Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar Dengan Judul “Netralisasi


Asam Basa” disusun oleh:
nama : Edi Pamungkas
NIM : 230111501008
kelas/kelompok : Pendidikan IPA Reguler B/III (Tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Oktober 2023


Koordinator Asisten Asisten

Ahmad Aliansyah Afirudin W Nurmila


NIM. 2101055010023 NIM. 1951141008

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Fandi Ahmad, S. Pd., M. Pd.


NIP. 198906052023211026
ABSTRAK

Titrasi asam basa sering juga disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam
reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan standar basa. Reaksi netralisasi
terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dan ion hidroksida sebagai basa dan
membentuk air yang bersifat netral. Percobaan ini berjudul “Netralisasi Asam
Basa” dan bertujuan untuk melakukan titrasi asam-basa dengan menggunakan
indikator. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah seimbangnya jumlah mol asam
dan jumlah mol basa pada suatu reaksi. Prinsip kerja pada percobaan netralisasi
asam basa adalah pengukuran dan penetralan. Prinsip percobaan netralisasi asam
basa adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan zat asam kuat dan basa kuat
dengan bantuan indikator untuk mengamati titik akhir titrasi. Metode yang
digunakan pada praktikum ini yaitu metode titrasi asam basa. Melalui percobaan
ini dapat diketahui bahwa hasil eksperimen menunjukkan bahwa netralisasi telah
berhasil mencapai titik ekuivalen, yang dapat dilihat dari perubahan warna
indikator pH. Hasil eksperimen ini memiliki relevansi dalam pemahaman dasar
tentang reaksi asam basa dan aplikasinya dalam berbagai bidang ilmu, seperti
kimia analitik dan industri.
Kata kunci: Titrasi Asam Basa, Indikator, Netralisasi
ABSTRACT

Acid-base titration is often called neutralization titration. In that reaction,


standard acid and standard base solutions are used. The neutralization reaction
occurs between hydrogen ions as acids and hydroxide ions as bases and forms
neutral water. This experiment is titled "Acid-Base Neutralization" and aims to
perform acid-base titration using indicators. The basic principle of this
experiment is the balance of the number of moles of acid and the number of moles
of base in a reaction. The working principle in the acid-base neutralization
experiment is measurement and neutralization. The principle of acid-base
neutralization experiment is neutralization titration using strong acid and strong
base with the help of indicator to observe the end point of titration. The method
used in this practicum is the acid-base titration method. Through this experiment,
it can be seen that the experimental results show that neutralization has
successfully reached the equivalent point, which can be seen from the color
change of the pH indicator. The results of this experiment have relevance in the
basic understanding of acid-base reactions and their applications in various fields
of science, such as analytical chemistry and industry.
Keywords: Acid-Base Titration, Indicator, Neutralization
A. LATAR BELAKANG
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari rektan.
Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka
tehnik ini juga dikenal dengan analisis volumentrik. Titrasi adalah suatu
metode untuk menentukan konsentrasi zat dalam larutan. Titrasi dilakukan
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga
tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.
Ada beberapa macam titrasi bergantung pada jenis reaksinya, seperti titrasi
asam basa, titrasi permaganometri, titrasi argeontometri, dan titrasi iodometri.
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga anda tidak tahu kapan titik stoikiometri tercapai. Asam kuat dan basa
kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen
dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam
atau basa yang ditambahkan.
Pada titik ekivalen dari titasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada
temperature 25º C sama dengan pH air yaitu sama dengan 7. Sebagai catatan
perlu dikemukakan bahwa dasar perhitungan pada reaksi asam-basa yang
terpenting adalah kesetimbangan dan stoikiometri reaksi. Titrasi asam-basa
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau menggunakan pH meter.
Pada percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam-basa dengan
menggunakan indikator. Titrasi asam-basa dengan menggunakan indikator
didasarkan pada reaksi nentralisasi asam dengan basa.
Pada titik ekivalen, jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah
basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu
indikator asam-basa, yaitu suatu zat yang perubahan warnanya tergantung
pada pH larutan. Perubahan warna indikator tertentu timbul perubahan warna,
maka titik akhir tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya
disebut kesalahan titrasi. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat
memperkecil kesalahan titrasi ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini yaitu bagaimana cara
melakukan netralisasi asam basa dengan menggunakan indikator?
C. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini untuk melakukan titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Asam dan basa merupakan substansi yang umum ditemukan dikehidupan
sehari-hari. Pembersih oven, soda pembersih dan soda kaustik ialah contoh
basa. Cuka, cairan aki, dan jus lemon merupakan contoh asam. Asam dan basa
juga ditemukan didalam tubuh. Didalam tubuh kadar asam basa harus
diregulasi terus-menerus. Jika kadar asam terlalu tinggi (asidosis) atau kadar
basa terlalu tinggi (alkalosis). Jika asam bereaksi dangan basa, maka akan
terbentuk garam dan air, reaksi ini adalah reaksi yang disebut dengan
netralisasi (James, Beker, & Swain, 2008: 41-42).
Menurut Yusnita, (2010: 2), pada tahun 1903, Svante August Arrheinus
seorang ilmuwan Swedia salah seorang penggagas kimia fisik mendapatkan
Penghargaan Nobel dalam Kimia atas karyanya mengenai ionisasi. Ia
mengemukakan bahwa senyawa dalam larutan dapat terurai menjadi ion-
ionnya, dan kekuatan asam dalam larutan aqua tergantung pada konsentrasi
ion-ion hidrogen di dalamnya.
Menurut Haryono, (2019: 55-56), Arhennius membedakan antara asam-
basa kuat dan asam-basa lemah. Asam kuat terionsianasi secara sempurna
menjadi ion-ion II+(aq) dan basa kuat terionsinasi secara sempurna menjadi
ion-ion OH-(aq). Reaksi ionsinasi asam dan basa lemah adalah reversible
(bolak-balik) dan setimbang, karena hanya ada sebagian kecil asam atau basa
yang ada dalam bentuk ion-ion.
Arhennius mengusulkan gagasan bahwa ketika asam larut dalam air akan
berdisosiasi, atau pecah, menjadi ion-ionnya. Proses ini disebut ionisasi atau
disosiasi. Misalnya, senyawa hidrogen klorida terdiosiasi menjadi ion
hoidrogen positif dan negatif ion klorin ketika dilarutkan dalam air. Disosiasi
ini membentuk asam hidroklorik (Handayani, 2022: 163).
Menurut Lukum (2022) , titrasi asam basa merupakan teknik yang banyak
digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari
suatu larutan. Dalam titrasi asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang
diperlukan mencapai titik ekivalen ditentukan dengan perbandingan jumlah
mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi. Untuk bereaksi
antara HCl dan NaOH titik ekivalen tercapai pada perbandingan mol 1:1,
tetapi untuk reaksi antara H2SO4 dan NaOH diperlukan perbandingan mol 1:2
untuk mencapai titik ekivalen.
Konsep keasaaman dan kebasaan dalam kimia sangat beragam sehingga
asam dan basa didefinisikan berulang kali dengan berbagi cara. Salah satu
definisi yang paling tua adalah teori asam-basa menurut Arrhennius. Dalam
pelarut air asam merupakan zat yang menghasilkan ion hidrogen, H+(aq) dan
basa merupakan zat yang menghasilkan ion hidroksida OH-(aq), yang saling
menetralkan sesuai dengan reaksi :
H+ + OH- H₂O (Haryono, 2019: 55).
Menurut penelitian (Pierre, 2019:4) ,titrasi adalah metode analisis yang
digunakan untuk mengukur suatu zat dari suatu larutan. Ada banyak jenis
titrasi, yang paling umum adalah asam-basa, reduksi-oksidasi, dan presipitasi
sebagai serta titrasi kompleksometri. Penyelidikan ini didasarkan pada titrasi
asam-basa yang digunakan dalam penentuan konsentrasi yang tidak diketahui
dari zat yang dipertimbangkan. Dalam asam-basa titrasi asam-basa, data yang
direkam dinamai sebagai nilai berpasangan (volume basa yang ditambahkan
dan pH solusi).
Dalam titrasi asam basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai
titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen penambahan sedikit asam atau
basaakan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang
besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator, yaitu
suatu senyawa organik yang akan berubah warnanya dalam rentang pH
tertentu. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi
perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan dengan titik ekivalen, walaupun
diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil. Titrasi asam basa juga
harus berlangsung sempurna, sehingga produk yang dihasilkan hanya garam
dan air (Lukum, 2022).
Menurut Handayani, (2022: 164), zat asam seperti asam nitrat (HNO3)
atau asam klorida (HCl) hanya melepaskan satu atom hidrogen, atau proton
kedalam larutan. Asam seperti ini disebut asam monoprotik. Sulfur asam
(H2SO4), di sisi lain, melepaskan dua atom hidrogen dan oleh karena itu,
adalah asam diprotik. Asam fosfat (H3PO4) adalah asam triprotik. Setiap asam
yang melepaskan lebih dari satu atom hidrogen (termasuk asam diprotik dan
triptotik) disebut asam poliprotik.
Berdasarkan penelitian Meganingtyas,dkk (2020:281) mengatakan bahwa
salah satu syarat dari senyawa organik sehingga dapat diaplikasikan sebagai
indikator pada titrasi asam basa yaitu dapat mengalami perubahan warna pada
berbagai pH. Hasil uji perubahan warna menunjukkan bahwa ekstrak pekat
kulit buah naga memiliki memiliki daerah perubahan warna pada perubahan
warna dari merah muda hingga hijau. Rentang pH perubahan warna tersebut
dijadikan acuan dalam penentuan trayek pH melalui titrasi asam lemah-basa
kuat. Rentang PH perubahan warna tersebut dijadikan acuan dalam
menentukan trayek pH melalui titrasi asam lemah-basa kuat
(CH3COOH.NaOH).
Menurut Yusnita, (2010: 19-26), indikator universal merupakan campuran
dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan
dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator
yang berupa kertas dan larutan. Alat ini merupakan indikator yang akan
berubah warnanya jika konsentrasi asam (H+) berubah sedikit saja. Daerah
perubahan warna untuk indikator ini lebih dari 7. Dan juga penunjuk basa
yang akan berubah warnanya jika konsentrasi basa (OH-) berubah sedikit saja.
Daerah perubahan warnanya kurang dari 7.
Senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi
asam basa memiliki karakteristik yaitu senyawa yang dapat memberikan
perubahan warna pada suasana pH larutan. Perubahan warna dapat terjadi
karena proses penyeimbangan bentuk molekul dan ion dari suatu senyawa
indikator. Sebagai contoh, senyawa phenolftalein merupakan indikator asam
dan basa kuat lemah, mengalami perubahan kesetimbangan ion diikuti dengan
perubahan warna dari tidak berwarna dalam kondisi asam menjadi merah
muda dalam kondisi basa. Dari reaksi kesetimbangan tersebut, diketahui
bahwa senyawa indikator dalam bentuk iom-ion yang dapat menghasilkan
perubahan warna (Wiyantoko & Astuti, 2020)
Adapun contoh netralisasi yaitu pemurnian minyak jelantah dan
pembuatan sabun dari minyak jelantah. Di dalam pemurnian minyak
mempunyai beberapa proses yaitu (proses despicing) merupakan proses
pengendapan dan pemisahan kotoran akibat bambu dan kotoran dari bahan
pangan tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. (Proses
bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat
warna yang tidak disukai dalam minyak. Proses netralisasi merupakan proses
untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara
mereaksikan asam lemah bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun. (Kadar air) menguji kandungan air dengan menggunakan
adsorben yang dapat dilihat bahwa kandungan air pada minyak goreng yang
berkurang (Hartono dan Suhendie, 2020:22-23).
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
No. Nama Alat Jumlah Fungsi dalam Percobaan
Untuk mengukur dan
1. Pipet volume 10 mL 2 buah mentransfer volume cairan
dengan presisi 10 mL.
Sebagai wadah untuk melakukan
2. Erlenmeyer 125 mL 1 buah
pencampuran larutan.
Sebagai wadah untuk melakukan
3. Erlenmeyer 100 mL 2 buah
pencampuran larutan.
Tempat menampung larutan
4. Gelas kimia 50 mL 1 buah
NaOH
Mempermudah pengalihan cairan
5. Corong biasa 1 buah dari satu wadah ke wadah
lainnya.
Untuk mengukur dan mengontrol
volume larutan asam atau basa
6. Buret 50 mL 1 buah
yang ditambahkan dalam sampel
yang diuji.
Untuk menopang buret dengan
7. Statif 1 buah stabil dan mencegah Gerakan
atau getaran.
Untuk meningkatkan keamanan
8. Klem 1 buah selama proses titrasi untuk hasil
yang akurat
Untuk mengambil volume yang
9. Ball pipet 1 buah tepat dari larutan asam atau basa
yang akan digunakan.
Untuk mengeringkan alat-alat
10. Lap kasar 1 buah
yang sudah dibilas.
Digunakan untuk memindahkan
11. Pipet tetes 1 buah larutan NaOH dari wadahnya ke
dalam buret.
2. Bahan
Jumlah
Rumus
No Nama Bahan (mL/m Fungsi
Kimia
g)
Untuk menetralkan asam
Larutan Natrium dan membantu
1. NaOH 50 mL
Hidroksida 0,2 M menentukan titik akhir
reaksi netralisasi.
Sebagai agen penghasil
ion hidrogen yang
Larutan Asam diperlukan untuk
2. HCl 30 mL
Klorida 0,1 M mengurangi keasaman
larutan basa dan mencapai
titik netral pada titrasi.
Sebagai penunjuk visual
Indikator yang mempermudah
3. C20H14O4 9 Tetes
Phenolftalein identifikasi titik akhir
titrasi.
Indikator Untuk mengukur pH
4.
Universal larutan.
Membersihkan alat-alat
5. Aquades H2O 50 mL yang akan digunakan
praktikan.
F. PROSEDUR KERJA
1. Isi buret dengan larutan NaOH 0,2 M.
2. Dengan menggunakan pipet ukur 10 mL, masukkan 10 mL larutan HCI
0,1 M ke dalam labu erlenmeyer, ukur pH larutan dengan indikator
universal, tambahkan 3 tetes indikator phenolftalein.
3. Catat keadaan awal (skala) dalam buret. Teteskan 1 mL larutan NaOH dari
buret ke dalam larutan HCI dengan hati-hati, ukur pH larutan.
4. Lanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi
merah muda, ukur pH larutan.
5. Catat keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
6. Tambahkan lagi 1 mL larutan NaOH dari buret dan ukur pH larutan.
Ulangi titrasi paling sedikit dua kali.
G. HASIL PENGAMATAN
Titrasi larutan Asam Klorida (HCl) dengan larutan Natrium Hidroksida
(NaOH)
 pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH :1
 pH larutan saat penambahan 1 mL NaOH :1
 pH larutan saat mencapai titik ekivalen :8
 pH larutan setelah mencapai titik ekivalen : 12
Pembacaan
Titrasi I (mL) Titrasi II (mL) Titrasi III (mL)
Buret
NaOH akhir 44,7 mL 39,3 mL 34 mL
NaOH awal 50 mL 44,7 mL 39,3 mL
Volume NaOH 5,3 mL 5,4 mL 5,3 mL
V NaO V NaO V NaO
Volume rata-rata NaOH =

mL mL mL
=

= 5,3 mL
H. ANALISIS DATA
1. pH larutan HCl sebelum penambahan larutan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL = 0,1 L
Ditanyakan : p ……?
Penyelesaian :
+
Cl → + Cl-
[H+] = M x a
= 0,1 M x 1
= 0.1 M
pH = -log [H+]
= -log 10-1
=1
2. pH larutan saat 1mL NaOH 0.2 M kedalam 10 mL HCl
Diketahui : V HCl = 10 mL = 0,01 L
V NaOH = 1 mL = 0,001 L
M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
Ditanyakan : p ….?
Penyelesaian :
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 1 mol
= 1 x 10-3
Mol NaOH = M HCl x V HCl
= 0,2 mol/liter x 0,01 liter
= 0,2 x 10-3 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCL (aq) + H2O(1)
Mula-mula : 0,001 mol 0,002 mol - -
Terurai : 0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol
Sisa : 0,0008 mol - 0,0002 mol 0,0002 mol
mol
M HCl sisa =
liter
mol
=
liter
= 7,273 x 10-2 M
pH = -log [H+]
= -log 7273 x 10-2
= 2- log 7,273
= 1,14
3. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen
Diketahui : M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
V HCl = 10 mL = 0,01 L
Ditanyakan : p …..?
Mol HCl = Mol NaOH
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 mol/liter x 0,1 mol/liter = 0,2 mol/liter x V2
0001 mol = 0,2 mol/liter x V2
mol
V2 =
mol liter

V2 = 0,005 liter
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 0.001 mol
Mol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,2 mol/liter x 0,005 liter
= 0,001 mol
HCl(aq) + NaOH (aq) NaCl(aq) + H2O
Mula-mula : 0,001 mol 0,001 mol - -
Terurai : 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
Sisa : - - 0,001 mol 0,001 mol
Pada reaksi diatas asam dan basa tepat bereaksi sehingga pH = 7
pH + pOH = 14
[H+] [OH-] = 10-14
[H+]2 = 10-14
[H+] = √
[H+] = 10-7 = 7
pH = -log [H+]
= -log 10-7
=7
4. pH saat melewati titik ekivalen
Diketahui : V HCl = 10 mL
M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
Ditanyakan : p …..?
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol
V NaOH = 5 mL +1 mL
= 6 mL
= 0,006 Liter
Mol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,2 mol/liter x V NaOH
= 1,2 x 10-3 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O (1)
Mula-mula : 0,001 mol 0,0012 mol - -
Terurai : 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
Sisa : - 0,0002 mol 0,001 mol 0, 001 mol
mol
M NaOH sisa=
liter
mol
=
liter
= 1,25 x 10-2 M
pOH- = -log [OH-]
= -log 1,25 x 10-2
= 2 - log 1,25
= 1,91
Maka pH = 14 - pOH
= 14 – 1,91
= 12,09
Kurva titrasi antara HCl dan NaOH

14
12
10
pH HCl

8
6 pH teori
4 pH titrasi 1
2
0
0 2 4 6 8
Volume NaOH

Grafik H.1 Titrasi pertama

14
12
10
pH HCl

8
6 pH teori
4 pH titrasi 1
2
0
0 2 4 6 8
Volume NaOH

Grafik H.2 Titrasi kedua

14
12
10
pH HCl

8
6 pH teori
4 pH titrasi 1
2
0
0 2 4 6 8
Volume NaOH
Grafik H.3 Titrasi ketiga
I. PEMBAHASAN
Percobaan ini kami melakukan titrasi antara asam kuat dan basa kuat yaitu
larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,2 M. NaOH adalah titrannya dan yang dititrasi
adalah HCl. Tujuan dari titrasi yaitu untuk menyelidiki kadar suatu larutan.
Prinsip dari proses titrasi asam-basa ini yaitu dengan mereaksikan kedua
macam larutan tersebut.
Netralisasi adalah proses reaksi antara garam dan basa sehingga
membentuk garam dan air reaksi yang terjadi adalah
HCl(aq) + NaOH → NaCl(aq) + H2O
(Asam klorida) (Natrium hidroksida) (Natrium klorida) (Aquades)
Titrasi asam basa juga merupakan teknik kimia
yang umum digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan asam basa. Dalam proses
ini, sebuah larutan asam atau basa diberikan secara
bertahap (dengan menggunakan buret) ke dalam
larutan yang akan dititrasi. Tujuan utamanya
adalah untuk mencapai titik ekuivalen. Yaitu titik
dimana jumlah ekivalen asam dan basa yang

Gambar I.1 Memasukkan HCl bereaksi adalah sama. Titik ini ditandai oleh
0,1M ke dalam erlenmeyer
perubahan indikator pH atau pengukuran pH
larutan yang berubah mnedekati netral.
Dasar dari titrasi asam basa adalah reaksi neutralisasi antara asam dan
basa. Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, ion H+ dari asam bereaksi
dengan ion OH- dari basa, membentuk air (H2O). Selain itu, garam juga dapat
terbentuk sebagai produk reaksi. Prinsip ini dikenal sebagai neutralisasi.
Untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa yang tidak diketahui,
kita menggunakan larutan asam atau basa dengan
konsentrasi yang diketahui sebagai larutan standar.
Selain itu, konsep netralisasi asam basa
digunakan dalam perhitungan stoikiometri untuk

Gambar I.2 Penambahan


Indikator Phenolftalein
menentukan jumlah yang tepat dari asam dan basa
yang diperlukan untuk mencapai netralisasi. Ini
adalah dasar untuk menghitung konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui dalam percobaan.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatuu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya.
Titrasi asam basa adalah titrasi titrasi yang
berdasarkan reaksi penetralan asam basa. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah
diketahui kadarnya dan sebaliknya kadar larutan basa ditentukan dengan
menggunakan larutan asam yang telah diketahui kadarnya. Pada titik akhir
titrasi, jumlah ekivalen zat yang dititrasi sama dengan jumlah ekivalen zat
standar yang ditambahkan, dan indikator digunakan untuk mengetahui titik
akhir titrasi.
Percobaan ini bertujuan untuk melakukan titrasi
asam dan basa dengan menggunakan indikator.
Indikator yang digunakan adalah dalam percobaan
ini adalah indikator universal dan indikator
penolftalein. Indikator yang memiliki rentang warna
pH digunakan untuk mengukur pH larutan titrasi.
Adapun prinsip dasar dari percobaan ini yaitu
melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga
akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi.
Gambar I.3 Pengukuran Prinsip kerja dari titrasi ini atau pada percobaan ini
pH larutan HCl
yaitu pengukuran dan penetralan, basa NaOH
sebagai titran diteteskan ke larutan titrat atau HCl yang bersifat asam sehingga
larutan menjadi netral. Pengukuran PH menggunakan indikator universal serta
pengukuran volume NaOH juga termasuk dalam prinsip kerja percobaan ini.
Titrasi pada percobaan ini dilakukan antara asam kuat dan basa kuat yaitu
asam klorida HCl dan natrium hidroksida atau NaOH. Asam kuat dan basa

Gambar I.4 Penambahan


NaOH ke dalam HCl
kuat terionisasi secara sempurna atau seluruhnya. Titrasi dilakukan sebanyak 3
kali untuk menghasilkan nilai yang akurat. Indikator yang digunakan pada
percobaan ini yaitu indikator phenoftalein dan universal. Indikator
phenoftalein digunakan sebagai petunjuk titik akhir titrasi, sedangkan
indikator universal digunakan untuk mengetahui derajat kesamaan atau pH
suatu larutan.
Pada percobaan pertama langkah yang dilakukan yaitu memasukkan
larutan NaOH 0,2 M ke dalam buret menggunakan corong biasa. Pada
percobaan ini buret yang digunakan adalah buret 50 mL. Lalu dilanjutkan
mengisi labu erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M dengan menggunakan
pipet ukur sebanyak 10 mL, ukur pH larutan HCl,
pada percobaan ini HCl memiliki pH 1 (satu).
Setelah itu ditambahkan indikator phenoftalein
sebanyak 3 tetes, yang terjadi tidak ada perubahan
warna. Hal ini menunjukkan bahwa larutan masih
sama-sama bersifat asam. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan indikator fenoftalein tidak
berwarna dalam larutan asam dan larutan netral.
Gambar I.5 Proses titrasi Selanjutnya adalah mencatat keadaan awal atau
skala buret. Lalu ditambahkan NaOH ke dalam larutan HCl dan dilakukan
titrasi sampai terjadi perubahan warna dan mencapai titik ekuivalen. Setelah
dilakukan larutan berubah menjadi warna merah muda lalu diperoleh pH-nya
yaitu 11.
Proses yang terakhir yaitu penambahan 1 ml NaOH dan terjadi kenaikan
pH menjadi 12. Hal ini menunjukkan telah melewati titik ekuivalen. Pada
keadaan awal titrasi sudah terlihat perubahan warna, bukan merah muda
namun lebih ke warna ungu. Hal ini terjadi karena kesalahan pada titrasi yaitu
kelebihan larutan NaOH yang ditambahkan melebihi 1mL akibat keran buret
lambat ditutup.
Pada percobaan kedua atau titrasi kedua
prosesnya sama pada titrasi pertama, pH yang
didapat pada keadaan awal yaitu 1 (satu).
Kemudian ditambahkan indikator phenoftalein 3
tetes, setelah itu ditambahkan 1 mL larutan
NaOH dan tidak terjadi perubahan warna, pH-
nya pun sama yaitu 1 (satu). Titrasi dilanjutkan
sampai larutan bening mencapai perubahan

warna ke merah muda, pH yang didapat pada Gambar I.6 Pengukuran pH


larutan setelah titrasi
titrasi kedua yaitu pH 9 (sembian). Hal ini tidak
sesuai teori karena jumlah pH netral adalah pH 7 (tujuh). Perubahan warna
yang terjadi sesuai dengan teori yang mengatakan. akhir titrasi terjadi bila
indikator berubah warna.
Langkah terakhir ialah menambahkan 1 mL
larutan NaOH setelah mencapai titik ekuivalen.
Volume yang diperlukan agar terjadi perubahan
warna yaitu 4,8 mL lebih kecil dari volume titrasi,
lebih besar dari volume titrasi awal, pH larutan pun
juga ikut meningkat yaitu dari pH 9 menjadi pH
11. Percobaan terakhir yaitu percobaan ketiga
didapatkan hasil dengan prosedur kerja yang sama
seperti pada percobaan satu dan dua, pH yang
Gambar I.7 Penambahan 1 didapat saat titrasi ketiga adalah 10 (sepuluh) dan
mL larutan NaOH setelah
titrasi meningkat setelah penambahan NaOH menjadi 12.
Artinya larutan telah melewati titik ekuivalen sebelum penambahan 1 mL
larutan NaOH.
Dari hasil percobaan satu, dua, dan tiga, dapat dilihat bahwa larutan
tersebut sampai pada titik ekuivalennya. Karena ketika larutan HCl
dicampurkan dengan NaOH, terjadi perubahan warna. Karena kelebihan bahan
maka dari itu melebihi titik ekuivalennya. Pada percobaan ini dari percobaan
satu, dua, dan tiga tidak mencapai titik ekuivalen yang netral. Dari grafik 1, 2,
dan 3 dapat diperoleh bahwa pH HCl akan terus bertambah sesuai volume
NaOH yang dipakai. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan pH HCl
dari 1 sampai 12. Titrasi ini dilakukan tiga kali untuk mengamati keadaan
sebelum tercapai di titik ekuivalen.
J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilaukan mengenai netralisasi asam
basa, dapat disimpulkan bahwa larutan akan mencapai titik ekuivalen pada pH
7 dan terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna ungu . pH
larutan diukur menggunakan indikator universal untuk mengetahui pH larutan
secara tepat, dan indikator phenoftalein sebagai pertanda tercapainya titik
ekuivalen. Percobaan ini menunjukkan bahwa larutan HCl mencapai titik
ekuivalen setelah ditambahkan 6 mL larutan NaOH 0,2 M dengan pH rata-rata
11-12.
K. SARAN
Untuk prakrikan selanjutnya sebaiknya lebih hati-hati dan teliti dalam
melakukan titrasi dalam percobaan serta menguasai prosedur kerja agar tidak
mengalami kesalahan saat melakukan percobaan, sehingga percobaan dapat
berlangsung dengan efisien dan tidak memakan waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, E. T. (2022). Kimia Dasar. Pascal Books

Hartono, R., & Suhendie, E. (2020). Pemurnian Minyak Jelantah Dengan


Menggunakan Steam Pada Kolom Vigrek Dan Katalis Zeolit Alam Bayah.
Jurnal Integrasi Proses, 9(1), 20-24.
Haryono, H. E. (2019). Kimia Dasar. Deepublish

James J. Baker C. & Swain . ). PRINSIP-PRINSIP SAINS UNTUK


KEPERAWATAN . In J. James C. Baker & . Swain. Jakarta: Erlangga.
Lukum A. ). Dasar- dasar Kimia Analitik . In A. Lukum Dasar- dasar
Kimia Analitik. Gorontalo: Universitas negeri Gorontalo.
Meganingtyas, W., & Alauhdin, M. (2021). Ekstraksi Antosianin dari Kulit Buah
Naga (Hylocereus costaricensis) dan Pemanfaatannya sebagai Indikator
Alami Titrasi Asam-Basa. Agritech, 41(3), 278-284.
Pierre, D. (2019). Acid-Base Titration. Undergraduate Journal of Mathematical
Modeling: One+ Two, 10(1), 8.

Wiyantoko B. & Astuti. ). Butterfly Pea Clioria Ternate L.) Extract as


Indicator of Acid-Base Titration. Journal of Chemical Analysis Volume
No. .
Yusnita M. ). Asam Basa dan Garam di Lingkungan Kita. Semarang: PT.
Sindur Press.

Anda mungkin juga menyukai