Anda di halaman 1dari 112

Bunda, Air Seniku Tidak

Memancar Lurus
Kelompok 5
Kelompok 5
Fasilitator: dr. Sony Sugiarto, Sp.PA
NAMA NIM JABATAN
Ranto B. Tampubolon 405080135 Penulis
Putri Yunie N. 405080129 Anggota
Juvensius Viosandy 406080087 Anggota
Patricia Veronika 405070047 Anggota
Stefanus Anggota
Renny Hartant 405080033 Anggota
Stephanie Octavia 405080056 Anggota
Roky Ariyanto 405080061 Anggota
Stevany Minsanita 506080070 Anggota
Shereen 405080075 Sekretaris
Darwin 405080122 Ketua
I Putu Eka Ariana 405080215 Anggota
Bunda, Air Seniku Tidak Memancar
Lurus
Seorang anak laki-laki berusia 1,5 tahun, dibawa ibunya
ke praktek dokter umum dengan keluhan setap kali berkemih
air seninya tdak memancar lurus tetapi ke bawah. Pada
anamnesa didaptkan si anak lahir sebelum waktunya dan
melahirkan dengan bantuan dukun di desa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan orificium urethra
externum terdapat di bawah pangkal penis, penis melengkung
ke bawah dan pada skrotum kiri tdak teraba tests. Kadang-
kadang pada saat menangis/ mengedan pada daerah inguinal
sinistra teraba massa sebesar biji rambutan dan tdak
ditemukan tanda-tanda peradangan.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus ini?
Mind map
Learning Objectves
1. Mengetahui dan menjelaskan desensus tests culorum.
2. Mengetahui dan menjelaskan kelainan genital pada tests (definisi,
etologi,epidemiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala,
pemeriksaan fisik dan penunjang, faktor resiko, penatalaksanaan
farmakologis dan non farmakologis, komplikasi, dan pencegahan)
a. Tests maldesensus
a. Kriptorkismus
b. ektopik
b. Hidrokel, varikokel, torsio tests
3. Mengetahui dan menjelaskan kelainan genital pada penis (definisi,
etologi,epidemiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala,
pemeriksaan fisik dan penunjang, faktor resiko, penatalaksanaan
farmakologis dan non farmakologis, komplikasi, dan pencegahan)
a. Fimosis d. hipospadia dan epispadia
b. Parafimosis e. friktura urethra
c. Peny. Peyroni f. priapismus
DESENSUS TESTISCULORUM
EMBRYOGENESIS
Embriologi
• 3 bulan pertama  pembentukan organ
• 6 bulan terakhir  ↑ ukuran dan mematangkan organ-organ yang
dibentuk pada 3 bulan pertama
Bulan ke-3 Janin sudah mempunyai sistem organ sepert yang dipunyai oleh orang
dewasa, tetapi genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan
betna dan tampak sepert betna serta denyut jantung sudah dapat
didengarkan.

Bulan ke-4 Kepala masih dominan dibandingkan badan, genitalia eksternal nampak
berbeda. Semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah
dapat dirasakan oleh ibu.

Bulan ke-5 Muka nampak sepert manusia dan rambut mulai nampak diseluruh
tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat
dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat
dirasakan oleh ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum
berfungsi.
Bulan ke-6 Ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ
internal sudah pada posisi normal
Bulan ke-7 Janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum
berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini
selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup
untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan
hidup.

Bulan ke-8 Testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga
terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70%
dapat bertahan hidup.

Bulan ke-9 Janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai
nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Bulan ke-10 Tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan
lanugo mulai menghilang. Percabangan paru lengkap tapi tdak
berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antbodi plasenta mulai
regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
Kutub kaudal testis Gubernaculum

Awal : berujung di inguinal antara m.oblikus abdominalis internus dan eksternus

Testis ↓

Ekstraabdomen gubernaculum Pembuluh darah testis memanjang


(anulus inguinalis  scrotum) (lumbal  scrotum)

Tekanan intraabdomen ber+ besar Testis mll canalis inguinalis

Substansi Penghambat Mulleri Androgen


Dinding Abdomen Anterior: Testis masuk ke scrotum
• Fascia transversalis
• M.oblikus abdominis internus
• M.oblikus externus Lapisan :
• Fascia spermatika interna
• Fascia kremasterika&m.kremasterika
Evaginasi peritoneum • Fascia spermatika eksterna

•Tunika vaginalis testis lamina lateralis


Prosesus vaginalis •Tunika vaginalis testis lamina parietalis
•Ligamentum vaginale
KRIPTORKISMUS DAN EKTOPIK
Tidak turunnya tests keluar dari rongga abdomen
melalui canalis inguinalis dan memasuki skrotum
pada saat lahir.
Letak tests maldesensus.
Gambar di sebelah kanan adalah beberapa
letak tests kriptorkismus yaitu :
1. Tests retraktl
2. Inguinal
3. Abdominal

Gambar di sebelah kiri menunjukkan tests


ektopik, antara lain :
4. Inguinal superfisial
5. Penil
6. Femoral
Klasifikasi
• Klasifikasi berdasarkan etopatogenesis:
– Mekanis / anatomik (perlekatan-perlekatan,
kelainan kanalis inguinalis dll)
– Endokrin / hormonal (kelainan axis
hipotalamushipofisis- tests)
– Disgenetk (kelainan interseks multpel)
– Herediter / genetk
Klasifikasi
• Klasifikasi berdasarkan lokasi :
– Skrotal tnggi (supraskrotal) : 40%
– Inrakanalikular (inguinal) : 20%
– Intraabdominal (abdominal) : 10%
– Terobstruksi : 30%
Klasifikasi
• Klasifikasi berdasarkan gambaran
histopatologik:
– Tipe I kelainan minimal
– Tipe II hipoplasia germinal berat dan hipoplasia
tubular ringan sampai berat, sel sertoli normal
– Tipe III hipoplasia germinal dan tubular berat,
hipoplasia sel sertoli
– Tipe IV hipoplasia germinal dan tubular,
hiperplasia sel sertoli
ETIOLOGI
• Gubernakulum tests
• Kelainan intristk tests
• Defisiensi hormon gonadotropin yg memacu
proses desensus tests
Epidemiologi
Angka kejadian kriptorkismus pada bayi prematur
kurang lebih 30% yaitu 10 kali lebih banyak
daripada bayi cukup bulan (3%). Dengan
bertambahnya usia, tests mengalami desensus
secara spontan, sehingga pada saat usia 1 tahun,
angka kejadian kriptorkismus tnggal 0,7– 0,9 %.
Setelah usia 1 tahun, tests yang letaknya
abnormal jarang dapat mengalami desensus
tests secara spontan.
Patofisiologi dan Patogenesis
• Suhu di dalam rongga abdomen ± 10C lebih tnggi
daripada suhu di dalam skrotum, sehingga tests
abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih
tnggi daripada tests normal; hal ini
mengakibatkan kerusakan sel-sel epitel germinal
tests.
• Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormon
androgen tdak ikut rusak, maka potensi seksual
tdak mengalami gangguan.
Gambaran Klinis
• Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena
orang tuanya tdak menjumpai tests di kantong
skrotum
• Pasien dewasa mengeluh karena infertlitas yaitu
belum mempunyai anak setelah kawin beberapa tahun.
• benjolan di perut bagian bawah yang disebabkan tests
maldesensus mengalami trauma, mengalami torsio,
atau berubah menjadi tumor tests.
• regio skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum karena
tdak pernah ditempat oleh tests.
• Pada palpasi, tests tdak teraba di kantung skrotum
melainkan berada di inguinal atau di tempat lain.
PEMERIKSAAN
• Flebografi selektf  usaha u/ mencari
keberadaan tests secar tdk langsung  dgn
mencari keberadaan pleksus pampiniformis.
– Jika tdk didapatkan pleksus pampiniformis 
kemungkinan tests memang tdk pernah ada.
• Laparoskopi  dicari keberadaan tests mulai dr
fossa renalis hingga anulus inguinalis internus.
FIGURE 2. Examinaton of the
groin for an undescended
testcle is often enhanced with
the use of lubricaton. (A) The
examining hand is swept along
the inguinal canal, startng at the
superiolateral extent of the
inguinal canal. If the testcle is
present, it will either "pop"
under the examiner's fingers
(B,C), or be manipulated into the
scrotum, where it will be
palpated by the opposite hand
(D).
Diagnosis
• Jika kedua buah tests tdak diketahui
tempatnya, harus dibedakan dengan
anorkismus bilateral (tdak mempunyai tests).
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan
hormonal antara lain hormon testosteron,
kemudian dilakukan uji dengan pemberian
hormon hCG (human chorionic gonadotropin).
PENATALAKSANAAN
Usia yg tepat u/ th/  1 thn.
MEDIKAMENTOSA
• Pemberian hormon hCG yg disemprotkan intranasal.
OPERASI
• Tujuan :
– Mempertahankan fertlitas
– Mencegah tmbulnya degenerasi maligna
– Mencegah tmbulnya torsio tests
– Melakukan koreksi hernia
– Psikologis  mencegah terjadinya rs rendah diri
• Operasi  orkidopeksi  meletakkan tests dlm skrotum dgn
melakukan fiksasi pd kantung sub dartos.
Tests found in the inguinal canal

The testis with blood vessels separated from


hernia sac

Testis brought down and fixed in scrotum


Komplikasi
• Keganasan
• Gangguan fertlitas
• Torsio tests
• Risiko cedera
• Hernia inguinalis
HIDROKEL
Penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis.

Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu


memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sistem limfatk di sekitarnya.
definisi
• Penumpukan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis.

• Dalam keadaan normal, cairan yang berada di


dalam rongga itu memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatk di sekitarnya.
Etologi
• pada bayi baru lahir :
– belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans)
– belum sempurnanya sistem limfatk di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
• Pada orang dewasa
– idiopatk (primer)
– sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada tests atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada tests/epididimis.
Gambaran klinis
• Timbunan air sedikit
– Tests seakan-akan sedikit membesar dan teraba
lunak
• Timbunan air banyak
– Scrotum membesar dan agak tegang
– Transluminasi  benjolan terang dan massa gelap
oval dari bayangan tests
Pemeriksaan dan DD
• Pemeriksaan fisik
– Hidrokel teraba sebagai kista
• Transluminasi
– Hidrokel  bayangan terang, besar, dan ukuran
tdak berubah
– Hernia inguinalis  besar dan ukuran berubah
• USG  memperjelas transluminasi
Penatalaksanaan
• Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel
adalah dengan aspirasi dan operasi.
• Aspirasi cairan hidrokel tdak dianjurkan
karena selain angka kekambuhannya tnggi,
dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Penatalaksanaan
• Beberapa indikasi untuk melakukan operasi
pada hidrokel adalah:
– hidrokel yang besar sehingga dapat menekan
pembuluh darah,
– indikasi kosmetk
– hidrokel permagna
• Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan
inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai
dengan hernia inguinalis.
Komplikasi
• Hidrokel yang cukup besar mudah mengalami
trauma
• Hidrokel permagna bisa menekan pembuluh
darah yang menuju ke tests sehingga
menimbulkan atrofi tests.
VARIKOKEL
Dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatka interna.
Definisi
• Dilatasi abnormal dari vena pada pleksus
pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatka interna.
• Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel
ternyata merupakan salah satu penyebab
infertlitas pada pria.
Klasifikasi
• Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3
tngkatan/derajat:
– Derajat kecil: adalah varikokel yang dapat dipalpasi
setelah pasien melakukan manuver valsava
– Derajat sedang: adalah varikokel yang dapat
dipalpasi tanpa melakukan manuver valsava
– Derajat besar: adalah varikokel yang sudah dapat
dilihat bentuknya tanpa melakukan manuver
valsava.
Etologi
• Hingga sekarang masih belum diketahui secara past penyebab
varikokel, tetapi dari pengamatan membuktkan bahwa varikokel
sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah kanan (varikokel
sebelah kiri 70–93 %).
• Hal ini disebabkan karena vena spermatka interna kiri bermuara
pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang
kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu
vena spermatka interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan
katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
• Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral
patut dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal
(terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatka
kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus
Patofisiologi
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses
spermatogenesis melalui beberapa cara, antara lain:
• Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi tests sehingga
tests mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
• Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain
katekolamin dan prostaglandin) melalui vena spermatka
interna ke tests.
• Peningkatan suhu tests.
• Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan
kanan, memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat
dialirkan dari tests kiri ke tests kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenesis tests kanan dan
pada akhirnya terjadi infertlitas.
Pemeriksaan
• Inspeksi dan palpasi terdapat bentukan sepert
kumpulan cacing-cacing di dalam kantung yang berada
di sebelah kranial tests.
• Auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler.
mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada
pleksus pampiniformis. Varikokel yang sulit diraba
secara klinis sepert ini disebut varikokel subklinik.
• Menentukan besar atau volume tests dilakukan
pengukuran dengan alat orkidometer.
• Pemeriksaan analisis semen.
Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah
menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi
Terapi
• Ligasi tnggi vena spermatka interna secara
Palomo melalui operasi terbuka atau bedah
laparoskopi
• Varikokelektomi cara Ivanisevich
• Secara perkutan dengan memasukkam bahan
sklerosing ke dalam vena spermatka interna
(embolisasi)
TORSIO TESTIS
Definisi
Terpeluntrnya funikulus spermatkus yg
berakibat terjadinya gangguan aliran darah pd
tests
Paling bnyk pd masa pubertas (12-20th)
• Tests normal permukaan anterior dan
lateral dikelilingi tunika vaginalis yg terdiri atas
2 lapis, yaitu lapisan viseralis yg menempel ke
tests, lapisan parietalis (luar) menempel ke
muskulus dartos pada dinding skrotum
• Pada janin dan neonatus lapisan parietal
belum banyak jaringan penyanggahnya 
tests, epididimis, tunika vaginalis mudah
bergerak  memungkinkan terpeluntr pada
sumbu funikulus spermatkus  torsio tests
ekstravaginal
• Seluruh permukaan tests dikelilingi tunika
vaginalis  mencegah insersi epididimis ke
dinding skrotum  tests dan epididimis
mudah bergerak di tunika vaginalis dan
menggantung pada funikulus spermatkus 
anomali bell-clapper  torsio tests
intravaginal
Tests normal permukaan anterior dan lateral
dikelilingi tunika vaginalis yg terdiri atas 2 lapis,
yaitu lapisan viseralis yg menempel ke tests, Seluruh permukaan tests dikelilingi
lapisan parietalis (luar) menempel ke muskulus tunika vaginalis cegah insersi
dartos pada dinding skrotum epididimis ke dinding skrotum 
tests & epididimis mudah bergerak
Pada janin dan neonatus lapisan parietal belum di tunika vaginalis dan
banyak jaringan penyanggahnya  tests, menggantung pada funikulus
epididimis, tunika vaginalis mudah bergerak  spermatkus  anomali bell-
memungkinkan terpeluntr pada sumbu clapper  torsio tests intravaginal
funikulus spermatkus  torsio tests
ekstravaginal
Patogenesis
• Secara fisiologis otot kremaster  menggerakkan tests
mendekat dan menjauhi rongga abdomen 
mempertahankan suhu ideal tests
• Adanya kelainan sistem penyanggah tests  torsio tests jika
bergerak berlebihan
• Keadaan yang menyebabkan pergerakan berlebihan :
– Perubahan suhu yang mendadak (berenang)
– Ketakutan
– Lathan berlebihan
– Batuk
– Celana ketat
– Defekasi
– Trauma yang mengenai skrotum
• Terpeluntrnya funikulus spermatkus  obstruksi aliran darah
tests  tests hipoksia, edema, iskemia  nekrosis
Gambaran klinis dan Diagnosis
• Nyeri hebat di daerah skrotum (mendadak dan diikut
pembengkakan pada tests)  akut skrotum
• Nyeri dapat menjalar ke inguinal atau perut bawah
• Bayi tdak khas  gelisah, rewel, tdak mau menyusu
• Pemeriksaan fisik  tests bengkak, letak lebih tnggi
dan lebih horozontal dari tests sisi kontralateral
• Torsio tests yang baru terjadi  teraba lilitan atau
penebalan funikulus spermatkus, tdak demam
• Pemeriksaan urine  tdak ada leukosit dalam urine
• Pemeriksaan darah  tdak ada inflamasi, kecuali pada
torsio tests yang lama dan telah mengalami
keradangan steril
Pemeriksaan Penunjang
• membedakan torsio tests dengan akut
skrotum, menilai aliran darah ke tests 
stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler dan
sintgrafi tests
• Torsio tests  tdak ada aliran darah ke tests
• Keradangan akut tests  peningkatan aliran
darah ke tests
Diagnosis Banding
• Epididimis akut
• Hernia skrotalis inkarserata
• Hidrokel terinfeksi
• Tumor tests
• Edema skrotum
Penatalaksanaan
• Detorsi manual  mengembalikan posisi
tests ke asalnya, dengan jalan memutar tests
ke arah berlawanan dengan arah torsio
• Operasi  mengembalikan tests ke arah yang
benar  penilaian tests masih hidup atau
udah nekrosis
• Jika masih hidup  orkidopeksi (fiksasi tests)
pada tunika dartos  orkidopeksi pada tests
kontralateral
• Orkidopeksi  benang yang tdak diserap
pada 3 tempat  mencegah terpeluntr
kembali
• Tests yang sudah nekrosis  pengangkatan
tests (orkidektomi)  orkidopeksi pada tests
kontralateral
• Jika dibiarkan  merangsang terbentuknya
antbodi antsperma  mengurangi
kemampuan fertlitas
FIMOSIS

Preputium penis tdak dapat diretraksi (ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis.

Infeksi kronik karena higienitas alat genital yg buruk
menjadi penyebab utama.
Tanda dan Gejala
Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena
tmbul rasa sakit.
Kulit penis tak bisa ditarik ke arah pangkal ketka akan dibersihkan.
Air seni keluar tdak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-
kadang memancar dengan arah yang tdak dapat diduga.
Infeksi prepusium (postts), infeksi glans penis (balanits), infeksi glans
dan prepusium penis (balanopostts).
Benjolan lunak di ujung penis (korpus smegma  terdiri dari sel-sel
mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh
bakteri di dalamnya)
Bisa juga disertai demam
Iritasi pada penis.
Penatalaksanaan
• Tidak dilakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan karena
dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung
prepusium.
• Fimosis + balanits  salep dexametasone 0,1% dioleskan 3-4
kali.
• Indikasi sirkumsisi:
- Ada keluhan berkemih, menggelembungnya ujung
prepusium saat berkemih
- Disertai infeksi postts
Pencegahan
• Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat,
menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang.
Jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke bawah, dengan
cara satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
• Setap selesai BAK, popok selalu digant agar kondisi penis tdak
iritasi.
• Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang
banyak karena bisa menyebabkan iritasi.
Paraphimosis

Kulit bisa retraksi di belakang sulkus korona dan tdak dapat
kembali ke tempat semula.

Karena infeksi kronik yg mengarah pada phimosis dan
pembentukan cincin sempit dari kulit ketka kulit diretraksi
cincin kulit ini menyebabkan kongest vena edema dan
pembesaran glans penis jika terus dibiarkanoklusi
arterial dan nekrosis glans.
Penatalaksanaan
• Manual: teknik memijat glans selama 3-5 menit 
edema berkurang  prepusium dikembalikan pada
tempatnya.
• Jika secara manual tdak berhasil  dorsumsisi 
prepusium dikembalikan ke tempatnya.
• Setelah edema dan proses inflamasi menghilang,
dilakukan sirkumsisi.
PENYAKIT PEYRONI
Definisi
• Adalah didapatkannya plaque atau indurasi
pada tunika albuginea korpus kavernosum
penis sehingga menyebabkan terjadinya
angulasi (pembengkokan) batang penis pada
saat ereksi.
Etologi
• Penyebabnya belum past
• Secara histopatologik plak itu mirip dengan
vaskulits pada kontraktur Dupuytren yang
disebabkan oleh reaksi imunologik.
Gambaran Klinis
• Nyeri saat ereksi
• Terjadi angulasi (penis bengkok) pada saat
ereksi
• Saat tdak ereksi nyeri hilang
• Kemampuan penetrasi ke vagina berkurang
Penatalaksanaan
• Konservatf
- tamoxifen 20 mg 2 kali 1 hari selama 6 minggu, jika respon baik
teruskan sampai 6 bulan.
- nyeri berkepanjangan: vitamin E 200 mg tga kali sehari
• Operasi
Indikasi: deformitas penis yang menganggu senggama atau
disfungsi ereksi akibat peyronie.
Teknik operasi:
- Eksisi plak
- Tandur kulit
- Cara Nesbit
Hipospadia

Suatu keadaan akibat penyatuan lipat urethra tdak


sempurna dan terdapat mulut urethra yang abnormal di
sepanjang permukaan inferior penis.
Epidemiologi
• Kejadian seluruh hipospadia yang bersamaan
dengan kriporkismus adalah 9%.
• Pada hipospadia posterior sekitar 32%.
• Di Amerika, sebanyak 1-3,3 per 1000 kelahiran
hidup.
Etlologi
• Gangguan dan ketdakseimbangan hormon androgen
• Reseptor hormon androgen di dalam tubuh kurang
atau tdak ada.
• Enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen
tdak mencukupi.
• Genetka
 mutasi gen yang mengode sintesis androgen 
ekspresi dari gen tdak terjadi  gagal sintesis
androgen.
• Lingkungan
 polutan dan zat yang bersifat teratogenik  mutasi.
Embriologi dan patogenesis
• Embrio 2 minggu → ektoderm dan entoderm → lekukan di tengah (mesoderm)
lalu bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan entoderm.
• Di bagian kaudal ektoderm dan eentoderm tetap bersatu → membrana kloaka.
• Minggu ke 6 → tonjolan umbilical cord dan tail: genital tubercle. ↓ terbentuk
genital fold di bagian lateral tengah lekukan.
• Minggu ke 7, genital tubercle memanjang → gland (bentuk pirimodial penis
bila embrio laki – laki, dan bila wanita akan terbentuk klitoris.)
• Bila agenesis mesoderm → ≠ genital tubercle → ≠ penis.
• Bagian anterior membrana kloaka : membrana urogenitalia → ruptur → sinus.
• Genital fold → sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold ≠ bersatu di ↑ sinus
urogenitalia → HIPOSPADIA.
• Karena gangguan perkembangan uretra anterior yang tdak sempurna
sehingga uretra terletak dimana saja sepanjang batang penis sampai
perineum.
Faktor Risiko
• Genetk
– 12% pengaruh dari riwayat keluarga
– 50% bila ayah menderita hipospadia
• Etnik dan geografis
– Di AS angka kejadian pada kaukasoid > Afrika dan Amerika
• Hormonal
– Androgen/estrogen berpengaruh pada proses maskulinisasi masa
embrional
– Androgen dihasilkan oleh tests dan placenta, jika androgen ↓  produksi
DHT ↓ dipengaruhi oleh 5 α reduktase  kegagalan pembentukan
bumbung uretra
– Perubahan kadar estrogen dapat berasal dari
• Pola makan
• Sintets sepert oral kontrasepsi (Ethynil Estradiol)
• Kedelai
• Estrogen chemical sepert senyawa organochlorin
Faktor Risiko
• Pencemaran limbah industri
– Polychlorobiphenyls
– Dioxin
– Furan
– Peptsida organochlorin
– Alkilphenol polyethoxsylates
– Phtalites
Patofisiologi
• Hipospadia terjadi karena kegagalan atau keterlambatan pada
penyatuan lipatan uretra di garis tengah (midline fusion).

• Kelainan ini sering disertai terjadinya korda  adanya jaringan


parut yang berjalan dari meatus uretra externa ke glans penis,
sehingga penis membengkok ke ventral.
KLASIFIKASI
• Derajat I : OUE terletak pada permukaan ventral
gland penis dan corona glandis
• Derajat II : OUE terletak pada permukaan ventral
korpus penis
• Derajat III : OUE terletak pada permukaan ventral
skrotum dan perineum

– Biasanya pada derajat II dan III diikut oleh


melengkungnya penis ke ventral yang disebut chordee
– Chordee disebabkan terlalu pendeknya kulit pada
permukaan ventral penis
OUE = Orificium Urethra Externa
Klasifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan letak ostum
uretra maka hipospadia di bagi
menjadi:
• Anterior (60 – 70 %)
- tpe gland
- tpe coronal
• Midle (10 – 15 %)
- tpe penil
• Posterior (20%)
- tpe penoscrotal
- tpe perineal

Hipospadia yang terberat yaitu jenis: penoskrotal


skrotal dan perineal, terjadi karena kegagalan fold
dan genital sweling untuk bersatu di tengah –
tengah.
Cordey dengan
kelengkungan ventral
hipospadia proksimal hipospadia
batang penis
penikrostal

Penoscrotal
hipospadia

hipospadia proksimal

hipospadia proksimal
Glandular Hypospadia Penile Hypospadia Scrotal Hypospadia
KLASIFIKASI

Hipospadia glandular Hipospadia penoscrotal

Hipospadia mediopenean

Hipospadia subcoronal Hipospadia perineal


Tanda dan Gejala
• Pada penis terdapat chordae.
• Gangguan berkemih saat berdiri.
• Pancaran urine yang tdak lurus.
• Posisi duduk/jongkok saat berkemih pada pria.
• Terkadang dapat juga terjadi maldesensus tests.
• Dapat disertai :
– Hernia inguinal
– Malformasi ginjal
– Hidrokel
Diagnosis
• Anamnesis
– Kesulitan mengarahkan pancaran urine
– Gangguan ereksi
– Penderita harus miksi dalam posisi duduk  pada tpe perineal & penoscrotal

• Pemeriksaan fisik
– Pada inspeksi  terdapat korda & batang penis melengkung ke arah ventral

• Pemeriksaan penunjang
– Urethroscopy & cystoscopy  untuk memastkan organ-organ seks internal terbentuk
secara normal
– Excretory urography / Pielografi Intra Vena untuk mendeteksi ada tdaknya
abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter

Diagnosis banding: Ambigous genitalia


Tanda Fisik
- Lubang uretra tdak terdapat di ujung penis,
tetapi berada di bawah atau di dasar penis
- Penis melengkung ke bawah
- Penis tampak sepert berkerudung karena
adanya kelainan pada kulit depan penis
- Jika berkemih, anak harus duduk.
Tatalaksana
• Operasi dilakukan dengan beberapa tahapan:
– Chordectomy, membentuk penis menjadi lurus saat ereksi
dengan cara menghilangkan jaringan chorde sebebas
mungkin.
– Uretroplasty, membuat uretra sehingga muara uretra
eksterna terletak di ujung penis.
Hipospadi
a

Diagnosis interseks
saat lahir

Perlu Tidak perlu


rekonstruks rekonstruksi
i

Persiapan (prepusium,
terapi hormon)

Distal Proksimal

Chordee Tanpa chordee

MAGPI,
Lempeng Lempeng
Mathieu,King,Dupla
uretra dibuang uretra
y, Snodgrass,dll
dipertahankan

Tube-onlay, Inlay-
Onlay kulit lokal,
onlay, Prosedur 2
Mukosa bukal
tahap
Perbaikan multi tahap
1. Perbaikan dua tahap
Tahap I : Chordectomy
Chordectomy dgn memotong uretra plat
distal, meluruskan penis sehingga meatus
tertarik lebih proksimal
Perbaikan multi tahap
Perbaikan dua tahap
Stage II: Urethroplasty
• Penutupan kulit bagian
ventral dilakukan dengan
memindahkan prepusium
dorsal dan kulit penis
mengelilingi bagian
ventral dalam tahap
uretroplast
• Contoh :
Browne (1953),
Byars (1955),
Smith (1981)
Pencegahan
• Beberapa kelainan bawaan tdak dapat dicegah, tetapi ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas
usia 35 tahun.
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok.
• Menghindari alkohol.
• Menghindari obat terlarang.
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin
prenatal.
• Melakukan olah raga dan istrahat yang cukup.
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutn.
• Mengkonsumsi suplemen asam folat.
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi.
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
KOMPLIKASI
• Komplikasi awal perdarahan, infeksi, jahitan yang
terlepas, nekrosis flap, dan edema.
• Komplikasi lanjut
– Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada
tempat anastomosis.
– Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.
– Fistula uretrocutaneus
– Striktur uretra
– Adanya rambut dalam uretra
EPISPA
DIA
HYPOSPA
NORM DIA
AL

EPISPADIA
• Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki,
dimana lubang uretra terdapat di bagian
punggung penis atau uretra tdak berbentuk
tabung, tetapi terbuka
Epidemiologi
• Epispadias terjadi pada 1 dari 117.000 bayi
laki-laki dan 1 dari 484.000 bayi perempuan.
• Kondisi ini biasanya didiagnosis saat lahir atau
segera sesudahnya.
Klasifikasi
• Terdapat 3 jenis epispadia:
– Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis
– Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis
– Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih
terdapat pada dinding perut.
Manifestasi Klinis
• Adanya pembukaan saluran urethra dari
symphysis pubis sampai penis
• Nefropat refluks
• Penis yang memendek , melebar dan
melengkung
• Infeksi traktus urinarius
• Os pubis yang melebar
Pemeriksaan
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan darah untuk memeriksa kadar
elektrolit
• Pyelogram intravena
• Rontgen pelvis
• USG Sistem Urogenital
Penatalaksanaan
• Penatalaksaan : Bedah
– Pembedahan untuk menutup saluran urethra ektopik tersebut
• Urethroplasty
• Orthoplasty
• Glansplasty
• Dilakukan pada pasien berumur 4-18mo (paling optmal)
– Tujuan:
• Kosmetk
• Fungsi seks yg normal
• Fungsi berkemih yg normal
Komplikasi
• Inkontnensia persisten dapat terjadi pada
beberapa orang dengan kondisi ini bahkan
setelah beberapa operasi
• infertlitas dapat terjadi
Striktura Urethra
• Striktur uretra
Obstruksi uretra anterior akibat trauma atau inflamasi
• Spongiofibrosis
Jaringan parut disekitar korpus spongiosum
• Striktur uretra posterior berbeda dari striktur uretra anterior karena
mekanisme cedera : disrupsi komplit atau parsial akibat trauma pelvis
displacement aksis uretra dan obliterasi uretra akibat fibrosis
Klasifikasi & Etiologi
• Kongenital, kelainan pada pertemuan
urethra membranacea dg bulbus urethra
• Akuisita, kelainan disebabkan infeksi dan
trauma dimana lapisan uroepitelial hilang.

Trauma pada urethra dibagi menjadi :


• trauma interna
• trauma eksterna
Klasifikasi & Etiologi
Pada fr. Pelvis tipe Colapinto dan Mac Callum
memberikan klasifikasi ruptur urethra menjadi :
• Tipe 1, prostat atau urogenital mengalami
dislokasi.
• Tipe 2, urethra pars membranacea diatas
diafragma urogenital mengalami ruptur (total
atau parsial). U pars bulbularis biasanya utuh.
• tipe 3, urethra pars membranacea (atas atau
bawah) mengalami ruptur (total atau parsial).
Klasifikasi & Etiologi
Penyebab lain striktur urethra a.l. :
• batu keluar spontan
• ekstraksi batu yg menyebabkan
rusaknya mukosa
• pada perempuan, karena trauma saat
hub. intim, melahirkan atau saat repair
vagina
DIAGNOSIS
• Anamnesis
Penderita datang dg keluhan pancaran
air kencing yang kecil, menetes atau
berhenti sama sekali.
Riw. adanya trauma, infeksi sal kencing
atau kateterisasi/ op prostat perlu di
tanyakan.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan fisik
Indurasi dari area striktur kadang dpt di
raba.
• Pemeriksaan penunjang
1. Instrumentasi, dpt dilakukan dgn
kateterisasi dg Nelaton atau Foley.
2. Radiologi, dapat menggunakan
antegrad atau retrogard urethrografi
(idealnya dg bipolar uretrosistografi)
DIAGNOSIS
• Laboratorium
Pada urinalisa akan ditemukan adanya
lekosit dan bakteri bila infeksi. Dilanjutkan
dengan kultur urine, periksa fungsi ginjal .
• Pemeriksaan urodinamik u/ mengetahui
urinary flow rate juga dilakukan.
Pada striuktur urethra < normal (< 20
ml/dtk)
Priaprismus
Merupakan suatu kelainan dimana penis ereksi
tanpa disertai adanya rangsangan atau libido
dan menimbulkan rasa sakit yang hebat.
Etologi
• Medikasi (misalnya: trazodone, phenothiazine).

• Cedera medulla spinalis (spinal cord injury).

• Gangguan sistem perdarahan atau hematologic


disorders,misalnya: sickle cell disease, leukemia.

• Penyebab iatrogenic, misalnya: injeksi papaverine untuk


impotensi.

• Berbagai penyebab lainnya yang belum


diketahui (idiopathic causes).
Klasifikasi
• Priaprismus low flow (sakit dan kaku serta bisa
iskemi)  priapismus karena tersumbatnya jalan
keluar aliran darah dari penis (low flow priapism).
Akibatnya, aliran darah yang masuk ke dalam
penis terus tertumpuk dan tdak dapat keluar.
• Priaprismus high flow (tdak sakit)  priapismus
karena kebocoran pembuluh darah nadi di dalam
penis (high flow priapism). Akibatnya, darah terus
mengalir di dalam penis walaupun masih
mengalami aliran keluar.
Patofisiologi
• Priapismus terjadi saat keseimbangan
fisiologis dari aliran darah menuju dan keluar
dari corpora cavernosa terhalang
(interrupted). Ini menyebabkan ereksi badan
cavernosa tanpa disertai ereksi corpus
spongiosum atau glands.
Manifestasi klinis
• Pasien biasanya mengeluh nyeri ketka ereksi
dan corpus cavernosum biasanya keras dan
pasa saat palpasi terasa sakit
• Glands dan corpus spongiosum tdak terlibat
Penatalaksanaan
• Ada 3 cara untuk mengatasi keadaan ini.
– Menyuntkan obat ke dalam penis sehingga aliran
darah terbuka kembali.
– Kompres es batu digunakan untuk meredakan
keadaan ini tetapi cara ini tdak ada gunanya jika
priapismus telah terjadi lebih dari 8 jam
– Jaringan penis dibilas dengan cairan infus dan
darah yang terjebak disedot keluar.
Komplikasi
• Priapismus iskemik dapat menyebabkan
komplikasi yang serius. Darah yang terperangkap
dalam penis menjadi beracun terhadap jaringan.
Jika ereksi berlangsung lebih dari 4 jam, darah
yang kekurangan oksigen akan mulai merusak
jaringan penis. Sebagai akibatnya, priapismus
yang tdak ditangani dapat mengakibatkan :
– Disfungsi ereksi, ketdakmampuan penis menjadi atau
bertahan untuk ereksi dengan rangsangan seksual.
– Impotensi.
Kesimpulan
• Anak laki-laki ini menderita hipospadia dan
kriptorkismus yang kemungkinan disebabkan
oleh kelahiran kurang bulan .
Saran
• Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memastkan diagnosa (USG, dll)

• Segera konsultasikan masalah tersebut pada


dokter bedah anak
Daftar pustaka
• Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Ed. 7.
Jakarta: EGC, 2000.
• Gonzales R. gangguan urologi pada bayi dan anak. In:
buku ajar ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta:EGC.
Pp.1886-9
• Doherty GM. Urology. In: current surgical diagnosis &
treatment. 12th ed. USA:Mc Graw Hill. 2006. pp. 1007-
8,1059, 1062
• Doherty GM. Pediatric surgery. In: current surgical
diagnosis & treatment. 12th ed. USA:Mc Graw Hill.
2006. pp. 1314-7

Anda mungkin juga menyukai