1. Gambaran Anatomi
Keterangan gambar :
Anamnesa : birahi, masalah saat kawin, apakah pernah mengalami distokia, masalah
saat bunting
Sistem Genitalia Betina
a. Dalam : Ovarium, Tuba Fallopi dan Uterus
b. Luar : Vulva & Vagina
2. Metode yang digunakan
Pemeriksaan Klinis Sistem Genitalia Luar
1. Inspeksi : di gunakan untuk mengevaluasi fungsi genitalia luar. Di lihat vulva
membengkak atau tidak, apakah ada leleran (darah, nanah, mukoid).
Dilakukan dengan cara melipat keluar labia dengan jari dari 1 tangan, tangan
lain memegang ekor atau melihat vulva bagian dalam bisa menggubakan
spekulum vagina.
2. Palpasi : Pada bagian vagina interna dengan meraba dinding vagina untuk
merasakan kesan kelicinan/kerataan dinding vagina
Yang normal : mukosa vagina dan vulva berwarna merah merata, basah,
permukan licin mengkilat, hangat merata
3. Inspeksi : Palpasi kelenjar mammae
Apakah teramati ada kebengkakakn/tidak, klau di palpasi apakah hewan
menunjukkan rasa nyeri, bagaimana kepadatannya bengkak/hangat di bagian
ambing.
Pemeriksaan sistem Genitaia dalam
1. Palpasi
Dilakukan pada bagiab abdomen, parubahan memerlukan ruang
pembebsaran abdomen, merupakan petunjuk penting
Dapat di bantu pemeriksaan penunjang rotgen dan USG dan juga
pemeriksaan darah
Seluruh perubahan yang meiminta ruang pemebesaran abdome menjadi
petunjuk penting untuk kejadian pembesaran sistem genitalia bagaian dalam
namaun gambaran temuan palpasi harus di tunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainya terutama bantuan pemeriksaan sinar X, dan atau
utrasonografi, Ovaria dapat mengalami peradangan dan disebut ovaritis
namun demikian ukuran peradangan ovaria, tunggal atau bilateral, dalam
peraktiknya tidak singnifikan sehingga ovariitis hanya dapat dinyataka
teoritis, dan ditemukan ketika dilakukan laparotomi untik maksud
pembedahan abdominal.
Pembesaran lainya adalah abses dan neoplasia euvaria, yang paling sering
terjadi pada praktek hewan kecil adalah perubahan-perubahan dari uterus
dan hal ini hanya dapat dilakukan penegsan penyakutnya melalui
pemeriksaan dan bantuan alat penunjang.
A. Jantan
Kelainan alat kelamin jantan menurut bagian mana dari alat kelamin yang
mengalami kelainan, dapat dikelompokkan dalam 4 bagian
a. Kelainan Testis
Contoh:
Orchitis adalah radang pada testis yang kasusnya termasuk jarang terjadi pada
hewan jantan
Degenerasi testis atau atropi testis adalah suatu keadaan pada testis yang karena
suatu sebab mempunyai ukuran lebih kecil dari normal dan konsistensinya keras,
tetapi sebelumnya mempunyai ukuran normal. Sering terjadi pada sapi dan kuda
disertaii penurunan kesuburan.
b. Kelainan Epididimis dan Vas Deferens
Contoh:
Epididimitis adalah radang pada epididimis yang dapat terjadi pada semua
hewan jantan. Pada sapi, epididimitis sering terjadi dibanding dengan orkhitis
dan sering berhubungan dengan kejadian radang pada kelenjar asesoris
Ampulitis adalah suatu peradangan pada vasdeferens, khususnya pada bagian
ampula disebut ampulitis. Keadaan ini biasanya berhubungan dengan orkhitis,
epididimitis atau seminal vesikulitis
c. Kelainan Kelenjar Asesoris
contoh:
Seminal Vesikulitis. Diantara kelenjar asesoris pada alat kelamin jantan ternyata
vesikulaseminalis merupakan kelenjar yang paling sering menderita radang, bahkan
lebih sering dari pada testis dan epididimis
Prostatitis adalah radang pada kelenjar prastata. Kasus prostatitis sangat jarang terjadi
pada ternak kecuali pada anjing
d. Kelianan Penis dan Preputium
contoh:
Balanitis dan Postitis. Balanitis adalah radang glans penis, sedangkan postitis adalah
radang pada mukosa preputium
Pimosis dan Parapimosis. Pimosis adalah suatu keadaan dimana penis tidak dapat
keluar dari preputium pada saat ereksi, disebabkan karena penyempitasn gerbang
preputium. Para pimosis adalah keadaan penis yang tidak dapat masuk kembali ke
dalam preputium setelah ereksi
B. Betina
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi baik yang
bersifat sementara maupun permanen adalah :
Gangguan keseimbangan hormonal
Gangguan keseimbangan hormonal dapat menyebabkan terjadinya hipofungsi
ovarium, atropi ovarium, kista pada ovarium dan gangguan sekresi steroid oleh ovarium.
Hipofungsi ovarium terjadi karena rendahnya kadar FSH dan LH sehingga tidak terjadi
aktivitas pada ovarium berupa perkembangan folikel dan ovulasi. Atropi ovarium dapat
terjadi apabila kondisi hipofungsi ovarium tidak ditangani dalam jangka waktu yang lama dan
disertai dengan kondisi pakan serta lingkungan yang buruk. Kista ovarium terjadi bila
keimbangan FSH, LH dan LTH terganggu
Pakan
Kekurangan pakan dalam jangka waktu yang lama disertai dengan kondisi lingkungan
yang buruk akan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan tubuh dan penurunan fungsi
semua kelenjar dalam tubuh termasuk kelenjar yang memproduksi hormon reproduksi.
- Karbohidrat dan lemak Kekurangan karbohidrat dan lemak dalam ransum dapat
menyebabkan terjadinya birahi tenang (silent heat), birahi pendek (subestrus) dan menekan
ovulasi.
- Kekurangan protein dalam ransum juga dapat menyebabkan terjadinya birahi tenang,
anestrus, kawin berulang (repeat breeder), kematian embrional, kelahiran pedet dengan
kondisi lemah atau terjadi kelahiran prematur. Pada hewan bunting, kekurangan protein dapat
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan fetus atau kematian fetus
- Vitamin sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan hewan. Beberapa
vitamin seperti vitamin A, D dan E sangat dibutuhkan tersedia dalam ransum dalam jumlah
yang cukup. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi
terutama pada ternak yang sedang bunting karena dapat menyebabkan terjadinya keratinasi
pada epitel uterus sehingga mengganggu implantasi. Kekurangan vitamin A juga dapat
menyebabkan terjadi kelahiran anak dengan kondisi lemah atau kematian fetus disertai
dengan terjadinya retensio sekundinarum. Kekurangan vitamin D pada hewan betina dapat
menghambat munculnya estrus dan bila dalam keadaan bunting dapat menyebakan terjadinya
abortus, distokia dan retensi sekundinarum. Vitamin E dibutuhkan untuk memacu munculnya
estrus, ovulasi, meningkatkan angka kebuntingan dan mengurangi kejadian retensio
sekundinarum. Kekurangan vitamin E dapat menghambat munculnya estrus.
- mineral kekurangan mineral ini dapat menyebabkan gangguan reproduksi berupa
hambatan munculnya estrus, kematian embrional, gangguan pertumbuhan fetus, abortus dan
retensio sekundinarum.
Penyakit infeksi
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa dan jamur
dapat menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi baik yang bersifat sementara maupun
permanen
Contohnya: penyakit brucellosis
Kelainan congenital (bawaan sejak lahir)
- Aplasia Ovarium Aplasia ovarium adalah kelainan berupa tidak terdapat pertumbuhan salah
satu atau kedua ovarium sejak lahir sampai dewasa
- Hipoplasia Ovarium Keadaan dimana salah satu atau kedua ovarium tidak berkembang
sempurna sehingga ukurannya lebih kecil dari normal