Anda di halaman 1dari 42

PEMICU 2 BLOK SISTEM UROGENITALIA

“Mengapa Kencingku Sakit ?”


OLEH :
KELOMPOK 17
TUTOR : dr. Marcela
TANGGAL PRESENTASI PLENO : JUMAT, 17 FEBRUARI 2017

Anggota Kelompok:
1. Alicia Angelina Susanto (405130077) 6. Inggrid Gracia Saerang (405140039)
2. Felix Setiawan (405130093)  KETUA 7. Cynthia (405140058)
3. Vica Claudia Budiono (405130144) 8. Hartomas Bumiharjo (405140065) 
SEKRETARIS 9. Nailah Rahmah (405140069)
4. Muhammad Zuhri (405140018)  PENULIS 10. Ivany Lestari Goutama (405140070)
5. Heiddy Chandra (405140021)
Kompetensi Blok Mata Kuliah Penunjang
Modul
Mahasiswa diharapkan mampu : • Anatomi
• Merencanakan penatalaksanaan • Ilmu Fisiologi
kelainan sistem urogenital, • Histologi
berdasarkan riwayat penyakit, • Mikrobiologi
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
• Farmakologi patologi klinik
penunjang
• Ilmu Gizi
• Melakukan manajemen kelainan yang
terkait sistem urogenital, berupa • Ilmu Kesehatan Anak
sirkumsisi, pemasangan kateter, dan • Ilmu penyakit Dalam
pemeriksaan duh • Ilmu Bedah
• Radiologi
• Parasitologi
• Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
PEMICU 2 : “Mengapa Kencingku Sakit ?”
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ibunya ke poliklinik umum
dengan keluhan sakit diperut bagian bawah sejak 5 hari yang lalu dan demam tidak
terlalu tinggi selama 3 hari. Namun, dalam 2 hari terakhir ini demam tinggi pada
perabaan. Menurut ibunya, anak tampak menahan sakit saat berkemih dan warna
air seninya kuning dan keruh. Keluhan seperti ini pernah terjadi saat anak tersebut
berusia 7 tahun. Sejak lahir anak tersebut memiliki kulit kulup penis yang panjang
dan jika mau berkemih, kulih tersebut menggembung terlebih dahulu sebelum
keluarnya air seni. Sang ibu khawatir apakah anaknya menderita penyakit yang
sama seperti anak perempuannya, yang berusia 18 tahun, yang pernah anyang-
anyangan saat berkemih disertai nyeri perut hebat hilang timbul; atau seperti
ayahnya yang mengalami penyakit kencing batu berulang.
Pada pemeriksaan fisik diketahui suhu tubuh 37,9 derajat celcius. Tampak kulit
preputium menguncup, edema dan bewarna kemerahan.
Apa yang dapat anda pelajari dari kasus diatas ?
LANGKAH 1 : UNFAMILIAR TERMS

1. Kulit kulup preputium : kulit kulup bagian depan yang membungkus glands
penis yag biasanya di sirkumsisi.
2. Anyang2an: perasaan ingin berkemih tapi tidak bisa dan sakit
LANGKAH 2 : RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa anaknya sakit saat berkemih dan warna urinnya keruh?

2. Apakah terdapat hubungan antara kulit kulup yang panjang dan keluhan anak
tersebut?

3. Bagaimana hubungan keluhan anak laki-laki dengan ayah dan kakaknya?


Jelaskan!

4. Apa etiologi dari anyang2an disertai nyeri perut hilang timbul?

5. Mengapa keluhan hilang antara usia 7-8 tahun, lalu timbul lagi di usia 8 tahun?
6. Mengapa saat berkemih, kulit kulupnya menggelembung terlebih dahulu?
7. Apa etiologi dari kulit preputium menguncup, edema dan kemerahan?
8. Berapa range usia seseorang untuk sirkumsisi?
9. Apa pemeriksaan fisik dan penunjang untuk diagnosis anak laki2?
10. Mengapa terjadi kencing batu berulang?
LANGKAH 3 : CURAH PENDAPAT
1. Gangguan filtrasi, hiperosmotik, infeksi bakteri, >> protein
2. Kulit preputium panjang  hygine yg buruk
3. Ada kelainan genetik, gaya hidup keluarga, edukasi kebersihan, kurang minum,
kebiasaan menahan kencing.
4. Isk (terutama pd perempuan  disebabkan tata cara bilas yg salah); gangguan
persyarafan  overactive vu; obstruksi ureter dan uretra (ex: disebabkan batu)
5. DD untuk anak laki2: batu di ureter / vu; ISK karena hygine kurang; kelainan
kongenital (hipospadia)
6. Belum di sirkumsisi  kulit menggembung saat berkemih
7. Etiologi : infeksi bakteri, jamur, parasit  untuk oedema dan kemerahan;
menguncup  belum di sirkumsisi.
8. Usia  secara agama : sebelum usia 12 tahun, paling sering 5-9
tahun.
 secara medis : ??
9. Untuk menyingkirkan DD :
• Mc bourney sign dan rovsing sign
• Urinalisis: sedimen
• Kultur urin
• Foto X-Ray, USG, CT-SCAN.
10. sama dengan no 4.
LANGKAH 4 : MIND MAPPING

Demam, nyeri perut bag.


Kulit Preputium Panjang
bawah, air seni keruh

Hygiene Pemeriksaan Fisik & Penunjang


Gaya Hidup
Kurang • Mc. Bourney & Rovsing Sign
• Urinalisis
• Kultur urin
Wanita anyang2an dan • Foto x-ray, USG, CT Scan
nyeri hilang timbul

DD : ISK
• Batu saluran kemih
• Saluran kongenital
LANGKAH 5 : LEARNING ISSUE (LI)
1. Menjelaskan mengenai kelainan kongenital genitalia (hipospadia, epispadia,
kriptorkidismus, fimosis, parafimosis, rectratile testis)

2. Menjelaskan mengenai batu salurah kemih (ginjal, vesica urinaria, ureter,


uretra) tanpa & dengan kolik

3. Menjelaskan mengenai Infeksi Saluran Kemih

(Definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, faktor resiko, PF dan PP, DD, tatalaksana,
komplikasi, prognosis dan pencegahan)
LI 1 : kelainan kongenital genitalia (hipospadia, epispadia,
kriptorkidismus, fimosis, parafimosis, rectratile testis)

HIPOSPADIA
Epispadia
• Jauh lebih jarang daripada
hipospadia: 1/300000 BBL
• ♀: ♂ = 1:5
• Meatus uretra terletak di bagian
atas penis/klitoris
• Terjadi akibat gangguan migrasi
sel mesoderm ketika minggu ke-4
perkembangan embrio.
• Dapat terjadi disertai dengan
ekstrofi kandung kemih

http://www.embryology.ch/anglais/ugenital/patholgenital02.html
Fimosis dan Parafimosis
Fimosis
• Prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis.
• Gambaran klinis:
• Gangguan aliran urin
• Higiene lokal kurang bersih
• Tindakan: sirkumsisi

Parafimosis
• Prepusium penis yang diretraksi sampai sulkus koronarius dan tidak dapat dikembalikan
keadaan semula dan timbul jeratan penis dibelakang sulkus koronarius.
• Tindakan:
• Memijat glands
• Dorsum insisi

Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. CV. Sagung Seto,


Jakarta. 2003
Retractile Testis

Definisi Etiologi
• Testis yang terletak di bagian supra- 1. Tidak dibutuhkan treatment khusus:
skrotum atau canal inguinalis bawah • Tidak ada masalah apapun
yang dapat dibuat turun sepenuhnya secara klinis.
ke skrotum tanpa resistensi dengan • Penurunan testis yang tertunda.
penurunan secara manual, namun 2. Dibutuhkan prosedur operative:
dapat kembali lagi ke posisi semula • Ada retensi atau penahan atau
setelah dicetuskannya reflex dari M. pembatas pada garis normal
Cremaster. turunnya testis.
• Testis ektopik atau
kriptorkidismus.
Patofisiologi
Kontraksi Testis tertarik ke atas pada bag tubuh
M. Cremaster (supra-skrotum & canal inguinalis
terlalu kuat bawah
Suhu maturasi testis=
suhu inti tubuh=
±36.5⁰C

Perubahan temperatur akibat naik-turun


Stimulus: testis dapat berefek berlawanan
terhadap maturasi testis.
overactive muscle
Suhu maturasi testis
= (2-4)⁰C
Dapat ditarik-pindahkan ke Tidak dapat dipindahkan ke
skrotum skrotum
(posisi normal)

Retractile Testis Kriptokidismus

Periodic Follow-up
Tanda & Gejala Pemeriksaan
• Testis yang terletak pada supra- • Pemeriksaan fisik
scrotum dapat dipindahkan secara • Periodic Follow up  dari menjelang
manual atau pindah sendirinya lahir s/d remaja.
secara tiba-tiba ke dalam scrotum • Observasi: Posisi, mobilisasi, dan
kemudian menetap dalam waktu volume testis
lama sebelum kembali lagi ke posisi • Pemeriksaan radiologis
semula atau tetap. • Retractile testis ultrasound
• Perubahan posisi testis tanpa
disertai rasa sakit. Treatment
• Bisa salah satu saja dari kedua • Terapi Hormonal: HCG/ GRH
testis pada anak laki-laki yang therapy (Human Chorionic
mengalami “retractile testis”. Gonadotropin/ Gonadotropin
Releasing Hormone)
• Tindakan operatif  orchiopexy
Maldesensus testis
• kriptokismus : testis tidak mampu mencapai skrotum
tetapi masih berada pada jalurnya yang normal,
mungkin terletak di
• kanalis inguinalis
• di rongga abdomen yaitu terletak di antara fossa renalis dan
anulus inguinalis internus
• testis ektopik : pada proses desensus, testis tersesat sebelah kanan
(keluar) dari jalurnya yang normal, mungkin terletak di testis kriptorkismus
• Perineal 1. Testis retraktil
• di luar kanalis inguinalis yaitu diantara aponeurosis obligus 2. Inguinal,
eksternus dan jaringan subkutan, suprapubik, 3. Abdominal,
• di regio femoral di sebelah kiri
testis ektopik,
4. Inguinal superfisial
5. Penil
6. Femoral
Etiologi Faktor resiko
• Testis maldesensus dapat terjadi • BBLR (kurang 2500 mg)
karena adanya kelainan pada • Ibu yang terpapar hormon
• gubernakulum(lig.skrotum) testis estrogen selama trimester
• kelainan intrinsik testis, atau pertama
• defisiensi hormon gonadotropin
yang memacu proses desensus • Lahir prematur (umur kehamilan
testis. kurang 37 minggu)
• Berat janin yang dibawah umur
kehamilan.
• Genetik
Gambaran klinis Pemeriksaan Penunjang
• Tidak dijumpai testis di kantong • Pemeriksaan USG, CT dan MRI
skrotum, dapat mendeteksi testis di
• Pasien dewasa mengeluh karena daerah inguinal, akan tetapi
infertilitas. testis di daerah ini juga cukup
mudah untuk dipalpasi. Akurasi
• Palpasi  testis tidak teraba di USG dan CT akan menurun
kantung skrotum melainkan menjadi 0 – 50% pada kasus
berada di inguinal atau di testis intraabdomen. Sedangkan
tempat lain. MRI dikatakan memiliki akurasi
mencapai 90%
Teknik pemeriksaan testis. A: Menyusuri kanalis inguinalis dimulai dari SIAS. B&C: Bila teraba testis, ‘menggiring ‘ testis dengan
ujung-ujung jari. D: Memanipulasi ke-dalam skrotum. (Dikutip dari : Docimo SG, Silver RI, Cromie W. The Undescended Testicle:
Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2000; 62: 2037-44)
Penatalaksanaan
• Melalui pemberian hormone HCG • Operasi
International Health Foundation Tujuan :
menyarankan dosis hCG sebanyak 250 • mempertahankan fertilitas,
IU/ kali pada bayi, 500 IU pada anak • mencegah timbulnya degenerasi
sampai usia 6 tahun dan 1000 IU pada maligna,
anak lebih dari 6 tahun. Terapi diberikan • mencegah terjadinya torsio testis,
2 kali seminggu selama 5 minggu. Angka • melakukan koreksi hernia,
keberhasilannya 6 – 55% • mencegah terjadinya rasa rendah
diri karena tidak mempunyai
testis.
Operasi yang dikerjakan:
Orkidopeksi  meletakkan testis ke
dalam skrotum dengan melakukan
fiksasi pada kantong sub dartos.
LI 2 : BATU SALURAN KEMIH ( GINJAL, VU,
URETER DAN URETRA)
• Batu saluran kemih menurut tempatnya • ETIOLOGI
di golongkan menjadi : • Faktor intrinsik :
• Batu ginjal, • Herediter
• Batu Ureter, • Umur : sering pada usia 30-50
• Batu kandung kemih dan Batu • Jenis kelamin : L > P
uretra. • Faktor ekstrinsik :
• Geografi
• Iklim dan temperatur
• Asupan air
• Diet
• Pekerjaan

Purnomo B. Basuki. Dasar- Dasar Urologi. 2014. Jakarta: Sagung Seto


Proses pembentukan batu • Proses yang terlibat dalam
• Batu dapat terbentuk di seluruh pembentukan batu ginjal yakni :
saluran kemih, terutama: • supersaturasi
• Pada sistem kalises ginjal/ buli-buli • nukleasi
• Kelainan bawaan seperti: • Zat mampu menghambat
• Hiperplasia prostat benigna
pembentukan batu:
• ion magnesium (Mg),
• Striktura
• sitrat,
• Buli – buli neurogenik 
memudahkan terjadinya • protein Tamm Horsfall (THP) atau
pembentukan batu. uromukoid,
• glikosaminoglikan.
• Komposisi batu :
• Kalsium oksalat, asam urat,
magnesium-amonium-fosfat
(MAP), xanthyn,sistin, silikat dan
senyawa lainnya.

Purnomo B. Basuki. Dasar- Dasar Urologi. 2014. Jakarta: Sagung


Seto
Batu Kalsium Batu Struvit
• sering pada : kasus batu ginjal. • Batu yang terbentuk akibat
adanya infeksi saluran kemih.
• Kandungannya terdiri atas:
kalsium oksalat, kalsium fosfat, Batu Asam Urat
atau campuran dari kedua unsur • Biasanya diderita pada pasien
tersebut. penyakit gout, mieloproliferatif,
pasien terapi anti kanker, dan
• Faktor terbentuknya batu yang menggunakan obat
kalsium: urikosurik seperti sulfinpirazon,
• Hiperkalsiuri thiazid, dan salisilat
• Hiperoksaluri Batu sistin, batu xanthine, dan batu
• Hiperurikosuria silikat sangat jarang dijumpai.
• Hipositraturia
• Hipomagnesuria
http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/04/5.2_Marco_Manza_Adi_Putra_done
.pdf
Batu Ginjal dan Ureter
• Lokasi : khas di kaliks atau pelvis Tanda & Gejala
renalis, ureter, kandung kemih atau • Nyeri pada pinggang ke arah bawah
uretra. dan depan dapat bersifat kolik atau
• Batu yang mengisi lebih dari 2 kaliks non kolik.
ginjal gambarannya menyerupai • Nyeri dapat menetap dan terasa
tanduk rusa (batu staghorn) sangat hebat.
• Pada keadaan lanjut : kerusakan ginjal. • Mual dan muntah
• Jika mengenai ke 2 sisi : gagal ginjal • Demam jarang di jumpai
permanen
• Dapat muncul mikrohematuria

Purnomo B. Basuki. Dasar- Dasar Urologi. 2014. Jakarta: Sagung


Seto
Diagnosis Tatalaksana
• Pemeriksaan fisik • Indikasi : obstruksi, infeksi
• Pemeriksaan sedimen urine: • Medikamentosa
• Pemeriksaan kultur urine • ESWL (Extrocorporeal Shockwave
• Pemeriksaan faal ginjal Lithotripsy)
• Periksa kadar elektrolit. • Endourologi
• Foto Polos Abdomen • Bedah Laparoskopi
• Pielografi Intra Vena (PIV) • Bedah Terbuka
• Ultrasonografi
Pencegahan
• Menghindari dehidrasi dengan minum
cukup
• Diet untuk mengurangi kadar zat
komponen batu: rendah
protein,rendah oksalat, rendah garam,
rendah purin.
• Aktivitas harian yang cukup
Purnomo B. Basuki. Dasar- Dasar Urologi. 2014. Jakarta: Sagung
Seto
• Pemberian medikamentosa.
JENIS BATU FAKTOR PENYEBAB JENIS OBAT/TINDAKAN MEKANISME KERJA OBAT
TIMBULNYA BATU
Kalsium Hiprkalsiuri absorbtif Natrium selulosa fosfat Mengikat Ca dalam usus  absorbsi
Reabsorbsi Ca di tubulus
Thiazide Sintesa vitamin D
Orthofosfat Urine inhibitor

Hiperkalsiuri renal Thiazide Reabsorbsi Ca di tubulus


Hiperkalsiuri resorptif Paratiroidektomi Reabsorbsi Ca dari tulang
Hipositraturi Potasium sitrat pH sitrat Ca urine
Hipornagnesiuri Magnesium sitrat mg urine
Hiperorikosuri Allopurinol urat
Potasium alkali pH
Hiperoksaluria Allopurinol urat
Pyridoksin
Kalsium suplemen
MAP infeksi Antibiotika Eredikasi infeksi
AHA Urease inhibitor
Urat Dehidrasi Hidrasi cukup pH
(pH urine turun) Potasium alkali urat
Hiperurikosuri Allopurinol Purnomo B. Basuki. Dasar- Dasar Urologi. 2014. Jakarta: Sagung Seto
Batu Buli-buli
• Vesikolitiasis = batu yang terdapat • Gejala :
pada VU • nyeri kencing / disuria – stranguria
• Et : • perasaan tidak enak sewaktu
• gg. miksi  tjd pada ps. dengan kencing
hiperplasia prostat, striktura • kencing tiba-tiba terhenti lalu
uretra, divertikel buli-buli, buli- lancar lagi ketika ubah posisi
buli neurogenik tubuh
• (+) benda asing di buli-buli ak. • nyeri dirasakan pada ujung penis,
pemasangan kateter dalam waktu skrotum, perineum, pinggang
lama sampai kaki
• Dpt berasal dari batu ginjal/ureter • Laki-laki  enuresis nokturnal,
yang turun ke buli-buli sering menarik penisnya
• Perempuan  menggosok-gosok
vulva
Batu Buli-buli
Komposisi batu buli-buli : TL :
1. Batu asam urat - Batu buli-buli dpt dipecahkan
dengan  litotripsi
2. Batu struvit
- Jika terlalu besar  pembedahan
terbuka / vesikolitotomi
Pemeriksaan : - Koreksi thd penyebab timbulnya
- Urinalisis stasis urin
- Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan darah
- Analisis batu
Batu Uretra
• Berasal dari batu ginjal/ureter -> buli- Tindakan
buli / batu primer Tergantung;
• 1 % dari saluruh batu sal kemih • Posisi, bentuk, ukuran
Keluhan: • Batu pad ameatus uretra
• Miksi tiba-tiba berhenti externa/fossa navikularis dapat
• Nyeri pinggang diambil dg forsep stlh meatus uretra
di lebarkan (meatotomi)
• Kesulitan miksi • Batu kecil-> dilubrikasi => jelly dan
• Benjolan di meatus uretra eksterna/ lidokain 2%
uretra pars bulbosa/pendularis • Batu cukup besar dan b’ada di bagian
• Nyeri bisa di rasakan di glans penis/ t4 belakang/posterior-> litotripsi
batu berada • Jika batu besarnya tidak dapat
• Batu di posterior => nyeri ke bergerak =>
perineum/rektum uretrolitotomi/dihancurkan dg
pemecah batu transuretra
LI 3 : ISK
• Merupakan infeksi pada traktus Faktor Resiko
urinarius yang paling sering • Pada neonates  pria > wanita
• Kuman batang gram negative • Pada lansia  pria = wanita
merupakan etiologi tersering (co : E-
• Pada usia muda –hingga 50 tahun 
coli)
wanita > pria
• Pada anak2  karena belum
disirkumsisi
• Pada pria  biasanya disertai
penyakit penyerta (co : BPH)
Etiologi

Sumber : Grabe M, Bartoletti R, Johansen Bjerklund T E, et al. Guideline in Urological Infection. European Association of Urology; 2015.
Sisttitis non komplikata akut
• Sistitis adalah infeksi kandung kemih Faktor resiko :
dengan sindroma klinis yang terdiri Pada wanita usia muda dan
dari disuria, frekuensi, urgensi dan premenopause : penggunaan spermatisida,
kadang adanya nyeri pada suprapubik. ibu dengan riwayat ISK, riwayat ISK pada
• Sistitis ditandai dengan adanya masa kanak-kanak.
leukosituria, bakteriuria, nitrit, atau Pada wanita tua dan post menopause :
leukosit esterase positif pada riwayat ISK sebelum menopause,
urinalisis. Bila dilakukan pemeriksaan inkontinensia, vaginitis atrofi karena
kultur urin positif. defisiensi estrogen, sistokel.
Pada pria, angka kejadiannya hanya sedikit
dan paling sering terjadi pada usia 15-50
tahun.
Diagnosis Tatalaksana
• Uji dipstick • Lama pemberian antibiotik tergantung
• Kultur urin dari MSU : ≥103 cfu/mL dari obat yang digunakan dan berkisar
uropatogen dilakukan jika : dari 1-7 hari.
1. Diduga menderita pielonefritis akut • Terapi antibiotik jangka pendek dapat
2. Gejala yang tidak hilang atau terjadi dipikirkan untuk terapi sistitis non
kembali dalam 2-4 minggu setelah komplikata pada kehamilan,
penyelesaian terapi
• terapi sistitits pada kehamilan dapat
3. Wanita yang menunjukkan gejala diberikan penisilin, sefalosporin,
tidak khas
fosfomisin, nitrofurantoin (tidak boleh
4. Wanita hamil pada kasus defisiensi G6PD dan pada
5. Pria yang diduga ISK. masa akhir kehamilan), trimethoprim
(tidak boleh pada masa awal
kehamilan), dan sulfonamide (tidak
boleh pada masa akhir kehamilan).
ISK Komplikata Faktor resiko
• Disebabkan bakteria dengan • Penggunaan kateter, splint, stent, atau
spektrum yang lebih luas kateterisasi kandung kemih berkala
dibandingkan isk non komplikata dan • Residual urin >100ml
lebih sering resisten terhadap AB. • Obstruksi saluran kemih atas maupun
• ISK komplikata dikelompokkan bawah
menjadi dua : • Refluks vesicoureteral
1. Pasien dengan faktor komplikasi • Diversi saluran kemih
dapat dihilangkan oleh terapi: • Kerusakan urotelium karena kimia
ekstraksi batu, melepas kateter ataupun radiasi
2. Pasien dimana faktor komplikasi • ISK yang terjadi saat peri-/post-
tidak bisa dihilangkan dengan tindakan, contoh transplantasi ginjal
terapi: penggunaan kateter
menetap, sisa batu setelah tindakan
atau neurogenic bladder.
Gejala klinis Diagnosis
• Dysuria, urgensi, frekuensi, nyeri kolik, • 105 cfu/mL uropathogen dalam
nyeri sudut kostoverteba, nyeri sebuah MSU pada wanita,
suprapubik dan demam. • ≥104 cfu/mL uropatogen dalam
sebuah MSU pada pria
• Gejala saluran kemih bagian bawah
(LUTS) dapat disebabkan oleh ISK tapi • Jika diambil dari kateter, ≥104 cfu/mL
dianggap relevan
juga oleh gangguan urologi lainnya,
seperti misalnya benign prostatic • Pemeriksaan dipstick untuk
hyperplasia (BPH) atau transurethral pemeriksaan rutin
resection of the prostate (TURP). • Pada ISK komplikata, harus didapatkan
kelainan anatomi / fungsional saluran
• Kondisi medis seperti diabetes
genitourinari atau penyakit dasar.
mellitus (10%) dan gagal ginjal
seringkali ditemukan dalam sebuah • Mikroba penyebab tersering : E. Coli,
Proteus, Klebsiella, Pseudomonas,
ISK komplikata
Serratia, dan Enterococci.
Tatalaksana

• Prinsip umum : Tujuan terapi infeksi salurah kemih komplikata adalah tata
laksana kelainan urologi, terapi anti mikroba, dan terapi suportif.

• Pemberian antibiotik selama 7-14 hari umumnya direkomendasikan, tapi


durasi ini harus melihat pada abnormalitas yang terjadi. Terkadang,
perpanjangan hingga 21 hari, menurut situasi klinis dapat dilakukan
Sumber : Grabe M, Bartoletti R, Johansen Bjerklund T E, et al. Guideline in Urological Infection. European Association of Urology; 2015.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
Kemungkinan pada anak laki – laki tersebut terkena fimosis dengan
komplikasi, pada ayah, kakak, dan laki – lakinya, keluhan timbul
kemungkinan dikarenakan lifestyle yang tidak higienis.

Saran :
Menjaga kebersihan terutama di bagian genitalia, untuk anak laki – lakinya
disarankan untuk disirkumsisi. Pada ayah disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.embryology.ch/anglais/ugenital/patholgenital02.html
• Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. CV. Sagung Seto, Jakarta. 2003
• Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Interna Publishing; 2008.
• http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/04/5.2_Marco_Manza_Adi_Putra_done.pdf
• Sumber : Grabe M, Bartoletti R, Johansen Bjerklund T E, et al. Guideline in
Urological Infection. European Association of Urology; 2015.

Anda mungkin juga menyukai