Perceptor :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)
Oleh :
Joko Widodo
Shafa Inayatullah
FAKTOR BIOLOGIS
Riset mengenai dasar biologis ditemukannya suatu
interpretasi bahwa gejala gangguan panik terkait dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak. Diperoleh data
bahwa pada otak pasien dengan gangguan panik, beberapa
neurotransmiter mengalami gangguan fungsi, yaitu
serotonin, GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan
norepinefrin.
FAKTOR GENETIK
Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan
panik dengan agorafobia mempunyai risiko 4-8 kali
mengalami serangan yang sama.
Studi kembar yang telah dilakukan saat ini umumnya
melaporkan bahwa kedua kembar monozigot lebih
mudah terkena bersamaan daripada kembar dizigot
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-pasien
dengan gangguan panik memiliki gaya kelekatan yang
salah.
Perpisahan atau kelekatan sering dipandang sebagai hal
yang menakutkan, antara lain kehilangan kebebasan
maupun kehilangan rasa aman dan perlindungan.
Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien yang
cenderung menghindari perpisahan, dan pada saat yang
bersamaan juga menghindari kelekatan yang terlalu
intens.
TANDA DAN GEJALA
• Fluoksetin
SSRI
• Paroksetin
• Setralin
• Fluvoksamin
• Citalopram
• Escitalopram
Benzod •
•
•
Lorazepam (Ativan)
Clonazepam (Klonopin)
Alprazolam (Xanax, Xanax XR)
TERAPI
RELAKSA
SI
COGNITIVE
BEHAVIORA
L THERAPY
PSIKOTER
API
DINAMIK
PROGNOSIS
Teori Biologi
- Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah
lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin
tertinggi di otak.
- Basal ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga
dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD
- Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang
abnormal.
- Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA,
serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin
Teori genetik
Teori Psikoanalitik
Teori kognitif-perilaku
Diagnosis
anxietas,
ketegangan motorik,
hiperaktivitas autonom, dan
kewaspadaan secara kognitif
Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena
keluhan somatik, atau datang ke dokter spesialis
karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan perilaku cari perhatian
(seeking behavior).
Diagnosis Banding
A. Farmakoterapi
• Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama.
Pemberian dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan
sampai mencapai respons terapi.
Pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan
masa tapering off selama 1-2 minggu
• Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD
Lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding
gejala somatik
Tidak menyebabkan withdrawl.
Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3
minggu Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respons
yang baik dengan buspiron.
Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin
dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin
setelah 2-3 minggu, diluar efek terapi buspiron sudah mencapai
maksimal
• SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoxetin
Pemberian fluoxetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.
B. Psikoterapi
• Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan penderita perilaku,
mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan adalah relaksasi dan biofeedback
• Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan,
digali potensi-potensi yang ada dan belum nampak,
didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.
Keraguan patologis
• Contoh: pasien ragu apakah sudah mengunci pintu rumah atau mematikan kompor, sehingga pasien akan cenderung berulang kali memeriksa pintu atau kompor)
• Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif
Simetri
• Kebutuhan akan simetri atau ketepatan yang dapat menyebabkan kompulsi mengenai kelambatan, misalnya: pasien akan memerlukan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur
wajah
B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi
dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan: keadaan ini tidak berlaku
pada anak.
D. Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait
dengan gangguan tersebut.
Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa
obsesi dan kompulsinya berat dan tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik DSM IV-TR Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-
duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menganggu aktivitas
penderita.
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
1. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
2. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;
3. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan untuk merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas);
4. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive);
4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita
gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya
penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif
selama episode depresifnya.
Diagnosis Banding
Keadaan Medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan
fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang
sedikit berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama
dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette,
gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, terkadang trauma serta
komplikasi pascaensefalitis.
Gangguan Tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang
sering terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD
memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 persen orang
dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak
dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.
Perjalanan Penyakit
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif bervariasi
dan tidak dapat diprediksi.
Sejumlah remaja dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif berubah menjadi dewasa yang hangat, terbuka, dan
penyayang, sebagian dapat menjadi penanda skizofrenia atau-
beberapa dekade kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan-
gangguan depresif berat.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif akan berkembang pada
posisi yang menuntut pekerjaan yang metodis, deduktif atau
rinci, tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak
terduga,
Gangguan depresif, terutama dengan onset yang lanjut, lazim
terjadi.
Prognosis
Indikasi prognosis baik jika:
adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik
adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodik.
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah, tidur tidak
puas)
3. Lelah atau energi rendah
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah nangis
7. Hipervigilance
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif
Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaknya dalam
area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.
Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth. Penyalahgunaan obat
atau pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan distimik;
gangguan panik, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III
1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya
dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian
Diagnosis Banding
Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif
lainnya serta gangguan kepribadian.
Diantara gangguan kecemasan, gangguan kecemasan umum
adalah salah satu yang paling sering bertumpang tindih
dengan gangguan kecemasan – depresif campuran.
Diantara gangguan mood, gangguan distimik dan gangguan
depresif ringan adalah yang paling sering bertumpang tindih
dengan gangguan kecemasan-depresif campuran.
Diantara gangguan kepribadian, gangguan kepribadian
menghindar, tergantung, dan obsesif-kompulsif mungkin
memiliki gejala yang terlihat pada gangguan kecemasan-
depresif campuran.
Prognosis
Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama
besar kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang
menonjol, gejala depresif yang menonjol, atau campuran
dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama
perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan depresif
dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.
Tatalaksana
Psikofarmaka
Obat antiansietas atau obat antidepresan atau keduanya
• triazolobenzodiazepines (seperti contoh alprazolam)
mungkin diindikasikan karena efektivitas obat tersebut
dalam mengobati depresi yang disertai dengan kecemasan
• obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-1A (5-
HT1A), seperti buspirone
• antidepresan serotonergik (sebagai contoh, fluoxetine)
Psikoterapi
• Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme
defens (pertahanan) pasien terhadap stres. Perlu diadakannya
terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri
dan memberikan motivasi hidup.
• Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien
dengan mengawasi pasien untuk minum obat teratur.
• Psikoterapi rekonstruktif bertujuan membangun kembali
kepercayaan diri pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa
pasien memiliki semangat hidup, menolak semua pikiran
negatif.
Daftar Pustaka
Elvira, SD. Hadisukanto, G. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia