Anda di halaman 1dari 6

LUBANG RESAPAN BIOPORI

1. Pengertian

Lubang Resapan Biopori atau biasa disebut “lubang biopori” merupakan metode alternatif
untuk meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Metode ini pertama kali
dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata, seorang peneliti seorang peneliti dan dosen di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Lubang
Resapan Biopori berupa sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah.
Lubang ini akan memicu munculnya biopori secara alami di dalam tanah.

Biopori sendiri adalah istilah untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai aktifitas organisme yang terjadi di dalam tanah seperti oleh cacing, rayap, semut,
dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi tempat
berlalunya air di dalam tanah.

Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Lubang yang kita buat,
kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut
dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut
biopori. Rongga-rongga (biopori) ini menjadi saluran bagi air untuk meresap kedalam
tanah.

Biopori adalah lubang sedalam 80-100 cm dengan diameter 10-30 cm, dimaksudkan
sebagai lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah.
Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air,
yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan demikian,
mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang lebih rendah, seperti Jakarta
yang daya tampung airnya sudah sangat minim karena tanahnya dipenuhi bangunan.

Teknologi biopori ini memanfaatkan aktifitas organisme kecil dan sejumlah


mikroorganisme untuk menguraikan sampah organik di dalam lubang. Makhluk-makhluk
yang hampir tidak pernah hadir dalam ruang sadar kita ini membuat lubang-lubang kecil di
dinding lubang selama proses penguraian. Dalam waktu 2-4 minggu, proses penguraian
menghasilkan pupuk yang berguna sebagai nutrisi tanaman dan menyehatkan tanah.

Teknologi peresapan konvensional yang telah diperkenalkan untuk peresapan air


umumnya berukuran relatif besar. Karena dimensinya relatif besar, perlu dibuat
penguatan sebagian dindingnya serta perlu diisi dengan pasir, kerikil, dan ijuk; untuk
menghindari longsornya dinding resapan. Bahan pengisi tersebut tidak dapat digunakan oleh
biota tanah sebagai sumber energi dalam penciptaan biopori, sehingga bila terjadi
penyumbatan permukaan resapan oleh bahan-bahan halus yang terbawa air yang tersaring
oleh ijuk menyumbat rongga diantara ijuk. Pengumpulan volume air yang cukup besar ke
dalam lubang yang relatif besar menyebabkan beban resapan yang relatif besar. Beban
resapan adalah volume air yang masuk dalam lubang dibagi luas permukaan resapan
(dinding dan dasar lubang). Beban resapan akan meningkat sejalan dengan peningkatan
diameter lubang. Peningkatan beban resapan mengakibatkan penurunan laju peresapan air
karena terlalu lebarnya zone jenuh air di sekeliling dinding lubang, apalagi bila sebagian
permukaan resapan dikedapkan dengan penguat dinding.

Peresapan air ke dalam tanah dapat diperlancar oleh adanya biopori yang dapat
diciptakan oleh fauna tanah dan akar tanaman. Untuk menyediakan lingkungan yang
kondusif bagi penciptaan biopori di dalam tanah perlu disediakan bahan organik yang cukup
di dalam tanah. Untuk memudahkan pemasukan bahan organik ke dalam tanah, perlu dibuat
saluran menurut kontur atau lubang silindris ke dalam tanah.
Pembuatan saluran atau lubang silindris akan menjadi simpanan depresi yang dapat
menahan sementara aliran permukaan untuk memberi kesempatan meresap ke dalam tanah.
Dinding saluran atau lubang silindris menyediakan tambahan permukaan resapan air seluas
dinding saluran atau lubang yang dibuat. Bila saluran atau lubang silindris diisi sampah
organik, maka permukaan resapan tidak akan mengalami kerusakan atau penyumbatan
karena dilindungi oleh sampah organik. Kumpulan sampah organik yang tidak terlalu besar
dalam saluran atau lubang silindris akan menjadi habitat yang baik bagi fauna tanah terutama
cacing tanah yang memerlukan perlindungan dari panas matahari dan kejaran pemangsanya,
serta memperoleh makanan, kelembaban dan oksigen yang cukup. Karena peningkatan laju
peresapan air terjadi karena terbentuknya biopori maka sistem peresapannya diperkenalkan
sebagai saluran peresapan biopori (SPB) dan lubang resapan biopori (LRB).

Pada proses penggalian Lubang Resapan Biopori dibutuhkan alat dan bahan sebagai
berikut:
a. Alat bor biopori (dapat dibuat dari alat yang sederhana seperti: pipa paralon, bambu,
linggis) atau alat sederhana lainnya yang dapat digunakan untuk menggali
b. Campuran semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter serta diberikan pengaman
lubang resapan atau dapat juga menggunakan loster yang biasa digunakan sebagai
lubang angin pada dinding wc ataupun bahan apa saja yang dapat ditemukan
dilingkungan kita yang dapat digunakan untuk memperkuat lubang biopori

Dengan mempertimbangkan intensitas curah hujan dan laju resapan air disuatu
wilayah maka akan dapat dihitung jumlah ideal Lubang Resapan Biopri perluasan area
dengan rumus:

Jumlah Lubang = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (m2)

laju resapan air perlubang (liter / jam)

Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang
singkat yaitu 5, 10, 15, atau 30 menit, yang dinyatakan dalam millimeter per jam atau cm
per jam. Intensitas hujan dapat diklasifikasikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3. klasifikasi intensitas hujan kohnke dan Bertrand,

Intensitas Hujan (mm/jam) Klasifikasi

< 6,25 Rendah (Gerimis)

6,25 – 12, 50 Sedang


Lebat
Sangat Lebat
12, 50 – 50,00

>50,00

Sumber: sitanala arsyad, 1989: 73


Bagian atas (tajuk) tanaman, dan serasah yang dihasilkan dapat menahan sebagian
air hujan, serta melindungi permukaan tanah dari tumbukan butir hujan; sehingga agregat
dan pori tanah tidak rusak dan peresapan air ke dalam tanah dapat dipertahankan. Akar
tanaman tumbuh dan berkembang di dalam tanah mengeluarkan eksudat akar yang menjadi
sumber makanan bagi biota tanah (fauna dan mikroba tanah). Akar tanaman dan fauna tanah
mampu menciptakan biopori (biopore) yang berupa liang silindris yang mantap sehingga
sangat efektif menyalurkan air dan udara ke dan di dalam tanah. Dibandingkan dengan pori
makro di antara agregat tanah, biopori akan terus bertambah mengikuti perkembangan akar
tanaman serta peningkatan populasi dan aktivitas fauna tanah.

Bahan mineral dan bahan organik yang dimakan cacing kemudian dikeluarkan
menjadi kotoran cacing (castings) yang mempunyai bobot isi lebih rendah (1.15 g/cm3)
dibandingkan dengan tanah sekitarnya yang berbobot isi 1.5 - 1.6 g/cm3 (McKenzie dan
Dexter, 1987). Kotoran cacing tersebut merupakan agregat tanah yang stabil karena
dimantapkan oleh senyawa organik berupa senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh
mikroba dan bahan 3.

Sementara itu, Lubang resapan ini dianggap cukup aplikatif karena memiliki kelebihan
sebagai berikut:
a. Berbentuk Liang Silindris sinambung dan bercabang keberbagai arah, sehingga
mudah dilalui air dan udara meskipun pada tanah meskipun belum mengalami
perkembangan struktur
b. Lebih kuat karena dindingnya dilapisi bahan organic yang dihasilkan di
rhizosfir/ drillosphere
c. Menjadi tempat hunian biodversitas tanah
d. Tidak mudah tertutup akibat proses pengembangan liat meskipun tipe liat 2:1
e. Mudah ditembus oleh akar tanaman

Untuk kawasan terbangun seperti pemukiman dan perkotaan, di mana ruang terbuka
hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan sudah berkurang. Makin sempitnya permukaan
resapan di wilayah perkotaan perlu ditanggulangi dengan memperluas permukaan peresapan
vertikal ke dalam tanah. Pembuatan lubang resapan biopori ke dalam tanah secara langsung
akan memperluas bidang permukaan peresapan air, seluas permukaan dinding lubang.
Dengan diameter lubang cukup kecil, LRB dapat dibuat menyebar pada tempat-
tempat dimana air hujan akan terkumpul dengan membuat alur atau cekungan disesuaikan
dengan desain taman yang sudah ada. Beberapa alternatif penempatan LRB adalah pada
tempat yang aman dan tidak mengganggu estetika.

2. Lokasi Pembuatan Biopori


Lubang biopori sebaiknya dibuat di tempat-tempat dimana air akan terkumpul pada
saat hujan. Air hujan diarahkan sedemikian rupa sehingga mengalir ke lubang resapan
biopori yang dibuat. Lubang resapan biopori dapat dibuat pada :
a. Halaman Rumah:
Lubang resapan biopori dapat dibuat di pinggir halaman dimana air hujan dapat
mengalir ke lubang yang dibuat. Pembuatan lubang resapan biopori di halaman
disesuaikan dengan kontur tanah.
b. Taman Kota:
Lubang resapan biopori dibuat sesuai dengan kontur taman atau bisa pula dibuat di
sekeliling pohon. Pembuatan lubang resapan biopori mengelilingi pohon juga dapat
berfungsi sebagai pupuk organik bagi tanaman sekaligus meningkatkan ketersediaan
cadangan air sehingga akan menyuburkan tanaman.
c. Saluran Pembuangan Air:
Lubang resapan biopori juga dapat dibuat pada saluran pembuangan air, sehingga
saluran pembuangan air juga berfungsi menjadi tempat peresapan air.
Pembuatan lubang resapan biopori sebaiknya disesuaikan dengan kontur tanah.

3. Cara Pembuatan Lubang Biopori

1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air
tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2 cm di
sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman,
dedaunan, atau pangkasan rumput
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
4. Metode Pembuatan Biopori

a. Buat lubang silindris di tanah dengan diameter 10 – 15 cm dan kedalaman sekitar


100 – 120 cm, tetapi jangan melebihi muka air tanah. Lubang tersebut dapat
dibuat dengan bambu, pipa besi, atau bor tanah dengan jarak antar lubang 50 –
100 cm.
b. Setelah lubang siap, isi dengan sampah organik. Fauna tanah ( seperti cacing)
akan datang dengan sendirinya dan masuk ke dalam lubang untuk mencari
perlindungan dan bahan makanan. Fauna tanah tersebut akan berkembang biak
menciptakan biopori ( liang) yang dapat mempercepat proses perombakan sampah
organikmenjadi kompos yang tidsk menimbulkan bau. Lakukan penambahan
sampah organik setiap 5 hari sekali.
c. Pupuk Kompos yang terbentuk dalam lubang resapan biopori dapaty diambil
untuk menyuburkan tanaman.
d. Untuk memperkuat lubang agar tanah tidak masuk ke lubang ( longsor ) , pangkal
lubang perlu dibuat penahan dengan membuat adukan semen selebar 2 – 3 cm dan
setebal 2 cm di sekeliling lubang.
e. Jumlah lubang resapan biopori ditentukan berdasarkan luas lahan. Setiap 50 m2
luas lahan dibuat 10 lubang.

5. Manfaat Biopori

Setelah lubang biopori dibuat segala manfaat dapat dicapai, antara lain:

a. Meningkatkan daya peresapan air dan cadangan air tanah.


Pembuatan lubang resapan biopori akan memperluas bidang permukaan peresapan air
seluas permukaan dinding lubang. Suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran
dengan diameter 10 cm yang semula mempunyai bidang permukaan resapan 79 cm2
setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang
resapannya menjadi 0,3 m2. Terjadi pertambahan luas bidang peresapan sampai 40
kali. Permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 100 cm yang semula
mempunyai bidang permukaan bidang resapannya menjadi 3,14 m2. Terjadi
pertambahan luas bidang peresapan 4 kali.
b. Mengubah Sampah Organik menjadi Kompos
Setiap rumah tangga akan menghasilkan sampah organik yang berupa sampah dapur
atau sampah tanaman pekarangan yang dapat dimasukkan ke dalam lubang resapan
biopori. Sampah organik ini merupakan sumber energi dan unsur hara yang sangat
dibutuhkan oleh biota tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses
dekomposisi. Sampah yang telah didekomposisi ini dikenal sebagai kompos
c. Mengurangi emisi CO2 dan Metan
Sampah organik yang berupa rumput, daun-daun kering dan ranting-ranting sisa
tanaman kaya akan sumber karbon. Pembakaran sampah organik akan meningkatkan
emisi gas-gas seperti CO2 dan metan yang merupakan salah satu penyusun gas rumah
kaca. Disinyalir peningkatan emisi gas tersebut ke atmosfir merupakan salah satu
penyebab utama adanya pemanasan global yang ramai dibicarakan saat ini.
d. Mengatasi penyebab penyakit yang ditimbulkan oleh adanya genangan air.
Permukaan tanah terbuka yang terkena sinar matahari akan ditumbuhi lumut yang
dapat menyumbat pori.
e. Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman
Lubang biopori memicu biota tanah dan akan tanaman untuk membuat rongga-rongga
di dalam tanah yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan adanya
aktifitas ini menjadikan kemampuan lubang peresapan biopori senantiasa terjaga dan
terpelihara.

Anda mungkin juga menyukai