Anda di halaman 1dari 42

Pemicu 4 Blok Urogenital

Kelompok 13
Bunda, Air Seniku Tidak Memancar Lurus

Seorang anak laki-laki berusia 1,5 tahun, dibawa ibunya ke


praktik dokter umum dengan keluhan setiap kali berkemih air
seninya tidak memancar lurus tapi kebawah.Pada anamnesa
didapatkan si anak lahir sebelum waktunya dan melahirkan
dengan bantuan dukun di desa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan orificium urethra externum
terdapat dibawah pangkal penis, penis melengkung ke bawah
dan pada scrotum kiri tidak teraba testis. Kadang-kadang pada
saat menangis/ mengedan pada daerah inguinal sinistra
teraba massa sebesar biji rambutan dan tidak ditemukan
tanda-tanda peradangan.
Apa yang dapat di pelajari dari kasus di atas?
KELOMPOK 13
TUTOR Dr.Dewi
KETUA Linda Yuliandari 405080102
SEKRETARIS Hendra Widjaya 405080158
PENULIS Ariska Eka Sari Budiman 405080051
ANGGOTA 1 Jessica Purnamasari 405070165
ANGGOTA 2 Stella Kristianti Sidiono 405080015
ANGGOTA 3 Rossy Triana 405080029
ANGGOTA 4 Riana Chandra 405080073
ANGGOTA 5 Ikke Kris Wicaksono 405080083
ANGGOTA 6 Erwin Sugiarto 405080114
ANGGOTA 7 Sally Novi Syah Halim 405080115
ANGGOTA 8 Yulia Christina S. Parera 405080138
ANGGOTA 9 Dimas Priyantono 405080205
Bayi 1,5 tahun

Riwayat prematur + lahir dibantu dukun

Pemeriksaan fisik:
•orificium urethra externum terdapat dibawah pangkal penis,
•penis melengkung ke bawah
•scrotum kiri tidak teraba testis
•menangis/ mengedandaerah inguinal sinistra teraba massa sebesar biji rambutan
LO
1. Menjelaskan tentang kelainan kongenital
2. Menjelaskan tentang kriptorkismus &
hipospadia
LO 1. KELAINAN KONGENITAL
Epispadia

Hipospadia
Paraphimosis
Hidrokel

Maldesensus testis
Varikokel
Torsio testis
LO 2. HIPOSPADIA
MALDESENSUS TESTIS
Hipospadia….

Suatu keadaan akibat penyatuan lipat urethra tidak


sempurna dan terdapat mulut urethra yang abnormal di
sepanjang permukaan inferior penis.
Epidemiologi
• Kejadian seluruh hipospadia yang bersamaan
dengan kriporkismus adalah 9%.
• Pada hipospadia posterior sekitar 32%.
• Di Amerika, sebanyak 1-3,3 per 1000 kelahiran
hidup.
Etiologi
• Faktor genetik
• Faktor etnik dan geografis
• Faktor hormonal
• Faktor pencemaran bahan industri
Embriologi dan patogenesis
• Embrio 2 minggu → ektoderm dan entoderm → lekukan di tengah
(mesoderm) lalu bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan entoderm.
• Di bagian kaudal ektoderm dan eentoderm tetap bersatu → membrana
kloaka.
• Minggu ke 6 → tonjolan umbilical cord dan tail: genital tubercle. ↓ terbentuk
genital fold di bagian lateral tengah lekukan.
• Minggu ke 7, genital tubercle memanjang → gland (bentuk pirimodial penis
bila embrio laki – laki, dan bila wanita akan terbentuk klitoris.)
• Bila agenesis mesoderm → ≠ genital tubercle → ≠ penis.
• Bagian anterior membrana kloaka : membrana urogenitalia → ruptur → sinus.
• Genital fold → sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold ≠ bersatu di ↑ sinus
urogenitalia → HIPOSPADIA.
• Karena gangguan perkembangan uretra anterior yang tidak sempurna
sehingga uretra terletak dimana saja sepanjang batang penis sampai
perineum.
Klasifikasi
Berdasar letak muara
uretra:
1. Hipospasdi anterior :
– tipe glanular,
subkoronal, penis distal.
2. Hipospadi medius :
– midshaft, penis
proksimal.
3. Hipospadi posterior :
– penoskrotal, skrotal,
perineal.
Patofisiologi
• Hipospadia terjadi karena kegagalan atau keterlambatan pada
penyatuan lipatan uretra di garis tengah (midline fusion).

• Kelainan ini sering disertai terjadinya korda  adanya jaringan


parut yang berjalan dari meatus uretra externa ke glans penis,
sehingga penis membengkok ke ventral.
KLASIFIKASI
• Derajat I : OUE terletak pada permukaan ventral
gland penis dan corona glandis
• Derajat II : OUE terletak pada permukaan ventral
korpus penis
• Derajat III : OUE terletak pada permukaan ventral
skrotum dan perineum

– Biasanya pada derajat II dan III diikuti oleh


melengkungnya penis ke ventral yang disebut chordee
– Chordee disebabkan terlalu pendeknya kulit pada
permukaan ventral penis

OUE = Orificium Urethra Externa


Cordey dengan
kelengkungan ventral
hipospadia proksimal hipospadia
batang penis
penikrostal

Penoscrotal
hipospadia

hipospadia proksimal

hipospadia proksimal
Tanda dan Gejala
• Pada penis terdapat chordae.
• Gangguan berkemih saat berdiri.
• Pancaran urine yang tidak lurus.
• Posisi duduk/jongkok saat berkemih pada pria.
• Terkadang dapat juga terjadi maldesensus testis.
• Dapat disertai :
– Hernia inguinal
– Malformasi ginjal
– Hidrokel
Diagnosis
• Anamnesis
– Kesulitan mengarahkan pancaran urine.
– Gangguan ereksi.
– Penderita harus miksi dalam posisi duduk  pada
tipe perineal & penoscrotal.
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik
– Pada inspeksi  terdapat korda & batang penis
melengkung ke arah ventral.
• Pemeriksaan penunjang
– Urethroscopy & cystoscopy  untuk memastikan
organ-organ seks internal terbentuk secara
normal.
– Excretory urography / Pielografi Intra Vena
untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas
kongenital pada ginjal dan ureter.
Tatalaksana
• Operasi dilakukan dengan beberapa tahapan:
– Chordectomy, membentuk penis menjadi lurus saat ereksi
dengan cara menghilangkan jaringan chorde sebebas
mungkin.
– Uretroplasty, membuat uretra sehingga muara uretra
eksterna terletak di ujung penis.
Operasi 1 : Chordectomy

Insisi Release chorde Test ereksi dengan Nacl

Penis telah lurus Jahit luka operasi Tutup luka operasi


Operasi 2 : Urethroplasty

Pasang kateter silicon Insisi paramedian kiri dan Dilakukan undermining


kanan

Penutupan kateter Over hecting dgn jaringan Tutup luka operasi


sebagai tract urethra kulit penis
Pencegahan
• Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas
usia 35 tahun.
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok.
• Menghindari alkohol.
• Menghindari obat terlarang.
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin
prenatal.
• Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup.
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin.
• Mengkonsumsi suplemen asam folat.
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi.
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Komplikasi Post Operasi
• Jangka pendek:
- Edema lokal dan bintik-bintk perdarahan
- Perdarahan postoperasi
- Infeksi
• Jangka panjang:
- Fistula uretrokutan
- Stenosis meatus uretra
- Striktur uretra
- Cordey yang belum sepenuhnya terkoreksi
- Divertikula uretra
UNDESCENDEN TESTIS
(KRIPTORKISMUS)
• Kriptorkismus adalah kelainan bawaan di mana salah
satu atau kedua testis gagal turun ke dalam skrotum;
di perut atau kanalis inguinalis
• Meskipun kondisi ini mungkin bilateral, lebih umum
pada testis kanan
• Risiko kanker testis meningkat pada laki-laki dengan
kriptorkismus
Epidemiologi
• Insiden
– Bayi lahir cukup umur  3,4%
– Semakin bertambah pada bayi prematur
• BBL 2000-2500g  17%
• BBL <900g  100%
• Penurunan testis tidak terjadi sesudah umur 1
tahun
Etiologi
• Primer : tidak diketahui
• Kemungkinan penyebab:
– Defisiensi testosteron  defek hypothalamic-pituitary-
gonadal axis  kegagalan gonadal differentiation and
gonadal descent
– Faktor struktural yang menghambat gonadal descent :
ectopic testis atau short spermatic cord
– Predisposisi genetik : insiden kriptorkismus meningkat
pada bayi dengan defek neural tube
– Prematur : penurunan testis dari canalis inguinalis ke
scrotum terjadi pada bulan ke-7 kehamilan
Klasifikasi
• Testis tidak turun sejati
– Testis ditemukan sepanjang jalan penurunan
normal
– Prosesus vaginalis biasanya terbuka (paten)
• Testes salah turun atau testes ektopik
– Testis telah menyelesaikan penurunannya mll
canalis inguinalis tapi berakhir dlm lokasi subkutan
bukan scrotum
Patofisiologi
• Undescended testes berhubungan dengan perkembangan
gubernaculum, tali fibromuscular yang menghubungkan
testes ke dasar scrotum. Pembentukan gubernaculum
dirangsang oleh testosteron
• Oleh karena itu, kriptorkismus dapat terjadi karena kadar
testosteron yang inadekuat atau defek pada testes atau
gubernaculum
• Undescended testis  temperatur lebih tinggi 
spermatogenesis terganggu  menurunkan fertilitas
Tanda dan Gejala
• Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena
orang tuanya tidak menjumpai testis di kantong
skrotum.
• Pada pasien dewasa mengeluh karena infertilitas
yaitu belum mempunyai anak setelah kawin
beberapa tahun.
• Benjolan di perut bagian bawah yang disebabkan
testis maldesensus mengalami trauma, mengalami
torsio, atau berubah menjadi tumor testis.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
• Pemeriksaan fisik testis
Lebih mudah diraba bila penderita pada posisi duduk bersila (crossed-leg).
• USG, MRI, CT-SCAN
Dapat membantu untuk menemukan lokasi testis yang tidak teraba (akurasi
MRI adalah 90% untuk testis intraabdomen).
• Laparoskopi
Sudah ditetapkan sebagai prosedur diagnostik dan terapeutik jika diduga
terdapat retensi abdomen. Pada prosedur ini, posisi testis di abdomen dapat
ditemukan dan diletakkan ke skrotum dengan menggunakan teknik sesuai
dengan kondisi anatomis.
• Flebografi
Untuk mencari keberadaan pleksus Pampiniformis. Jika tidak didapatkan
pleksus pampiniformis kemungkinan testis memang tidak pernah ada.
• Tes stimulasi human chorionic gonadotrophin (HCG)
Sebagai bukti adanya jaringan testis yang menghasilkan testosteron, sebaiknya
dilakukan sebelum operasi eksplorasi pada testis yang tidak teraba bilateral.
Temuan klinis
• Pemeriksaan fisik
– Hemiscrotum kosong
• Testis tidak teraba
– Mengukuran kadar testosteron serum sebelum dan sesuda
pemberian HCG  testosteron ↑  eksplorasi bedah dan
orkhiopeksi

DD
• Testis retraktil
Komplikasi
• Infertilitas
• Tumor dalam testis yang tidak turun
– Pada dekade ke3 atau 4 kehidupan
– Terutama yang tidak diobati atau dikoreksi selama
atau sesudah pubertas
• Hernia inguinalis indirek
– Selalu ditemukan pada testis tidak turun sejati
• Torsi dan infark testis yang tidak turun
• Pengaruh psikologis
Penatalaksanaan
• Koreksi bedah paling baik pada usia 2 tahun
• Testes ekstrabdomen
– Testis dibawa ke scrotum
– Hernia yang terkait dikoreksi (orkhiopeksi)
• Bila testis tidak teraba  laparoskopik prabedah
• Testis sangat atrofi  orkhiektomi
• Prosthesis testikuler  mengatasi dampak psikologis
• Pengobatan hormonal dengan HCG atau LH-RH
– Tidak dapat menggantikan penanganan bedah
– Hanya berhasil membawa testis retraktil kebawah
– Sebagai operasi prabedah  mempermudah bedah
KESIMPULAN
• Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik,
anak laki-laki usia 1.5 tahun ini diduga
menderita hipospadia dan kriptorkismus.
SARAN
• Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang
(CT Scan,MRI), kemudian diberikan terapi
operatif agar dapat tumbuh secara normal
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
• Robert M Kliegman, Hal B Jenson, Richard E Behrman, Bonita
F Stanton. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 18. Amerika
Serikat : Saunder Elsevier, 2007.
• Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung
Seto, 2003.
• Sadler TW, Embriologi Kedokteran Langman, Edisi 7, Jakarta :
EGC, 2000.
• Suriadi . Rita, Yuliani . 2001 . Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta : CV. Sagung Seto
• Hassan, Rusepno.(ed).1985.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Infomedika
• Wahab, Samik.(ed). 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15 vol 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai