Anda di halaman 1dari 44

Blok Sistem Urogenital

“Kepedihan Yang Hanya


Dimengerti Oleh Lelaki”
Kelompok 05
1 Maret 2019
Tutor : dr. Lamhot Asnir, Sp.BS
Ketua : (405160011) Valeria Saputra
Sekretaris : (405150016) Mudita Dewi
Penulis : (405160218) Nathalia Gracia Citra
Anggota :
(405150126) Andreas Adiwinata, Then
(405160030) Vania Devina
(405160067) Tiara Rahmananda
(405160071) Putu Agus Satya Permana
(405160080) Angelica Gunadi
(405160140) Devin Budijono
(405160191) Alicia Tjin
(405160201) Verren Natalie
(405160212) Monica Handojo Putri
Mata Kuliah Penunjang
• Fisiologi
• Patologi Anatomi
• Kelainan pada traktus urogenital
• Trauma pada sistem urogenital
Kepedihan yang hanya dimengerti oleh lelaki
Seorang dokter bertugas di IGD Rumah Sakit saat dua pasien dating secara bersamaan
Pasien pertama adalah seorang laki-laki berusia 18 tahun dengn keluhan nyeri berat dan bengkak pada buah
zakar sebelah kirinya sejak 3 jam lalu. Nyeri muncul mendadak setelah area genitalnya tertendang lawan
mainnya saat sedang bermain futsal. Pasien juga mengeluh merasa mulas, mual, dan sempet muntah satu kali
sejak keluhan utama dirasakan. Tidak ada demam. Ada nyeri pada kantong kemaluan sampai ke perut bawah.
Saat buang air kecil tampak ada darah segar yang menetes dari lubang kencing. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan: keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi 92x/menit,
frekuensi napas 20x/menit dan suhu 37°C. Tidak ditemukan adanya massa di daerah supra symphysis. Pada
pemeriksaan genitalia didapatkan scrotum sinistra tampak oedema, terletak lebih tinggi dari scrotum dextra
dan nyeri. Refleks kremaster menghilang. Pada pemeriksaan colok dubur: flying prostate (-)
Pasien kedua adalah seorng laki-laki berusia 60 tahun dengan keluhan buang air kecil berwarna merah sejak 3
hari. Keluhan disertai demam hilang timbul. Pasien juga mengeluh buang air kecil yang tidak lancer dan nyeri
berkemih hilang timbul sejak 3 bulan lalu. Buang air besar naik. Pasien menanyakan apakah keluhannya ada
hubungannya dengan penyakit dideritranya setahun yang lalu dimana pesien pernah ereksi yang
berkepanjangan dan nyeri akibat minum obat kuat yang dibelinya sendiri. Pasien mengaku sering berhubungan
seksual dengan pekerja seks komersil (PSK) tanpa pengaman. Pemeriksaan fisik didapatkan:keadaan umum
tampak sakit sedang, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 20x/menit dan
suhu 38,6°C. pemeriksaan rectal toucher kesan prostat membesar dan nyeri tekan.
Learning Issues
1. MM fisiologi ereksi
2. MM disfungsi ereksi
3. MM kelainan prostat, testis, skrotum, epididymis
4. MM gangguan ginjal, kandung kemih, uretra trauma dan non
5. MM rectal toucher
Trauma:
Priapismus disfungsi -ginjal
ereksi -torsio testis
-ureter
-kandung kemih

Keganasan:
-Ca prostat Infeksi:
Kelainan organ genitalia pria
-Ca ureter -prostatitis
-Teratoma -epididimitis
-Seminoma
-BPH

Kongenital:
-hernia scrotalis
-hidrokel
LI 1 Fisiologi Ereksi

• 4 Fase
• Fase Eksitasi: Ereksi dg. Vasokongesti testis dan peningkatan keinginan koitus
• Fase Pletau: Peningkatan respon seksual makin meningkat, respons tubuh
menyeluruh (HR, RR, dll meningkat)
• Fase Orgasme: Ejakulasi, Kenikmatan Seksual
• Fase Resolusi: Genital dan Sistem tubuh kembali ke keadaan sblm terangsang
Lauralee Sherwood. Human Physiology: From Cells to Systems. 9th Ed.
LI 2 Gangguan ereksi

Disfungsi ereksi

• Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan yang menetap seorang pria untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup guna melakukan aktifitas seksual yang memuaskan.
Disfungsi ereksi ini diderita oleh separuh pria yang berusia lebih dari 40 tahun

Diagnosis:
• Ultrasonografi Doppler dapat dipakai untuk
• NPT atau Nocturnal Penile Tumescense adalah
menilai aliran darah pada penis setelah
uji untuk mengetahui adanya ereksi nokturnal
dilakukan induksi ereksi.
pada saat tidur. Pasien disfungsi ereksi
• Injeksi Intrakavernosa dengan obat-obat
psikogenik menunjukkan ereksi nokturnal yang
vasoaktif dimaksudkan sebagai uji diagnosis
normal sedangkan pada disfungsi ereksi organik
maupun untuk terapi pada beberapa jenis
menunjukkan kelainan pada ereksi nokturnal.
disfungsi ereksi. Obat-obatan yang sering
• Kavernosografi/kavernosometri : pencitraan
dipakai adalah: papaverin, papaverin
dan sekaligus secara bersamaan mengukur
dikombinasikan dengan fentolamin, atau
tekanan korpora kavernosa. Pemeriksaan ini
alprostadil (prostaglandin PGE1). Setelah
dilakukan jika ada kecurigan kelainan pada
penyuntikan, dinilai rigiditas penis mulai dari
sistem kavernosa
tidak ada respon hingga terjadi rigiditas penuh.
Priapismus
Pendekatan Diagnostik
• Anamnesis → duration of priapism, any clinical
Ereksi penis yang persisten ≥ 4 jam yang tidak treatments used, previous priapism episodes, presence
disebabkan karena aktivitas seksual of pain, and erectile function status prior to the
Klasifikasi priapism episode
Ischaemic priapism (low-flow priapism) • PF → inspection and palpation of the penis (assess for
Stuttering (intermittent) priapism the extent of tumescence or rigidity, degree of corporal
Non-Ischaemic priapism (high-flow priapism) body involvement, and presence and severity of
Malignant priapism tenderness)
• Ischemic priapism → corpora cavernosa are
typically rigid and tender to palpation
• nonischemic priapism → nontender, partially
tumescent corpora cavernosa
• Abdominal, perineal, and rectal examinations may
reveal signs of trauma, pelvic infection or
malignancy.
• A full neurologic exam may be indicated when a
spinal cord injury or lesion is suspected
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746404/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4236300/
Ischaemic Priapism Stuttering (intermittent) Pripism
• 95% kasus • Episode berulang ereksi menyakitkan yang sebentar
• Etiologi : hematologis/trombotik, obat, injeksi dan dapat reda sendiri (self-limitting) dalam durasi
farmakostimulan intrakorporal, neurologis, dan kurang dari 4 jam
keganasan. • Biasanya nocturnal (atau pada pagi hari)
• Merupakan keadaan darurat urologis → harus • Biasa orangnya malu, kurang tidur, & sexual anxiety
cepat ditangani untuk mencegah fibrosis dan • Biasa pada orang dengan SCD
disfungsi ereksi • Mekanisme kurang jelas
• Biasanya hanya corpus cavernosum yang
terpengaruh (corpus spongiosum; glans nya
Malignant Priapism
tetap lunak)
• Malignant priapism
• Pada Sickle Cell Disease dapat mempengaruhi 3
• Priapism as a consequence of non-haematological
corpus
malignancy (so called “malignant priapism”) is a rare
condition, resulting most commonly from penile
Non-ischaemic Priapism metastases from primary bladder, prostatic,
• Merupakan komplikasi yang tertunda akibat trauma rectosigmoid and renal tumours.
genital atau perineum dengan perkembangan fistula • 20–53% of metastases to the penis initially present
arteriosinusoidal → memotong tonus vasokonstriksi
with priapism
arteriol yang biasanya tertahan dan memungkinkan
aliran arteri kavernosal yang berlebihan • The exact mechanism is unclear, with suggested
• tidak menyakitkan dan penis biasanya tidak kaku. mechanisms being extensive penile replacement by
• Darah kavernosal dioksigenasi dan tidak memerlukan infiltrating tumour, venous obstruction and
perawatan darurat. continuous stimulation of neuronal pathways
Penunjang
• Cavernous blood gas analysis
• Complete blood count, white blood cell differential,
and platelet → may reveal the presence of acute
infections or hematologic abnormalities
• Reticulocyte counts and hemoglobin electrophoresis
may signify the presence of SCD/trait or other
hemoglobinopathies
• Other hematologic tests, such as serum lactic
dehydrogenase level, a marker of intravascular
hemolysis, and glucose-6-phosphate dehydrogenase
testing, may also be informative
• Urine and plasma toxicology can screen for the
potential pharmacologic influences of psychoactive
medications and recreational drugs

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4236300/
• Radiologi
• Ultrasound
low-flow priapism (typically ischemic)
thrombosis of the corpora cavernosa or
corpus spongiosum
decreased/absent color flow or spectral
Doppler in the cavernosa
there may be flow in the superficial penile
vein
increased RI of the penile artery
high-flow priapism (typically non-ischemic)
an arteriovenous fistula may be visualized
penile artery Doppler velocities are
typically normal or elevated
• MRI
MRI may be more likely to see associated
conditions that may lead to priapism (e.g.
malignancy).

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4236300/
Tata laksana https://online.epocrates.com/data_dx/reg/505/img/505-
1-hlight.jpg

• Goal : decompress the corporal bodies and restore arterial blood flow
• First Line Therapy → aspiration of blood with irrigation of the corpora cavernosa, in
combination with intracavernous α-agonist injection therapy (w/ dorsal nerve block
or local penile shaft block)
• Phenylephrine is the preferred sympathomimetic agent because of its lower
risk profile for systemic cardiovascular adverse effects than other agents
• If phenylephrine is unavailable, other α-adrenergic agonists may be used
(ephedrine, epinephrine, norepinephrine, or metaraminol)
• Expert consensus suggests that repeated injections and aspiration should
occur for at least up to 1 h prior to proceeding with second-line interventions
in patients presenting with a priapism of less than 24 h
• Combined with sedation, ice-cold saline enemas have been proposed as an effective
method of producing deturnescence (if specialist not avail, source :
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/004947550403400414)
• Surgical Shunts

https://accessemergencymedicine.mhmedical.com/data
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4236300/ /books/2498/reich3_ch178_f004a.png
LI 3 kelainan prostat, testis, skrotum, epididimis
Prostatitis
Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV
prostatitis bakterial akut prostatitis bakterial kronis prostatitis non bakterial kronis prostatitis inflamasi
asimtomatik
• Gambaran klinis: • Gejala : • Sindroma pelvik kronis dgn inflamasi • Gejala :
• Tampak sakit • Disuri, urgensi, (IIIA): • Tdk ada keluhan atau
• Demam • Diduga karena Chlamidia
• Menggigil frekuensi, nyeri trachomatis tanda prostatitis
• Rasa sakit di daerah perineal, kadang nyeri • Tidak ada kelainan fisik • Terapi :
perineal saat ejakulasi atau • Pada EPS banyak terdapat • Tidak menunjukkan
• Ada gangguan miksi hematospermi leukosit dan oval fat body gejala  tidak
• Pada colok dubur: prostat • Terapi: antibiotika minoksilin,
tampak membengkak, • Pemeriksaan fisik : doksisilin atau eritromisin memerlukan terapi
hangat dan nyeri • Colok dubur mungkin selama 2-4 mgg • Antibiotika  jika
• Terapi: teraba krepitasi • Sindroma pelvik kronik non inflamasi didapatkan sel – sel
• Antibiotik: gol (tanda kalkulosa (prostatodinia/ (IIIB): inflamasi pada analisis
fluroquinolone, • Adanya nyeri di daerah pelvis yg
trimetoprim- prostat) tdk berhubungan dgn keluhan semen pria yang
sulfametoksazol, • Penatalaksanaan miksi mandul
aminoglikosida • Trimetoprim • Pada uji 4 tabung tdk ditemukan
• Pemasangan kateter sulfametoksasol, bakteri penyebab infeksi
suprapubik, jika maupun sel-sel penanda proses
terjadi gangguan doksisiklin, minosiklin, inflamasi
miksi karbenisilin, & • Diberikan obat penghambat
fluoroquinolone adrenergik alfa
• Antimikroba diberikan
jangka panjang hingga
tidak ditemukan
kuman pada
Dasar-dasar urologi edisi 3
pemeriksaan
Treatment Of Acute and chronic bacterial
prostatitis

Acute bacterial
prostatitis

Current Medical Diagnosis and Treatment 2017-McGraw-Hill Education _ Me(Lange) Maxine A. Papadakis, Stephen J. McPhee,
Michael W. Rabow
Hiperplasia Prostat Benigna
• Definisi :
• kelainan histologis yg khas ditandai dng proliferasi sel2 prostat (jinak / non malignan)
• Akumulasi sel2 & pembesaran kelenjar merupakan hasil dr proliferasi sel epitel & stroma
prostat
• Istilah lain : pembesaran / pertumbuhan kelenjar prostat yg menyebabkan sumbatan pd
uretra & menyebabkan terjadinya gejala pd LUTS, ISK, hematuria, atau membahayakan
fungsi traktus urinarius bg atas
• Epidemiologi : pd usia lanjut, berberapa pria mengalami BPH
• 50% pria yang berusia 60 th & 80% pria yg berusia 80 th
• Etiologi :
• Teori dihidrosteron
• Adanya ketidak-seimbangan antara estrogen – testosteron
• Interaksi antara sel stroma & sel epitel prostat
• Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
• Teori stem sel
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Hiperplasia Prostat Benigna (Etiologi)
• Patofisiologi :
• Pembesaran prostat  penyempitan lumen uretra prostatika  hambat aliran urin  ↑
tekanan intravesikal
• u/ dpt keluarkan urin, buli2 harus kontraksi > kuat  kontraksi terus-menerus 
perubahan anatomic buli2  hipertrofi oyoy detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, & divertikel buli-buli
• Perubahan struktur pd buli2 tsb dirasakan ps sbg keluhan pd sal kemih sblh bawah atau
LUTS (prostatismus)
• Tekanan intravesikal ug tinggi diteruskan ke seluruh bg buli-buli tdk terkecuali pd kedua
muara ureter  tek pd kedua ureter timbulkan aliran balik urin dr buli2 ke ureter atau tjd
refluks vesiko-ureter  berlangsung terus-menerus  hidroureter, hidronefrosis, gagal
ginjal

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Tanda & gejala Pemeriksaan fisik
• Keluhan pd sal kemih bagian bawah : • Buli2 terisi penuh & teraba massa kistus di
• voiding, storage, & pasca miksi
• Keluhan akibat penyulit BPH : gejala daerah supra simfisis akibat retensi urin
obstruksi  nyeri pinggang, benjolan di • Urin selalu menetes tanpa disadari o/ ps 
pinggang (tanda dr hidronefrosis), demam inkontinensia paradoksa
yg merupakan tanda infeksi atau urosepsis
• Gejala di luar sal kemih • Colok dubur perhatikan :
Hernia inguinalis atau hemoroid krn sering • Tonus sfingter ani/reflex bulbo-kavernosus
mengejan pd saat miksi  ↑ tekanan intra- u/ singkirkan adanya kelainan buli2
abdominal
• Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi neurogenik, mukosa rektum, keadaan
kompensasi dr otot buli2 u/ keluarkan urin, pd prostat (nodul, krepitasi, konsistensi prostat,
suatu saat otot buli2 alami kepayahan  jatuh simetri antar lobus & batas prostat)
dlm fase dekompensasi  retensi urin akut
• Obstruksi yg diakibatkan o/ BPH tdk hanya • Colok dubur pd BPH : konsistensi prostat
disebabkan o/ adanya massa prostat yg kenyal, lobus kanan & kiri simetris & tidak
menyumbat uretra posterior, tetapi juga didapatkan nodul
disebabkan o/ tonus otot polos yg ada pd
stroma prostat, kapsul prostat, & otot polos pd • Sedangkan pd ca prostat : konsistensi
leher buli2 (dipersarafi serabut simpatis yg prostat keras/teraba nodul, mungkin
berasal dr nervus pudendus) diantara lobus prostat tdk simetri

Dasar-dasar urologi edisi 3


Sistem Skoring I-PSS
(International Prostatic
Symptom Score)

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Hiperplasia Prostat Benigna (Etiologi)
• Pemeriksaan penunjang :
• Sendimen urin : u/ mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pd sal kemih
• Kultur urin : mencari jenis kuman yg menyebabkan infeksi &
menentukan sensitivitas kuman thd berberapa antimikroba yg
diujikan
• Faal ginjal : kemungkinan adanya penyulit yg mengenai sal kemih bg
atas
• Gula darah : emncari kemungkinan adanya DM  kelainan saraf pd
buli2 (buli2 neurogenik)
• PSA : jika dicurigai keganasan prostat

Dasar-dasar urologi edisi 3


Nodular hyperplasia of the prostate (BPH)
Low-power photomicrograph demonstrates a
well-demarcated nodule at the right of the
field, with a portion of urethra seen to the left.
In other cases of nodular hyperplasia, the
nodularity is caused predominantly by
stromal, rather than glandular, proliferation

Nodular hyperplasia of the prostate (BPH)


Higher-power photomicrograph
demonstrates the morphology of the
hyperplastic glands, which are large, with
papillary infolding

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas, Aster. 9th ed.


Karsinoma Prostat
• Definisi : tumor yg berada pd kelenjar prostat metastasis  HRPC
prostat tumbuh menembus kapsul (hormone refractory prostate
prostat & mengadakan infiltrasi ke cancer)
organ sekitarnya • Tanda & gejala :
• Epidemiologi : keganasan terbanyak • Gangguan saluran kemih :
diantara sistem urogenitalia pria, kesulitan miksi, nyeri kencing,
menyerang ps usia > 50 th, 30% hematuria  kanker telah
diantaranya menyerang pria umur 70- menekan uretra
80 th & 75% > 80 th, jarang menyerang • Kanker dpt menekan rectum &
< 45 th sebabkan keluham BAB
• Etiologi : predisposisi genetik, • Yg sudah metastasis ke tulang :
pengaruh hormonal, diet, pengaruh nyeri tulang, fraktur pd tempat
lingkungan, & infeksi metastasis, kelainan neurologis
• Patofisiologi : (metastasis pd tulang vertebra)
• Kelenjar prostat normal  PIN
(prostate intraepithelial neoplasia)
 karsinoma prostat  karsinoma
prostat std lanjut  karsinoma
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Karsinoma Prostat
Pemeriksaan fisik :
Colok dubur : nodul keras pd
prostat, pd std dini seringkali sulit
utk mendeteksi kanke rprostat mll
colok dubur  harus dibantu dng
TRUS Adenocarcinoma
Pemeriksaan penunjang :
Penanda tumor : PAP & PSA
USG transrektal (TRUS)
CT scan & MRI
Bone scan
Tatalaksana :
Observasi
Prostatektomi radikal
Radiasi
Terapi hormonal
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Seminoma Testis
 is a pathologic diagnosis in which only seminomatous elements are observed upon
histopathologic review after a radical orchiectomy and in which serum alpha-fetoprotein
(AFP) is within the reference range.

Signs and symptoms


The typical presentation in testicular Uncommon presentations include the
seminoma is as follows: following:
• A male aged 15-35 years presents with a • Testicular pain, possibly with an acute
painless testicular lump that has been onset; may be associated with a
noticeable for several days to months hydrocele
• Patients commonly have abnormal • A metastatic testis tumor may manifest as
findings on semen analysis at large retroperitoneal and/or chest
presentation, and they may be subfertile lesions, while the primary tumor is
[3] nonpalpable
• Patients may present with a hydrocele,
and scrotal ultrasonography may identify
a nonpalpable testis tumor
https://emedicine.medscape.com/article/437966-overview
Diagnosis

• Laboratory studies for testicular seminoma are as


follows:
• An elevated AFP level rules out pure seminoma,
despite possible contrary histopathologic
orchiectomy findings Robbins basic pathology. Kumar, Abbas, Aster. 9th ed.
• Lactate dehydrogenase (LDH) is a less-specific
marker for GCTs, but levels can correlate with
overall tumor burden Seminoma of the testis
• Beta–human chorionic gonadotropin (beta-hCG)
levels are elevated inn 5-10% of patients with Microscopic examination
seminomas; elevation may correlate with reveals large cells with
metastatic disease but not with overall survival
• Placenta-like alkaline phosphatase levels can be distinct cell borders, pale
elevated in patients with seminoma, especially as
the tumor burden increases; however, it may also nuclei, prominent nucleoli,
increase with smoking
and a sparse lymphocytic
infiltrate.

https://emedicine.medscape.com/article/437966-overview
Teratoma Testis
• It is a type of germ cell tumour as it arises from sperm precursors. Germ cell tumours
are by far the most common testicular tumours.

RISK FACTOR
• Cryptorchidism: Almost 10% of testicular tumours are found in patients with
cryptorchidism (maldescended testes) but this can occur in either of the testes.
• Genetic predisposition- Specific genes have been identified that play a role in testicular
cancer.
• Previous testicular cancer
• Family history of testicular cancer
• HIV infection
• Abnormalities of testicular development
• Exposure to oestrogens (female sex hormones) in utero.
• Possible testicular torsion (twisting of the spermatic cord disrupting blood supply to the
testes), mumps orchitis, testicular trauma and occupational exposure to chemicals.
Bosl G, Motzer R. Testicular Germ-Cell Cancer. NEJM 1997; 337(4);242-254.
Teratoma
Testicular teratomas contain mature cells
from endodermal, mesodermal, and
ectodermal lines. A–D, Four different fields
from the same tumor specimen contain
neural (ectodermal) (A), glandular
(endodermal) (B), cartilaginous
(mesodermal) (C), and squamous
epithelial (D) elements.

Robbins basic pathology. Kumar, Abbas, Aster. 9th ed.


Ca Urotelial PP:
Sitologi
Kanker kandung kemih urotelial adalah kanker yang
berasal dari mukosa kandung kemih (urotel). Pasien dengan keluhan hematuria tanpa nyeri  pemeriksaan
sitologi urin  mencari adanya sel ganas pada urin
• Keganasan ketujuh paling sering pada pria dan ke-17 pada
wanita Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang tinggi pada kanker
• Insidensi di seluruh dunia adalah 9/100.000 untuk laki-laki dan kandung kemih derajat tinggi
2/100.000 untuk perempuan
USG
Faktor resiko:
• Digunakan untuk melihat:
• Merokok
-massa intravesika
• Pajanan bahan kimia
-mendeteksi adanya bekuan darah
• Radiasi
-melihat adanya obstruksi pada traktus urinarius bagian atas
• Infeksi dan iritasi kronis kandung kemih USG juga berperan dalam pemantauan pasien kanker
• Kemoterapi kandung kemih pasca terapi
Gejala: Penggunaan CT urografi atau MRI:
• Hematuria tanpa nyeri  gejala tersering -mengetahui derajat invasi tumor
• Gejala iritatif pada Lower Urinary Tract Symptoms / LUTS yang -mendeteksi adaya pembesaran kelenjar getah bening
menonjol dan tidak hilang dengan terapi simtomatik
regional
• Nyeri panggul dan benjolan pada perut bagian  gejala dari
kanker kandung kemih yang lanjut. -mendeteksi adanya metastasis ke hati
-menilai adanya metastasis ke paru-paru

Panduan Penanganan Kanker Kandung Kemih Tipe Urotelial


Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) 2014
Torsio Testis
• Terpeluntirnya funikulus spermatikus  • PF :
gangguan aliran darah pd testis  hipoksia, • testis edema, letaknya lebih tinggi dan lebih
edema, iskemia  nekrosis horizontal drpd testis sisi kontralateral
• Torsio yg br tjd : dpt diraba adanya
• Testis & epididimis mudah bergerak &
lilitan/penebalan funikulus spermatikus (tdk
menggantung di funikulus spermatikus  disertai demam)
anomali bell-clapper
• PP :
• Diderita o/ pria <25 thn, paling sering oleh • Stetoskop doppler, USG doppler, sintigrafi
anak pd masa pubertas (12-20thn) testis
• Gambaran klinis : • DD : epididimitis akut, hernia skrotalis inkarserata,
• Keluhan : nyeri hebar di daerah hidrokel terinfeksi, tumor testis, edema skrotum
skrotum, mendadak & diikuti • Terapi :
pembengkakan testis = ‘akut skrotum’ , • Detorsi manual
nyeri bs menjalar ke inguinal/perut
• Operasi
sebelah bawah
• Jk nekrosis  orkidektomi & orkidopeksi
kontralateral

Dasar-dasar urologi edisi 3


Hernia Scrotalis

Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis Gambaran klinis:


yang turun ke kanalis pada sisi funikulus Groin pain karena nervusnya ditekan
spermatikus pada bagian anterior dan lateral Pressure/heaviness in groin
hingga mencapai scrotum. Oleh karena itu, Referred pain
hernia ini disebut juga hernia inguinalis Hernia makin lama makin besar
indirect. Pemeriksaan fisik:
Inspeksi: Abnormal bulge
Tanda & Gejala: Palpasi: memasukan jari telunjuk ke cincin
• Tonjolan kecil pada satu atau di inguinal externus, pasien diminta untuk
kedua sisi selangkangan melakukan maneuver vasalva untuk
mengeluarkan content hernia
• Ketidaknyamanan / nyeri pada
Imaging:
pangkal paha terutama ketika
USG
• membungkuk, mengangkat /batuk CT
• Perasaan seperti lemah, berat, MRI
terbakar / sakit di selangkangan Terapi:
• Pembengkakan pada skrotum Operasi
Hidrokel Klasifikasi:
• Hidrokel testis
Penumpukan cairan yang berlebihan diantara • Kantong hidrokel mengelilingi testis sehingga testis tidak
lapisan parietalis dan viceralis tunika vaginalis. teraba
• Besar hidrokel tidak berubah.
• Hidrokel funiculus
Normalnya : terdapat cairan di dalam rongga • Hidrokel terletak di funiculus, testis teraba di luar kantong
dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsinya oleh sistem limfatik. hidrokel.
• Besar hidrokel tidak berubah.
Etiologi:
• Hidrokel komunikan
• Bayi : • Prosesus vaginalis dan rongga peritoneum berhubungan
• Penutupan prosesus vaginalis belum sempurna sehingga prosesus vaginalis terisi cairan peritoneum.
sehingga aliran cairan peritoneum masuk ke
prosesus vaginalis. • Anak : bertambah besar saat anak menangis.
• Sistem limfatik didaerah skrotum untuk • Palpasi : kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel belum dimasukkan ke dalam rongga abdomen
sempurna
• Dewasa :
• Primer : idiopatik Diagnosis
• Sekunder : terdapat kelainan pada • Gejala klinis
testis/epididymis sehingga sistem Terdapat benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
ekskresi/reabsorbsi cairan di kantong hidrokel • PF
terganggu
Benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus.
Pemeriksaan transiluminasi (+)
• PP
USG -> hidrokel dengan infeksi & kulit skrotum yang tebal.
Dasar – dasar urologi. Edisi 3. 2016
Varikokel
• Dilatasi abnormal vena Derajat Varikokel
plexus pampiniformis Kecil – Varikokel dapat dipalpasi stlh ps. mengedan
akibat ggg. Aliran darah Sedang – Varikokel dapat dipalpasi tanpa ps. mengedan
balik ven spermatika
interna Besar – Varikokel dapat dilihat tanpa ps. mengedan
Gambaran Klinis
• Etiologi: Belum Anamnesa: Ps. Datang mengeluh belum punya anak stlh bbrp taun atau krn
diketahui secara pasti
penyebab varikokel ada benjolan diatas testis yang nyeri
PF: dilakukan dg. Posisi berdiri dg memperhatikan posisi skrotum, dilakukan
• Epid: Lebih sering pada palpasi
kiri krn vena spermatika
interna kiri bermuara ke Jika perlu pasien diminta mengedan jika tdpt gumpalan spt cacing pada
vena renalis kiri arah bag. cranial testis -> varikokel
miring dan lebih Pakai Stetoskop Doppler -> u/ deteksi peningkatan aliran darah pada plexus
panjang dari yg kanan pampiniformis
(katupnya lebih sedikit
dan kurang kuat)

Dasar-dasar urologi edisi 3


Epididimitis
• Epididimitis (akut atau kronik)  tdk ditangani  testis 
orkitis/infertilitas/abses/nyeri skrotum berkepanjangan Epididimitis akut
• Patogenesis: Sulit dibedakan dg torsio testis
Ps nyeri mendadak daerah skrotum + bengkak pd kauda &
Bakteri v.u, prostat
Hematogen/reflux
Epididimis
kaput epididimis
urin mll ductus
atau urethra
ejaculatorius
(ascending) + demam, malaise, nyeri menjalar ke pinggang
Px:
bengkak hemiskrotum. Palpasi sulit bedakan epididimis
• Pybb: <35 tahun tersering Chlamydia trachomatis atau atau testis
Neisseria gonorrhoeae + hidrokel sekunder
• Anak & ortu: E.coli & Ureaplasma urealyticum Rxsi inflamasi & bengkak menjalar ke furnikulus
spermatikus daerah inguinal
Gejala sulit dibedakan dg torsio pd usia 10-20 tahun
Tatalaksana:
Jika elevasi nyeri berkurang = epididimitis, bukan
Amox + probenecid atau Ceftriaxone IV
torsio
Selanjutnya diteruskan doxycycline/erythromycin PO 10 hari
Urinalisis & darah lengkap: Ada prosis inflamasi
Simptomatis: anestesi lokal/topikal; es untuk mengurangi
USG doppler deteksi peningkatan aliran darah
edema  hilang dlm 4-6 mgg
epididimis (pd torsio tdk ada aliran darah)
Pd anak muda bs post infeksi inflammatory rxn
Mis: mycoplasma pneumonia, adenovirus (gejala lebih
ringan)

Dasar-dasar urologi edisi 3


Trauma ginjal LI 4 Gangguan ginjal, Kandung kemih, uretra trauma dan
non
• Klasifikasi: Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri
• Langsung akibat benturan yang di daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan
mengenai daerah pinggang terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.
• Tidak langsung  cedera deselerasi Pada trauma major atau ruptur pedikel seringkali pasien
akibat pergerakan ginjal secara tiba- datang dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di
tiba di dalam rongga peritoneum
daerah pinggang yang makin lama makin membesar 
• Jenis cedera: segera ekslorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan
• Cedera tumpul
• Luka tusuk Diagnosis:
• Luka tembak Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah
bawah, dan perut bagian atas dengan disertai nyeri
atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.
2. Hematuria
3. Fraktur kosta sebelah bawah (T8-12) atau fraktur
prosesus spinosus vertebra
4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari
ketinggian atau kecelakaan lalu lintas.

Dasar-dasar Urologi,
Edisi 3
PP:
• PIV
• USG  diharapkan dapat
menemukan adanya kontusio
parenkim ginjal atau
hematoma subkapsuler, dapat
diperlihatkan adanya robekan
kapsul ginjal.
• CT-Scan/arteriografi (Jika PIV
belum dapat menerangkan
keadaan ginjal (misalkan pada
ginjal non visualized))

Tatalaksana:
1. Konservatif
2. Operasi

Dasar-dasar urologi edisi 3


Trauma VU Tanda dan gejala:
Nyeri di daerah suprasimfisis
• Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli
adalah akibat fraktur pelvis Miksi bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat
miksi
• Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli
mudah sekali robek jika mendapatkan
tekanan dari luar berupa benturan pada PP:
perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek Sistografi
pada daerah fundus dan menyebabkan
ekstravasai urine ke rongga intraperitoneum
Terapi:
• Etiologi: Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan
• Tindakan endourologi  reseksi buli-buli
transuretral (TUR Buli-buli) atau pada litotripsi. kateter dengan tujuan untuk memberikan istirahat pada
• Partus kasep atau tindakan operasi di daerah buli-buli  diharapkan buli-buli sembuh setelah 7- 10
pelvis  trauma iatrogenik pada buli-buli. hari.
• Spontan  jika sebelumnya terdapat kelainan Cedera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi
pada dinding buli-buli. Tuberkulosis, tumor buli-
buli, atau obstruksi infravesikal kronis laparotomi untuk mencari robekan pada bui-buli serta
menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli kemungkinan cedera pada organ lain.
yang menyebabkan kelemahan dinding buli-buli
Cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana
(ekstravasasi minimal) dianjurkan untuk memasang
• Klasifikasi:
• Kontusio buli-buli kateter selama 7 – 10 hari, tetapi sebagian ahli lain
• Cedera buli-buli ekstraperitoneal menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli
• Cedera intra peritoneal dengan pemasangan kateter sistostomi

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Trauma uretra
• Etiologi: • Gambaran klinis:
• Cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan • Perdarahan per-uretram 
cedera iatrogenik akibat instrumentasi pada
uretra. terdapat darah yang keluar
• Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur dari meatus uretra
tulang pelvis menyebabkan ruptura uretra
pars membranasea, sedangkan trauma eksternum setelah
tumpul pada selangkangan atau straddle mengalami trauma.
injury dapat menyebabkan ruptura uretra
pars bulbosa. • Trauma uretra berat 
• Pemasangan kateter atau businasi pada pasien retensi urin  tidak
uretra yang kurang hati-hati dapat boleh pasang kateter (dapat
menimbulkan robekan uretra karena false
route atau salah jalan menyebabkan kerusakan
• Tindakan operasi trans-uretra dapat uretra yang lebih parah)
menimbulkan cedera uretra iatrogenik.

Dasar-dasar Urologi, Edisi 3


Striktura Uretra
 Penyempitan lumen uretra karena fibrosis Patofisiologi:
pada dindingnya Radang akibat trauma atau infeksi pada uretra terbentuk sikatriks pada
uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urin aliran yang
Etiologi:
terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (sebelah proksimal striktura)
-suatu infeksi
mengumpul di rongga periuretrajika terinfeksi timbul abses periuretrapecah
-trauma uretra: trauma tumpul pada
membentuk fistula uretrokutan
selangkangan, fraktur tulang pelvis,
instrumensi atau tindakan Pemeriksaan penunjang:
transuretra yang kurang hati-hati -uroflometri
-kelainan bawaan untuk mengetahui pola pancaran urine secara subjektif
Normal pada pria: 20 ml/detik, <10 ml/detikobstruksi
1. Ringan: oklusi terjadi < 1/3
-uretrografi
diameter lumen uretra
untuk melihat letak penyempitan
2. Sedang: oklusi 1/3-1/2 diameter
-foto bipolar sisto-uretrografi
lumen uretra
melihat panjang striktura, dengan memasukkan bahan kontras secara antegrad
3. Berat: oklusi >dari ½ diameter
dari VU dan secara retrograd dari uretra
lumen uretra
-uretroskopi
untuk melihat striktura transuretra

Purnomo. Dasar-dasar urologi. Ed 3


LI 5: Rectal Toucher
PROSTATE
• Normal: rounded, heartshaped
structure ~2.5 cm long.
• The median sulcus can be
palpated b/w the 2 lateral
lobes.
• Only the posterior surface of
the prostate is palpable.
• Anterior and central lesions,
including those that obstruct
the urethra, are not
• detectable by physical
examination

BATES’ GUIDE TO PHYSICAL EXAMINATION AND HISTORY TAKING


• Acute bacterial • BPH is a nonmalignant • Prostate cancer: area of
prostatitis: The gland enlargement of the hardness in the gland.
feels tender, swollen, prostate gland • As the cancer enlarges, it
“boggy,” and warm. • The affected gland may feels irregular and may
be normal in size, or extend beyond the
• Chronic bacterial
may feel symmetrically confines of the gland.
prostatitis: The prostate
enlarged, smooth, and • The median sulcus may be
gland may feel normal,
firm, though slightly obscured.
without tenderness or
elastic; there may be • Hard areas in the
swelling.
obliteration of the prostate are not
median sulcus and always malignant:
more notable may also result from
protrusion into the prostatic stones,
rectal lumen. chronic
inflammation, and
other conditions
BATES’ GUIDE TO PHYSICAL EXAMINATION AND HISTORY TAKING
Kesimpulan
Kami telah mempelajari mengenai fisiologi ereksi, disfungsi ereksi,
kelainan prostat, testis, skrotum, epididymis, gangguan ginjal, kandung
kemih, uretra trauma dan non, rectal toucher
Daftar Pustaka
• Dasar – dasar urologi. Basuki B Purnomo. Ed 3
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746404/
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4236300/
• Robbins basic pathology. Kumar, Abbas, Aster. 9th ed.
• Bosl G, Motzer R. Testicular Germ-Cell Cancer. NEJM 1997;
337(4);242-254.
• Bates’ guide to physical examination and history taking

Anda mungkin juga menyukai