Valeria Saputra
405160011
LI 1 : Fisiologi Ereksi
• Urutan fase-fase ereksi mulai dari flaksid sampai terjadi ereksi
maksimal adalah sebagai berikut:
• Flaksid Pengisian awal Tumesen Ereksi penuh Rigid
Detumesen
• Rangsangan seksual menimbulkan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis
yang mengakibatkan terjadinya dilatasi arteriole dan konstriksi venule
sehingga inflow (aliran darah yang menuju ke korpora) meningkat
sedangkan outflow (aliran darah yang meninggalkan korpora) akan
menurun; hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dan ketegangan
pada korpora meningkat sehingga penis menjadi ereksi (tegang).
• Persarafan penis terdiri atas sistem saraf otonomik (simpatik dan
parasimpatik) dan somatik (sensorik dan motorik) yang berpusat di nukleus
intermediolateralis medula spinalis pada segmen S2-4 dan Th10 - L2 .
• Dari neuron yang berpusat di korda spinalis, serabut-serabut saraf simpatik
dan parasimpatik membentuk nervus kavernosus yang memasuki korpora
kavernosa dan korpus spongiosum.
• Saraf ini memacu neurotransmiter untuk memulai proses ereksi serta
mengakhirinya pada proses detumesensi. Saraf somato-sensorik
menerima rangsangan di sekitar genitalia dan saraf somato-motorik
menyebabkan kontraksi otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus.
• Fase ereksi dimulai dari rangsangan yang berasal dari genitalia
eksterna berupa rangsangan raba (taktil) atau rangsangan yang
berasal dari otak berupa fantasi, rangsangan pendengaran, atau
penglihatan.
• Rangsangan tersebut menyebabkan terlepasnya neurotransmiter dan
mengakibatkan terjadinya dilatasi arteri kavernosus/arteri helisin,
relaksasi otot kavernosus, dan konstriksi venule emisaria.
• Keadaan ini menyebabkan banyak darah yang mengisi rongga sinusoid dan
menyebabkan ketegangan penis. Demikian pula sebaliknya pada fase flaksid
terjadi kontriksi arteriole, kontraksi otot kavernosus, dan dilatasi venule untuk
mengalirkan darah ke vena-vena penis sehingga rongga sinusoid berkurang
volumenya.
• Saat ini diketahui bahwa sebagai neuroefektor yang paling utama di dalam korpus
kavernosum pada proses ereksi adalah non adrenergik non kolinergik atau NANC.
Rangsangan seksual yang diteruskan oleh neuroefektor NANC menyebabkan
terlepasnya nitrit oksida (NO), yang selanjutnya akan mempengaruhi enzim
guanilat siklase untuk merubah guanil tri fosfat (GTP) menjadi siklik guanil mono
fosfat (cGMP). Substansi terakhir ini menurunkan jumlah kadar kalsium di dalam
sel otot polos yang menyebabkan relaksasi otot polos kavernosum sehingga
terjadi ereksi penis
• Sebaliknya pada fase flaksid terjadi pemecahan cGMP oleh enzim fosfodiesterase
5 (PDE5) menjadi guanil mono fosfat (Gambar 13-2). Cara bekerja salah satu obat
disfungsi ereksi, sildenafil sitrat adalah sebagai inhibitor enzim PDE-5 sehingga
kadar cGMP tetap dipertahankan.
Sherwood L. Human physiology:
from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology:
from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
LI 2: Gangguan Ereksi
Disfungsi ereksi
• Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan yang menetap seorang pria
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup guna
melakukan aktifitas seksual yang memuaskan. Disfungsi ereksi ini
diderita oleh separuh pria yang berusia lebih dari 40 tahun
Diagnosis
• NPT atau Nocturnal Penile Tumescense adalah uji untuk mengetahui
adanya ereksi nokturnal pada saat tidur. Pasien disfungsi ereksi
psikogenik menunjukkan ereksi nokturnal yang normal sedangkan
pada disfungsi ereksi organik menunjukkan kelainan pada ereksi
nokturnal.
• Kavernosografi/kavernosometri : pencitraan dan sekaligus secara
bersamaan mengukur tekanan korpora kavernosa. Pemeriksaan ini
dilakukan jika ada kecurigan kelainan pada sistem kavernosa
• Ultrasonografi Doppler dapat dipakai untuk menilai aliran darah pada
penis setelah dilakukan induksi ereksi.
• Injeksi Intrakavernosa dengan obat-obat vasoaktif dimaksudkan
sebagai uji diagnosis maupun untuk terapi pada beberapa jenis
disfungsi ereksi. Obat-obatan yang sering dipakai adalah: papaverin,
papaverin dikombinasikan dengan fentolamin, atau alprostadil
(prostaglandin PGE1). Setelah penyuntikan, dinilai rigiditas penis
mulai dari tidak ada respon hingga terjadi rigiditas penuh.
Terapi
Priapism
• is defined as a penile erection that persists for 4 h or longer and is unrelated to
sexual activity.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746404/
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Ereksi penis yang berkepanjangan pada priapismus dapat terjadi
karena:
• gangguan mekanisme outflow (veno-oklusi) sehingga darah tidak
dapat keluar dari jaringan erektil
• adanya peningkatan inflow aliran darah arteriel yang masuk ke
jaringan erektil.
secara hemodinamik, priapismus dibedakan menjadi
• priapismus tipe veno oklusif atau low flow
• priapismus tipe arteriel atau high flow
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746404/
Terapi
• Aspirasi dan Irigasi Intrakavernosa
• Jalan pintas (shunting) keluar dari korpora kavernosa
LI 3 : Kelainan pada Prostat, Testis, Skrotum,
dan Epididimis
Kelainan pada Prostat
PROSTATITIS
Prostatitis
• Definisi : Reaksi inflamasi pd kel prostat yg disebabkan o/ bakteri maupun non
bakteri
• Etiologi : E.coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., serratia sp.
• Pemeriksaan penunjang : u/ menentukan penyebab prostatitis, diambil sample
(contoh) urin & getah kelenjar prostat mll uji 4 tabung
1. 10 cc pertama : contoh urin yg dikemihkan pertama kali (VB1) menilai
keadaan mukosa uretra
2. Urin porsi tengah : menilai keadaan mukosa kandung kemih (VB2)
3. Getah prostat yg dikeluarkan mll masase prostat atau EPS (expressed
prostatic secretion) : menilai keadaan kelenjar prostat
4. Urin yg dikemihkan setelah masase prostat (VB3)
• Keempat contoh ini kemudian dianalisis scr mikroskopik & dilakukan kultur u/
mencari kuman penyebab infeksi
• Tanda & gejala : tidak menunjukkan adanya keluhan maupun tanda dr suatu
prostatitis
• Etiologi : proses inflamasi pd prostat diketahui dr specimen yg kemungkinan
didapat dr cairan semen pd saat analisis semen & jar prostat
• Tatalaksana : tidak memerlukan th/, tetapi didapatkannya sel2 inflamasi pd
analisis semen pria yg mandul perlu mendapat th/ antibiotik
http://www.prostate.org.au/awareness/for-recently-diagnosed-men-and-their-families/partners-and-carers/diagnosis/grading-and-staging-of-
prostate-cancer/
Karsinoma Prostat
• Pemeriksaan fisik :
• Colok dubur : nodul keras pd prostat, pd std dini seringkali sulit u/ mendeteksi kanke
rprostat mll colok dubur harus dibantu dng TRUS
• Pemeriksaan penunjang :
• Penanda tumor : PAP & PSA
• USG transrektal (TRUS)
• CT scan & MRI
• Bone scan
• Tatalaksana :
• Observasi
• Prostatektomi radikal
• Radiasi
• Terapi hormonal
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Tatalaksana
1. Observasi pd stadium T1 dgn harapan hidup <10 tahun
2. Prostatektomi radikal pengangkatan prostat dan vesikula seminalis
3. Radiasi utk ps, tua dgn tumor loko-invasif dan tumor yg telah metastasis
4. Terapi hormonal
Tindakan / Obat Mekanisme Kerja Macam Obat
Orkidektomi Menghilangkan sumber androgen dari testis
KIE : Beberapa nutris yg diduga dapat menurunkan resiko kanker prostat = Vitamin A, beta karoten, kedelai, selenium (ikan laut,
daging dan biji-bijian), dan vitamin E
Smith’s General Urology, 17th ed
Smith’s General Urology, 17th ed
Smith’s General Urology, 17th ed
Tatalaksana
Adenocarcinoma of the
prostate demonstrating
small glands crowded in
between larger benign
glands
Source : http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/digestive-diseases/inguinal-hernia/Pages/facts.aspx
• Gambaran klinis:
• Groin pain karena nervusnya ditekan
• Pressure/heaviness in groin
• Referred pain
• Hernia makin lama makin besar
• Pemeriksaan fisik:
• Inspeksi: Abnormal bulge
• Palpasi: memasukan jari telunjuk ke
cincin inguinal externus, pasien diminta
untuk melakukan maneuver vasalva
untuk mengeluarkan content hernia
• Imaging:
• USG
• CT
• MRI
• Terapi:
• Operasi
Torsio Testis
Torsio Testis
• Definisi : terpluntirnya funikulus spermatikus yg berakibat terjadinya gangguan aliran
darah pd testis
• Etiologi : kelainan sistem penyanggah testis
• Epidemiologi : diderita oleh 1 dari 4000 pria yg umurnya < 25 th, keadaan ini banyak
diderita o/ anak pd masa pubertas (12-20 th)
• Patofisiologi :
• otot kremaster berfungsi u/ menggerakkan testis mendekati & menjauhi rongga
abdomen guna mempertahankan suhu ideal u/ testis. Adanya kelaian pd sistem
penyanggah testis testis dpt alami torsio jika bergerak scr berlebihan
• Berberapa keadaan yg menyebabkan : perubahan suhu mendadak, ketakutan,
latihan yg berlebihan batuk, celana yg tll ketat, defekasi, atau trauma yg
mengenai skrotum
• Terpluntirnya funikulus spermatikus sebabkan obstruksi aliran darah testis
testis hipoksia, edema testis, iskemia testis nekrosis
Smith’s General Urology, 17th ed
Torsio Testis
• Tanda & gejala :
• Akut skrotum : nyeri hebat di daerah skrotum mendadak & diikuti pembengkakan pd testis
• Nyeri dpt menjalar ke daerah inguinal
• Bayi : gejala tdk khas, rewel, gelisah, tidak mau menyusu
• Pemeriksaan fisik :
• Testis bengkak, letaknya > tinggi & > horizontal drpd testis sisi kontralateral
• Penebalan funikulus spermatikus
• Pemeriksaan penunjang :
• Sendimen urin : tdk menunjukkan leukosit dlm urin
• Pemeriksaan darah : tidak menunjukkan tanda2 inflamasi
• USG Doppler, stetoskop Doppler, & sintigrafi testis menilai adanya aliran darah ke testis
• Diagnosis banding : epididimitis akut, hernia skrotalis inkarserata, hidrokel terinfeksi, tumor
testis, edema skrotum
• Tatalaksana : detorsi manual, operasi (orkidopeksi)
Smith’s General Urology, 17th ed
Orchitis
Orkhitis
• Definisi : inflamasi jaringan testis
• Etiologi :
• paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri (epididimo-orkhitis)
• Infeksi virus jg dapat terjadi dlm bentuk orkhitis gondok (mumps orchitis)
• Epidemiologi : terjadi pd kurang lebih 30% laki2 postpubertal yang pernah
menderita parotitisis
• Komplikasi : atrofi testis biasanya terjadi jika infeksi disebabkan oleh virus, tetapi
jarang terjadi jika infeksi disebabkan oleh bakteri
https://emedicine.medscape.com/article/437966-overview
Teratoma Testis
• It is a type of germ cell tumour as it arises from sperm precursors. Germ cell tumours
are by far the most common testicular tumours.
RISK FACTOR
• Cryptorchidism: Almost 10% of testicular tumours are found in patients with
cryptorchidism (maldescended testes) but this can occur in either of the testes.
• Genetic predisposition- Specific genes have been identified that play a role in testicular
cancer.
• Previous testicular cancer
• Family history of testicular cancer
• HIV infection
• Abnormalities of testicular development
• Exposure to oestrogens (female sex hormones) in utero.
• Possible testicular torsion (twisting of the spermatic cord disrupting blood supply to the
testes), mumps orchitis, testicular trauma and occupational exposure to chemicals.
Bosl G, Motzer R. Testicular Germ-Cell Cancer. NEJM 1997; 337(4);242-254.
Teratoma
Testicular teratomas contain
mature cells from endodermal,
mesodermal, and ectodermal
lines. A–D, Four different fields
from the same tumor specimen
contain neural (ectodermal) (A),
glandular (endodermal) (B),
cartilaginous (mesodermal) (C),
and squamous epithelial (D)
elements.
Epidemiologi
Terdapat pada 15% pria
Merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria, 21 – 41% pria yang mandul menderita varikokel
Etiologi
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi dibuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering
dijumpai (70 – 93%) daripada varikokel sebelah kanan dikarenakan vena spermatika omterna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada vena kaba
dengan arah miring
Vena spermatika interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan
inkompeten
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau bilaterl patut dicurigai adanya: kelainan pada
rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan
pada vena renalis kanan, atau adanya situs inversus
Patogenesis
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa cara, antara
lain:
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena
kekurangan oksigen
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan prostaglandin) melalui
vena spermatika interna ke testis
3. Peningkatan suhu testis
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat hasil
metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan
spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya infertilitas
Gambaran klinis dan diagnosis
• Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa nyeri
• Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum
kemudian dilakukan palpasi, jika diperlukan pasien diminta untuk melakukan manuver valsava
atau mengedan
• Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing
di dalam kantung yang berada di sebelah kranial testis
• Stetoskop doppler sangat membantu karena dapat mendeteksi adanya peningkatan aliran darah
pada pleksus pampiniformis
• Varikokel yang sulit diraba secara klinis disebut varikokel subklinik
• Dengan alat orkidometer dapat menentukan besar atau volume testis
• Pada beberapa keadaan mungkin kedua testis teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi
kerusakan pada sel-sel germinal
• Pemeriksaan analisis semen untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan
kerusakan pada tubuli seminiferi
• Analisis sesmen menunjukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma, meningkatnya
jumlah sperma muda (immature) dan terdapat kelainan bentuk sperma (tapered)
Tatalaksana
1. Ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah
laparskopi
2. Varikokelektomi cata Ivanisevich
3. Secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena spermatika interna
Evalauasi tindakan, melihat indikator:
1. Bertambahnya volume testis
2. Perbaikan hasil analisis semen (dikerjakan setiap 3 bulan)
3. Pasangan itu menjadi hamil
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari Palomo
didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60 – 80% terjadi perbaikan analisis semen, dan
50% pasangan menjadi hamil
• Vary in size. They typically don’t hurt, but they could cause pain if they grow too
large. Spermatoceles can be smooth. They might also be filled with a whitish,
cloudy fluid. Sometimes, they hold sperm. Most of the time, they’re benign (not
cancerous). Still, if you notice a growth near your penis or scrotum (the pouch
that holds your testicles), see your doctor to have it checked.
• Etiologi: terjadi ketika sperma berkumpul di epididimis, tapi tidak ada penyebab
khusus
https://emedicine.medscape.com/article/443432-overview
Tanda dan Gejala: Tatalaksana:
Tidak ada yang spesifik, tapi • Analgetik meredakan rasa
akan terasa benjolan saat PF sakit
• Antibiotik jika ada infeksi
Diagnosis: • Aspirasi membantu
PF, Transiluminasi, Ultrasound meringankan beberapa rasa sakit
dan tekanan spermatokel.
https://emedicine.medscape.com/article/443432-overview
LI 4 : Gangguan ginjal, VU, urethra (trauma,
non trauma)
Trauma ginjal
Cedera ginjal dapat terjadi secara:
• langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang
• tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan
ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum.
• Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan menjadi:
(1) cedera minor
(2) cedera major
(3) cedera pada pedikel atau pembuluh darah ginjal
Etiologi
• cedera yang berasal dari luar (eksternal)
• cedera iatrogenikakibat instrumentasi pada uretra
GAMBARAN KHAS
1. perdarahan per-uretram
2. retensi urine
3. pada pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya floating prostate (prostat melayang) di
dalam suatu hematom.
4. Pada pemeriksaan uretrografi retrograd mungkin terdapat elongasi uretra atau
ekstravasasi kontras pada pars prostato-membranasea
Dasar-dasar Urologi, Edisi 3
Melalui gambaran uretrogram , Colapinto dan McCollum (1976) membagi
derajat cedera uretra dalam 3 jenis:
1. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching
(peregangan). Foto uretrogram tidak menunjukkan adanya ekstravasasi,
dan uretra hanya tampak memanjang
2. Uretra posterior terputus pada perbatasan prostato-membranasea,
sedangkan diafragma urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram
menunjukkan ekstravasasi kontras yang masih terbatas di atas diafragma
urogenitalis.
3. Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah
proksimal ikut rusak. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi kontras
meluas hingga di bawah diafragma urogenitalia sampai ke perineum
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3627163/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3627163/
LI 5 : Pemeriksaan Rectal Toucher
Colok Dubur (Rectal Toucher)
• Memasukkan jari telunjuk yg sudah diberi pelican ke dlm lubang dubur
• Pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit & menyebabkan kontraksi sfingter ani
menyulitkan pemeriksaan
• Perlu dijelaskan dulu ttg pemeriksaan yg akan dilakukan, agar ps dpt kerjasama dlm
pemeriksaan
• Pd pemeriksaan yg dinilai adalah :
• Tonus sfingter ani & refleks bulbokavernosus (BCR)
• Mencari kemungkinan adanya massa di dlm lumen rectum
• Menilai keadaan prostat
• Penilaian BCR dilakukan dng cara merasakan adanya refleks jepitan pd sfingter ani pd jari
akibat rangsangan sakit yg kita berikan pd glans penis atau klitoris