0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan6 halaman
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dan basa untuk menentukan konsentrasi larutan. Prinsipnya adalah menambahkan larutan basa atau asam yang konsentrasinya telah diketahui ke dalam larutan yang akan dititrasi sampai mencapai titik ekuivalen yang ditandai perubahan warna indikator. Volume larutan yang digunakan untuk mencapai titik ekuivalen digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dan basa untuk menentukan konsentrasi larutan. Prinsipnya adalah menambahkan larutan basa atau asam yang konsentrasinya telah diketahui ke dalam larutan yang akan dititrasi sampai mencapai titik ekuivalen yang ditandai perubahan warna indikator. Volume larutan yang digunakan untuk mencapai titik ekuivalen digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dan basa untuk menentukan konsentrasi larutan. Prinsipnya adalah menambahkan larutan basa atau asam yang konsentrasinya telah diketahui ke dalam larutan yang akan dititrasi sampai mencapai titik ekuivalen yang ditandai perubahan warna indikator. Volume larutan yang digunakan untuk mencapai titik ekuivalen digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan
1. Pengertian Stoikiometri Dalam ilmu kimia stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia( persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa YUNANI stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran). Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda.
2. Pengertian Titrasi Asam Basa
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
3. Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
4. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain: 1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”. 2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Biasanya cara ini paling sering digunakan karena dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.
5. Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut: Molasam = Molbasa Nasam . Masam = Vbasa . Nbasa (n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan: N = Normalitas M = Kemolaran V = Volume (mL atau L) n = Jumlah ion H+(pada asam) atau OH- (pada basa)
6. Indikator Asam Basa
Untuk menentukan asam basa suatu larutan maka salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan indicator. Berikut ini adalah beberapa indicator untuk menentukan sifat larutan tersebut:
NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIFAT)
Biru timol 1,2-2,8 merah – kuning asam Kuning metil 2,9-4,0 merah – kuning basa Jingga metil 3,1 – 4,4 merah – jingga basa Hijau 3,8-5,4 kuning – biru asam bromkresol Merah metil 4,2-6,3 merah – kuning basa Ungu 5,2-6,8 kuning – ungu asam bromkresol Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning – biru asam Merah fenol 6,8-8,4 kuning – merah asam Ungu kresol 7,9-9,2 kuning – ungu asam Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. – merah asam Timolftalein 9,3-10,5 t.b. – biru asam Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning – ungu basa Lampiran 2 Penilaian
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Nama Satuan pendidikan : SMA Negeri 3 Unggulan Palembang
Tahun pelajaran : 2017/2018 Kelas/Semester : XI / Semester 2 Mata Pelajaran : Kimia
WAKT KEJADIAN/ BUTIR POS/ TINDAK
NO NAMA U PERILAKU SIKAP NEG LANJUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2. Sebutkan prinsip dasar dan manfaat dari titrasi! 3. Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan titrasi asam basa! 4. Tentukan indikator yang dipakai pada penetralan a. asam kuat oleh basa kuat b. asam lemah oleh basa lemah c. basa lemah oleh asam kuat 5. Sebanyak 10 mL larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M menggunakan indikator fenolftalein. Jika perubahan warna indikator menjadi merah muda diperlukan 12,5 mL larutan penitrasi, maka tentukan molaritas larutan HCl tersebut. 6. Untuk mengetahui % asam cuka dilakukan dengan titrasi 2 mL larutan asam cuka dan memerlukan 35 mL larutan NaOH 0,1 M. Massa jenis larutan 950 g/L! Tentukan molaritas asam cuka dan berapa % kadar asam cuka tersebut? Lembar Kerja Siswa
Mata Pelajaran : KIMIA
Nama : Kelas/Program : Kelompok : 1. Judul Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi 2. Tujuan 3.1 Menentukan titik ekivalen pada titrasi 3.2 Menentukan konsentrasi HCl dengan cara titrasi asam-basa 3. Petunjuk : Lembar kerja ketika selesai percobaan, ditinggalkan diatas meja masing-masing setelah dicopy untuk dijadikan data pada saat pembuatan laporan. Laporan akan dikumpul pada pertemuan selanjutnya. 4. Konsep Dasar Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan untuk menentukan kadar (konsentrasi) berbagai jenis larutan, khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya. Demikian pula sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan mengunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Proses penentuan kadar larutan dengan cara ini disebut titrasi asam-basa. Titrasi dilakukan untuk menetapkan molaritas suatu larutan dengan menggunakan larutan lain yang telah diketahui molaritasnya. Larutan peniter itu kita sebut larutan standar. Ketepatan (akurasi) dari konsentrasi larutan yang dititer, salah satunya bergantung pada kepastian molaritas dari larutan peniter. Jika molaritas larutan peniter tidak pasti, maka molaritas larutan yang dititer pastilah tidak akurat. Pada percobaan ini, kita akan menentukan molaritas HCl dengan larutan NaOH 0,1 M. Untuk itu, sejumlah larutan HCl ditempatkan dalam erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekuivalen (tepat habis bereaksi). Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi. 5. Prosedur Kerja 1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL. 2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL. 3. Masukkan 10 mL larutan HCl yang tersedia ke dalam erlenmeyer, kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes. 4. Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus–menerus digoncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda. 5. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan. 6. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama. 7. Tentukan volume rata-rata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan. 8. Tentukan molaritas larutan HCl tersebut. 6. Lembar Pengamatan Lengkapilah hasil pengamatan dibawah ini: Percobaan Volume HCl Volume NaOH 0,1 M (mL) (mL) 1 10 mL 2 10 mL 3 10 mL Rata-rata 10 mL 7. Pertanyaan 1. Sebutkan prinsip dasar dari titrasi asam-basa! 2. Apa kegunaan dari PP (fenolftalein)? 3. Warna apakah yang terlihat pada titrat saat titik ekivalen? Mengapa demikian? 4. Bagaimana cara menentukan konsentrasi HCl? Jelaskan! 8. Kesimpulan ……………………………………………..……………………………………………..……………………………………… ……..……………………………………………..……………………………………………..……………………………… ……………..……………………………………………..……………………………………………..……………………… ……………………..…………………………………………………………………………………………………………...