Anda di halaman 1dari 37

Referat:

GANGGUAN PANIK, GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Perceptor :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)
 
 
Oleh :
Joko Widodo
Shafa Inayatullah

KEPANITERAAN KLINIK UNIVERSITAS LAMPUNG


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
2020
GANGGUAN PANIK
kompetensi: 3A

• Definisi: Gangguan panik ditandai dengan adanya


serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang
terdiri atas periode rasa takut intens yang hati-hati dan
bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari
sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun.
• Gangguan panik sering disertai dengan agorafobia,
yaitu rasa takut sendirian di tempat umum seperti
pasar, atau terutama tempat yang sulit keluar dengan
cepat saat terjadi gangguan panik.
Epidemiologi:

 prevalensi seumur hidup gangguan panik adalah 1.5 –


5 %, sedangkan serangan panik sebanyak 3-5.6 %.
 perempuan 2/3 lebih banyak daripada laki-laki.
 Pada umumnya terjadi pada usia sekitar 25 tahun.
 91% pasien dengan gangguan panik dan 84 % dengan
agorafobia.
Etiologi

FAKTOR BIOLOGIS
 Riset mengenai dasar biologis ditemukannya suatu
interpretasi bahwa gejala gangguan panik terkait dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak. Diperoleh data
bahwa pada otak pasien dengan gangguan panik, beberapa
neurotransmiter mengalami gangguan fungsi, yaitu
serotonin, GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan
norepinefrin.
FAKTOR GENETIK
 Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan
panik dengan agorafobia mempunyai risiko 4-8 kali
mengalami serangan yang sama.
 Studi kembar yang telah dilakukan saat ini umumnya
melaporkan bahwa kedua kembar monozigot lebih
mudah terkena bersamaan daripada kembar dizigot
FAKTOR PSIKOSOSIAL
 Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-pasien
dengan gangguan panik memiliki gaya kelekatan yang
salah.
 Perpisahan atau kelekatan sering dipandang sebagai hal
yang menakutkan, antara lain kehilangan kebebasan
maupun kehilangan rasa aman dan perlindungan.
 Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien yang
cenderung menghindari perpisahan, dan pada saat yang
bersamaan juga menghindari kelekatan yang terlalu
intens.
TANDA DAN GEJALA

 Gejala-gejala serangan panik biasa berlangsung sekitar 10


menit, yang diklasifikasi menjadi 2 sistem, pertama yaitu
system somatic; Jantung berdebar, palpitasi, berkeringat,
gemetar, rasa nafas sesak atau seperti tertahan, nyeri dada,
mual, rasa tidak enak pada perut, pusing atau merasa ingin
pingsan, yang kedua adalah system kognitif, seperti
derealization, depersonalization, menjadi sangat marah
hingga dapat kehilangan control, dan takut akan kematian
Diagnosis dan Kriteria Diagnostic

Kriteria diagnostic untuk serangan panic menurut (PPDGJ III)


Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otonomik, yang
terjadi dalam periode kira-kira satu bulan:
a. Pada keadaan – keadaan yang sebenarnya secara objektif
tidak bahaya.

b. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau


yang dapat diduga sebelumnya.

c. Adanya keadaan relative bebas gejala ansietas dalam periode


antara serangan – serangan panik ( meskipun lazim terjadi
ansietas antisipatorik).
Kriteria Diagnosa Gangguan Panik Menurut DSM-TR-IV
Gangguan panic tanpa agoraphobia
 Mengalami (1) dan (2)

1. Serangan panic berulang dan tidak terduga


2. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan atau
lebih diikuti 1 atau lebih hal berikut
• Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
• Khawatir akan konsekuensi dari serangan (missal jadi lepas
kendali dll)
• Perubahan periklaku bermakna terkait serangan
 Tidak ada agoraphobia
 Serangan paniktidak disebabkan oleh efek fisiologis zat
psikoaktif
 Serangan panic tidak dimasukkan dalam gangguan jiwa lain
seperti fobia social(pajanan terhadap situasi social yang
ditakuti), fobia spesifik, obsesifkompulsif, gangguan stress
passca trauma, atau gangguan ansietas perpisahan
 
Gangguan panic dengan agoraphobia
 Mengalami (1) dan (2)
1. Serangan panic berulang dan tidak terduga
2. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan atau lebih
diikuti 1 atau lebih hal berikut:
• Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
• Khawatir akan konsekuensi dari serangan (missal jadi lepas kendali dll)
• Perubahan periklaku bermakna terkait seranganiagnosa
 ada agoraphobia
 Serangan paniktidak disebabkan oleh efek fisiologis zat psikoaktif 
 Serangan panic tidak dimasukkan dalam gangguan jiwa lain seperti fobia
social(pajanan terhadap situasi social yang ditakuti), fobia spesifik,
obsesifkompulsif, gangguan stress passca trauma, atau gangguan ansietas
perpisahan
FARMAKOTERAPI TATALAKSANA
GANGGUAN PANIK

• Fluoksetin
• Paroksetin
• Setralin
SSRI • Fluvoksamin
• Citalopram
• Escitalopram

• Lorazepam (Ativan)
• Clonazepam (Klonopin)
Benzodiazpine • Alprazolam (Xanax, Xanax XR)
• Diazepam (Valium, Diastat, Diazepam
Intensol)
PSIKOTERAPI TATALAKSANA
GANGGUAN PANIK

TERAPI PSIKOTERAPI
RELAKSASI DINAMIK

COGNITIVE
BEHAVIORAL
THERAPY
PROGNOSIS

Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun


penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan
yang singkat bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Kompetensi: 3A
DEFINISI

 Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety


Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak
realistik terhadap berbagai kehidupan sehari-hari.
 Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya selama 6 bulan
 Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan
dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan
 Menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
Epidemiologi

 Angka prevalensi 3-8%


 Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1
 Memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya,
seperti Gangguan Panik, Gangguan Obsesif Kompulsif,
Gangguan Stres Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi Berat
Etiologi

 Teori Biologi
- Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah
lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin
tertinggi di otak.
- Basal ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga
dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD
- Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang
abnormal.
- Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA,
serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin
 Teori genetik
 Teori Psikoanalitik
 Teori kognitif-perilaku
Diagnosis

 Kriterian DSM IV-TR


A. kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul
hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6
bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan
atau aktivitas sekolah)
B. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawitarannya
C. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enak
gejala berikut ini (dengan sekuranganya beberapa gejala lebih
banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan
terakhir). Catatan: hanya satu nomor yang diperlukan pada anak
1. kegelisahan
2. merasa mudah lelah
3. sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. iritabilitas
5. ketegangan otot
6. gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur
gelisah, dan tidak memuaskan)
D. fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada
gangguan aksis I

E. kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan


penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain

F. gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis


langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum (Misalnya hipertiroidisme), dan tidak
terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif
Pedoman diagnostik menurut PPGDJ-III
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

A) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di


ujung tanduk, sulit konsentrasi)
B) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai)
C) overaktivitas otonomik (kepada terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering, dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan
untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan
somatik berulang yang menonjol
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif,
gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan
obsesif-kompulsif
Gambaran Klinis

 anxietas,
 ketegangan motorik,
 hiperaktivitas autonom, dan
 kewaspadaan secara kognitif
 Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena
keluhan somatik, atau datang ke dokter spesialis
karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan perilaku cari perhatian
(seeking behavior).
Diagnosis Banding

 Diperlukan pemeriksaan medis


tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid
1. gangguan panik,
2. fobia,
3. gangguan obsesif kompulsif,
4. hipokondriasis,
5. gangguan somatisasi,
6. gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan
7. gangguan kepribadian.
Prognosis

 Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis


yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25%
penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami gangguan depresi mayor.
Terapi

A. Farmakoterapi
• Benzodiazepin
 Merupakan pilihan obat pertama.
 Pemberian dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan
sampai mencapai respons terapi.
 Pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan
masa tapering off selama 1-2 minggu
• Buspiron
 Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD
 Lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding
gejala somatik
 Tidak menyebabkan withdrawl.
 Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3
minggu Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respons
yang baik dengan buspiron.
 Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin
dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin
setelah 2-3 minggu, diluar efek terapi buspiron sudah mencapai
maksimal
• SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
 Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoxetin
 Pemberian fluoxetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.
B. Psikoterapi
• Terapi kognitif-perilaku
 Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan penderita perilaku,
 mengenali gejala somatik secara langsung.
 Teknik utama yang digunakan adalah relaksasi dan biofeedback
• Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan,
digali potensi-potensi yang ada dan belum nampak,
didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.

• Psikoterapi Berorientasi Tilikan


Daftar Pustaka
Elvira, SD. Hadisukanto, G. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Sadock.BJ, Sadock. VA. 2009. Buku Ajar Psikiatri Klinis ed.


2. Jakarta: EGC

Anonym. Symptom of OCD- Stanford university. Available


from : www.ocd.stanford.edu

Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa


Rujukan Ringkas dari PPGDJ-III. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai