Anda di halaman 1dari 57

Pemicu 4

Vania devina
405160030
Sherwood edisi 8
Priapismus
• Iskemik: darah tidak bisa meninggalkan penis. Ereksi bisa berlangsung
sampai >4 jam.

• Non-iskemk: terlalu banyak darah yang mengalir ke penis.

Urology Care Foundation: The Official Foundation of the America Urological Association
Penyebab
• Penyakit darah: anemia sickle-cell & leukemia
• Obat-obatan: ED drugs, e.g. Sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis),
vardenafil (Levitra), mental health drugs, e.g. Fluoxetine (Prozac),
Bupropion (Wellbutrin), Risperidone (Risperdal) dan Olanzapine
(Zyprexa) dan blood thinners, e.g. Warfarin (Coumadin) and heparin
• Alkohol
• Trauma pada genital, pelvis atau area antara penis dan anus, atau
saraf tulang belakang
• tumor

Urology Care Foundation: The Official Foundation of the America Urological Association
Tatalaksana
• Aspirasi darah berlebih
• Obat-obatan/saline
• Mengobati faktor penyebab (mis. sickle-cell anemia)
• Non-iskemik: biasanya tidak perlu pengobatan, hanya kompres es dan
beri penekanan pada bagian perineum.

Urology Care Foundation: The Official Foundation of the America Urological Association
Prostatitis
• Reaksi inflamasi pd kel prostat yg (expressed prostatic
disebabkan o/ bakteri maupun secretion) : menilai
non bakteri keadaan kelenjar prostat
• u/ menentukan penyebab 4. Urin yg dikemihkan
prostatitis, diambil sample setelah masase prostat
(contoh) urin & getah kelenjar (VB3)
prostat mll uji 4 tabung • Keempat contoh ini
1. 10 cc pertama : contoh kemudian dianalisis scr
urin yg dikemihkan mikroskopik & dilakukan
pertama kali (VB1)  kultur u/ mencari kuman
menilai keadaan mukosa penyebab infeksi
uretra • Kuman penyebab infeksi paling
2. Urin porsi tengah : menilai sering : E.coli, Proteus sp.,
keadaan mukosa kandung Klebsiella sp., Enterobacter sp.,
kemih (VB2) serratia sp.
3. Getah prostat yg
dikeluarkan mll masase
prostat atau EPS
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Prostatitis
Klasifikasi o/ National Institute of Health
1. Kategori I : prostatitis bakterial akut
2. Kategori II : prostatitis bakterial kronis
3. Kategori III : prostatitis non bakterial kronis atau sindroma
pelvik kronis. Pd kategori ini terdapat keluhan nyeri &
perasaan tdk nyaman di daerah pelvis yg telah berlsg
paling sedikit 3 bln. Dibedakan dlm 2 subkategori
1. Subkategori IIIA : sindroma pelvik kronis dng inflamasi
2. Subkategori IIIB : sindroma pelvik non inflamasi
4. Kategori IV : prostatitis inflamasi asimtomatik

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Prostatitis Bakterial Akut (Kategori I)
• Bakteri msk ke dlm kel prostat mll krn dpt menimbulkan rasa sakit &
berberapa cara : akan memacu thd bacteremia
• Ascending dr uretra, refluks urin yg • Jika tdk ditangani dng baik  dpt
terinfeksi ke dlm duktus menjadi abses prostat atau
prostatikus, lsg atau scr limfogen urosepsis
dr organ yg berada di sekitarnya • Terapi
(rektum) yg alami infeksi, &
penyebaran scr hematogen • Antibiotik sensitif thd kuman
penyebab infeksi : gol
Gambaran klinis florokuinolon, trimetropim-
• Tampak sakit, demam, menggigil, sulfametoksazol, aminoglikosida
rasa sakit di daerah perineal, • Setelah keadaan membaik 
mengeluh adanya gangguan miksi antibiotik peroral diteruskan
• Pd PF dng colok dubur, prostat hingga 30 hari
teraba membengkak, hangat, & • Kateter suprapubik jika terjadi
nyeri  pd keadaan ini tdk boleh gangguan miksi shg menimbulkan
dilakukan masase prostat u/ retensi urin
mengeluarkan getah kel prostat

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Prostatitis Bakterial Kronis (Kategori II)
• Terjadi krn adanya ISK yg sering kambuh
• Gejala yg dikeluhkan : disuri, urgensi, frekuensi, nyeri perineal, &
kdg nyeri saat ejakulasi atau hematospermi
• Pemeriksaan colok dubur : mungkin teraba krepitasi yg merupakan
tanda suatu kalkulosa prostat
• Uji 4 tabung : tampak pd EPS & VB3 didapatkan kuman yg > banyak
dr VB1 & VB2
• Pd pemeriksaan mikroskopik pd EPS tampak oval fat body
• Antimikroba yg dpt menembus : kotrimoksasol, doksisiklin,
minosiklin, karbenisilin, & florokuinolon
• Antimikroba diberikan dlm jangka lama hingga pemeriksaan kultur
ulangan tdk menunjukkan adanya kuman

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Prostatitis Non Bakterial (Kategori III)
• Reaksi inflamasi kel prostat yg belum diketahui penyebabnya
• Subkategori IIIA : tdk tampak adanya kelainan pd PF & pd uji 4
tabung tdk didapatkan pertumbuhan kuman, hanya saja EPS
terlihat banyak leukosit & bentukan oval fat body. Diduga
inflamasi ini disebabkan o/ infeksi dr ureaplasma urealitikum
atau Chlamidia trachomatis  tatalaksana antibiotik sensitif thd
kuman tsb (minosiklin, doksisiklin, eritromisin, 2-4 minggu)
• Subkategori IIIB (prostatodinia) : nyeri pd pelvis yg tdk berhub
dng keluhan miksi & sering tjd pd usia 20-45 th. Pd uji 4 tabung
tdk didapatkan adanya bakteri penyebab infeksi maupun sel
penanda proses inflamasi. Pemberian obat simtomatik berupa
obat penghambat adrenergic alfa dpt kurangi keluhan miksi

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Prostatitis Inflamasi Asimtomatik (Kategori IV)

• Scr klinis ps tidak menunjukkan adanya keluhan maupun tanda dr suatu


prostatitis
• Adanya proses inflamasi pd prostat diketahui dr specimen yg kemungkinan
didapat dr cairan semen pd saat analisis semen & jar prostat
• Tidak memerlukan th/, tetapi didapatkannya sel2 inflamasi pd analisis semen pria
yg mandul perlu mendapat th/ antibiotik

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


EPIDIDIMITIS
• reaksi inflamasi yang terjadi pada ejakulatorius atau penyebaran
epididimis. bakteri secara hematogen atau
• Reaksi inflamasi ini dapat terjadi langsung ke epididimitis seperti
secara akut atau kronis. pada penyebaran kuman
tuberkulosis.
• Dapat sembuh dengan sempurna,
namun jika tidak ditangani
dengan baik dapat menular ke • Mikroba penyebab infeksi pada
testis sehingga menimbulkan pria dewasa muda (<35 tahun)
orkitis, abses pada testis, nyeri yang tersering adalah Chlamidia
kronis pada skrotum yang trachomatis atau Neiserria
berkepanjangan, dan infertilitas. gonorhoika, sedangkan pada
anak-anak dan orang tua yang
tersering adalah E.coli atau
Patogenesis Ureoplasma ureolitikum.
• Diduga reaksi inflamasi ini berasal
dari bakteri yang berada di dalam
buli-buli, prostat, atau uretra yang
secara ascending menjalar ke
epididimis. Dapat pula terjadi
refluks urine melalui duktus
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Gambaran Klinis Gejala klinis epididimitis akut sulit
• Epididimitis akuta adalah salah satu dibedakan dengan torsio testis yang
keadaan akut skrotum yang sulit sering terjadi pada usia 10 - 20
dibedakan dengan torsio testis. tahun. Pada epididimitis akut jika
Pasien mengeluh nyeri mendadak dilakukan elevasi (pengangkatan)
pada daerah skrotum, diikuti dengan testis, nyeri akan berkurang; hal ini
bengkak pada kauda hingga kaput berbeda dengan pada torsio testis.
epididimis. Tidak jarang disertai • Pemeriksaan urinalisis dan darah
demam, malese, dan nyeri dirasakan lengkap dapat membuktikan adanya
hingga ke pinggang. proses inflamasi. Pemeriksaan
• Peneriksaan menunjukkan dengan ultrasonografi Doppller dan
pembengkakan pada hemiskrotum stetoskop Doppller dapat
dan kadang kala pada palpasi sulit mendeteksi peningkatan aliran darah
untuk memisahkan antara epididimis di daerah epididimis.
dengan testis. Mungkin disertai
dengan hidrokel sekunder akibat
reaksi inflamasi pada epididimis.
Reaksi inflamasi dan pembengkakkan
dapat menjalar ke funikulus
spermatikus pada daerah inguinal.

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Terapi :
• dibawah 35 tahun dengan perkiraan kuman penyebabnya adalah Chlamidia
trachomatis atau Neiseria gonorhoica, antibiotika yang dipilih adalah amoksisillin
dengan disertai probenesid, atau ceftriakson yang diberikan secara intravena.
Selanjutnya diteruskan dengan pemberian doksisiklin atau eritromisin per oral
selama 10 hari.

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Hiperplasia Prostat Benigna
Hiperplasia Prostat Benigna
• Definisi : • 50% pria yang berusia 60 th & 80%
• kelainan histologis yg khas ditandai pria yg berusia 80 th
dng proliferasi sel2 prostat (jinak / • Etiologi :
non malignan) • Teori dihidrosteron
• Akumulasi sel2 & pembesaran • Adanya ketidak-seimbangan antara
kelenjar merupakan hasil dr estrogen – testosteron
proliferasi sel epitel & stroma
prostat • Interaksi antara sel stroma & sel
epitel prostat
• Istilah lain : pembesaran /
pertumbuhan kelenjar prostat yg • Berkurangnya kematian sel
menyebabkan sumbatan pd uretra (apoptosis)
& menyebabkan terjadinya gejala • Teori stem sel
pd LUTS, ISK, hematuria, atau
membahayakan fungsi traktus
urinarius bg atas
• Epidemiologi : pd usia lanjut,
berberapa pria mengalami BPH
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6. 2014
Hiperplasia Prostat Benigna (Etiologi)
• Teori dihidrotestosteron testosteron
• DHT dihasilkan dr reaksi • Usia semakin tua  testosteron
perubahan testosterone di dlm sel ↓, estrogen relatif tetap 
prostat o/ enzim 5alfa-reduktase perbandingan estrogen :
dng bantuan koenzim NADPH testosteron ↑
• DHT yg terbentuk berikatan dng • Estrogen : proliferasi sel kel prostat
reseptor androgen (RA)  dng ↑ sensitivitas sel prostat thd
kompleks DHT-RA pd inti sel  rangsangan hormon androgen, ↑
sintesis GF  stimulasi jumlah RA, & ↓ jumlah apoptosis
pertumbuhan sel prostat • Hasil akhir : meskipun rangsangan
• KadarDHT pd BPH tdk berbeda u/ membentuk sel baru dr
jauh dng kadar pd prostat normal, testosteron ↓, tetapi sel prostat
tetapi pd BPH aktivitas enzim yg telah ada punya umur > panjang
5alfa-reduktase & jumlah RA >  massa prostat jd > besar
banyak  sel prostat pd BPH >
sensitive thd DHT  replikasi sel
jadi > banyak
• Ketidakseimbangan antara estrogen –
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
• Interaksi stroma epitel • Estrogen diduga mampu perpanjang
• Diferensiasi & pertumbuhan sel usia sel prostat, sedangkan GF TGFβ
epitel prostat scr tdk lsg dikontrol o/ berperan dlm proses apoptosis
sel2 stroma mll mediator GF • Teori stem sel
• Setelah sel stroma mendapatkan • Dlm kel prostat dikenal suatu stem
stimulasi dr DHT & estradiol  sel sel yg punya kemampuan proliferasi
stroma sintesis GF  pengaruhi sel sangat ekstensif
stroma itu sendiri scr intrakrin &
• Kehidupan sel ini tgt hormon
autokrin & pengaruhi sel epitel scr
androgen, shg jika kadarnya ↓
parakrin  proliferasi sel epitel & (kastrasi)  apoptosis
stroma
• Berkurangnya kematian sel prostat
• Pd jar normal, terdapat
keseimbangan antara laju proliferasi
sel dng kematian sel
• Diduga hormon androgen berperan
dlm menghambat proses kematian
sel krn stl dilakukan kastrasi tjd ↑
aktivitas kematian sel kelenjar
prostat

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


• Patofisiologi : timbulkan aliran balik urin dr buli2
• Pembesaran prostat  ke ureter atau tjd refluks vesiko-
penyempitan lumen uretra ureter  berlangsung terus-
prostatika  hambat aliran urin  menerus  hidroureter,
↑ tekanan intravesikal hidronefrosis, gagal ginjal
• utk dpt keluarkan urin, buli2 harus
kontraksi > kuat  kontraksi terus-
menerus  perubahan anatomic
buli2  hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, & divertikel buli-buli
• Perubahan struktur pd buli2 tsb
dirasakan ps sbg keluhan pd sal
kemih sblh bawah atau LUTS
(prostatismus)
• Tekanan intravesikal ug tinggi
diteruskan ke seluruh bg buli-buli
tdk terkecuali pd kedua muara
ureter  tek pd kedua ureter

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


• Obstruksi yg diakibatkan o/ BPH • Keluhan pd sal kemih bagian
tdk hanya disebabkan o/ adanya bawah :
massa prostat yg menyumbat • voiding, storage, & pasca miksi
uretra posterior, tetapi juga • u/ menilai keparahan dr
disebabkan o/ tonus otot polos yg keluhan pd sal kemih sblh
ada pd stroma prostat, kapsul bawah  sistem skoring I-PSS
prostat, & otot polos pd leher
buli2 (dipersarafi serabut simpatis • Timbulnya gejala LUTS
yg berasal dr nervus pudendus) merupakan manifestasi
kompensasi dr otot buli2 u/
• Tjd ↑ rasio komponen stroma thd keluarkan urin, pd suatu saat
epitel ( 2:1  4:1)  ↑ tonus otot otot buli2 alami kepayahan 
polos prostat jatuh dlm fase dekompensasi
• Massa prostat sebabkan obstruksi  retensi urin akut
komponen statik, sedangkan tonus
otot polos yg merupakan
komponen dinamik sbg penyebab
obstruksi prostat
• Tanda & gejala

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Sistem Skoring I-
PSS (International
Prostatic
Symptom Score)

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
• Keluhan pd sal kemih bg bawah o/ ps  inkontinensia paradoksa
• Keluhan akibat penyulit BPH : • Colok dubur perhatikan :
gejala obstruksi  nyeri • Tonus sfingter ani/reflex
pinggang, benjolan di bulbo-kavernosus u/
pinggang (tanda dr singkirkan adanya kelainan
hidronefrosis), demam yg buli2 neurogenik, mukosa
merupakan tanda infeksi atau rektum, keadaan prostat
urosepsis (nodul, krepitasi, konsistensi
• Gejala di luar sal kemih prostat, simetri antar lobus &
• Hernia inguinalis atau batas prostat)
hemoroid krn sering mengejan • Colok dubur pd BPH :
pd saat miksi  ↑ tekanan konsistensi prostat kenyal,
intra-abdominal lobus kanan & kiri simetris &
• Pemeriksaan fisik tidak didapatkan nodul
• Buli2 terisi penuh & teraba massa • Sedangkan pd ca prostat :
kistus di daerah supra simfisis konsistensi prostat
akibat retensi urin keras/teraba nodul, mungkin
diantara lobus prostat tdk
• Urin selalu menetes tanpa disadari simetri

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


• Pemeriksaan penunjang :
• Sendimen urin : u/ mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pd sal kemih
• Kultur urin : mencari jenis kuman yg menyebabkan infeksi &
menentukan sensitivitas kuman thd berberapa antimikroba yg
diujikan
• Faal ginjal : kemungkinan adanya penyulit yg mengenai sal kemih
bg atas
• Gula darah : emncari kemungkinan adanya DM  kelainan saraf pd
buli2 (buli2 neurogenik)
• PSA : jika dicurigai keganasan prostat

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Tatalaksana :
Nodular hyperplasia of the
prostate (BPH)

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas, Aster. 9th ed.


Karsinoma Prostat
• Definisi : tumor yg berada pd kelenjar prostat metastasis  HRPC
prostat tumbuh menembus kapsul (hormone refractory prostate
prostat & mengadakan infiltrasi ke cancer)
organ sekitarnya • Tanda & gejala :
• Epidemiologi : keganasan terbanyak • Gangguan saluran kemih :
diantara sistem urogenitalia pria, kesulitan miksi, nyeri kencing,
menyerang ps usia > 50 th, 30% hematuria  kanker telah
diantaranya menyerang pria umur 70- menekan uretra
80 th & 75% > 80 th, jarang menyerang • Kanker dpt menekan rectum &
< 45 th sebabkan keluham BAB
• Etiologi : predisposisi genetik, • Yg sudah metastasis ke tulang :
pengaruh hormonal, diet, pengaruh nyeri tulang, fraktur pd tempat
lingkungan, & infeksi metastasis, kelainan neurologis
• Patofisiologi : (metastasis pd tulang vertebra)
• Kelenjar prostat normal  PIN
(prostate intraepithelial neoplasia)
 karsinoma prostat  karsinoma
prostat std lanjut  karsinoma
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Karsinoma Prostat
• Pemeriksaan fisik :
• Colok dubur : nodul keras pd prostat, pd std dini seringkali sulit utk
mendeteksi kanke rprostat mll colok dubur  harus dibantu dng
TRUS
• Pemeriksaan penunjang :
• Penanda tumor : PAP & PSA
• USG transrektal (TRUS)
• CT scan & MRI
• Bone scan
• Tatalaksana :
• Observasi
• Prostatektomi radikal
• Radiasi
• Terapi hormonal
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Adenocarcinoma

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas, Aster. 9th ed.


Torsio Testis
• Definisi : terpluntirnya funikulus testis dpt alami torsio jika
spermatikus yg berakibat terjadinya bergerak scr berlebihan
gangguan aliran darah pd testis • Berberapa keadaan yg
• Etiologi : kelainan sistem menyebabkan : perubahan
penyanggah testis suhu mendadak, ketakutan,
latihan yg berlebihan batuk,
• Epidemiologi : diderita oleh 1 dari celana yg tll ketat, defekasi,
4000 pria yg umurnya < 25 th, atau trauma yg mengenai
keadaan ini banyak diderita o/ anak skrotum
pd masa pubertas (12-20 th)
• Terpluntirnya funikulus
• Patofisiologi : spermatikus sebabkan
• otot kremaster berfungsi utk obstruksi aliran darah testis 
menggerakkan testis testis hipoksia, edema testis,
mendekati & menjauhi rongga iskemia  testis nekrosis
abdomen guna
mempertahankan suhu ideal
utk testis. Adanya kelaian pd
sistem penyanggah testis 
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
• Tanda & gejala : • Sendimen urin : tdk
• Akut skrotum : nyeri hebat di menunjukkan leukosit dlm urin
daerah skrotum mendadak & • Pemeriksaan darah : tidak
diikuti pembengkakan pd testis menunjukkan tanda2 inflamasi
• Nyeri dpt menjalar ke daerah • USG Doppler, stetoskop
inguinal Doppler, & sintigrafi testis 
• Bayi : gejala tdk khas, rewel, menilai adanya aliran darah ke
gelisah, tidak mau menyusu testis
• Pemeriksaan fisik : • Diagnosis banding : epididimitis
• Testis bengkak, letaknya > akut, hernia skrotalis inkarserata,
tinggi & > horizontal drpd testis hidrokel terinfeksi, tumor testis,
sisi kontralateral edema skrotum
• Penebalan funikulus • Tatalaksana : detorsi manual,
spermatikus operasi (orkidopeksi)
• Pemeriksaan penunjang :

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Orchitis
• inflammatory process (usually 2. Histoplasmosis
infectious) involving the testicles. 3. Candida
Common causes are: 4. Blastomycosis
• Viral: mumps—20% postpubertal; 5. Syphilis
coxsackie B virus • Mycobacterium
• Bacterial: pyogenic via spread tuberculosis and M. leprae
from involving epididymis; • Parasitic causes:
bacteria include Escherichia coli, toxoplasmosis, filariasis,
Klebsiella pneumoniae, P. schistosomiasis
aeruginosa, Staphylococcus,
Streptococcus or Rickettsia,
Brucella spp.
• • Other:
• Viral—HIV-associated, CMV
• Fungi
1. Cryptococcosis

https://www.clinicalkey.com/#!/topic/orchitis
Treatment
• Dependent on cause
• Viral (mumps): observation; bed rest,
ice packs, analgesics, may provide some
relief of discomfort that accompanies
mumps orchitis
• Bacterial: empiric antibiotic treatment
with parenteral antibiotic treatment
until pathogen identified: ceftriaxone
(250 mg IM once) plus doxycycline (100
mg PO bid for 10 days), in men <35 yr
old to coverNeisseria
gonorrhoeae and Chlamydia
trachomatis. In homosexual men or
men >35 yr old: levofloxacin 500 to 750
mg IV/PO qd for 10 to 14
days or ampicillin-sulbactam or third-
generation cephalosporin or
piperacillin/tazobactam.
• Surgery for abscess, pyogenic process

https://www.clinicalkey.com/#!/topic/orchitis
Tumor Testis
• Definisi : keganasan yang terjadi • Seminoma :
pada sel2 testis spermatosistik,
• Epidemiologi : anaplastik, klasik
• Keganasan terbanyak pd pria • Non seminoma :
usia 15-35 th & merupakan karsinoma sel
1-2% semua neoplasma pd embrional,
pria koriokarsinoma,
teratoma, tumor yolk
• Angka mortalitasnya sac
menurun dr 50% (1970)
menjadi 5% (1997) • Non germinal : tumor sel
leydig, tumor sel sertoli,
• Etiologi : maldesensus testis, gonadoblastoma
trauma testis, atrofi atau infeksi • Sekunder : limfoma &
testis, pengaruh hormon leukemia infiltratif
• Klasifikasi :
• Primer :
• Germinal :
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
• Tanda & gejala : pembesaran testis • HCG : glikoprotein yg pada
seringkali tdk nyeri (30% nyeri & keadaan normal diproduksi
terasa berat pd kantong skrotum, o/ trofoblas. Meningkat pd
10% merasa nyeri akut pd skrotum), semua ps koriokarsinoma,
terdapat massa di perut sblh atas krn 40-60% karsinoma
pembesaran kelenjar pd aorta, embrional, 5-10% seminoma
benjolan pd kelenjar leher, murni
ginekomastia • Pencitraan
• Pemeriksaan fisik : benjolan padat, • USG : membedakan lesi intra
keras, tidak nyeri pd palpasi, & tidak atau ekstratestikuler & massa
menunjukkan tanda transiluminasi padat atau kistik
• Pemeriksaan penunjang : • MRI : dpt mengenali tunika
• Penanda tumor : albuginea  dpt dipakai u/
menentukan luas ekstensi
• AFP : glikoprotein yg tumor testis
diproduksi o/ karsinoma
embrional, teratokarsinoma, • CT scan : ada tidaknya
tumor yolk sac, tetapi tdk metastasis pd
diproduksi o/ koriokarsinoma retroperitoneum
murni & seminoma murni

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


• Tatalaksana : • Pada non seminoma yg belum
• Orkidektomi dilakukan mll melewati std III dilakukan
pendekatan inguinal setelah pembersihan kelenjar
mengangkat testis & funikulus retroperitoneal atau RPLND
spermatikus sampai annulus (retroperitoneal lymphonode
inguinalis internus dissection)
• Biopsi atau pendekatan trans- • Tindakan diseksi kelenjar
scrotal tidak diperbolehkan krn didahului dng pemberian
ditakutkan akan membuka sitostatika dng harapan akan tjd
peluang sel2 tumor downstaging & ukuran tumor
mrngadakan penyebaran akan mengecil
• Jenis seminoma memberi
respon yg cukup baik thd
radiasi, sedangkan jenis non
seminoma tidak sensitif 
radiasi eksterna dipakai sbg
ajuvan th/ pd seminoma testis

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Seminoma of the Embryonal
testis. carcinoma

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas,


Aster. 9th ed.
Yolk sac tumor
Choriocarcinoma

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas,


Aster. 9th ed.
Teratoma
Testicular teratomas
contain mature cells
from endodermal,
mesodermal, and
ectodermal lines. A–D,
Four different fields
from the same tumor
specimen contain
neural (ectodermal) (A),
glandular (endodermal)
(B), cartilaginous
(mesodermal) (C), and
squamous epithelial (D)
elements.

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas,


Aster. 9th ed.
Robbins basic pathology. Kumar, Abbas,
Aster. 9th ed.
Hidrokel
• Definisi : penumpukan cairan yg terganggunya sistem sekresi
berlebihan antara lapisan parietalis atau reabsorpsi cairan di
& viseralis tunika vaginalis kantong hidrokel)
• Klasifikasi : hidrokel testis, hidrokel • Tanda & gejala : adanya benjolan
funikulus, hidrokel komunikan di kantong skrotum yg tidak nyeri
• Etiologi : • Pemeriksaan fisik :
• Pd bayi baru lahir : belum • Benjolan di kantong skrotum
sempurnanya penutupan proc dng konsistensi kistus & pada
vaginalis  tjd aliran cairan penerawangan menunjukkan
peritoneum ke proc vaginalis, ada transiluminasi
belum smepurnanya sistem • Pemeriksaan penunjang :
limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorpsi • Jika hidrokel terinfeksi & kulit
cairan hidrokel skrotum sangat tebal kdg sulit
u/ lakukan pemeriksaan tsb 
• Pd org dewasa : idiopatik dibantu dng USG
(primer) & sekunder (kelaianan
pd testis atau epididimis 
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
• Tatalaksana : • Pd hidrokel inguinal dilakukan
• Hidrokel pd bayi biasanya pendekatan inguinal krn
ditunggu hingga anak mencapai seringkali hidrokel ini disertai
usia 1 th  harapan stlh proc dng hernia inguinalis  saat
vaginalis menutup, hidrokel dpt operasi hidrokel sekaligus
sembuh sendiri. Tetapi jika masih herniorafi
ada atau bertambah besar  • Pd hidrokel testis dewasa
koreksi dilakukan pendekatan scrotal
• Aspirasi cairan tdk dianjurkan  dng lakukan eksisi &
angka kekambuhan tinggi & kdg marsupialisasi kantong hidrokel
menimbulkan infeksi sesuai cara Winkelman atau
• Operasi, indikasi : plikasi kantong hidrokel sesuai
cara Lord
• Hidrokel yg besar 
menekan pembuluh darah • Pd hidrokel funikulus dilakukan
ekstirpasi hidrokel scr in toto
• Indikasi kosmetik
• Hidrokel permagna tll berat • Komplikasi : mudah mengalami
& ganggu ps dlm lakukan trauma & hidrokel permagna dapat
aktivitas menekan pembuluh darah yg menuju
ke testis  atrofi testis

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Colok Dubur (Rectal Toucher)
• Memasukkan jari telunjuk yg sudah diberi pelican ke dlm lubang dubur
• Pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit & menyebabkan kontraksi
sfingter ani  menyulitkan pemeriksaan
• Perlu dijelaskan dulu ttg pemeriksaan yg akan dilakukan, agar ps dpt
kerjasama dlm pemeriksaan
• Pd pemeriksaan yg dinilai adalah :
• Tonus sfingter ani & refleks bulbokavernosus (BCR)
• Mencari kemungkinan adanya massa di dlm lumen rectum
• Menilai keadaan prostat
• Penilaian BCR dilakukan dng cara merasakan adanya refleks jepitan pd
sfingter ani pd jari akibat rangsangan sakit yg kita berikan pd glans
penis atau klitoris

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Trauma ginjal
• Klasifikasi:
• Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang
• Tidak langsung  cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di
dalam rongga peritoneum
• Jenis cedera:
• Cedera tumpul
• Luka tusuk
• Luka tembak
• Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal:
1. Cedera minor
2. Cedera major
3. Cedera pada pedikel/pemb. Darah ginjal
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Diagnosis
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan
perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya
jejas pada daerah itu.
2. Hematuria
3. Fraktur kosta sebelah bawah (T8-12) atau fraktur prosesus spinosus
vertebra
4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau
kecelakaan lalu lintas.
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
• Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di
daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat
hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.
• Pada trauma major atau ruptur pedikel seringkali pasien datang
dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah
pinggang yang makin lama makin membesar  segera ekslorasi
laparotomi untuk menghentikan perdarahan

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
PF
• PIV
• USG  diharapkan dapat menemukan adanya kontusio parenkim
ginjal atau hematoma subkapsuler, dapat diperlihatkan adanya
robekan kapsul ginjal.
• CT-Scan/arteriografi (Jika PIV belum dapat menerangkan keadaan
ginjal (misalkan pada ginjal non visualized))

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Tatalaksana
1. Konservatif
2. Operasi

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Trauma VU
• Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis
• Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli mudah sekali robek jika
mendapatkan tekanan dari luar berupa benturan pada perut sebelah
bawah. Buli-buli akan robek pada daerah fundus dan menyebabkan
ekstravasai urine ke rongga intraperitoneum
• Etiologi:
• Tindakan endourologi  reseksi buli-buli transuretral (TUR Buli-buli) atau pada
litotripsi.
• Partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis  trauma iatrogenik pada buli-
buli.
• Spontan  jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli. Tuberkulosis,
tumor buli-buli, atau obstruksi infravesikal kronis menyebabkan perubahan struktur
otot buli-buli yang menyebabkan kelemahan dinding buli-buli
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
Klasifikasi
• Kontusio buli-buli
• Cedera buli-buli ekstraperitoneal
• Cedera intra peritoneal
Tanda & gejala
• Nyeri di daerah suprasimfisis
• Miksi bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi

PP
• Sistografi
Terapi
• Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter dengan
tujuan untuk memberikan istirahat pada buli-buli  diharapkan buli-
buli sembuh setelah 7- 10 hari.
• Cedera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk
mencari robekan pada bui-buli serta kemungkinan cedera pada organ
lain.
• Cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ekstravasasi
minimal) dianjurkan untuk memasang kateter selama 7 – 10 hari,
tetapi sebagian ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan
buli-buli dengan pemasangan kateter sistostomi
Trauma uretra
• Etiologi:
• Cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan cedera iatrogenik akibat
instrumentasi pada uretra.
• Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis menyebabkan
ruptura uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada
selangkangan atau straddle injury dapat menyebabkan ruptura uretra pars
bulbosa.
• Pemasangan kateter atau businasi pada uretra yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan robekan uretra karena false route atau salah jalan
• Tindakan operasi trans-uretra dapat menimbulkan cedera uretra iatrogenik.
Gambaran klinis
• Perdarahan per-uretram  terdapat darah yang keluar dari meatus
uretra eksternum setelah mengalami trauma.
• Trauma uretra berat  pasien retensi urin  tidak boleh pasang
kateter (dapat menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah)

Anda mungkin juga menyukai