Tentukan konfigurasi elektron dari atom dan ion unsur-unsur berikut.

a. Ca (Z = 20)

b. Cs (Z = 55)

Jawab:

a. Ca (Z = 20) menunjukkan bahwa atom Ca memiliki 20 proton dan 20 elektron.

20 elektron atom Ca akan mengisi penuh kulit K (2 e−) dan kulit L (8 e−) sehingga
tersisa 20 − (2 + 8) = 10 elektron.

Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit M, akan diisi
oleh 8 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 8) = 2 elektron.

Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi
oleh semua elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 2 elektron.

Jadi, konfigurasi elektron atom Ca adalah 20Ca :  2   8   8   2

b. Cs (Z = 55) menunjukkan bahwa atom Cs memiliki 55 proton dan 55 elektron.

55 elektron atom Cs akan mengisi penuh kulit K (2 e−), kulit L (8 e−), dan
kulit M (18 e−) sehingga tersisa 55 − (2 + 8 + 18) = 27 elektron.Karena jumlah
elektron tersisa < 32, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh 18 e−.
Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18) = 9 elektron.Karena jumlah elektron
tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit O, akan diisi oleh 8 e−. Dengan
demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18 + 8) = 1 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit P, akan diisi
oleh semua elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 1 elektron.Jadi, konfigurasi
elektron atom Cs adalah 55Cs :  2   8   18   18   8   1

 Ikatan Ion

Ikatan kimia yang terbentuk akibat gaya tarik menarik antara ion positif
(kation) dengan ion negatif (anion) disebut sebagai ikatan ion. Jika atom-atom logam
berdekatan atom-atom bukan logam akan terjadi perpindahan elektron valensi dari
atom logam kepada atom bukan logam. Akibatnya atom logam membentuk kation
sedangkan atom bukan logam membentuk anion. Antara anion dan kation yang
berlawanan muatan akan saling tarik menarik dan terbentuklah ikatan ion (ikatan
elektrovalen).

Atom logam natrium yang mempunyai susunan elektron 2e  8e  1e sedangkan
atom klor mempunyai susunan elektron 2e  8e  7e. Agar kedua atom di atas
mempunyai susunan elektron stabil (oktet) maka logam natrium akan melepaskan
sebuah elektron valensinya, sedangkan atom klor cenderung untuk menerima elektron
yang dilepaskan oleh natrium tersebut

Pelepasan dan penerimaan elektron tersebut dapat digambarkan sebagai:

Na :  2e  8e   1e  → Na+ :  2e  8e   +  1e

Cl  :  2e  8e   7e   +  1e  →  Cl– :  2e  8e  8e

Antara ion Na+ dengan ion Cl– akan tarik menarik membentuk Na+Cl– dan ditulis
sebagai NaCl.

11p

Atom natrium, Na                                      ion natrium, Na+

2e   8e   1e                                                     2e  8e

Atom klrin, Cl                                               ion klorida, Cl–


2e   8e   7e                                                                   2e   8e   8e

Dengan cara yang sama terangakan pembentukan senyawa MgF2, Na2O, CaCl2,
Na3N

 Struktur Lewis

Struktur lewis atau sering disebut rumus lewis adalah suatu pola atau diagram
yang menggambarkan jumlah elektron valensi dari atom-atom yang akan membentuk
ikatan kimia. Struktur lewis ini berbentuk titik, silang atau bulatan-bulatan yang
mengelilingi lambang atomnya, baik atom tunggal maupun atom-atom yang
berikatan.

Struktur lewis ini juga dikenal denga rumus atau diagram titik elektron dan
ada juga yang menyebutnya diagram titik lewis. Keberadaan struktur lewis ini sangat
penting untuk menggambarkan jenis ikatan kimia yang terjadi dalam suatu senyawa
serta proses terbentuknya ikatan kimia tersebut. Selain itu, struktur lewis juga dapat
digunakan untuk menggambarkan rumus molekul atau senyawa.

 Lambang Struktur Lewis

Struktur lewis dapat dilambangkan dengan gambar titik, silang atau bulatan-
bulatan kecil, atau bisa juga kombinasi dari titik silang atau bulatan kecil. Satu jenis
lambang misalnya titik atau silang biasanya digunakan untuk menggambarkan
struktur lewis unsur atau molekul. Lambang kombinasi biasanya digunakan untuk
menuliskan ikatan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih unsur sehingga akan lebih
mudah membedakan elektron valensi masing-masing unsur.

Sedangkan jika menggunakan satu jenis lambang saja, misalnya bulatan, maka
dalam menggambarkan ikatan senyawa, bulatan bisa diberi warna yang berbeda untuk
membedakan elektron valensi unsur penyusunnya. Berikut ini adalah contoh beberapa
lambang lewis dalam unsur, molekul atau senyawa.

Contoh Cara Menggambarkan Struktur Lewis Suatu Senyawa


1. Cara menentukan struktur lewis senyawa XeO2F2
Tentukan jumlah elektron valensi pada senyawa XeO2F2 yaitu sebagai berikut

Jumlah elektron valensi Xe =8


Jumlah elektron valensi O2 = 2 × 6 = 12
Jumlah elektron valensi F2 = 2 × 7 = 14
Jumlah total elektron valensi =34

Kemudian kita tentukan jumlah PEI dan PEB

PEI = 34/8 = 4 sisa 2

PEB = 2/2 = 1

Dari hasil perhitungan PEI dan PEB di atas berarti senyawa XeO2F2 memiliki
4 ikatan dan 1 pasang elektron bebas di atom pusat. Dan yang menjadi atom pusat dari
senyawa XeO2F2 adalah Xe karena jumlah atomnya paling sedikit. Kemudian
gambarkan struktur lewis XeO2F2 dengan Xe sebagai pusat dengan 1 pasang elektron
bebas dan dikelilingi oleh 2 atom O dan F.

Kemudian kita analisis elektron valensi masing-masing atom

Elektron valensi Xe = 8 (sudah oktet)

Jumlah elektron bebas =2, jadi sisa elektron Xe untuk berikatan dengan atom lain
adalah 6 elektron

Elektron Valensi F = 7
Untuk mencapai kaidah oktet, maka atom F membutuhkan 1 elektron,
sehingga 2 atom F membutuhkan 2 elektron dari Xe. Sisa elektron Xe untuk berikatan
adalah 6 – 2 = 4 elektron.

Elektron Valensi O = 6

Untuk mencapai kaidak oktet, maka atom O membutuhkan 2 elektron,


sehingga 2 atom O membutuhkan 4 elektron dari Xe. Dan sisa elektron Xe adalah nol.

Pola struktur lewisnya adalah sebagai berikut

PEI Xe = 6 elektron

memasangkanmemasangkan
Xe→ 1 elektron1 elektron ← F
PEI Xe = 6 – 1 = 5 elektronPEB F = 7 – 1 = 6 elektron
Xe→ 1 elektron1 elektron ← F
PEI Xe = 5 – 1 = 4 elektronPEB F = 7 – 1 = 6 elektron
Xe→ 2 elektron2 elektron ← O
PEI Xe = 4 – 2 = 2 elektronPEB O = 6 – 2 = 4 elektron
Xe→ 2 elektron2 elektron ← O
PEI Xe = 2 – 2 = 0 elektronPEB O = 6 – 2 = 4 elektron
Sehingga gambar struktur lewis untuk senyawa XeO2F2  adalah sebagai berikut:

 Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron oleh
atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang dipakai bersama
disebut pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak
terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB).
Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur nonlogam, bisa sejenis
(contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2, I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan lain-
lain). Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.

Berdasarkan lambang titik Lewis dapat dibuat struktur Lewis atau rumus
Lewis. Struktur Lewis adalah penggambaran ikatan kovalen yang menggunakan
lambang titik Lewis di mana PEI dinyatakan dengan satu garis atau sepasang titik
yang diletakkan di antara kedua atom dan PEBdinyatakan dengan titik-titik pada
masing-masing atom

 Macam-macam ikatan kovalen:

1. Berdasarkan jumlah PEI-nya ikatan kovalen dibagi 3:

 Ikatan kovalen tunggal

Ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1


pasang PEI.

Contoh: H2, H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6)


 Ikatan kovalen rangkap dua

Ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 2


pasang PEI.

Contoh: O2, CO2 (konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4)

 Ikatan kovalen rangkap tiga

Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3


pasang PEI.

Contoh: N2 (Konfigurasi elektron N = 2, 5)

2. Ikatan kovalen koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang PEInya berasal dari


salah satu atom yang berikatan.
 Sifat Fisik Senyawa Ion
Contoh:

Senyawa ion adalah senyawa yang terbentuk dari dua atom yang saling berikatan karena
adanya perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain. Sifat fisik senyawa ion adalah
sebagai berikut:
1. Senyawa ion memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi
2. Senyawa ion larut dalam pelarut polar
3. Senyawa ion berwujud padatan berbentuk kristal.
4. Senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik ketika dalam keadaan padatan, namun
bisa menghantarkan listrik jika dilarutkan dalam pelarut polar.
 Sifat Fisik Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen adalah senyawa yang terbentuk dari penggunaan bersama pasangan
elektron oleh dua atom berikatan. Senyawa kovalen memiliki sifat-sifat fisik sebagai berikut:
1. Senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik leleh yang rendah
2. Senyawa kovalen tidak larut dalam pelarut polar, namun larut dalam pelarut organik
3. Senyawa kovalen berwujud lunak dan tidak mudah rapuh.
4. Senyawa kovalen tidak dapat menghantarkan listrik

 Ikatan Logam

1. Pengertian
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama
elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Senyawa yang terbentuk hasil dari
ikatan logam dinamakan logam (jika semua atom adalah sama). Misalnya:Dalam
logam tembaga, atom tembaga dikelilingi 12 atom tembaga ( yang berikatan)
atau aloi(jika terdapat atom-atom yang berbeda) misalnya atom logam Be dan Cu
membentuk baja.

logam                                            aloi

2. Pembentukan Ikatan Logam


Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah.
Semua jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk
ion-ion positif/atom-atom positif/kation logam.

Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga
elektron terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi  tidak tetap
posisinya pada suatu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom
lainnya.
Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur
dengan elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai
“awan” atau “lautan” yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas
dalam orbit ini bertindak sebagai perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan
satu sama lain saling tarik menarik dengan adanya elektron bebas sebagai ”lemnya”.

3. Ikatan Logam Beberapa Unsur

 Ikatan Logam Natrium

Logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga
memberikan kesan kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya. Secara rata-rata
logam seperti natrium (titik leleh 97.8°C) meleleh pada suhu yang sangat jauh lebih
tinggi dibanding unsur (neon) yang mendahuluinya pada tabel periodik.

Natrium memiliki struktur elektronik 1s2 2s2 2p6 3s1. Tiap atom Natrium tersentuh
oleh delapan atom natrium yang lainnya dan terjadi pembagian (sharing) antara atom
tengah dan orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan tiap atom yang delapan
ini disentuh oleh delapan atom natrium lainya secara terus menerus hingga diperoleh
seluruh atom dalam bongkahan natrium. Semua orbital 3s dalam semua atom saling
tumpang tindih untuk memberikan orbital molekul dalam jumlah yang sangat banyak
yang memeperluas keseluruhan tiap bagian logam. Terdapat jumlah orbital molekul
yang sangat banyak, tentunya, karena tiap orbital hanya dapat menarik dua elektron.
Elektron dapat bergerak dengan leluasa diantara orbital-orbital molekul tersebut, dan
karena itu tiap elektron menjadi terlepas dari atom induknya. Elektron tersebut
disebut  terdelokalisasi. Logam terikat bersamaan melalui kekuatan daya tarik yang
kuat antara inti positif dengan elektron yang terdelokalisasi.

 Ikatan Logam Magnesium


Ikatan logam magnesium lebih kuat dan titik leleh juga lebih tinggi. Magnesium
memiliki struktur elektronik terluar 3s2. Diantara elektro-elektronnya terjadi
delokalisasi, karena itu “lautan” yang ada memiliki kerapatan dua kali lipat daripada
yang terdapat pada natrium. Sisa “ion” juga memiliki muatan dua kali lipat dan
tentunya akan terjadi dayatarik yang lebih banyak antara “ion” dan “lautan”. Atom-
atom magnesium memiliki jari-jari yang sedikit lebih kecil dibandingkan atom-atom
natrium dan karena itu elektron yang terdelokalisasi lebih dekat ke inti. Tiap atom
magnesium juga memiliki 12 atom terdekat dibandingkan delapan yang dimiliki
natrium. Faktor-faktor inilah yang meningkatkan kekuatan ikatan secara lebih lanjut.

 Ikatan Logam pada Unsur Transisi


Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi. Alasannya
adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam kondisi
delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat kamu
libatkan, kecenderungan daya tarik yang lebih kuat.

 Ikatan Logam pada Leburan Logam


Pada leburan logam, ikatan logam tetap ada, meskipun susunan strukturnya telah
rusak. Ikatan logam tidak sepernuhnya putus sampai logam mendidih. Hal ini berarti
bahwa titik didih merupakan penunjuk kekuatan ikatan logam dibandingkan dengan
titik leleh. Pada saat meleleh, ikatan menjadi longgar tetapi tidak putus

4. Sifat fisis logam


Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat,
dan keberadaan elektron-elektron bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting:
 Berupa padatan pada suhu ruang
Atom-atom logam bergabung oleh ikatan logam yang sangat kuat membentuk struktur
kristal yang rapat. Hal ini menyebabkan atom-atom tidak memiliki kebebasan
bergerak seperti halnya pada zat cair (pengecualiannya adalah Hg).

 Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa

Ikatan logam yang kuat dan struktur logam yang rapat menyebabkan logam bersifat
kuat, keras, dan rapat. Akan tetapi. Adanya elektron-elektron bebas menyebabkan
logam bersifat lentur/tidak mudah patah. Hal ini dikarenakan sewaktu logam
dikenakan gaya luar, maka elektron-elektron bebas akan berpindah mengikuti ion-ion
positif yang bergeser. Kemudian, berikatan lagi dengan atom yang berada di
sampingnya. Oleh karena itu, logam dapat ditempa, dibengkokkan, atau dibentuk
sesuai keinginan.

 Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi


Hal ini dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk
mengatasi ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.

 Menghantarkan listrik dengan baik


Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas yang dapat membawa
muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-elektron ini akan
bergerak dari kutub negatif menjadi kutub positif.

 Menghantarkan panas dengan baik

Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi kinetik.
Jika dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang cukup untuk
dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-elektron
tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tingi ke bagian bersuhu rendah.

 Mempunyai permukaan yang mengkilap


Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh pada
permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi cahaya
tersebut. Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh
karena frekuensinya sama, maka kita melihatnyta sebagai pantulan cahaya yang
datang. Pantulan cahaya tersebut memberikan permukaan logam tampak mengkilap.

 Memberikan efek fotolistrik dan efek termionik

Apabila elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup dari luar,
maka elektron tersebut dapat lepas dari logam. Elektron tersebut dapat ditarik keluar
oleh suatu beda potensial positif. Jika energi yang diperoleh elektron bebas berasal
dari berkas cahaya, maka fenomena pelepasan elektron dari logam disebut efek
fotolistrik. Sedangkan jika energi tersebut berasal dari pemanasan, maka disebut efek
termionik.

 Ikatan Hidrogen
1. Pengertian

Ikatan Hidrogen  sebuah interaksi tarik-menarik  (dipol-dipol) antara atom yang


bersifat elektronegatif. Dengan atom hidrogen yang terikat pada atom lain yang juga
bersifat elektronegatif. Namun, ikatan ini dibedakan secara khusus karena kekuatan
gaya interaksinya relatif lebih kuat dibanding gaya dipol-dipol umumnya.

Hal ini dikarenakan atom hidrogen tidak memiliki elektron inti yang dapat melindungi
(shielding) inti atom dan ukurannya cukup kecil sehingga dapat lebih didekati oleh
molekul-molekul lain dan jarak antara hidrogen dan muatan parsial negatif
pasangan elektron bebas menjadi sangat dekat. Akibatnya, energi interaksi dipol-dipol
antara hidrogen dan pasangan elektron bebas pada atom elektronegatif menjadi lebih
besar dari energi interaksi dipol-dipol lainnya.

2. Bukti Adanya Ikatan Hidrogen

Bukti adanya ikatan hidrogen  yaitu adanya peran ikatan ini yang mana cukup
signifikan. Perbandingan sifat fisik titik didih abnormal dari senyawa-senyawa NH3,
HF, dan H2O. Kekuatan ikatan hidrogen dalam molekul-molekul secara berurutan
adalah H2O > HF > NH3. Penyimpanan titik didih NH3, HF dan H2O dalam
hubungan dengan titik didih senyawa – senyawa kovalen hibrida dari unsur-unsur
dalam golongan yang sama menunjukkan peran ikatan hidrogen yang sangat jelas
seperti gambar berikut ini:
Dari studi grafik yang kita lihat bahwa dalam es setiap atom oksigen di kelilingi oleh
empat atom-atom oksigen yang lain. Secara tetrahedral dan keempat atom-atom
hidrogen terletak antara atom-atom oksigen sekalipun tidak tepat  di tengahnya.

Jadi, setiap atom O mengikat  dua atom H. Dengan jarak  yang sama ~1,01 A dan dua
atom H yang lain. Dengan jarak yang lebih panjang, ~1,75 A, sebagai ikatan hidrogen.
Jadi jarak O-O ~2,76 A. Struktur es ini terbuka dan distribusi ikatan hidrogen terputus
sehingga struktur es tidak lagi dapat dipertahankan dan berakibat naiknya densitas air

 Kepolaran Ikatan

Tidak semua atom menarik elektron dengan kekuatan yang sama. Jumlah
"tarikan" atom yang diberikan pada elektron disebut elektronegativitas. Atom dengan
elektronegativitas tinggi – seperti fluor, oksigen dan nitrogen – mengerahkan daya
tarik elektron lebih besar daripada atom dengan elektronegativitas rendah. Dalam
sebuah ikatan, ini menyebabkan pembagian elektron yang tidak setara antara atom,
karena elektron akan tertarik mendekati atom dengan elektronegativitas yang lebih
tinggi.[1]

Karena elektron memiliki muatan negatif, pembagian elektron yang tidak


setara dalam ikatan mengarah pada pembentukan dipol listrik: pemisahan muatan
listrik positif dan negatif. Karena jumlah muatan yang dipisahkan dalam dipol
tersebut biasanya lebih kecil dari muatan elementer, maka disebut muatan parsial,
dilambangkan sebagai δ+ (delta plus) dan δ− (delta minus). Simbol tersebut
diperkenalkan oleh Christopher Kelk Ingold dan Edith Hilda Ingold pada tahun 1926.
[4][5]
 Momen dipol ikatan dihitung dengan mengalikan jumlah muatan yang dipisahkan
serta jarak antar muatan.Dipol ini dalam molekul dapat berinteraksi dengan dipol pada
molekul lain, menciptakan gaya antarmolekul dipol-dipol.
Ikatan dapat dikategorikan secara ekstrem[6] – sangat nonpolar atau sangat
polar. Ikatan yang benar-benar nonpolar terjadi ketika elektronegativitas identik dan
karenanya memiliki perbedaan nol. Ikatan polar sepenuhnya lebih tepat disebut ikatan
ionik, dan terjadi ketika perbedaan antara elektronegativitas cukup besar sehingga
satu atom benar-benar mengambil elektron dari yang lain. Istilah "polar" dan
"nonpolar" biasanya diterapkan pada ikatan kovalen, yaitu ikatan dimana polaritasnya
tidak lengkap. Untuk menentukan polaritas ikatan kovalen dengan menggunakan alat
numerik, perbedaan antara elektronegativitas atom digunakan.

Polaritas ikatan biasanya dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan perbedaan


elektronegativitas antara kedua atom yang berikatan. Menurut skala Pauling:

 Ikatan nonpolar umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas antara


kedua atom kurang dari 0.5
 Ikatan polar umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas antara
kedua atom kira-kira antara 0.5 dan 2.0
 Ikatan ionik umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas antara dua
atom lebih besar dari 2.0

Pauling mendasarkan skema klasifikasi ini pada karakter ionik parsial dari


sebuah ikatan, yang merupakan fungsi perkiraan dari perbedaan elektronegativitas
antara kedua atom yang berikatan. Ia memperkirakan bahwa selisih 1.7 sesuai dengan
karakter ion 50%, sehingga perbedaan yang lebih besar sesuai dengan ikatan yang
sebagian besar bersifat ionik.

 Polaritas molekul

Sementara molekul dapat digambarkan sebagai "kovalen polar", "kovalen


nonpolar", atau "ionik", hal ini sering merupakan istilah relatif, dengan satu molekul
hanya menjadi lebih polar atau lebih nonpolar daripada yang lain. Namun, sifat
berikut adalah ciri molekul tersebut.

Sebuah molekul terdiri dari satu atau lebih ikatan kimia antara orbital
molekul dari berbagai atom. Molekul dapat berupa kutub baik sebagai hasil ikatan
polar karena perbedaan elektronegativitas seperti yang dijelaskan di atas, atau sebagai
akibat dari pengaturan asimetris ikatan kovalen nonpolar dan pasangan elektron yang
tidak terikat yang dikenal sebagai orbital molekul.
 Molekul polar

Molekul air terdiri dari oksigen dan hidrogen, dengan elektronegativitas


masing-masing 3.44 dan 2.20. Dipol masing-masing ikatan (panah merah)
ditambahkan bersama untuk membuat keseluruhan molekul polar.

Molekul polar memiliki dipol bersih sebagai akibat dari muatan yang
berlawanan (yaitu memiliki muatan positif parsial dan parsial negatif) dari ikatan
polar yang disusun secara asimetris. Air (H2O) adalah contoh molekul polar karena
memiliki muatan positif sedikit di satu sisi dan sedikit muatan negatif di sisi lain.
[8]
 Dipol tersebut tidak saling meniadakan sehingga menghasilkan dipol bersih. Karena
sifat kutub molekul air itu sendiri, molekul polar pada umumnya dapat larut dalam air.
Contoh lainnya termasuk gula (seperti sukrosa), yang memiliki banyak
gugus oksigen-hidrogen (−OH) polar dan secara keseluruhan sangat polar.

Jika momen dipol ikatan molekul tidak saling meniadakan, molekulnya


bersifat polar. Misalnya, molekul air (H2O) mengandung dua ikatan O−H polar dalam
suatu geometri tekuk (nonlinear). Momen dipol ikatan tidak meniadakan, sehingga
molekul tersebut membentuk dipol dengan kutub negatif pada oksigen dan kutub
positif di antara dua atom hidrogen. Pada gambar setiap ikatan bergabung dengan
atom O pusat dengan muatan negatif (merah) ke atom H dengan muatan positif (biru).

Ketika membandingkan molekul kutub dan nonpolar dengan massa molar


serupa, molekul polar pada umumnya memiliki titik didih lebih tinggi, karena
interaksi dipol-dipol antara molekul polar menghasilkan daya tarik antarmolekul yang
lebih kuat. Salah satu bentuk interaksi polar yang umum adalah ikatan hidrogen, yang
juga dikenal sebagai ikatan-H. Misalnya, air membentuk ikatan H dan memiliki massa
molar M = 18 dan titik didih +100 °C, dibandingkan dengan nonpolar metana dengan
M = 16 dan titik didih –161 °C.

 Molekul nonpolar

Dalam molekul boron trifluorida, penataan trigonal planar dari tiga ikatan


polar menghasilkan tidak adanya dipol keseluruhan.

Suatu molekul mungkin nonpolar baik bila terdapat pembagian elektron yang
sama antara dua atom dari molekul diatomik atau akibat susunan ikatan kutub simetris
dalam molekul yang lebih kompleks. Sebagai contoh, boron trifluorida (BF3)
memiliki susunan trigonal planar dari tiga ikatan polar pada 120°. Hal ini
menghasilkan keseluruhan dipol dalam molekul.

Contoh senyawa nonpolar rumah tangga meliputi lemak, minyak, dan bensin.
Oleh karena itu, kebanyakan molekul nonpolar tidak larut dalam air (hidrofobik) pada
suhu kamar. Banyak pelarut organik nonpolar, seperti terpentin, yang mampu
melarutkan zat polar.

Dalam molekul metana (CH4) empat ikatan C−H disusun secara tetrahedral di


sekitar atom karbon. Setiap ikatan memiliki polaritas (meski tidak terlalu kuat).
Namun, ikatannya disusun secara simetris sehingga tidak ada keseluruhan dipol dalam
molekul. Molekul diatomik oksigen (O2) tidak memiliki polaritas dalam ikatan
kovalen karena elektronegativitas yang sama, maka tidak ada polaritas dalam
molekul.

 Senyawa polar dan non polar

Ciri-ciri senyawa polar :


 dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
 memiliki kutub + dan kutub – , akibat tidak
 meratanya distribusi elektron

 memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau


memiliki perbedaan keelektronegatifan

Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5


Senyawa polar digambarkan sebagai

Ciri-ciri senyawa non polar :

 tidak larut dalam air dan pelarut polar lain


 Tidak memiliki kutub + dan kutub – , akibat

meratanya distribusi elektron

 tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
keelektronegatifannya sama

Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2

 Ukuran Kuantitatif Titik Didih Senyawa Kovalen


 Senyawa polar titik didihnya lebih tinggi daripada senyawa non polar

 Urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-dipol > non polar-non polar atau ikatan
hidrogen > Van der Waals > gaya london
 Bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar

Untuk senyawa karbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai
bercabang (bulat)

 Perbedaan Senyawa Polar dengan Non Polar

Senyawa Polar
 dapat larut dalam air
 Memiliki pasangan elektron bebas (bentuk tdk simetris)
 Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5

Cth : NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr, SO3, N2O5, Cl2O5


Senyawa Non Polar

 Tdk dapat larut dalam air


 Tdk memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris)
 Berakhir genap

Cth : F2, Cl2, Br2, I2, O2, H2, N2, CH4, SF6, PCl5, BCl3

 Pengertian Hibridisasi

Hibridisasi adalah serangkaian proses penggabungan orbital dari suatu atom


dengan atom lain ketika terjadinya pemaknaan ikatan kimia sehingga mencapai energi
yang lebih rendah atau kestabilan yang tinggi.

Ketika dua atom akan berikatan secara kimia, maka dua atom ini
membutuhkan sebuah orbital kosong untuk ditempati elektron dari masing masing
atom tersebut sehingga setelah berikatan maka kedua atom akan menempati orbital
yang sama pada elektron valensinya.

Oleh karena itu dalam proses hibridisasi ini melibatkan konfigurasi elektron
terutama pada elektron valensi yang digunakan untuk berikatan. Untuk mempelajari
tentang elektron dan konfigurasi elektron dapat anda baca lebih lengkap
pada pengertian konfigurasi elektron.

 Teori Hibridisasi

Ketika suatu molekul tidak mengalami hibridisasi orbital pada pembentukan


ikatannya, maka yang teradi yaitu panjang dan sudut ikatan yang terbentuk akan
berbeda beda dan tingkat energinya pun berbeda. Akibatnya akan menghasilkan
bentuk yang tak beraturan, namun pada kenyataannya molekul kimia memiliki
panjang dan sudut ikatan yang seragam serta bentuk yang beraturan dan dapat
ditentukan.

Sebagai contoh pada molekul metana (CH4) dimana atom karbon memiliki
elektron valensi sebanyak 4 yang digunakan dapat untuk berikatan dengan atom lain
dan terdapat pada orbital 2s dan 2p.

Ketika karbon membentuk ikatan misalnya dengan hidrogen, secara teoritis


orbital 2s dan 2p yang memiliki tingkat energi berbeda maka akan menghasilkan
ikatan dengan panjang, sudut dan tingkat energi yang berbeda pula karena jenis
orbital yang berbeda.

Namun pada kenyataannya, senyawa CH4 memiliki panjang ikatan untuk


setiap ikatan C-H yang sama, selain itu sudut ikatan yang terbentuk dan energinya pun
sama menghasilkan bentuk geometri tetrahedral. Sehingga dipastikan bahwa terjadi
sesuatu yang membuat orbital itu menghasilkan tingkat energi yang setara, karena
tidak mungkin karbon dan hidrogen berikatan dengan orbital 2s dan 2p yang berbeda
menghasilkan panjang, sudut, dan energi ikatan yang sama.

Peristiwa itu yang dinamakan hibridisasi orbital dimana orbital 2s bergabung


dengan orbital 2p yang terdiri dari 3 orbital p sehingga membentuk orbital sp3 yang
mampu menghasilkan bentuk geometri molekul CH4 sebagai tetrahedral.

 Macam Hibridisasi

Pada atom karbon, dapat terjadi bebera jenis hibridisasi orbital yang
menghasilkan panjang ikatan, sudut ikatan, kekuatan ikatan serta energi ikatan yang
berbeda untuk tiap hibridisasi. Materi tentang hidrokarbon juga dapat anda pelajari
secara lebih lengkap pada artikel pengertian hirdokarbon. Berikut ini merupakan jenis
jenis hibridisasi orbital pada atom karbon.
1. Hibridisasi sp3

Hibridisasi sp3 merupakan hibridisasi yang melibatkan penggabungan 1 orbital


s dengan 3 orbital p yang terdiri dari p x, py, dan pz menghasilkan sp3 yang dapat
digunakan untuk berikatan dengan 4 atom lain.

Hibridisasi sp3 memiliki jenis ikatan tunggal atau satu ikatan sigma dimana
kekuatan ikatan pada hibridisasi ini paling lemah diantara hibridisasi lainnya,
sedangkan panjang ikatan pada hibridisasi ini yang paling besar diantara lainnya.
Molekul dengan hibridisasi sp3 akan menghasilkan bentuk geometri tetrahedral.
Contoh hibridisasi sp3 adalah pada molekul CH4.

2. Hibridisasi sp2

Pada hibridisasi sp2, sesuai namanya merupakan penggabungan 1 orbital s


dengan 2 orbital p sehingga terdapat 1 orbital p bebas yang tidak digunakan untuk
hibridisasi. Hibridisasi sp2 menghasilkan jenis ikatan rangkap 2 sehingga kekutan
ikatannya lebih tinggi daripada ikatan tunggal dan panjang ikatan yang dihasilkan
juga lebih pendek.

Dalam hibridisasi ini ikatan rangkap dapat terjadi karena adanya 1 orbital p
bebas yang dapat membentuk ikatan phi dengan orbital dari atom lain. Hibridisasi
sp2 akan menghasilkan bentuk geometri planar dengan sudut ikatan 120. Contoh
molekul yang memiliki hibridisasi sp2 adalah C2H4.

3. Hibridisasi sp

Hibridisasi sp merupakan penggabungan antara 1 orbital s dengan 1 orbital p


sehingga terdapat 2 orbital p bebas yang tidak digunakan. Hibridisasi sp menghasilkan
jenis ikatan rangkap 3 karena terdapat 2 orbital p bebas yang masing masing dapat
menghasilkan ikatan phi dengan orbital atom lain sehingga secara keseluruhan
hibridisasi ini memiliki 1 ikatan sigma dan 2 ikatan phi.

Akibatnya, kekuatan ikatan menjadi kuat lebih kuat daripada dua hibridisasi
lainnya dan jarak ikatan juga paling pendek. Bentuk molekul yang dihasilkan
hibridisasi sp adalah linear dengan sudut 180. Contoh molekul dengan hibridisasi sp
adalah C2H2.

 Proses Terjadinya Hibridisasi

Dalam terjadinya hibridisasi melibatkan beberapa proses. Secara keseluruhan


proses hibridisasi dapat dilihat pada skema gambar berikut yang menampilkan proses
atau tahapan hibridisasi yang disertai dengan tingkat energi untuk setiap tahap dan
setiap orbital.

1. Keadaan Dasar (Ground State)


Dalam keadaan dasar, semua atom memiliki konfigurasi elektron seperti pada
umumnya. Pada kondisi ini, tingkat energi dari masing masing orbital berbeda dan
relatif lebih tinggi sehingga kurang stabil.

2. Eksitasi atau Promosi Elektron

Pada tahap eksitasi atau yang juga disebut dengan promosi, salah satu elektron
dari orbital 2s akan tereksitasi menuju ke orbital kosong pada 2p karena pada orbital
2p masih terdapat 1 orbital kosong. Dengan hal tersebut, maka semua orbital yaitu 2s
dan 2p terpenuhi oleh elektron dengan masing masing terisi 1 elektron.

3. Hibridisasi

Tahap terakhir yaitu hibridisasi atau penggabungan antar orbital dimana pada
sp3 maka orbital 2s akan bergabung dengan tiga orbital 2p membentuk sp 3 dan
seterusnya. Dengan adanya penggabungan tersebut maka didapatkan level energi yang
lebih rendah dan setara untuk keempat jenis orbital. Hal itulah yang menyebabkan
panjang ikatan, sudut ikatan, dan energi ikatannya sama.

Contoh Molekul dengan Hibridisasi Orbital

Adapun untuk memperjelaskanya berikut ini merupakan beragam contoh


melekul dengan hibridisasi orbital, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Metana (CH4)

Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa pada senyawa metana memiliki
hibridisasi sp3 yang menyebabkan tiap ikatan C-H memiliki panjang, sudut, dan
energi ikatan yang setara. Molekul CH4 umumnya memiliki sudut ikatan 109.5
dengan bentuk geometri tetrahedral. Hal itu merupakan hasil dari hibridisasi orbital
yang terjadi pada atom karbon tersebut.

2. Etilena (C2H4)

Etilena yang juga merupakan senyawa hidrokarbon memiliki hibridisasi


orbital sp2 dimana antara atom C pada senyawa tersebut dihubungkan melalui ikatan
rangkap 2 yang terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan phi.
Selain mengikat karbon yang lain, karbon pada senyawa etilena juga mengikat
dua atom hidrogen dengan sudut ikatan yang sama yaitu 120. Akibatnya didapatkan
bentuk geometri berupa planar atau datar pada senyawa etilena ini.

3. Asetilena (C2H2)

Berbeda dengan kedua senyawa di atas, asetilena merupakan senyawa


hirdokarbon dengan ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 1 ikatan sigma dan 2 ikatan
phi. Hal ini akibat dari hibridisasi orbital yang merupakan hibridisasi sp sehingga
menghasilkan 2 orbital p bebas.

Bentuk geometri dari senyawa ini adalah linear atau berupa garis lurus karena
selain mengikat karbon yang lain, karbon pada asetilena mengikat satu atom hidrogen
lain.

Demikian artikel tentang pengertian dan teori hibridisasi, macam, proses


terjadinya, dan contoh senyawa yang melibatkan hibridisasi orbital. Teori dasar ini
sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum belajar tentang bentuk geometri dari suatu
molekul. Hal itu karena dalam penentuan bentuk geometri suatu molekul, maka kita
harus dapat menentukan hibridisasi yang terjadi pada orbital atom yang berikatan
dalam molekul tersebut.
Contoh:
Soal 1
Molekul SF6 mempunyai bentuk oktahedral. Jika diketahui nomor atom S = 16, bentuk
orbital hibrida SF6  adalah . . . .
Pembahasan :
Molekul SF6  mempunyai bentuk oktahedral. Dalam molekul SF6 yang menjadi :
Atom pusat = S (nomor atom 16)

Konfigurasi S =1s2 2s2 2p6 3s2 3p4 


Atom S akan berikatan tunggal dengan F(nomor atom 9), karena jumlah elektron valensi F
adalah 7 sehingga hanya membutuhkan satu buah elektron lagi agar stabil secara oktet.

Konfigurasi F =1s2 2s2 2p5

Diagram Orbital :

Atom S berkewajiban untuk menyediakan


enam buah orbital yang berisi elektron tidak
berpasanan agar bisa berikatan dengan
enam bua atom F. Pada bentuk dasar seperti
gambar diatas, atom S hanya mempunyai
dua orbital yang terisi elektron yang tidak berpasangan. Untuk menyediakan 4 orabital lagi,
maka masing masing satu buah elektron pada sub kulit 3s dan 3p diseksitasi / promosi /
dipindahkan ke orbital 3d sehingga tercipta orbital baru (orbital hibrida) yang memiliki enam
buah elektron tidak berpasangan pada orbitalnya.

Agar lebih paham perhatikanlah gambar dibawah ini :


Orbital   yang sudah berisi enam buah elektron menyendiri akan ditempai oleh enam
buah elektron dari atom F
BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN
Dari bab pembahasan di atas,maka penulis dapat menyimpulkan bahwa atom-
atom saling mengikatkan diri satu sama lainkarena ingin menyetarakan
kestabilan mereka,sesuai dengan kaidah oktet atau seperti halnya golongan gas
mulia yang telah memiliki ke stabilan yang tidak dapat terelakkan lagi(hukum
alam).Adapun jenis-jenis ikatan kimia terdiri atas 4 macam,yang pertama
adalah ikatan ion yang merupakan ikatan antara unsur-unsur logam dan non
logam,yang kedua adalah ikatan kovalen yaitu pemakaian elektron secara
bersamaan oleh unsur non logam dan non logam,yang ketiga adalah ikatan
logam yang merupakan pemakaian elektron secara bersamaan antara atom-
atom logam,serta ikatan hidrogen yaitu sejenis gaya tarik antar molekul atau
antar dipol yang terjadi antara dua dua muatan listrik parsial dengan polaritas
yang berlawanan.
 SARAN
Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan jauh dari
kesempurnaan,penuls berharap para pembaca dapat memaklumi isi makalah
ini.Penulis juga berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran dari para
pembaca agar penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi

Anda mungkin juga menyukai