Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Tanggal praktikum : 16 Oktober 2021


Judul praktikum : Asidimetri dan Alkalimetri

Disusun oleh:
Kelompok : 5 (lima)
Program studi : Teknik Kimia

Nama :
Fina Rafika Haque 2109066003
Muhammad Farhan Aziz 2109066047

Asisten praktikum :
Alfiyya 1909066031

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cara yang biasa digunakan untuk menentukan kadar suatu larutan
dalam analisa kuantitatif adalah dengan titrasi. Titrasi merupakan cara yag
cukup menguntungkan karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat serta
memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Titrasi atau volumetri adalah cara analisa
jumlah atau kadar suatu zat berdasarkan pengukuran volume pereaksi yang
terpakai selama reaksi.

Terdapat banyak jenis titrasi berdasrkan larutan standar yang digunakan dalam
proses pengerjaannya. Salah satu jenis titrasi yang banyak dijumpai adalah
titrasi asam basa atau asidimetri-alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dimana
larutan standar yang digunakan adalah asam, sedangkan alkalimetri
menggunakan larutan basa sebagai larutan standar nya.

Titrasi asam basa atau tritrasi penetralan merupakan metode standar yang
banyak digunakan di laboratorium atau laboratorium industri, karena
pengerjaannya yang cukup mudah dan cepat. Dalam proses titrasi perlu
menggunakan suatu larutan indikator yang berfungsi untuk menunjukkan titik
akhir dari titrasi tersebut sehingga titrasi dapat dihentikan.

Oleh karena itu, praktikum ini penting untuk dilakukan agar praktikan dapat
memahami prosedur pengerjaan titrasi dalam menentukan suatu kadar asam dan
basa dari suatu larutan sampel.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses pengerjaan titrasi asidimetri dan alkalimetri
b. Untuk menentukan konsentrasi larutan asam CH3COOH.
c. Untuk menentukan konsentrasi larutan basa NaOH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisa kuantitatif adalah analisa penetapan jumlah suatu zat tertentu di dalam
suatu larutan sampel. Analisa kuantitatif berkaitan dengan identifikasi zat kimia
(Day dan Underwood, 2002). Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam
basa paling nyaman apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang
disebut titrasi (titration), dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrainya
diketahu secara pasti, disebut dengan larutan standar (standart solution),
ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui,
sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna (Chang,
2005).

Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi


yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkap dengan larutan
yang konsentrasinya belum diketahui sebelumnya (Keenan, 1980). Titrasi
merupakan suatu metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunkan
larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Suatu larutan yang belum
diketahui konsentrasinya ditambahkan secara bertahap ke larutan yang telah
diketahui konsentrasinya (Cordora dan Chandra, 2012).

Rekasi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa. Caranya adalah dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa
kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan akan bereaksi dengan asam, dan
penetesan diberhentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan jumlah OH-. Pada
saat itu larutan bersifat netral dan disebut titik ekivalen. Cara seperti ini disebut
titrasi, yaitu analisa dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk
bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisa ini disebut juga analisa volumetri,
karena yang diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume
tertentu larutan asam (Syukri, 1999).

Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil:


a. Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.
b. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
c. Titik stoikiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan
perubahan warna, atau sangat dekat dengan pada titik ekivalen yang sering
digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
d. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui
setepat mungkin (Hardjono Sastrohamidjojo, 2005).

Asidimetri berasal dari kata aside dan metri, dimana aside berasal dari kata aad
yang berarti asam sedangkan metri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti ilmu,
proses, seni mengukir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asidemetri adalah
pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam untuk menentukan basa.
Titrasi asidimetri-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan reaksi
asam basa (Padmaningrum, 2013).

Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu


reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan air hidroksida yang
berasal dari basa yang membentuk molekul air. Oleh sebab itu, alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu sampel
dengan menggunakan larutan bassa yang sesuai (Andari, 2013).

Keberhasilan dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang
mampu menunjukkan titk akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat yang
ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah
terjadinya titik akhir titrasi pada analisa volumetrik. Suatu zat dapat dikatakan
sebagai indikator titrasi asam-basa jika dapat memberikan perubahan warna
sampel seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen atau
perubahan pH (Day dan Underwood, 1986).

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH.


Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula
rendah dan selama titrasi terus-menerus naik. Bila pH diukur dngan pengukur pH
(pH meter) pada awal titrasi yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu
tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita
peroleh grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita pergunakan
untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka:
a. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat
agar tidak terjadi kesalahan titrasi
b. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan
tentang kapan titrasi harus dihentikan.
Untuk memenuhi persyaratan 1, maka trayek indikator harus mencakup pH larutan
pada titik ekivalen, atau sangat mendekatiya. Untuk memenuhi persyaratan 2,
trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva
(Khopkar, 2003).

Table 2.1 Daftar Indikator Asam Basa


Nama Range pH Warna Sifat
Biru timol 1,2 – 2,8 Merah – kuning Asam
Kuning metil 2,9 – 4,0 Merah – kuning Basa
Jingga metil 3,1 – 4,4 Merah – jingga Basa
Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Kuning – biru Asam
Mereah metil 4,2 – 6,3 Merah kuning Basa
Ungu bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning – ungu Asam
Biru bromtimol 6,2 – 7,6 Kuning – biru Asam
Nama Range pH Warna Sifat
Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning – merah Asam
Ungu kresol 7,9 - 9,2 Kuning – ungu Asam
Tidak bewarna –
Fenolflatein 8,3 – 10,0 Asam
merah
Tidak bewarna –
Timolflatein 9,3 – 10,3 Asam
biru
Kuning alizarin 10,0 – 12,0 Kuning – ungu Basa

Perubahan warna terjadi oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator


mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna
pada range pH yang berbeda (Khopkar, 2003). Kebanyakan indikator asam basa adalah
molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disebut dengan HIn. Mereka
memberikan satu warna berbeda bila proton dilepas (Sastrohamidjojo, 2005).
BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Buret
b. Klem
c. Statif
d. Pipet volume 10 mL
e. Labu Erlenmeyer 100 mL
f. Gelas ukur 25 mL
g. Gelas kimia 100 mL
h. Corong kaca
i. Bulb
j. Pipet tetes

3.1.2 Bahan
a. CH3COOH 0,1 M
b. NaOH 0,1 M
c. C2H2O4 0,1 M
d. Indikator Fenolflatein
e. Akuades

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur Percobaan Asidimetri
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dimasukkan ke dalam buret larutan C2H2O4 sampai tanda tera
c. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer larutan NaOH 0,1 M sebanyak 10 mL
dengan menggunakan pipet volume
d. Ditambahkan indikator PP kedalam larutan NaOH 0,1 M di dalam erlenmeyer
e. Dititrasi larutan NaOH 0,1 M dengan larutan C2H2O4 sampai terjadi
perubahan warna
f. Dihentikan titrasi saat terjadi perubahan warna dari merah lembayung menjadi
tidak bewarna
g. Dilakukan titrasi sebanyak tiga kali dengan langkah-langkah yang sama.

3.2.2 Prosedur Percobaan Alkalimetri


a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dimasukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret sampai tanda batas
c. Dimasukkan larutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 10 mL ke dalam labu
erlenmeyer
d. Ditambahkan indikator PP ke dalam larutan CH3 COOH yang ada di dalam
labu erlenmeyer
e. Dititrasi larutan CH3COOH dengan larutan NaOH 0,1 M sampai terjadi
perubahan warna
f. Dihentikan titrasi sampai warna berubah dari tidak bewarna menjadi bewarna
merah muda
BAB IV
TUGAS

4.1 Soal Paket A


1. Berikan pendapat anda tentang apa itu asidimetri dan alkalimetri serta
perbedaan dari kedua titrasi terebut!
2. Jelaskan fungsi dari indikator fenolflatein (PP) pada praktikum asidimetri dan
alkalimetri!
3. Dari praktikum asidimetri didapatkan data volume C2H2O4 yaitu:
Tabel volume C2H2O4 pada percobaan asidimetri
Tirasi Volume (mL)
Titrasi 1 10, 5
Titrasi 2 11
Titrasi 3 10

Dari data diatas tentukan konsentrasi larutan NaOH jika diketahui volume
NaOH didalam erlenmeyer sebanyak 10 mL dan konsentrasi C2H2O4 0,1 M
4. Tuliskan bentuk reaksi dari NaOH dengan CH3COOH dan reaksi CH3COOH
dengan indikator PP pada percobaan alkalimetri!
5. Berikan pendapat anda kenapa pada percobaan asidimetri dan alkalimetri
dilakukan titrasi sebanyak tiga kali!

4.2 Jawaban
1. Asidimetri dan alkalimetri merupakan metode penentuan kadar atau konsentrasi
suatu larutan berdasarkan volume larutan standar yang yang digunakan dalam
proses pengerjaannya. Perbedaan asidimetri dan alkalimetri terletak pada
larutan standar yang digunakan asidimetri menggunakan larutan standar asam
seperti HCl untuk menentukan kadar larutan basa, sedangkan alkalimetri
menggunakan larutan standar basa untuk menentukan kadar dari larutan asam.
2. Indikator fenolflatein pada percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri
berfungsi sebagai penunjuk titik akhir titrasi dengan terjadi perubahan warna
sehingga titrasi dapat dihentikan.

3. Diketahui
Volume C2H2O4
Titrasi 1 : 10,5 mL
Titrasi 2 : 11 mL
Titrasi 3 : 10 mL
Konsentrasi C2H2O4 : 0,1 M
Volume NaOH : 10 mL
10,5+11+10
Volume C2H2O4 rata-rata =
3
31,5
=
3
= 10,5 mL
Konsentrasi NaOH
V1 × M1 = V2 × M2
10× M1 = 10,5× 0,1
10,5 ×0,1
M1 =
10
1,05
M1 =
10
M1 = 0,105
Jadi dari perhitungan tersebut diperoleh konsentrasi NaOH yaitu 0,105 M
4. Persamaan reaksi NaOH dan CH3COOH
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O…….(4.1)
Persamaan reaksi CH3COOH dan Indikator PP
CH3COOH + C20H14O4 C20H14O4CH3COOH……..(4.2)

5. Pada praktikum asidimetri dan alkalimetri dilakukan titrasi sebanyak tiga kali
yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari, Sinta., Dkk. (2016). Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoco
Discolar) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Chemica et Natura Acta.
Univesitas Islam Negeri Gunung Jati. Vol.04, No.02: 39.

Stefanus, Jonathan. (2018). Asidimetri-Alkalimetri. Universitas Padjajaran. (7) (PDF)


Asidimetri-Alkalimetri | Jonathan Stefanus - Academia.edu. Diakses tanggal 17
Oktober 2021.

Suratman, Arthy Herawaty. (2014). Titrasi Asam Basa. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jurnal Titrasi Asam Basa | PDF (scribd.com). Diakses
tanggal 18 Oktober 2021.

Yurida, Mutia., dkk. (2013). Asidi-Alkalimetri. Jurnal Teknik Kimia. Universitas


Sriwijaya. Vol. 19, No.02: 3-5.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai