PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Blok Kesehatan Reproduksi adalah blok ketujuhbelas pada
semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario
A yang memaparkan, Ny.A, berusia 37 tahun, mengaku hamil datang ke
IGD RSMP pada tanggal 15 Maret 2016 dengan keluhan perdarahan
dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu, darah berwarna merah segar
sebanyak 2x ganti pembalut. Tidak disertai nyeri perut. HPHT 10 juni
2015. Ny. A selama ini pernah melakukan 2 kali pemeriksaan
kehamilan ke puskesmas, namun belum pernah melakukan USG. Ny. A
mengaku pernah mengalami perdarahan yang sama sekitar 2 bulan yang
lalu namun tidak sebanyak perdarahan sekarang sehingga tidak
memeriksakan diri. Ny. A sudah 2 kali melahirkan normal, belum
pernah mengalami keguguran. Anak pertama berumur 5 tahun, anak
kedua 3 tahu. Ny. A pernah di kuretase setelah melahirkan anak kedua
karena perdarahan setelah persalinan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ny. A pernah di kuretase setelah melahirkan anak kedua karena perdarahan
setelah persalinan.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : Nadi 88x/menit isi tegangan cukup, TD 110/70
mmHg, RR 18x/menit, T 36,OoC
Pemeriksaan Khusus:
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : dalam batas normal
Ekstremitas : edema (-)
Pemeriksaan obstetri:
PL
TFU 3 jari bawah procesuss xyphoideus (32cm), letak memanjang,
punggung sebelah kanan, terbawah kepala, floating, djj 135x/menit,
his tidak ada
Terdapat perdarahan pervaginam berwarna merah segar
Inspekulo
Portio : livide
Oue terbuka 2 cm
Fluxus (+) darah aktif keluar dari OUE
Polip, erosi, laserasi (-)
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin: Hb 10,8 g/dl, trombosit 250.000/mm3, leukosit 10.000/mm3
3
3. Keguguran : janin dengan berat kurang dari 500 gr atau
memiliki gestasional kurang dari 20 minggu pada waktu
dikeluarkan dari uterus sehingga tidak memiliki harapan hidup
4. Floating : mengambang
5. TFU : Tinggi Fundus Uteri, batas tertinggi dari
uterus
6. Portio : bagian atau divis
7. Inspekulo : pemeriksaan atau inspeksi bagian dalam
pada jalan lahir menggunakan spekulum
8. Livide : berubah warna seperti yang disebabkan oleh
memar, biru dan hitam
9. Fluxus : aliran atau pengeluaran yang berlebihan
10. Polip : setiap pertumbuhan atau masa yang
menonjol dari membran mukosa
11. Erosi : terkikisnya suatu permukaan, ulserasi
dangkal atau superficial
12. Laserasi : robek, terluka oleh alat dengan tepi yang
tidak rata
2.4.Identifikasi Masalah
1. Ny.A, berusia 37 tahun, mengaku hamil datang ke IGD RSMP pada
tanggal 15 Maret 2016 dengan keluhan perdarahan dari kemaluan
sejak 1 jam yang lalu, darah berwarna merah segar sebanyak 2x
ganti pembalut. Tidak disertai nyeri perut.
2. HPHT 10 juni 2015.
3. Ny. A selama ini pernah melakukan 2 kali pemeriksaan kehamilan
ke puskesmas, namun belum pernah melakukan USG. Ny. A
mengaku pernah mengalami perdarahan yang sama sekitar 2 bulan
yang lalu namun tidak sebanyak perdarahan sekarang sehingga tidak
memeriksakan diri.
4. Ny. A sudah 2 kali melahirkan normal, belum pernah mengalami
keguguran. Anak pertama berumur 5 tahun, anak kedua 3 tahu. Ny.
4
A pernah di kuretase setelah melahirkan anak kedua karena
perdarahan setelah persalinan.
5. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : Nadi 88x/menit isi tegangan cukup, TD
110/70 mmHg, RR 18x/menit, T 36,OoC
6. Pemeriksaan Khusus:
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Thoraks : dalam batas normal
Ekstremitas : edema (-)
7. Pemeriksaan obstetri:
PL
TFU 3 jari bawah procesuss xyphoideus (32cm), letak memanjang,
punggung sebelah kanan, terbawah kepala, floating, djj 135x/menit,
his tidak ada
Terdapat perdarahan pervaginam berwarna merah segar
Inspekulo
Portio : livide
Oue terbuka 2 cm
Fluxus (+) darah aktif keluar dari OUE
Polip, erosi, laserasi (-)
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
8. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin: Hb 10,8 g/dl, trombosit 250.000/mm3, leukosit
10.000/mm3
2.5.Analisis Masalah
5
a. Bagaimana anatomi sistem reproduksi wanita?
Jawab:
Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
6
GENITALIA EKSTERNA
7
kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet
dan vagina terdapat fossa navicularis.
8
uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah
sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat
sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
GENITALIA INTERNA
9
internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat
kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/
multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica.
Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah
serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air.
Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
10
Vaskularisasi uterus
11
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium
pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan.Dilapisi mesovarium,
sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan
saraf.Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi
dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar
epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh
teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum
tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,
ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis. (Snell, Richard S.. 2011)
(Snell, 2012)
12
b. Bagaimana fisiologi kehamilan?
Jawab:
Pembuahan: penyatuan antara oosit sekunder dengan sperma
yang terjadi di ampulla tuba. Kemudian berkembang sampai
fase morula
Nidasi, pada hari keempat telah sampai fase blastula, dimana
terdapat 2 sel yaitu sel innner dan sel trofoblas di bagian
dalam. Inner cell akan menjadi janin dan trofoblas akan
menginvasi endometrium yang selanjutnya menjadi plasenta
Plasentasi, terjadi 12-18 minggu setelah fertilisasi. Pada hari
ke-12, mudigah telah terbenam total di dalam desidua. Pada
saat ini lapisan trofoblas telah memiliki ketebalan dua lapisan
sel dan disebut korion. Seiring dengan terus berkembang dan
dihasilkannya enzim-enzim oleh korion, terbentuk anyaman
rongga-rongga yang ekstensif di dalam desidua. Korion yang
meluas menggerus dinding kapiler desidua, menyebabkan
darah ibu bocor dari kapiler dan mengisi rongga-rongga ini.
Darah dicegah membeku oleh suatu antikoagulan yang
dihasilkan oleh korion. Tonjolan-tonjolan jaringan korion
berbentuk jari menjulur ke dalam genangan darah ibu. Segera
mudigah yang sedang tumbuh ini mengirim kapiler ke dalam
tonjolan korion untuk membentuk vilus plasenta. Sebagian
vilus menjorok menembus ruang berisi darah untuk
melekatkan plasenta bagian janin ke jaringan endometrium,
tetapi sebagian besar hanya menjulur ke dalam genangan
darah ibu.
Setiap vilus plasenta berisi kapiler mudigah (kemudian
janin) yang dikelilingi oleh suatu lapisan tipis jaringan
korion, yang memisahkan darah mudigah/janin dari darah ibu
di ruang antarvilus. Darah ibu dan janin tidak benar-benar
tercampur, tetapi sawar diantara keduanya sangatlah tipis.
Hanya jaringan korion tipis (plus dinding kapiler janin) yang
13
memisahkan darah janin dan ibu. Semua pertukaran antara
kedua aliran darah berlangsung menembus sawar yang sangat
tipis ini. Keseluruhan system struktur ibu (desidua) dan janin
(korion) yang saling berkait ini membentuk plasenta.
Meskipun belum sempurna, plasenta telah terbentuk dan
bekerja pada lima minggu setelah implantasi. Pada saat ini,
jantung mudigah sudah memompa darah ke dalam vilus
plasenta serta ke jaringan mudigah. Sepanjang gestasi, darah
janin secara terus-menerus mengalir antara vilus plasenta dan
system sirkulasi janin melalui arteri umbilikalis dan vena
umbilikalis, yang terbungkus di dalam korda umbilikalis
(tali pusat), suatu penghubung antara janin dan plasenta.
Darah ibu di dalam plasenta secara terus-menerus diganti
oleh darah segar yang masuk melalui arteriol-arteriol uterus;
darah ibu lalu mengalir melalui ruang antarvilus, tempat
darah tersebut bertukar bahan dengan darah janin di vilus
sekitar, kemudian keluar melalui vena uterine.
Sementara itu, selama waktu implantasi dan awal
perkembangan plasenta, masaa sel dalam membentuk rongga
amnion berisi cairan di antara korion dan bagian massa sel
dalam yang ditakdirkan menjadi janin. Lapisan epitel yang
membungkus rongga amnion disebut kantung amnion, atau
amnion. Seiring dengan perkembangannya, kantung amnion
akhirnya menyatu dengan korion, membentuk satu membran
kombinasi yang megelilingi mudigah/janin. Ciran di rongga
amnion, cairan amnion (air ketuban), yang
komposisinyaserupa dengan CES normal, mengelilingi dan
menjadi bantalan bagi janin sepanjang kehamilan.
(Sherwood, 2011)
Fisiologi ibu
Sistem reproduksi, uterus mengalami pembesaran,
serviks lebih lunak dan kebiruan, ovarium ovulasi
14
berhenti, vagina perineum vaskularisasi meningkat
sehingga bewarna kebiruan tanda chadwick, kulit
kemerahan kusam striae gravidarum, payudara lebih
lunak bertambah ukuran puting lebih besar hitam tegak.
Perubahan metabolik, akan terjadi hipoglikemi puasa,
hiperglikemi postprandial dan hiperinsulinemia,
konsentrasi lipid darah meningkat, peningkatan jumlah
cairan tubuh, penambahan berat badan
Sistem kardiovaskular, terjadinya peningkatan CO serta
denyut jantung
Traktus digestivus, lambung dan usus akan bergeser.
Penurunan motilitas GIT.
Traktus urinarius, pada bulan-bulan pertama VU tertekan
sehingga sering berkemih. Keaddan ini akan hilang
dengan semakin tuanya janin. Pada akhir kehamilan
keluhan miksi kembali muncul
Sistem endokrin, tidak terlalu berpengaruh, hormon
prolaktin akan meningkat 10x lipat pada masa aterm
Sistem muskuloskeletal, lordosis yang progresif. . sendi
sakroilaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya.
(Cunningham, 2011)
15
intertisial dengan banyak pembuluh darah. Akibatnya berkas otot
terlihat pada potongan melintang, memanjang, dan oblik.
(Defiore, 2010)
16
atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka
kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar
1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin
disebabkan oleh berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas
tinggi. Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200
persalinan, insiden dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20
persalinan pada ibu yang paritas tinggi.
(Decherney, 2007)
17
a) Abortus Imminens (threatened)
Suatu abortus imminens dicurigai bila terdapat
pengeluaran vagina yang mengandung darah, atau
perdarahan pervaginam pada trimester pertama
kehamilan. Suatu abortus iminens dapat atau tanpa
disertai rasa mules ringan, sama dengan pada waktu
menstruasi atau nyeri pinggang bawah. Perdarahan pada
abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal
tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan
tidak adanya pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan
dengan real time ultrasound pada panggul menunjukkan
ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut,
dan kantong amnion kosong, serviks tertutup, dan masih
terdapat janin utuh.
b) Abortus Insipien (inevitable)
Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan
lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya
pembukaan serviks. Pada keadaan ini didapatkan juga
nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolek uterus yang
hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi
osteum servik dengan bagian kantung konsepsi menonjol.
Hasil Pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung
janin masih berdenyut, kantung gestasi kosong (5-6,5
minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan
subkorionik banyak di bagian bawah.
c) Abortus Incompletus (incomplete)
Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina,
canalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
cavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
18
osteum uteri eksternum. Pada USG didapatkan
endometrium yang tipis dan ireguler.
d) Abortus Completus (complete)
Pada abortus completus semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, osteum uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala
kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada
Pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong.
e) Missed Abortion
Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih.
f) Abortus Habitualis (habitual abortion)
Adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga
kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar
menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum
28 minggu.
2) Kehamilan ektopik
19
diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture
dan menjadi kehamilan ektopik terganggu (Hadijanto, 2008).
3) Mola hidatidosa
20
kemungkinan adanya dying mole. Perdarahan merupakan
gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang
menyebabkan mereka datang ke rumah sakit.
21
bersumber dari plasenta biasanya lebih banyak sehingga dapat
mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi ibu ke janin. Adapun
penyebab-penyebab perdarahan antepartum adalah sebagai berikut.
Plasenta Previa
(Chalik, 2008)
Plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:
(Chalik, 2008)
Menurut Parisaei (2008) plasenta previa dapat dibagi menjadi empat
derajat berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:
Derajat I
Plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
Derajat II
Plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.
22
Derajat III
Plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri
internum.
Derajat IV
Plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim.
Solutio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan
timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat
menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Gambaran
klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas, seperti sebagai berikut.
Solusio plasenta ringan
- Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian.
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah
persalinan.
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
- Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam.
Solusio plasenta sedang
- Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai
2/3 bagian.
- Dapat menimbulkan gejala klinik: Perdarahan dengan rasa
sakit, perut terasa tegang, gerak janin kurang, palpasi bagian
23
janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi
asfiksia ringan dan sedang, pada pemeriksaan dalam ketuban
menonjol dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Solusio plasenta berat
- Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
- Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.
- Penyulit pada ibu dapat berupa:
Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi
dan pernapasan meningkat.
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan
darah sampai syok, tidak sesuai dengan
perdsarahan dan penderita tampak anemis.
Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit
diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah
meninggal dalam rahim.
Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus
terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
(Prawirohardjo, 2008)
Ruptur Uteri
Ruptur uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga
uterus dan ronggaperitoneum dapat berhubungan. Yang dimaksud
dengan ruptur uteri komplit adalahkeadaan robekan pada rahim
dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan
rongga peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban
keduanyaikut ruptur dengan demikian janin sebagia atau seluruh
tubuhnya telah keluar olehkontraksi terakhir rahim dan berada dalam
kavum peritonei atau rongga abdomen.
Pada ruptura uteri inkomplit hubungan kedua rongga tersebut
masih dibatasioleh peritoneum viserale. Pada keadaan yang
24
demikian janin belum masuk ke dalamrongga peritoneum. Apabila
pada rupture uteri peritoneum pada permukaan uterus ikut robek, hal
tersebut dinamakan rupture uteri komplet.
(Prawirohardjo, 2008)
25
Pada Kasus:
Faktor resiko: usia > 30 tahun + riwayat kuretase merusak
jaringan endometrium segmen atas (radang dan atrofi
endometrium, terbentuk juga jaringan parut) jaringan
endometrium segmen atas kurang fungsional, vaskularisasi
tidak memadai plasenta berimplantasi pada bagian
endometrium yang masih fungsional yakni pada SBR
(segmen bawah rahim) isthmus uteri tertarik/ melebar
seiring bertambah besarnya janin pelepasan desidua dari
plasenta laserasi perdarahan pervaginam.
(Chalik, 2008)
26
c. Apa metode yang dapat digunakan untuk mengitung usia
kehamilan?
Jawab:
Untuk menentukan usia kehamilan, dapat menggunakan
yaitu: Rumus McDonalds Obstetrics Rule:
TFU (cm) / 3,5 = UK (bulan)
UK = usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2010)
27
Kesehatan ibu dan janin sangat penting dijaga, dengan
melakukan pemeriksaan ke dokter, bidan atau puskesmas.
Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan berlangsung, yakni pada trimester pertama, kedua
dan ketiga. Namun, idealnya pemeriksaan dilakukan sebulan
sekali pada bulan 1-6, dua kali pada bulan 7-8, dan seminggu
sekali pada bulan ke-9 hingga bersalin.
(Indiarti, 2009)
28
Pengkajian Pengumpulan data tentang status kesehatan klien
dilakukan secara sistematis berkesinambungan. Data yang
diperoleh dicatat dan dianalisis.
3) Standar 3
Identifikasi Ibu Hamil Bidan melakukan kunjungan rumah
dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
4) Standar 4
Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Bidan memberikan
sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi/kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS (Penyakit
Menular Seksual) / infeksi HIV (Human Immuno Deficiency
Virus); memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang
tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan,
mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan
dan rnerujuknya untuk tindakan selanjutnya.
5) Standar 5
Palpasi Abdominal Bidan melakukan pemeriksaan abdominal
secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan
usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
6) Standar 6
29
Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Bidan melakukan
tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
7) Standar 7
Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
8) Standar 8
Persiapan Persalinan Bidan memberikan saran yang tepat
kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang
bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi kadaan gawat
darurat. Bidan hendaknya kunjungan rumah untuk hal ini.
(Indriati, 2009)
30
plasenta, kelainan kromosomal, kelainan kongenital,
tindakan invasif
Kontraindikasi tidak ada
(Prawirohardjo, 2010)
31
pembukaan untuk perlahiran yang menyebabkan plasenta previa
semakin meregang dan terjadi perdarahan semakin banyak.
Jawab:
G3P2A0
Jawab:
1. Berdasarkan penyebab
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
Hipotoni sampai atonia uteri
1. Akibat anestesi
2. Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
3. Partus lama, partus kasep
4. Partus presipitatus/partus terlalu cepat
5. Persalinan karena induksi oksitosin
6. Multiparitas
7. Korioamnionitis
8. Pernah atonia sebelumnya
Sisa plasenta
1. Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
2. Plasenta susenturiata
3. Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Perdarahan karena robekan
1. Episiotomy yang melebar
2. Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
32
3. Rupture uteri
Gangguan koagulasi
Jarang terjadi tetapi bisa memperburuk keadaan di atas,
misalnya pada kasus trombofilia, sindroma HELLP,
preeclampsia, solusio plasenta, kematian janin dalam
kandungan, dan emboli air ketuban.
2. Berdasarkan saat terjadinya
a. Primer
Terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan
oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa
sebagian plasenta.
b. Sekunder
Terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena
sisa plasenta.
(Price, S & Wilson, L, 2005)
Jawab:
33
d. Apa indikasi dilakukan kuretase?
Jawab:
(Sastrawinata, 1992)
Jawab:
6. Pemeriksaan fisik
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik yang
abnormal?
Jawab:
34
HASIL NORMAL INTERPRETASI
KEADAAN UMUM
Abnormal
(perdarahan
Tampak sakit pervaginam
Tampak sehat
sedang meningkatkan risiko
anemia, teramati
tampak sakit sedang)
Kesadaran Kesadaran
Normal
Compos Mentis Compos Mentis
TANDA VITAL
60 100
Nadi: 88 x/menit Normal
x/menit
Nadi: isi isi tegangan
Normal
tegangan cukup cukup
TD: 110/70 90/60 > TD <
Normal
mmHg 120/80 x/menit
RR: 18 x/menit 18 20 x/menit Normal
T: 36,0 oC 36 37,5 oC Normal
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Konjungtiva
Tidak anemis Normal
tidak anemis
Sklera tidak
Tidak ikterik Normal
ikterik
Thoraks normal Normal Normal
Ekstremitas
Edema (-) Normal
edema (-)
35
7. Pemeriksaan obstetri
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetri (PL)?
Jawab:
Pemeriksaan Ny. A Interpretasi
OUE terbuka 2 cm
Terbukanya orificium uteri externum sebanyak 2cm
inpartu Kala I fase laten
36
Fluxus (+) darah aktif keluar dari OUE
Perdarahan tidak/belum berhenti
37
d. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan obstetri
(inspekulo)?
Jawab:
His tidak ada
Kontraksi tidak ada (atau minimal) suspek implantasi janin
berada di segmen bawah uterus (segemen bawah uterus
merupakan bagian uterus dengan kontraksi minimal atau
terendah dibanding bagian uterus lainnya.
Kontraksi minimal dilakukan oleh segmen uterus yang rendah
interpretasi kontraksi minimal terjadi pada uterus segmen
bawah kontraksi berhubungan dengan daerah implantasi
janin berasal dari adanya implantasi pada segmen bawah uterus
adanya perdarahan pada kondisi tersebut dihubungkan dengan
kondisi terlepasnya pembuluh darah maternal (ibu-janin) yaitu
vili chorion/korialis yang menghubungkan plasenta uterus
perdarahan pervaginam bersumber dari robekan implantasi
plasenta yang abnormal disertai kondisi yang tidak nyeri
perdarahan antepartum disebabkan suspek plasenta previa
38
e. Bagaimana cara pemeriksaan obstetri?
Jawab:
Pemeriksaan Leopold I, II, III, dan IV :
1. Pemeriksa menghadap kearah kepala ibu untuk menentukan
tinggi fundus uteri
2. Pemeriksa kenghadap kearah kepala ibu untuk menentukan
letak /situs/punggung janin
3. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu untuk menentukan
bagian terendah janin
4. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu untuk menentukan
seberapa jauh bagian terendah janin telah memasuki pintu atas
panggul Pemeriksaan Auskultasi :
1. Tentukan posisi dan letak punggung janin
2. Letakkan stetoskop Laenec pada lokasi jantung janin
3. Raba nadi ibu
4. Hitung denyut dalam 60 deti
39
(Tahir, 2015)
40
g. Apa saja kriteria inpartu?
Jawab:
Kriteria inpartu :
Rasa sakit oleh his yang kuat, serimg dan teratur.
Keluar lendir campur darah (show) yang banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
Terkadang ketubn pecah dengan sendirinya.
Pada pemeriksaan dalam : serviks datar dan pembukaan telah
ada.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
HASIL NORMAL INTERPRETASI
Normal pada
Hb: 10,8g/dl trimester akhir Normal
>10,5g/dl
Trombosit: 150.000
Normal
250.000/mm3 350.000/mm3
Leukosit: 6.000
Normal
10.000/mm3 10.000/mm3
41
9. Jika semua gejala dan tanda digabungkan, maka:
a. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
Jawab:
Anamnesis, pemeriksaan fisik umum & tanda vital,
pemeriksaan obstetri (meliputi pemeriksaan leopold & inspekulo,
tidak dilakukan pemeriksaan dalam atau vaginal toucher jika
sudah teramati perdarahan)
42
menonjol
Ketuban robek pada Tipis kreater Biasa
Plasenta
pinggir cekung
(Mochtar, 1998)
43
(Cunningham, 2014)
44
h. Bagaimana SKDI pada kasus ini?
Jawab:
Plasenta previa :2
Peradarahan antepartum : 2
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap
penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. (SKDI, 2012)
45
2.6. Kerangka Konsep
Riwayat HPP
Plasenta Previa
2.7 Kesimpulan
46
DAFTAR PUSTAKA
47