Anda di halaman 1dari 22

LEMBAR PENGESAHAN

LABORATORIUM PILOT PLANT TEKNIK KIMIA


ASAP CAIR

Dosen Pembimbing

: Irmawati Syahrir, S.T., M. T.

Kelas

: VII B / S1 Terapan

Kelompok

: V (Lima)

Nama Mahasiswa / NIM

: 1. Mifthahul Nur Jannah

13 644 008

2. Fitrianingsih

13 644 023

3. Pungky Ramadhani P.A.

13 644 026

4. Fitri Rosiana

13 644 057

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal .............................. 2016


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Irmawati Syahrir S.T., M.T.


NIP. 19690326 200003 2 001

LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PILOT PLANT TEKNIK KIMIA
ASAP CAIR

Disusun Oleh :
Nama / NIM

: 1. Mifthahul Nur Jannah


2. Fitrianingsih

13 644 008
13 644 023

3. Pungky Ramadhani Pamungkas A. 13 644 026


4. Fitri Rosiana
Kelas

: VII B / S1 Terapan

Kelompok

: V (Lima)

Dosen Pembimbing

: Irmawati Syahrir, S.T., M.T.

13 644 057

PRAKTIKUM PILOT PLANT


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Dapat mengoperasikan alat pirolisis untuk membuat asap cair
2. Membuat asap cair grade 2
3. Dapat menyusun neraca massa
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pirolisis
Pirolisis sering disebut juga sebagai termolisis. Secara definisi adalah
proses terhadap suatu materi dengan menambahkan aksi temperatur yang tinggi
tanpa kehadiran udara (khususnya oksigen). Secara singkat pirolisis dapat
diartikan sebagai pembakaran tanpa oksigen. Pirolisis telah dikenal sejak
ratusan tahun yang lalu untuk membuat arang dari sisa tumbuhan. Baru pada
sekitar abad ke-18 pirolisis dilakukan untuk menganalisis komponen penyusun
tanaman. Secara tradisional, pirolisis juga dikenal dengan istilah distilasi kering.
Proses pirolisis sangat banyak digunakan di industri kimia, misalnya, untuk
menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia lainnya dari kayu,
untuk mengkonversi diklorida etilena menjadi vinil klorida untuk membuat
PVC, untuk memproduksi kokas dari batubara, untuk mengkonversi biomassa
menjadi syngas, untuk mengubah sampah menjadi zat yang aman untuk
dibuang, dan untuk mengubah hidrokarbon menengah-berat dari minyak menjadi
lebih ringan, seperti bensin (Widjaya, 1982). Proses pirolisis menggunakan alat
pirolisis seperti terlihat pada gambar 1 berikut:

Sumber : http://mesinasapcair.blogspot.co.id/
Gambar 1. Alat pirolisis

Istilah lain dari pirolisis adalah destructive distillation atau destilasi


kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahanbahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan
dengan udara luar. Pada umumnya pirolisis dipengaruhi oleh waktu, kadar air
bahan, suhu, dan ukuran bahan. Uraian lengkapnya sebagai berikut:
1. Kadar air umpan yang tinggi menyebabkan waktu pirolisis menjadi lama
dan hasil cair menjadi rendah konsentrasinya, tetapi keaktifan arang akan
meningkat karena uap air dapat berperan sebagai oksidator zat-zat
yang melekat pada permukaan arang (Agra dkk, 1973).
2. Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan. Semakin
kecil ukuran bahan luas permukaan per satuan massa semakin besar,
sehingga dapat mempercepat perambatan panas ke seluruh umpan dan
frekuensi tumbukan meningkat misalnya serbuk gergaji cetak dipirolisis
dengan diameter 1,5 cm (Budhijanto, 1993). Ukuran bahan juga
berpengaruh terhadap kapasitas pengolahan.
3. Suhu proses yang tinggi akan menurunkan hasil arang, sedangkan hasil
cair dan gas meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya
zat-zat yang terurai dan teruapkan. Pirolisis serbuk gergaji kayu
0

memerlukan suhu 456 C (Budhijanto, 1993).


Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan
produk yaitu:
1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar
berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar
seperti CO, CH4 , H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi
rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu
disajikan pada Tabel 1 (Panshin,1950):
Tabel 1 Komposisi Rata-Rata dari Total Gas yang Dihasilkan pada
Proses Karbonisasi Kayu

No

Komponen gas

Persentase (%)

Karbondioksida

50,77

Karbonmonoksida

27,88

Metana

11,36

Etana

3,09

Hidrogen

4,21

Hidrokarbon tak jenuh

2,72

Sumber : Sediawan, 2014

2. Destilat berupa asap cair dan tar.


Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah
methanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor
yaitu fenol, metil asetat, asam format, dan asam butirat.
3. Residu (karbon).
Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen
yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam
kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu
mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta
satu bagian lignin.

1.2.2

Tempurung Kelapa

Potensi biomassa di Indonesia yang sangat melimpah merupakan sumber


bahan baku yang sangat baik untuk menghasilkan produk asap cair. Selain
bernilai ekonomis sekaligus untuk mengurangi pencemaran limbah hasil
pertanian dan perkebunan.
Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara
biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut
dengan ketebalan berkisar antara 36 mm. Tempurung kelapa dikategorikan
sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar

selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen
(dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa
dan hemiselulosa (Tilman, 1981).
Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam ruangan
yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses
penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang,
destilat, tar dan gas. Destilat ini merupakan komponen yang sering disebut
sebagai asap cair (Pranata, 2008).
Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air
sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering), dan
terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Data komposisi kimia
tempurung kelapa dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Komposisi kimia tempurung kelapa
Komponen

Presentase (%)

Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
Abu
Komponen Ekstraktif
Uronat Anhidrat
Nitrogen
Air

26,6
27,7
29,4
0,6
4,2
3,5
0,1
8,0

Sumber : Slamet, 2015

1.2.3 Asap Cair


Pengertian umum liquid smoke (asap cair) merupakan suatu hasil
destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun
langsung dari bahan yang banyak mengandung karbon dan senyawa-senyawa
lain. Bahan baku yang banyak digunakan untuk membuat asap cair adalah kayu,
bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu, dan lain-lain. Asap cair
bisa juga berarti hasil pendinginan dan pencairan asap dari tempurung kelapa
yang dibakar dalam tabung tertutup. Asap yang semula partikel padat
didinginkan dan kemudian menjadi cair itu disebut dengan nama asap cair.

Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap
hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan
yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon
lainnya.
Kondensasi adalah proses untuk mengubah suatu gas/uap menjadi cairan.
Gas dapat berubah menjadi cairan dengan menurunkan temperaturnya melalui
alat yang disebut kondensor. Kondensor berfungsi menurunkan temperatur gas
dengan cara dilewatkan pada media pendingin air atau udara. Transfer panas
terjadi dari gas panas ke media pendingin, dengandemikian proses kondensasi
dapat disebut proses transfer panas atau pertukaran panas. Pada prinsipnya desain
kondensor sama dengan desain heat exchanger. Bentuk dari kondensor ini sangat
berpengaruh terhadap kapasitas hasil pirolisis. Bentuk yang optimal tentu
mempunyai efisiensi yang tinggi. Efisiensi kondensor sangat tergantung pada
luas permukaan pendinginan, debit air pendingin, dan perbedaan temperatur
antara air pendingin dan gas/asap.
Untuk menghasilkan asap yang baik pada saat pembakaran adalah dengan
menggunakan jenis kayu keras seperti kayu bakar, serbuk kayu jati dan
tempurung kelapa. Komposisi tempurung yang terdiri dari hemiselulosa,
selulosa dan lignin akan teroksidasi menjadi fenol yang merupakan kandungan
utama dalam asap cair yang merupakan bahan absorpsi yang kegunaannya
adalah sebagai berikut:
1. Asap cair dari bahan limbah tempurung kelapa dapat digunakan proses
pengawetan kulit mentah.
2.

Asap

cair

dapat

menggantikan

obat-obatan

kimia

sebagai

sebagai anti bakteri/jamur.


3.

Pemberian obat anti bakteri/jamur dapat digantikan dengan pemberian


asap cair.

4.

Dengan menggunakan asap cair sebagai pengganti bahan kimia anti


bakteri/jamur, maka akan dapat mengurangi sebagian pencemaran
lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan kimia yang tidak
ramah lingkungan dalam proses pengawetan kulit.

Asap cair yang diperoleh hasil dari pirolisis kemudian didestilasi untuk
memisahkan asap cair murni dari tar yang terkandung didalamnya (Gambar 2).

Gambar 2. Alat Destilasi Sederhana


1.2.4

Komposisi

Asap

Cair
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari
400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponenkomponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis
kayu, umur tanaman sumber kayu dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan

tanah.

Komponen-komponen

tersebut

meliputi

asam

yang

dapat

mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan ; karbonil yang


bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang
merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan
(Astuti, 2000). Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan
senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,89,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %).
Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi:
1. Fenol
Fenol (C6H6OH) memiliki berat molekul (BM) sekitar 94,11
dengan

titik

didih 181,2 C. Senyawa fenol diduga berperan sebagai

antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan,


di samping itu fenol memberikan cita rasa dan warna yang khas pada

produk olahan.
2. Formaldehid
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin),
merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya
gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal
sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Pada umumnya, formaldehida
terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu,
formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung
karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil,
dan asap tembakau.
3. Asam Organik
Asam organik adalah senyawa organik yang mempunyai derajat
keasaman (bahasa Inggris: acidic properties). Asam organik yang paling
umum adalah asam alkanoat yang memiliki derajat keasaman dengan
gugus karboksil -COOH, dan asam sulfonat dengan gugus -SO2OH
mempunyai derajat keasaman yang relatif lebih kuat. Stabilitas pada gugus
asam sangat penting dan menentukan derajat keasaman sebuah senyawa
organik.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di
rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton
per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya
diperoleh dari industry petrokimia maupun dari sumber hayati.
3.2.5

Manfaat Asap Cair


Manfaat asap cair menurut Darmadji (1999), asap cair memiliki

banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri, antara lain :
1. Industri pangan

Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai


pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat
anti mikrobia dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka
proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung
yang mengandung banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan,
proses tidak dapat dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta
timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya tersebut dapat dihindari.
2. Industri perkebunan
Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional
asap cair seperti antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut dapat
memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.
3. Industri kayu
Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap
serangan rayap daripada kayu yang tanpa diolesi asap cair.
4. Pertanian, asap cair digunakan sebagai pestisida organik.
5. Peternakan, asap cair digunakan untuk meredam bau kotoran ternak dan
menekan kadar amoniak sehingga dapat menekan angka kematian ternak
(ayam).
Khususnya sebagai pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat
tambahan makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam
jumlah kecil dan tidak toksis). Pemakaian pengawet sangat luas. Hampir seluruh
industri mempergunakannya, termasuk industri farmasi, kosmetik, dan
makanan.
Di bidang kesehatan dan farmasi, penggunaan pengawet dibatasi jenis dan
jumlahnya. Khusus untuk pengawet
Permenkes

RI

makanan,

diatur

melalui

No.

722/Menkes/Per/IX/88. Namun, banyak pihak tidak bertanggung jawab


menggunakan bahan pengawet yang dilarang BPOM untuk makanan seperti
formalin, yang biasanya digunakan pada bakso, tahu, ikan dengan alasan biaya
murah dan produk keliatan lebih bagus serta tahan lebih lama.
Penggunaan formalin bisa digantikan dengan asap cair, karena harganya

yang cukup murah dan alami. Berikut cara pengawetan menggunakan asap cair:
a. Asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan,
sehingga menghambat kerusakan pangan dengan cara mendonorkan
hidrogen.
b. Dalam jumlah sangat kecil, asap cair efektif untuk menghambat
oksidasi lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan.
c. Kandungan asam pada asap cair juga efektif dalam mematikan dan
menghambat pertumbuhan mikroba pada produk makanan dengan cara
senyawa asam itu menembus dinding sel mikroorganisme yang
menyebabkan sel mikroorganisme mati. Dengan menurunnya jumlah
bakteri dalam produk makanan, kerusakan pangan oleh mikroorganisme
dapat dihambat sehingga meningkatkan umur simpan produk pangan.
d. Asap cair grade 3 tak dapat digunakan untuk pengawet makanan, karena
masih banyak mengandung tar yang karsinogenik. Asap cair grade 3
tidak digunakan untuk pengawet bahan pangan, tapi dipakai pada
pengolahan karet penghilang bau dan pengawet kayu biar tahan terhadap
rayap. Cara penggunaan asap cair grade 3 untuk pengawet kayu agar
tahan rayap dan karet tidak bau adalah 1 cc asap cair grade 3
dilarutkan dalam 300 ml air, kemudian disemprotkan atau merendam
kayu ke dalam larutan.
e. Asap cair grade 2 dipakai untuk pengawet makanan sebagai pengganti
formalin dengan warna asap berwarna kecoklatan transparan, rasa asam
sedang, aroma asap lemah. Cara penggunaan asap cair grade 2 untuk
pengawet ikan adalah celupkan ikan yang telah dibersihkan ke dalam
25% asap cair dan tambahkan garam. Biasanya ikan yang diawetkan
dengan menggunakan asap cair grade 2 bisa tahan selama tiga hari.
f. Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan siap saji
seperti bakso, mie, tahu, bumbu-bumbu barbaque. Asap cair grade 1 ini
berwarna bening, rasa sedikit asam, aroma netral dan merupakan asap
cair paling bagus kualitasnya serta tidak mengandung senyawa yang
berbahaya untuk diaplikasikan ke produk makanan. Cara menggunakan
asap cair grade 1 untuk pengawet makanan siap saji adalah 15 cc asap
cair dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian campurkan larutan tersebut

ke dalam 1 kg adonan bakso, mie atau tahu. Saat perebusan juga


digunakan larutan asap cair dengan kadar yang sama dilarutkan dalam
adonan makanan. Biasanya bakso yang memakai pengawet asap cair
grade 1 bisa tahan penyimpanan selama enam hari.

BAB II
METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan

1.1.1

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:


1. 1 set peralatan pirolisis
2. Erlenmeyer 500 mL
3. Gelas ukur 100 mL
4. Gelas kimia 100 mL
5. Corong
6. 1 set peralatan destilasi
7. Buret 50 mL
8. Corong
9. Statif
10. Pompa vakum
11. Bulp
1.1.2 Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tempurung kelapa
2. Kertas saring whatman No. 42
3. Indikator PP
4. NaOH 0,1 N
5. Zeolit Alam
1.2 Prosedur Percobaan
2.2.1. Pembuatan Asap Cair
1. Mengecilkan ukuran tempurung kelapa.
2. Menimbang 1,2 kg tempurung kelapa.
3. Merangkai peralatan pirolisis.
4. Memasukkan 1,2 kg bahan tempurung kelapa ke dalam reaktor
5.
6.
7.
8.

pirolisis.
Menyambungkan kondensor.
Melakukan proses pirolisis pada temperatur 600oC selama 3 jam.
Mengambil hasil asap cair yang keluar melalui kondensor.
Menyaring hasil produk cair dengan kertas saring dengan tujuan
untuk memisahkan fraksi tar.

2.2.2. Proses Pemurnian


1. Mengendapkan produk cair selama 1 minggu untuk memisahkan
fraksi berat (tar).
2. Menyaring produk cair hasil pengendapan dengan menggunakan
kertas saring whatman no. 42.
3. Mengukur pH asap cair hasil pirolisis.
4. Memasukkan produk cair hasil pengendapan ke dalam erlenmeyer
500 mL yang telah diisi dengan batu didih.
5. Memasang Erlenmeyer pada pemanas serta menghubungkan
erlenmeyer dan kondensor dengan menggunakan konektor.
6. Menjalankan air pendingin pada kondensor.

7. Mengamati temperatur dan waktu pada saat terjadi tetesan pertama


pada kondensor.
8. Menjalankan operasi sampai tidak ada lagi cairan yang menetes dari
kondensor.
9. Mengukur pH destilat yang diperoleh.
10. Memasukkan produk cair hasil destilasi ke dalam erlenmeyer 500
mL.
11. Merendam dengan zeolit alam selama 1 jam.
12. Menyaring produk asap cair grade 2.
13. Memipet 10 mL produk destilat ke dalam labu ukur 100 mL dan
menambahkan aquades hingga tanda batas.
14. Memipet 25 mL larutan asap cair dari labu ukur.
15. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
16. Menambahkan 3 tetes indikator PP.
17. Menitrasi produk asap cair dengan NaOH 0,1 N.

BAB III
DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Tabel 3.1 Proses Pirolisis
No
.
1.
2.

Sampel
Asap Cair Pirolisis
Asap Cair Hasil
Saringan

Volume
484 ml

Ph
3

Warna
Coklat Kehitaman

388 ml

Coklat tua
Kuning muda,

3.

Asap Cair Destilat

166 ml

terdapat lapisan
warna coklat

4.

Asap Cair
Perendaman Zeolit

166 ml

Kuning muda

Table 3.2 Analisa Produk Asap Cair


No

Volume Titrasi Sampel Asap Cair

.
1.

Terhadap NaOH
25 ml

Volume titran 1

Volume titran 2

28,6 ml

28,8 ml

Table 3.3 Densitas Asap Cair


Volume
No
.

Sampel

Massa pikno

Massa pikno +

kosong + tutup

tutup + sampel

(gram)

(gram)

10

14,3392

24,6273

1,0288

10

14,3392

24,2277

0,9888

pikno
kosong
(ml)

Densitas
(g/ml)

Asap cair
1.

hasil
saringan
Asap cair

2.

hasil
destilat

Table 3.4 Data Hasil Perhitungan


Rendemen (%)
Massa asam asetat (gram)

40,75
1,722

BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengoperasikan alat pirolisis dan membuat
asap cair grade 2. Pada praktikum ini digunakan bahan baku tempurung kelapa
sebanyak 1,2 kg untuk dipirolisis dengan suhu operasi sebesar 600

selama

kurang lebih 3 jam. Dari proses pirolisis menghasilkan asap cair sebanyak 489
gram dengan rendemen sebesar 40,75 % Pada praktikum ini parameter yang
dianalisa antara lain adalah kandungan asam, warna, pH dan densitas pada asap
cair. Pada proses pirolisis, kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin pada
tempurung kelapa terdekomposisi menjadi senyawa senyawa asam, fenol dan
karbonil. Dalam proses kondensasi terbentuk kondensat asap kasar, dimana
terdapat tiga fase yaitu fase larut dalam air berupa proses yang berada dalam
kondensor, fase tidak larut dalam air berupa asap cair yang keluar dari kondensor,
sedangkan fase tar berupa impuritis yang masih tertinggal didasar botol.
Dalam praktikum ini, didapat konsentrasi asap cair sebesar 1,148 N
dengan kandungan asam asetat dalam asap cair sebanyak 1,722 gram. Warna
coklat kehitaman pada asap cair disebabkan oleh senyawa karbonil dalam asap
cair yang bereaksi dengan protein. pH yang terdapat pada asap cair hasil pirolisis
adalah 3. pH yang asam dalam asap cair dikarenakan terdekomposisisnya
hemiselulosa dan selulosa

yang menghasilakan senyawa senyawa asam

karboksilat seperti asam asetat. Asap cair hasil destilasi memiliki pH 3,

ini

menunjukkan tidak adanya perubahan kadar air dari setiap perlakuan. Dari nilai
pH yang didapat menunjukkan bahwa tempurung kelapa mempunyai kadar air
yang rendah. Kemudian asap cair hasil pirolisis ini didestilasi lalu diadsorpsi
menggunakan zeolite untuk mendapatkan asap cair dengan kualitas yang lebih
baik dari segi warna dan bau. Dari proses ini didapat asap cair dengan pH sebesar
3, berwarna bening dan bau yang dihasilkan tidak terlalu tajam dibandingkan
dengan hasil pirolisis.
Pada praktikum ini dibuat neraca massa untuk mengetahui massa yang
hilang selama proses pirolisis berlangsung. Dari neraca massa dapat diketahui

bahwa massa yang hilang pada proses pirolisis sebesar 254 gram. Hal ini dapat
terjadi karena saat proses pirolisis isolasi tidak sempurna, akibatnya asap pirolisis
keluar sistem dan proses kondensasi tidak maksimal.

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu :


1. Pada proses pirolisis terdapat massa asap cair yang hilang sebesar 254
gram.
2. Asap cair grade 2 hasil destilasi bewarna bening dan tidak berbau tajam
seperti asap cair hasil pirolisis yang berwarna coklat kehitaman dengan
bau yang sangat tajam.
3. pH asap cair dari hasil pirolisis maupun hasil destilasi bernilai sama yaitu
pH 3.
4. Rendemen asap cair yang diperoleh yaitu 27,25 %.

LA
MP
IRA
N
PERHITUNGAN

1
1

Asap cair
Rendemen asap cair
Massa produk asap cair
Rendemen =
Massa Bahanbaku
=

489
1200

x 100 %

= 40,75 %
Densitas Asap Cair Hasil Saringan dan Hasil Destilat
Diketahui :
Pikno kosong + tutup = 14,3392 gram
Pikno kosong+tutup+sampel (Asap cair hasil saringan)= 24,6273 gram
Pikno kosong+tutup+sampel (Asap cair hasil destilat) = 24,2277 gram
Volume pikno = 10 ml
Densitas Asap Cair Hasil Saringan
( 24,627314,3392 ) gram
=
1,0288 g /ml
10ml

Densitas Asap Cair Hasil Destilat


=

x 100 %

( 24,227714,3392) gram
10 ml

0,9888 g /ml

Penentuan normalitas asap cair


Volume titrasi = 28,7 mL
Diketahui :
N NaOH = 0,1 N
V NaOH = 28,7 mL
V Asap Cair = 25 mL
Volume labu ukur
Faktor pengenceran = Volume sampel
=

100
10

= 10

Perhitungan :
V asap cair x N asap cair = V NaOH x N NaOH x FP
N asap cair =

V NaOH x N NaOH x FP
V Asap cair
28,7 mL X 0,1 N x 10
25 mL

N asap cair = 1,148 N

M = 1,148 M
mol
M=
volume
Mol = 1,148 M x 0,025 L
Mol = 0,0287 mol
mol=

massa
BM CH 3 COOH

Massa = mol x BM CH3COOH


Massa = 0,0287 mol x 60 g/gmol
Massa = 1,722 gram
massa 1,722 g
=
0,06888 g /mL
Maka, volume 25 mL
2
1

Neraca Massa
Neraca Massa Pirolisis

Asap

Tempurung kelapa

Asap Cair
Pirolisis

Massa tempurung kelapa

Arang
= 1200 gram

Massa arang hasil pirolisis

= 457 gram

Massa asap cair

= 489 gram

Massa asap yang hilang

= Massa tempurung kelapa ( Massa arang


hasil pirolisis + Massa asap cair )
= 1200 gram ( 457 + 489 ) gram
= 254 gram

2.2 Neraca Massa Destilasi

Asap Cair

Destilat
Destilasi

Residu

Massa umpan asap cair

= 392 gram

Massa destilat

= 160,9353 gram

Massa residu

= massa umpan massa destilat


= 392 gram 160,9353 gram
= 231,0647 gram

Anda mungkin juga menyukai