Anda di halaman 1dari 13

Analisis Karakteristik Unsur Logam Berdasarkan Sifat Kimia

dan Sifat Fisika

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. 03111940000046 Jevon Jordan


2. 03111940000082 Asyraf Kamilul Basyar
3. 03111940000131 Rama Ganaya
4. 03111940000021 Mochammad Geoselva Oktama Yunus
5. 03111940000052 Rayhan Airlangga Wijanarko Putra
6. 03111940000034 Hafizhah Ashilah

Kimia Kelas 3

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2020
Definisi Unsur Logam

Logam adalah salah satu unsur yang dapat ditemukan di alam. Karakteristik
umsur logam secara kimia adalah, memiliki energi ionisasi yang rendah, memiliki
energi keelektronegatifan yang rendah, dan mudah mengalami reaksi. Sedangkan,
karrakteristik secara fisika memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi, dapat
menghantarkan listrik dengan baik, dapat menghantarkan panas dengan baik,
mudah dibentuk (ditempa), mengkilap bila dikenai cahaya. (Petrucci, Herring,
Madura, & Bissonnette, 2011).

Karakteristik Unsur Logam Secara Kimia

1. Memiliki energi ionisasi yang rendah


Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan
elekron dalam keadaan normal suatu unsur, semakin tinggi energi ionisasi
yang dibutuhkan maka semakin sulit elektron untuk melepaskan diri dari
keadaan normal suatu unsur (Chang, 2010)
Nilai dari energi ionisasi dari suatu unsur didapatkan dari tingkat
kerapatan elektron pada unsur tersebut, semakin rapat electron atau semakin
kuat gaya tarik-menarik antara electron dengan inti maka semakin tinggi
nilai dari energi ionisasinya
Unsur logam pada tabel periodik, semakin ke kanan energi ionisasi
unsur logam maka akan semakin bertambah. Sebaliknya semakin kebawah
maka energi ionisasi semakin berkurang. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perbedaan jumlah elektron pada setiap unsur. Pada satu golongan yang sama
energi ionisasi dipengaruhi oleh jumlah orbital, semakin banyak jumlah
orbital maka jarak elektron terluar terhadap inti atom akan semakin jauh
mengakibatkan gaya tarik menarik elektron terluar terhadap inti atom akan
semakin melemah oleh karena itu, elektron terluar akan mudah terlepas.
Apabila jumlah orbital yang dimiliki oleh suatu atom sama, maka nilai dari
energi ionisasi tersebut bergantung pada banyaknya elektron. Semakin
banyak elektron pada suatu atom akan membutuh energi ionisasi yang
semakin besar, hal tersebut dapat terjadi karena gaya tarik menarik elektron
terhadap inti atom semakin kuat mengakibatkan elektron semakin sulit untuk
terlepas
Gambar 1

Dapat dilihat dari gambar diatas, bahwa unsur natrium memiliki electron
yang lebih sedikit dibandingkan dengan unsur argon walau sama-sama
memiliki 3 orbital, sehingga dapat disimpulkan bahwa energi ionisasi dari
natrium lebih rendah dibandingkan dengan energi ionisasi dari unsur argon.
2. Memiliki energi keelektronegatifan yang rendah
Energi keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom dalam
menerima satu atau lebih electron dari luar atom, semakin tinggi nilai dari
keeletronegatifan suatu atom maka, semakin mudah atom tersebut menerima
electron dari luar (Chang, 2010).
Nilai keelektronegatifan didapatkan dari dari kecenderungan electron
terluar dari atom, bila electron pada kulit terluar pada atom cenderung
melepas untuk mencapai keadaan stabil. Unsur logam pada golongan I
sampai golongan III cenderung melepas electron terluar karena pada orbital
terluarnya hanya memiliki 1-3 elekron. Sehingga, unsur logam akan
cenderung melepas electron untuk mencapai kestabilan.
Nilai dari keelektronegatifan suatu atom dapat dilihat dari banyaknya
electron pada orbital terluar untuk mencapai kestabilan. Pada golongan I di
orbital terluarnya hanya memiliki satu elektron, sehingga unsur pada
golongan I cenderung untuk melepaskan satu electron untuk mencapai
kestabilan hal ini mengakibatkan nilai dari keelektronegatifan golongan satu
akan lebih kecil dibandungkan nilai keelektronegatifan dari golongan VIIIA.
Apabila suatu atom pada orbital terluarnya sama-sama memiliki satu
electron, maka nilai keelektronegatifannya bergantung pada banyaknya
orbital atom tersebut, semakin banyak orbital pada suatu atom maka jarak
electron terluar terhadap inti atom akan semakin jauh hal tersebut
mengakibatkan gaya tarik menarik electron terhadap inti atom lemah
sehingga electron lebih mudah untuk melepas dan mencapai kestabilan
Sebagai contoh nilai keelektronegatifan dari atom Kalium lebih
kecil.jika dibandingkan dengan atom Kripton

Kalium = [Ar] 4s1


Kripton = [Ar] 3d10 4s2 4p6

Dilihat dari konfigurasi dari kalium dan Kripton diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai keelektronegatifan dari Kalium lebih kecil
dibandingkan dengan nilai keelektronegatifan dari Kripton karena electron
terluar dari Kalium cenderung melepas satu electron untuk mencapai
keadaan stabil.

3. Mudah bereaksi
Unsur logam memiliki konfigurasi electron yang berbeda dengan
unsur dari gas mulia, dimana unsur logam hanya memiliki hanya satu atau
dua electron yang terletak pada kulit terluarnya maka unsur logam dapat
dengan mudah bereaksi (Petrucci, Herring, Madura, & Bissonnette, 2011).
Unsur logam sangatlah mudah bereaksi karena energi ionisasi dan
keelektronegatifannya rendah. Energi ionisasi dari unsur logam kecil
dikarenakan tingkat kerapatan dari unsur logam atau gaya tarik menarik
electron dengan inti atom kecil sehingga mengakibatkan electron mudah
terlepas. Keelektronegatifan dari unsur logam kecil dikarenakan unsur logam
dalam keadaan normal akan cenderung melepaskan electron untuk mencapai
kestabilan. Unsur logam dari golongan IA akan melepaskan satu electron
untuk mencapai keadaan stabil, golongan IIA akan melepaskan sebanyak
dua electron untuk mencapai keadaan stabil dan unsur logam golongan IIIA
akan melepaskan tiga electron untuk mencapai keadaan stabil oleh karena itu
unsur logam dari golongan IA akan memiliki nilai keelektronegatifan yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan unsur logam golongan IIIA.
Bila unsur logam dikenai dengan senyawa H2O atau O2 maka unsur
logam akan mengalami reaksi seperti berikut:

Reaksi unsur logam alkali (golongan IA) dengan oksigen


4Li(s) + O2(g) → 2Li2O(s)

Reaksi unsur logam alkali (golongan IA) dengan air

2Li(s) + 2H2O(l) → 2LiOH (aq) + H2 (g)

Pada senyawa H2O terdapat ikatan hydrogen dimana ikatan hydrogen


termasuk ikatan yang lemah oleh karena itu ketika ada unsur logam, air akan
melepaskan hidrogennya dan membentuk ikatan dengan unsur logam.

Sehingga unsur logam sulit ditemukan dialam dalam bentuk unsur


bebas, melainkan dalam senyawa-senyawa berbentuk ion-ion +1 yang stabil.
Sebagai contoh logam golongan I yakni Na yang ditemukan dalam senyawa
NaCl berupa garam. Untuk mendapatkan unsur logam Na, maka unsur
tersebut didapatkan dengan cara melakukan elektrolisis dari garam-garam
netralnya, reaksi dari elektrolisis untuk mendapatkan unsur Na dapat dilihat
sebagai berikut :

2NaCl(l) → 2Na(l) + Cl2(g)

Reaksi di Katode (Reduksi)

Na+(l) + e- → Na(l)

Reaksi di Anode (Oksidasi)

2Cl-(l) → Cl2(g) + 2e-

Proses elektrolisis NaCl dimulai dengan dialirkan arus listrik searah


dari sumber tegangan listrik. ion-ion positive Na+ dalam lelehan NaCl akan
tertarik ke katode dan menyerap electron untuk tereduksi menjadi Na yang
netral. Sementara itu ion-ion negative Cl- dalam lelehan akan tertarik ke
anode di kutub positive. Ion-ion Cl- akan teroksidasi menjadi gas Cl2 yang
netral dengan melepas electron. Elektron tersebut kemudian dialirkan ke
anode.

Karakteristik Unsur Logam Secara Fisika

1. Memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi


Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi apabila adanya gaya tarik-
menarik elektrostatik antara ion positif dengan ion negatif, ini terjadi karena
kedua ion tersebut memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan yang besar.
Atom pada unsur logam cenderung melepaskan electron dan menjadi
ion positif untuk mencapai keadaan stabil dan atom padan unsur non logam
cenderung menerima electron dan menjadi ion negative untuk mencapai
keadaan stabil, sehingga ketika unsur logam dan non logam bereaksi maka
akan menghasilkan ikatan ion.
Ketika terjadi ikatan ion yang kuat maka akan membutuhkan energi
yang besar untuk melepaskan ikatan tersebut, sehingga unsur logam akan
memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.

Ca2+(aq) + 2Cl- (aq) → CaCl2(s)

Seperti yang terlihat pada persamaan diatas dimana Ca (Kalsium)


adalah unsur logam direaksikan dengan unsur non logam Cl2 (Klorin) maka
terjadi ikatan ion dan menghasilkan CaCl2 (Kalsium Klorida). Ketika ikatan
ion telah terbentuk maka akan membutuhkan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan ion tersebut. Dimana titik leleh dari CaCl2 adalah 772°C
dan titik didihnya adalah 1.935°C.
Dalam kehidupan sehari-hari, sifat ini berguna saat membuat barang-
barang di sektor infrastruktur. Beberapa property sipil dibuat dengan unsur
logam dikaenakan unsur logam memiliki titik didih dan titik leleh yang
tinggi, contohnya rel kereta api dibuat meggunakan baja karena kuat dan
dapat “menahan” panas hasil gesekan antara rel dengan roda kereta api.

2. Dapat menghantarkan listrik dengan baik


Dalam atom terdapat gaya tarik menarik antara inti atom dengan
elektron dan elektron pada kulit terluar mengalami gaya tarik menarik yang
kecil sehingga elektron pada kulit terluar dalam unsur logam cenderung
tidak stabil oleh karena itu ketika dikenai pengaruh dari luar, elektron pada
orbital terluar dapat terlepas dengan mudah dan menjadi elektron bebas.
Karena arus listrik timbul karena adanya perbedaan potensial sehingga arus
listrik bergerak dari potensial tinggi (ion positif) ke potensial rendah (ion
negative) dan electron bebas berjalan dari potensial rendah ke potensial
tinggi dengan demikian unsur logam dapat menghantarkan listrik dengan
baik.

Gambar 2

Apabila ada unsur logam yang diberi medan, maka hal tersebut akan
menimbulkan suatu arus lisrik yang mana ion terikat dan bervibrasi pada
kisi-kisi. Sebagai contoh Na, Na memiliki konfigurasi elektron 1s² 2s² 2p⁶
3s¹, dan karena kulit terluar 3s hanya ditempati oleh 1 elektron atau setengah
penuh, maka elektron bebas dapat mudah bergerak dalam kristal dan
menghasilkan arus listrik.
3. Dapat menghantarkan panas dengan baik
Ketika ada 2 atom logam yang saling berikatan, maka dapat
dipastikan dua atom ini saling menindih. Karena hal tersebut, suatu elektron
valensi menjadi terikat pada keseluruhan kristal, semenjak elektron tersebut
dapat bergerak segera dari satu ion ke ion lain, hal ini dapat berlanjut ke
atom-atom tetangga dan selanjutnya.Elektron yang bergerak ini, yang
disebut elektron valensi dalam atom bebas, mejadi sebuah Elektron
Konduksi dalam sebuah padatan. Ketika Elektron-elektron yang bergerak
bebas di dalam kristal logam pastinya memiliki energi kinetik. Maka jika
dipanaskan, tentunya elektron-elektron ini akan memiliki energi kinetik
dapat membuatnya bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakan tersebut,
elektron-elektron ini pasti akan bertumbukkan dengan elektron-elektron
lainnya. Karena hal ini, maka terjadilah transfer energi dari bagian bersuhu
tinggi ke bagian bersuhu rendah, oleh karena itu unsur logam dapat
menghantarkan panas dengan baik.
4. Mudah dibentuk (ditempa)
Logam memiliki sedikit elektron valensi dan cenderung melepas
elektron dan membentuk ion positif atau kation logam. Elektron valensi pada
logam memiliki gaya tarik menarik yang lemah dengan inti sehingga
elektron dapat bergerak bebas. Dalam ikatan logam elektron valensi
bergerak bebas di antara kation-kation logam yang tidak bergerak (diam di
tempat) sehingga ketika logam ditempa akan terjadi pergeseran kation
namun logam tidak patah karena kation selalu dikelilingi oleh elektron. Jika
dibandingkan, NaCl yang memiliki ikatan ion akan patah jika ditempa
karena elektron tidak bergerak bebas dan terjadi pergeseran ion yang saling
tolak menolak. Sifat ini sangat unik dalam logam, sebab proses ini
memungkinkan terjadinya deformasi tertentu pada logam yang sering
dipakai dalam industri. Contohnya sifat besi yang mudah ditempa banyak
dipakai oleh pabrik bangunan umtuk membuat tulangan beton yang memiliki
kekuatan menahan regangan dan tekanan. Selain itu, dalam industri
otomotif, sifat ini sangat berguna dalam membuat kerangka mobil/kendaraan
dalam skala besar dan cepat.
5. Mengkilap bila dikenai cahaya
Ketika unsur logam dikenai cahaya. Elektron valensi menyerap energi
cahaya dan mengalami eksitasi (perpindahan elektron ke orbit lain),
kemudian elektron kembali dalam keadaan semula karena energi dari cahaya
tidak cukup untuk mempertahankan posisi elektron dalam keadaan eksitasi,
sehingga elektron kembali ke posisi semula dengan melepaskan energi
dalam bentuk radiasi elektron magnetik yang frekuensinya sama dengan
cahaya, oleh karena itu unsur logam dapat seolah-olah memantulkan cahaya
dan terlihat mengkilap.
Sifat ini dipakai dalam produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga
surya. Dalam hal ini, logam yang dipilih adalah logam yang memiliki fungsi
kerja rendah sehingga elektron yang keluar lebih cepat (E= nf0-nf1, dimana f0
adalah frekuensi cahaya matahari, dan f1 adalah frekuensi kerja logam.).

Pengaplikasian Unsur Logam dan Analisis


Pada dunia pembuatan atap, Unsur alumunium sering digunakan
sebagai bahan bakunya untuk menekan harga dari genting tanah yang terbuat
dari tanah liat. Alumunium dipilih karena sifat-sifat fisika yang dimiliki oleh
unsur alumunium seperti, tahan panas (titik leleh dan didih yang tinggi),
mudah dibentuk (ditempa), Tahan terhadap korosi, ringan dan mengkilap
bila dikenai cahaya. Karena unsur alumunium sulit ditemukan dalam bentuk
murni dan ketika unsur alumunium berbentuk murni kurang memiliki
kekerasan, maka alumunium dicampurkan (dipadu) dengan unsur logam lain
seperti silicon, besi, tembaga, zink, mangan, dan unsur lain untuk
memberikan efek kekerasan. Sehingga ketika dipasaran alumunium yang
digunakan untuk atap bukanlah alumunium murni namun alumunium yang
digunakan sebagai atap adalah alumunium alloy atau alumunium yang
memiliki paduan (campuran) dengan unsur logam lain.

Salah satu tipe alumunium yang digunakan dalam pembuatan atap


adalah alumunium alloy tipe 3003, dimana alumunium alloy 3003 memiliki
susunan 96,8% - 99% Alumunium (Al), 0% - 0,6% (Si) Silikon, 0% - 0,7%
(Fe) Besi, 0,05 % - 0,2 % (Cu) Tembaga, 0% - 0,1% (Zn) Zink, 1% - 1,5%
(Mn) Mangan, 0% - 0,15% residu (MakeItFrom.com, 2019).

Pada alumunium tipe 3003 memiliki komposisi yang hamper sama


dengan AlMnCu1 memiliki komposisi kimia sebagai berikut :

Mn Fe Si Cu Al
1,1 % 0,45% 0,55% 0,15% 97,75%
(Rusz, Cizek, Tylsar, & Kedron, 2010)
Tabel 1

Susunan alumunium hanya dapat mencapai 99% karena unsur


alumunium sangatlah reaktif sehingga sangat sulit didapatkan dalam bentuk
murni dan untuk memperkeras dari unsur aluminium digunakan campuran
unsur logam lain. Penyebab mengapa unsur logam alumunium sangat reaktif
karena memiliki struktur sebagai berikut :
Gambar 3

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa electron terluar dari alumunium hanya
memiliki tiga electron saja, sehingga ketika alumunium bereaksi dengan
unsur lain maka electron terluar dari alumunium akan cenderung melepas
untuk mencapai keadaan stabil. Oleh karena itu alumunium sangat reaktif.

Pada alumunium alloy 3003 terdapat unsur logam lain untuk


menambahkan efek yang diinginkan. Unsur logam lain yang dipadukan
dengan alumunium di alumunium alloy 3003 memiliki kegunaan masing-
masing seperti halnya adanya Cu (Tembaga) untuk menaikkan kekuatan dan
kekerasan namun menurunkan nilai elongasi (pertambahan panjang saat
ditarik), Mn (Mangan) untuk menaikkan ketahanan dalam temperature
tinggi, Mg (Magnesium) untuk meningkatkan kekerasan, menurunkan
keuletan dari alumunium dan menambah daya tahan alumunium terhadap
korosi, Si (Silikon) untuk menaikkan kekerasan, dan adanya unsur Fe (besi)
pada alumunium alloy 3003 dapat dikategorikan sebagai residu karena unsur
Fe sebenarnya tidak dipadukan secara sengaja melainkan karena wadah
pembuatan alumunium alloy yang merupakan besi juga ikut bereaksi yang
menyebabkan adanya unsur besi dalam alumunium alloy tersebut, adanya
unsur besi pada alumunium alloy juga dapat menyebabkan menurunan
kekuatan regangan dari alumunium alloy tersebut.

Dengan sifat reaktif alumunium dapat membuat alumunium menjadi


tahan terhadap korosi karena ketika alumunium dibiarkan di udara bebas
maka alumunium akan bereaksi dengan O2 sehingga membentuk lapisan tipis
Al2O3 reaksi dari alumunium dengan oksigen dapat dilihat sebagai berikut:

4Al(s) + 3O2(g) → 2Al2O3(s)


Dengan adanya pembentukan lapisan Al2O3 pada permukaan alumunium
menyebabkan alumunium dapat menghambat adanya oksidasi lebih lanjut.
Ikatan yang terjadi pada alumunium dengan oksigen adalah ikatan ionic
sehingga laju korosi dapat diperlambat karena ikatan ionic sulit untuk
diputuskan. Pada alumunium alloy 3003 ditambahkan unsur Mn (mangan)
dengan menggunakan teknologi komposit untuk membuat lebih tahan korosi
karena unsur Mn (mangan) akan ikut melindungi alumunium dari adanya
oksidasi lebih lanjut pada alumunium.

Dengan susunan alumunium sebanyak 96,8-99%. Alumunium alloy


3003 memiliki kelebihan tahan panas, dimana titik leleh dari alumunium
alloy 3003 adalah 640°C sebelum mencair. Karena unsur logam akan
mengalami ikatan logam atau ikatan ionic sehingga alumunium alloy 3003
akan membutuhkan suhu yang cukup tinggi untuk meleleh.

Selain tahan dengan panas alumunium alloy 3003 juga memiliki


kekerasan yang cukup bila dibandingkan dengan alumunium murni hal
tersebut dapat terjadi karena alumunium alloy 3003 memiliki paduan Mg
(Magnesium), Cu (Tembaga), dan Si (Silikon). Dimana kerapatan Cu
(tembaga) dan Si (silicon) memiliki susunan electron yang lebih rapat
dibandingkan dengan alumunium. Sehingga alumunium dapat bertambah
keras bila dipadukan dengan Cu (tembaga) dan Si (silicon). Karena memiliki
kerapatan electron yang hampir sama dengan alumunium, unsur Mn
(Mangan) memberikan efek keras namun tetap memberikan efek elongasi
yang baik sehingga dengan adanya 1,1% unsur Mn (Mangan) pada
alumunium alloy 3003 memberikan karakteristik yaitu alumunium memiliki
tingkat kekerasan yang lebih bila dibandingkan dengan alumunium murni
namun tetap elastis, oleh karena itu alumunium alloy 3003 cocok digunakan
sebagai atap. Kerapatan electron pada sebuah atom dapat menjadi indikasi
tingkat kekerasan pada suatu unsur karena bila kerapatan electron semakin
tinggi maka gaya tarik menarik antara inti atom dengan electron akan
semakin kuat dan jari-jari pada atom akan semakin mengecil, seiring
kuatnya gaya tarik antara inti atom dengan electron akan membuat rapat
susunan atom yang membentuk suatu unsur sehingga unsur tersebut dapat
memiliki struktur yang keras. Semakin keras atau rapat suatu unsur maka
nilai dari keelastisannya akan berkurang, seperti halnya bila alumunium
dipadukan dengan Cu (tembaga), dengan ditambahkan Cu (tembaga)
membuat nilai elongasinya menurun. Oleh karena itu pada alumunium alloy
3003 Cu hanya di padukan sebanyak 0,15% dari total keseluruhan unsur
yang ada pada alumunium alloy 3003.

Dipilihnya material alumunium sebagai atap karena alumunium dapat


mengkilap ketika dikenai cahaya sehingga dapat menambah nilai ekstetik.
Ketika dikenai cahaya alumunium akan bereaksi terhadap pancaran cahaya
yang ada sehingga membuat electron-electron pada alumunium akan
mengalami eksitasi, kemudian electron-elektron tersebut kembali ke orbit
normalnya karena energi dari pancaran sinar matahari tidak dapat menahan
posisi electron ketika eksitasi. Ketika kembali ke posisi normalnya electron
melepas energi dalam bentuk elektron magnetic yang frekuensinya sama
dengan cahaya, oleh karena itu alumunium dapat seakan – akan
memantulkan cahaya dan terlihat mengkilap.

Atap alumunium memiliki kelebihan dibandingkan dengan genting


tradisional atau genting tanah liat karena, atap alumunium memiliki massa
yang ringan dibandingkan dengan genting tanah liat. Ringan pada
alumunium alloy 3003 ini karena alumunium memiliki massa jenis yang
relative kecil yaitu 2,70 gr/cm3.
Referensi
3, D. P. (2019). 10 Pengertian Dan Sifat Logam Menurut Ahli Fisika. Retrieved from
dosenpendidikan.co.id: https://www.dosenpendidikan.co.id/10-pengertian-dan-sifat-logam-
menurut-ahli-fisika/

Braunstein, P., Oro, L. A., & Raithby, P. R. (1999). Metal Clusters in Chemistry. Weinheim : WILEY-VCH.

Chang, R. (2010). CHEMISTRY, TENTH EDITION. New York: McGraw-Hill.

Fadlyansyah, Irfan, M., Maulana, R., & Sogandi. (2010, Mei). Academia. Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/10692390/TUGAS_MATA_KULIAH_KIMIA_ANORGANIK_2_ACHE_24
3_UNSUR_LOGAM_ALKALI_TANAH

Fatimah, N. (2019). Unsur Kimia, Jenis, Sifat, Contoh dan Kegunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari.
Retrieved from Pelayanan Publik: https://pelayananpublik.id/2019/09/03/unsur-kimia-jenis-
sifat-contoh-dan-kegunaannya-dalam-kehidupan-sehari-hari/

Habib, M. (n.d.). Elektron Dalam Logam. Retrieved from Academia.edu:


https://www.academia.edu/4414586/Elektron_Dalam_Logam

Latif, H. (n.d.). Academia. Retrieved from academia.edu:


https://www.academia.edu/8497011/IKATAN_ION_Ikatan_ion

MakeItFrom.com. (2019). Retrieved from Make It From: https://www.makeitfrom.com/material-


properties/3003-AlMn1Cu-3.0517-A93003-Aluminum

Petrucci, R. H., Herring, F. G., Madura, J. D., & Bissonnette, C. (2011). General Chemistry Principles and
Modern Applications TENTH EDITION. Toronto: Pearson Canada.

Setiawan, Parta. (2019). Guru Pendidikan. Retrieved from GuruPendidikan.com:


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-logam/

Stanislav Rusz, L. C. (2010). Trends in the Development of Machinery and Associated Technology.
INFLUENCE OF CHANGE OF THE ECAP TOOL CHANNEL GEOMETRY WITH INSERTED HELIX FOR
STRAIN HARDENING OF THE SEMIS MADE OF AL AND AL ALLOYS, 107.

United Aluminum. (2019). Retrieved from 2015 United Aluminum Corporation:


https://www.unitedaluminum.com/united-aluminum-alloy-1100/

Anda mungkin juga menyukai