Anda di halaman 1dari 61

Referat:

GANGGUAN PANIK, GANGGUAN CEMAS MENYELURUH, GANGGUAN OBSESIF


KOMPULSIF, GANGGUAN CAMPURAN CEMAS-DEPRESI

Perceptor :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)
 
 
Oleh :
Joko Widodo
Shafa Inayatullah

KEPANITERAAN KLINIK UNIVERSITAS LAMPUNG


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
2020
GANGGUAN PANIK
kompetensi: 3A

• Definisi: Gangguan panik ditandai dengan adanya


serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang
terdiri atas periode rasa takut intens yang hati-hati dan
bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari
sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun.
• Gangguan panik sering disertai dengan agorafobia,
yaitu rasa takut sendirian di tempat umum seperti
pasar, atau terutama tempat yang sulit keluar dengan
cepat saat terjadi gangguan panik.
Epidemiologi:

 prevalensiseumur hidup gangguan panik adalah 1.5 –


5 %, sedangkan serangan panik sebanyak 3-5.6 %.
 perempuan 2/3 lebih banyak daripada laki-laki.
 Pada umumnya terjadi pada usia sekitar 25 tahun.
 91% pasien dengan gangguan panik dan 84 % dengan
agorafobia.
Etiologi

FAKTOR BIOLOGIS
 Riset mengenai dasar biologis ditemukannya suatu
interpretasi bahwa gejala gangguan panik terkait dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak. Diperoleh data
bahwa pada otak pasien dengan gangguan panik, beberapa
neurotransmiter mengalami gangguan fungsi, yaitu
serotonin, GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan
norepinefrin.
FAKTOR GENETIK
 Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan
panik dengan agorafobia mempunyai risiko 4-8 kali
mengalami serangan yang sama.
 Studi kembar yang telah dilakukan saat ini umumnya
melaporkan bahwa kedua kembar monozigot lebih
mudah terkena bersamaan daripada kembar dizigot
FAKTOR PSIKOSOSIAL
 Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-pasien
dengan gangguan panik memiliki gaya kelekatan yang
salah.
 Perpisahan atau kelekatan sering dipandang sebagai hal
yang menakutkan, antara lain kehilangan kebebasan
maupun kehilangan rasa aman dan perlindungan.
 Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien yang
cenderung menghindari perpisahan, dan pada saat yang
bersamaan juga menghindari kelekatan yang terlalu
intens.
TANDA DAN GEJALA

 Gejala-gejala serangan panik biasa berlangsung sekitar 10


menit, yang diklasifikasi menjadi 2 sistem, pertama yaitu
system somatic; Jantung berdebar, palpitasi, berkeringat,
gemetar, rasa nafas sesak atau seperti tertahan, nyeri dada,
mual, rasa tidak enak pada perut, pusing atau merasa ingin
pingsan, yang kedua adalah system kognitif, seperti
derealization, depersonalization, menjadi sangat marah
hingga dapat kehilangan control, dan takut akan kematian
Diagnosis dan Kriteria Diagnostic

Kriteria diagnostic untuk serangan panic menurut (PPDGJ III)


Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otonomik, yang
terjadi dalam periode kira-kira satu bulan:
a. Pada keadaan – keadaan yang sebenarnya secara objektif
tidak bahaya.

b. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau


yang dapat diduga sebelumnya.

c. Adanya keadaan relative bebas gejala ansietas dalam periode


antara serangan – serangan panik ( meskipun lazim terjadi
ansietas antisipatorik).
Kriteria Diagnosa Gangguan Panik Menurut DSM-TR-IV
Gangguan panic tanpa agoraphobia
 Mengalami (1) dan (2)

1. Serangan panic berulang dan tidak terduga


2. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan atau
lebih diikuti 1 atau lebih hal berikut
• Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
• Khawatir akan konsekuensi dari serangan (missal jadi lepas
kendali dll)
• Perubahan periklaku bermakna terkait serangan
 Tidak ada agoraphobia
 Serangan paniktidak disebabkan oleh efek fisiologis zat
psikoaktif
 Serangan panic tidak dimasukkan dalam gangguan jiwa lain
seperti fobia social(pajanan terhadap situasi social yang
ditakuti), fobia spesifik, obsesifkompulsif, gangguan stress
passca trauma, atau gangguan ansietas perpisahan
 
Gangguan panic dengan agoraphobia
 Mengalami (1) dan (2)
1. Serangan panic berulang dan tidak terduga
2. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan atau lebih
diikuti 1 atau lebih hal berikut:
• Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
• Khawatir akan konsekuensi dari serangan (missal jadi lepas kendali dll)
• Perubahan periklaku bermakna terkait seranganiagnosa
 ada agoraphobia
 Serangan paniktidak disebabkan oleh efek fisiologis zat psikoaktif 
 Serangan panic tidak dimasukkan dalam gangguan jiwa lain seperti fobia
social(pajanan terhadap situasi social yang ditakuti), fobia spesifik,
obsesifkompulsif, gangguan stress passca trauma, atau gangguan ansietas
perpisahan
FARMAKOTERAPI TATALAKSANA
GANGGUAN PANIK

• Fluoksetin

SSRI
• Paroksetin
• Setralin
• Fluvoksamin
• Citalopram
• Escitalopram

Benzod •


Lorazepam (Ativan)
Clonazepam (Klonopin)
Alprazolam (Xanax, Xanax XR)

iazpine • Diazepam (Valium, Diastat, Diazepam


Intensol)
PSIKOTERAPI TATALAKSANA
GANGGUAN PANIK

TERAPI
RELAKSA
SI

COGNITIVE
BEHAVIORA
L THERAPY

PSIKOTER
API
DINAMIK
PROGNOSIS

Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun


penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan
yang singkat bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Kompetensi: 3A
DEFINISI

 Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety


Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak
realistik terhadap berbagai kehidupan sehari-hari.
 Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya selama 6 bulan
 Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan
dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan
 Menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
Epidemiologi

 Angka prevalensi 3-8%


 Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1
 Memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya,
seperti Gangguan Panik, Gangguan Obsesif Kompulsif,
Gangguan Stres Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi Berat
Etiologi

 Teori Biologi
- Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah
lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin
tertinggi di otak.
- Basal ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga
dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD
- Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang
abnormal.
- Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA,
serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin
 Teori genetik
 Teori Psikoanalitik
 Teori kognitif-perilaku
Diagnosis

 Kriterian DSM IV-TR


A. kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul
hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6
bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan
atau aktivitas sekolah)
B. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawitarannya
C. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enak
gejala berikut ini (dengan sekuranganya beberapa gejala lebih
banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan
terakhir). Catatan: hanya satu nomor yang diperlukan pada anak
1. kegelisahan
2. merasa mudah lelah
3. sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. iritabilitas
5. ketegangan otot
6. gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur
gelisah, dan tidak memuaskan)
D. fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada
gangguan aksis I

E. kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan


penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain

F. gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis


langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum (Misalnya hipertiroidisme), dan tidak
terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif
Pedoman diagnostik menurut PPGDJ-III
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

A) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di


ujung tanduk, sulit konsentrasi)
B) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai)
C) overaktivitas otonomik (kepada terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering, dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan
untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan
somatik berulang yang menonjol
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif,
gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan
obsesif-kompulsif
Gambaran Klinis

 anxietas,
 ketegangan motorik,
 hiperaktivitas autonom, dan
 kewaspadaan secara kognitif
 Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena
keluhan somatik, atau datang ke dokter spesialis
karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan perilaku cari perhatian
(seeking behavior).
Diagnosis Banding

 Diperlukan pemeriksaan medis


tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid
1. gangguan panik,
2. fobia,
3. gangguan obsesif kompulsif,
4. hipokondriasis,
5. gangguan somatisasi,
6. gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan
7. gangguan kepribadian.
Prognosis

 Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis


yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25%
penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami gangguan depresi mayor.
Terapi

A. Farmakoterapi
• Benzodiazepin
 Merupakan pilihan obat pertama.
 Pemberian dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan
sampai mencapai respons terapi.
 Pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan
masa tapering off selama 1-2 minggu
• Buspiron
 Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD
 Lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding
gejala somatik
 Tidak menyebabkan withdrawl.
 Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3
minggu Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respons
yang baik dengan buspiron.
 Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin
dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin
setelah 2-3 minggu, diluar efek terapi buspiron sudah mencapai
maksimal
• SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
 Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoxetin
 Pemberian fluoxetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.
B. Psikoterapi
• Terapi kognitif-perilaku
 Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan penderita perilaku,
 mengenali gejala somatik secara langsung.
 Teknik utama yang digunakan adalah relaksasi dan biofeedback
• Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan,
digali potensi-potensi yang ada dan belum nampak,
didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.

• Psikoterapi Berorientasi Tilikan


GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Definisi
 Gangguan obsesif-kompulsif digambarkan sebagai pikiran
dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu
yang menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.
 Obsesi: aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls
yang berulang.
 Kompulsi: pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari
seperti menghitung, memeriksa, dan menghindar.
 Tindakan kompulsi: usaha untuk meredakan kecemasan
yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu
berhasil meredakan ketegangan.
 Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman
obsesi dan kompulsi tidak beralasan
Etiologi
 Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktor,
yaitu interaksi antara faktor biologik, genetik, faktor
psikososial
Epidemiologi
 Sebagian besar mulai saat remaja atau dewasa muda (18-
24 tahun), tetapi dapat terjadi pada masa kanak-kanak
 Lebih lazim ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan
 Pasien sering memiliki latar belakang yang ditandai
dengan disiplin yang keras
Gambaran Klinis
 Pola Gejala
Kontaminasi
• Kegiatan mencuci/membersihkan berulang kali disertai dengan penghindaran kompulsif objek yang diduga terkontaminasi
• Contoh: mencuci tangan secara berlebihan atau tidak mampu meninggalkan rumah karena takut kuman

Keraguan patologis

• Contoh: pasien ragu apakah sudah mengunci pintu rumah atau mematikan kompor, sehingga pasien akan cenderung berulang kali memeriksa pintu atau kompor)

Pikiran yang intrusif (mengganggu)

• Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif

Simetri
• Kebutuhan akan simetri atau ketepatan yang dapat menyebabkan kompulsi mengenai kelambatan, misalnya: pasien akan memerlukan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur
wajah

Pola lain: menarik-narik rambut(trikotilomania), menggigit kuku


Kriteria Diagnostik DSM IV-TR Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif

B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi
dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan:  keadaan ini tidak berlaku
pada anak.

C. Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan


waktu lebih dari satu jam perhari) atau menganggu kebiasaan, fungsi pekerjaan atau
akademik atau aktifitas sosial.

D. Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait
dengan gangguan tersebut.

E. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya


penyalahgunaan zat,obat) atau kondisi medis umum.

Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa
obsesi dan kompulsinya berat dan tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik DSM IV-TR Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif

A. Salah satu obsesif atau kompulsif


Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap
yang intrusif dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang ada
selama periode gangguan.
2. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan
yang nyata.
3. Individu berusaha untuk mengabaikan dan menekan pikiran, impuls atau
bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain dan tindakan.
4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari
pikirannya sendiri (tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan)
Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2)
5. Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktifitas mental
(berdoa, menghitung, mengulang kata tanpa suara) yang individu merasa
terdorong melakukan dalam respon dari obsesinya, atau sesuai aturan yang
dilakukan secara kaku.
6. Prilaku atau aktifitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan
distress atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktifitas
mental tidak berhubungan dengan cara realistik untuk mencegah atau
menetralisir.
Pedoman diagnostik berdasarkan PPGDJ-III :

1. Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-
duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menganggu aktivitas
penderita.
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
1. Harus disadari  sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
2. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;
3. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan untuk merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas);
4. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive);
4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita 
gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya
penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif
selama episode depresifnya.
Diagnosis Banding
 Keadaan Medis
 Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan
fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang
sedikit berlebihan atau biasa.  Gangguan neurologis utama
dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette,
gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, terkadang trauma serta
komplikasi pascaensefalitis.

 Gangguan Tourette
 Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang
sering terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD
memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 persen orang
dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak
dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.
Perjalanan Penyakit
 Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif bervariasi
dan tidak dapat diprediksi.
 Sejumlah remaja dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif berubah menjadi dewasa yang hangat, terbuka, dan
penyayang, sebagian dapat menjadi penanda skizofrenia atau-
beberapa dekade kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan-
gangguan depresif berat.
 Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif akan berkembang pada
posisi yang menuntut pekerjaan yang metodis, deduktif atau
rinci, tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak
terduga,
 Gangguan depresif, terutama dengan onset yang lanjut, lazim
terjadi.
Prognosis
 Indikasi prognosis baik jika:
 adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik
 adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodik.

 Indikasi prognosis buruk jika:


 kompulsi yang diikuti onset masa kanak
 kompulsi yang bizarre
 memerlukan perawatan rumah sakit (opname)
 ada komorbiditas dengan gangguan depresi
 adanya kepercayaan yang mengarah ke waham
 adanya gangguan kepribadian (terutama kepribadian
skizotipal).
Terapi
 Psikoterapi
 Psikoterapi suportif
 Terapi perilaku
 Terapi kognitif perilaku
 Psikoterapi dinamik
 
 Farmakoterapi
 Antidepresan trisiklik: Clomipramine 3x25 mg
 SSRI: Fluoxetin (2x20 mg) atau Setraline (2x50 mg)
Gangguan Campuran Cemas dan Depresi
Definisi
 Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (F41.2)
merupakan gejala-gejala cemas maupun depresi, dimana
masing- masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
 Cemas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan yang mendalam dan
berkelanjutan
 Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan
Epidemiologi
 Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala
ansietas yang menonjol
Gejala Klinis
 Tanda dan gejala cemas:
Tanda fisik Gejala Psikologik
Gemetar Rasa takut
Nyeri punggung dan kepala Sulit konsentrasi
Ketegangan otot Siaga berlebih
Nafas pendek, hiperventilasi Insomnia
Mudah lelah Libido turun
Sering kaget Rasa mengganjal di tenggorok
Hiperaktivitas autonomik: Rasa mual
Wajah merah/pucat
Takikardia
Berpeluh
Tangan rasa dingin
Diare
 Gejala depresi
Gejala utama:
1. Afek depresi
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
muda lelah dan menurunnya aktifitas
Gejala lain:
4. Konsentrasi dan perhatian berkurang
5. Kepercayaan diri berkurang
6. Gagasan tentang rasa bersalah
7. Pesimistis
8. Tidur terganggu
9. Nafsu makan berkurang
Diagnosis
Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif 
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan 

Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah, tidur tidak
puas)
3. Lelah atau energi rendah
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah nangis
7. Hipervigilance
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif 

Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaknya dalam
area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.
Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth. Penyalahgunaan obat
atau pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan distimik;
gangguan panik, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain. 
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III 
1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya
dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian
Diagnosis Banding
 Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif
lainnya serta gangguan kepribadian.
 Diantara gangguan kecemasan, gangguan kecemasan umum
adalah salah satu yang paling sering bertumpang tindih
dengan gangguan kecemasan – depresif campuran.
 Diantara gangguan mood, gangguan distimik dan gangguan
depresif ringan adalah yang paling sering bertumpang tindih
dengan gangguan kecemasan-depresif campuran.
 Diantara gangguan kepribadian, gangguan kepribadian
menghindar, tergantung, dan obsesif-kompulsif mungkin
memiliki gejala yang terlihat pada gangguan kecemasan-
depresif campuran.
Prognosis
Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama
besar kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang
menonjol, gejala depresif yang menonjol, atau campuran
dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama
perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan depresif
dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.
Tatalaksana
 Psikofarmaka
Obat antiansietas atau obat antidepresan atau keduanya
• triazolobenzodiazepines (seperti contoh alprazolam)
mungkin diindikasikan karena efektivitas obat tersebut
dalam mengobati depresi yang disertai dengan kecemasan
• obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-1A (5-
HT1A), seperti buspirone
• antidepresan serotonergik (sebagai contoh, fluoxetine) 
 Psikoterapi
• Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme
defens (pertahanan) pasien terhadap stres. Perlu diadakannya
terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri
dan memberikan motivasi hidup.
• Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien
dengan mengawasi pasien untuk minum obat teratur.
• Psikoterapi rekonstruktif bertujuan membangun kembali
kepercayaan diri pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa
pasien memiliki semangat hidup, menolak semua pikiran
negatif.
Daftar Pustaka
Elvira, SD. Hadisukanto, G. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Sadock.BJ, Sadock. VA. 2009. Buku Ajar Psikiatri Klinis


ed. 2. Jakarta: EGC

Anonym. Symptom of OCD- Stanford university. Available


from : www.ocd.stanford.edu

Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa


Rujukan Ringkas dari PPGDJ-III. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai