Anggota Kelompok :
Zulfami Tri Wiratmoko G1A117041
Lucy Novita Sari G1A117059
Yurisa Putrima Mardhotillah G1A117060
Easti Vishiara Amdely G1A117062
Ahmad Panji G1A117069
Melania ramadiny G1A117070
Hanna Milenda G1A117071
Nailah Milenda G1A117072
Karina Rhama Yanda G1A117073
Eka Yuli Yanti G1A117074
Okta Nopita Sary G1A117075
Dhea Hana Ismi Nabilah G1A117100
Andini Agustina G1A117111
Klarifikasi istilah:
Identifikasi masalah
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita?
2. Jelaskan fisiologi kehamilan?
3. Apa saja tanda-tanda inpartu?
4. Mengapa Ny. A mengeluh sakit kepala dan kaki bengkak yang semakin
memberat?
5. Apa hasil interpretasi dari pemeriksaan vital sign?
6. Mengapa terdapat protein pada urin Ny. A?
7. Apa indikasi melakukan SC?
8. Mengapa terjadi perdarahan pervaginam pada ny. A?
9. Jelaskan pemeriksaan ANC?
10. Apa makna klinis terlambat haid dan tanda pasti hamil?
11. Apa saja tanda dugaan kehamilan dan tanda pasti hamil?
12. Adakah hubungan kehamilan sekarang dengan terdahulu?
13. Bagaimana alur penegakan diagnosis Ny. A?
14. Apa diagnosis banding untuk keluhan Ny. A?
15. Apa diagnosis kerja untuk Ny. A?
16. Jelaskan sintesis penyakit Ny. A?
Brainstorming
Dalam : - Vagina
- Uterus
- Ovarium
- Tuba falopi
- Parametrium
b. Fisiologi
- Vagina : Untuk kopulasi
- Uterus : Tempat berkembangnya janin
- Ovarium : Untuk menghasilkan ovum
- Tuba Falopii : Untuk tempat pertemuan ovum dan sperma
- Paramentrium : Untuk menyangga organ reproduksi bagian dalam
Jawab :
- Fertilisasi
- Nidasi
- Plasentasi
4. Mengapa Ny. A mengeluh sakit kepala dan kaki bengkak yang semakin
memberat?
Jawab:
Sakit kepala diduga karena hipertensi dan kaki bengkak diduga karena terjadi
kerusakan endotel cairan keluar intravaskuler.
11. Apa saja tanda tanda dugaan kehamilan dan tanda tanda pasti hamil?
Jawab :
a. Tanda-tanda dugaan kehamilan
- Perut membesar
- Mual-muntah
- Aminore
- Kecenderungan untuk memakan makanan yang khas
b. Tanda-tanda pasti kehamilan:
- Hasil test pack
- di deteksi DJJ
- Gerakan janin dapat dideteksi
Analisis Masalah
viii. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian
depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian
serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri
membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
- Forniks anterior -Forniks dekstra
- Forniks posterior -Forniks sisistra
ix. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan
kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang
merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika
interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
- Korpus uteri : berbentuk segitiga
- Serviks uteri : berbentuk silinder
- Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal
tuba.
1) Ligamentum latum
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
3) Ligamentum infundibulopelvikum
5) Ligamentum sacro-uterinum
6) Ligamentum vesiko-uterinum
d) Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu
untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran
dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya
konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
e) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan
ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis
menopause.
- Memproduksi ovum
- Memproduksi hormone estrogen
- Memproduksi progesteron2
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai
untuk penetrasi sperma.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
c. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di
hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.
d. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum.
Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk
waktu tertentu oleh LH.
e. LH (Luteinizing Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa)
dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge).
Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi
korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya
juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus,
waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan
singkat.
f. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12
minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester
kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester
ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon
steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki
fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan
sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack,
dsb).
g. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin
ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus
luteum.3
2. Vagina
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel
otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel
ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative
minimal.
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone,
dan somatromatropin.
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-
plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.4
4. Mengapa Ny. A mengeluh sakit kepala dan kaki bengkak yang semakin
memberat?
Jawab :
Karena jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun (hiperfungsi ginjal), sedangkan penyerapan kembali tubulus
tidak berubah, sehingga menyebabkan proteinuria. Protein urin baru dikatakan
patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan
dalam waktu yang berbeda. Protein urin persisten jika protein urin telah menetap
selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit dari atas nilai
normal.
Pengukuran protein urin dapat dilakukan dengan :
a. Urin dipstik : 100 mg/l atau + 1, sekurang-kurannya diperiksa 2 kali urin acak
selang jam
b. Pengumpulan protein urin dalam 24 jam, dianggap patologis bila besaran
protein urin ≥ 300 mg/24 jam.
Mekanisme terjadinya protein urin disebabkan oleh dinding pembuluh darah dan
struktur jaringan yang ada disekitarnya berperan penting sebagai barier terhadap
melintasnya mekromulekuler seperti globuli dan albumin. Hal ini terjadi karena
peran dari endotel pada kapiler, membran basal dari glomerlus dan epitel viseral,
mikroglobulin, vasopresin, insulin dan hormon paratiroid. Secara bebas melalui
filter glomerulus dan selanjutnya diabsorbsi serta dikatabolisme pada tubulus
kontrortus proksimalis. Kerusakan pada epitel tubulus proksimalis menyebabkan
kegagalan untuk mereabsorbsi protein dengan berat molekuk rendah yang
selanjutnya keluar melalui urin. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan
protein dengan menggunakan asam asetat 5%, dan apabila setelah dipanaskan
urine menjadi keruh berarti ada protein dalam urine.3
B. Indikasi Janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Prolapsus plasenta
d. Perkembangan bayi yang terhambat
e. Mencegah hipoksia janin
C. Indikasi lain
a. Riwayat Seksio Sesarea Sebelumnya
Ibu yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya memiliki risiko
yang lebih besar untuk mengalami ruptur uterin. Jika ibu pernah mendapatkan
pembedahan pada rahim, irisan (insisi) yang dibuat menciptakan garis kelemahan
yang potensial. Pada persalinan berikutnya, terdapat kemungkinan kurang dari
satu persen pecahnya uterus. Bila terjadi maka akibatnya bisa fatal.
b. Virus Herpes yang Menginfeksi Saluran Genitalia
Herpes genitalia merupakan salah satu penyakit kelamin yang disebabkan
oleh Herpes Siplex Virus (HSV). HSV menginfeksi melalui kontak langsung kulit
atau membran mukus dengan lesi yang aktif. Lesi herpes yang terdapat pada jalan
lahir secara aktif dapat menulari bayi pada saat proses melahirkan pervaginam.
Penyebaran virus herpes dari ibu ke janin terjadi pada saat melahirkan, ketika
janin kontak dengan agen infeksius yang terdapat pada genital ibu (Murray &
McKinnet, 2007). Oleh sebab itu, agar bayi tidak terinfeksi virus herpes genitalia
harus dilakukan seksio sesarea.
c. Laboratorium
Pemeriksaan
Analisis urin rutin
Analisis tinja rutin
Hb, MCV
Golongan darah
Hitung jenis seldarah
Gula darah
Antigen Hepatitis B Virus
AntibodiRubela
HIV/VDRL
Ultrasonografi : rutin pada kehamilan 18 – 22
minggu untuk identifikasi kelainan janin
b. Stress
Jika seorang mengalami stress maka hormon dan bagian otak yang
mengatur Siklus menstruasi (hipotalamus) akan terganggu dan menyebabkan
terlambatnya menstruasi.
e. Hormonal
f. Status gizi
Status gizi mempengaruhi haid terutama melalui penyediaan bahan untuk
membuat lapisan endometrium lagi dan pengaruhnya terhadap kadar hormon
wanita.
g. Keganasan
Mual – muntah
Jika muntah yang terjadi terlampau sering dan terlalu banyak yang
dikeluarkan serta tidak diimbangi dengan pemasukan kembali makanan yang
cukup maka keadaan ini dapat menyebabkan kurangnya asupan energi pada ibu
yang berakibat timbulnya pucat dan letih.1
11. Apa saja tanda tanda dugaan kehamilan dan tanda tanda pasti hamil?
Jawab :
1) Tanda kemungkinan kehamilan
a. Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai
pembesaran perut.
b. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
bentuknya makin lama makin bundar.
c. Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.
d. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina,
dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen.
e. Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol
jelas ke jurusan pembesaran.
f. Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus
dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak
ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak
ditemukan.
g. Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda
adanya janin di dalam uterus.
h. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada
pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa
kehamilan sedini mungkin.
2) Tanda pasti kehamilan
a. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin.
b. Denyut jantung janin
- Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
- Dicatat dan didengar dengan alat doppler
- Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
- Dilihat pada ultrasonograf.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen.1
Jawab :
Jawab :
- Preeclampsia
a. Tekanan darah >140/90 mmHg yang terjadi setelah kehamilan 20
mingu.
b. Terdapat protein pada urin/
- HPP
a. Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan >500ml
darah setelah persalinan pervaginam atau lebih setelah seksio
sesaria.
- Hipertensi Gestasional
a. Td sistolik >140 atau TD diastolik > 90mm Hg. 1
Hemorrhagic Postpartum
Definisi
Hemorrhagic postpartum didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau
lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio
sesaria.
Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu:
1. Hemorrhagic Postpartum Primer
Perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama
kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
2. Hemorrhagic Postpartum Sekunder
Perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama
kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
Etiologi
Hemorrhagic postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi miometrium
yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan
seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik,
dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium. Penyebab lain
adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah rahim, korioamnionitis,
endomiometritis, septikemia, hipoksia pada solusio plasenta, dan hipotermia
karena resusitasi masif.
Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak HPP, hingga sekitar 70%
kasus. Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun
persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia uteri lebih
tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan vaginal.
3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio
plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% -
30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retensio plasenta
sering dikaitkan dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat
membuat kesalahan diagnosis. Pada retensio plasenta, resiko untuk mengalami
HPP 6 kali lipat pada persalinan normal.
4) Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada pembekuan
darah. Penyebab tersering HPP adalah atonia uteri, yang disusul dengan
tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan darah dapat pula
menyebabkan HPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan
penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan darah
bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah dapat
berupa hipofibrinogenemia,trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP), HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional
coagulopathy.
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa kondisi
kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia dan sepsis
intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi darah inkompatibel,
aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan koagulasi yang sudah diderita
sebelumnya. Penyebab yang potensial menimbulkan gangguan koagulasi sudah
dapat diantisipasi sebelumnya sehingga persiapan untuk mencegah terjadinya HPP
dapat dilakukan sebelumnya.
Faktor Risiko
Faktor risiko HPP dapat ada saat sebelum kehamilan, saat kehamilan, dan
saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi usia, indeks massa
tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko selama kehamilan
meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum, kehamilan
ganda, plasenta previa, preeklampsia, dan penggunaan antibiotik. Sedangkan
untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta
previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰, korioamnionitis, dan retensio
plasenta.
Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya HPP.
Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada persalinan sesar dibanding
persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa ibu yang
hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk mengalami HPP.
Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko
perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada
wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2%
dengan persalinan normal.
Manifestasi klinis
Tatalaksana
1) Atonia Uteri
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
b) Lakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika dan kompresi
bimanual.
c) Berikan transfusi darah bila perlu
d) Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi
e) Bila masih terjadi perdarahan, lakukan :
>Kompresi bimanual eksternal
>Kompresi bimanual internal
>Kompresi aorta abdominalis
2) Robekan jalan lahir
a) Perbaiki keadaan umum terlebih dahulu, jika terjadi syok atasi syok.
b) Eksplorasi jalan lahir.
c) Lakukan jahitan hemostasis jika terdapat robekan jalan lahir. Berikan
antibiotika profilaksis
3) Retensio plasenta
a) Penanganan retensio plasenta dapat dilakukan dengan manual plasenta.
b) Penanganan retensio plasenta apabila tidak terjadi perdarahan dilakukan
kuretase 5 hari setelah persalinan (kotiledon yang menyebabkan plasenta
restan sudah mengalami nekrosis) sehingga saat kuretase tidak terjadi
perdarahan.
c) penanganan retensio plasenta disertai dengan perdarahan dilakukan
manual plasenta apabila tidak berhasil (plasenta perkreta/inkreta)
dilakukan kuretase.
d) Apabila setelah dilakukan kuretase masih terjadi perdarahan dilakukan
histerektomi
Pencegahan
Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan memudahkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil
saat perawatan antenatal dan melahirkan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan,
semua kehamilan mempunyai risiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah
satunya adalah HPP.
Pencegahan HPP dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
Manajemen aktif kala III adalah kombinasi dari pemberian uterotonika segera
setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali, dan melahirkan plasenta.
Setiap komponen dalam manajemen aktif kala III mempunyai peran dalam
pencegahan perdarahan postpartum.
Semua wanita melahirkan harus diberikan uterotonika selama kala III
persalinan untuk mencegah perdarahan postpartum. Oksitosin ( IM/IV 10 IU )
direkomendasikan sebagai uterotonika pilihan. Uterotonika injeksi lainnya dan
misoprostol direkomendasikan sebagai alternatif untuk pencegahan perdarahan
postpartum ketika oksitosin tidak tersedia. Peregangan tali pusat terkendali harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dalam menangani persalinan.
Penarikan tali pusat lebih awal yaitu kurang dari satu menit setelah bayi lahir tidak
disarankan.9
Definisi
Epidemiologi
Insidensi Preeklampsia relarif masih stabil antara 4-5 kasus per 10.000
kelahiran hidup pada negara maju. Pada negara berkembang insidensi bervariasi
antara 6-10 kasus per 10.000 kelahiran hidup. Pada 20% wanita preeklampsia
berat didapatkan Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelet Count) yang ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hepar,
trombositopenia akibat kelainan hepar dan sistem koagulasi. Angka kejadian
Sindrom HELLP ini sekitar 1 : 1000 kehamilan. Sekitar 20% Sindrom HELLP
mengalami koagulasi intravaskuler diseminata, yang memperburuk prognosis baik
ibu maupun bayi.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Perawatan Aktif
1) Ibu
2) Janin
a) Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
3) Laboratorium
B. Pengobatan Medisinal
ix. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
x. Lain-lain :
- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal >38,5℃ dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2 cc IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.
- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat- lambatnya 2 jamsebelum janin lahir.
xi. Pemberian Magnesium Sulfat
Cara pemberian magnesium sulfat :
Guideline RCOG merekomendasikan dosis loading magnesium sulfat
4g selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1-2
g/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir, kecuali
terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan pemberian magnesium
sulfat. Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan
saturasi oksigen penting dilakukan saat memberikan magnesium sulfat.
Dosis ulangan 2g bolus dapat dilakukan apabila terjadi kejang
berulang.11
Referensi