Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

GANGGUAN PANIK (F41.0)

Karmiat
70700122030

Pembimbing:
dr. Irma Santy, Sp. KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAANKLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

■ Istilah “panik” berasal dari kata Pan, dewa Yunani yang setengah hantu, tinggal
dipegunungan dan hutan, dan perilakunya sangat sulit diduga
■ Tahun 1895 deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud
dalam kasus agorafobia.
■ Serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan serta diyakini akan
segera terjadi. Individu yang mengalami serangan panik berusaha untuk melarikan diri
dari keadaan yang tidak pernah diprediksi
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI

Gangguan panik merupakan suatu pengalaman serangan panik yang tidak diharapkan, yang
diikuti oleh ketakutan yang menetap tentang kemungkinan berulangnya serangan atau
perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari sebagai akibat dari serangan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
EPIDEMIOLOGI
■ Prevalensi seumur hidup dari gangguan panik adalah 1,5%- 5 % , sedangkan untuk
serangan panik sebesar 3%-5,6%
■ Wanita dua atau tiga kali lebih mungkin mengalami gangguan panik daripada laki-laki
■ Gangguan panik paling umum terjadi pada anak muda dewasa - usia rata-rata sekarang
adalah sekitar 25 tahun tetapi dapat terjadi pada usia berapapun
■ sebagai gambaran dalam suatu penelitian yang dilakukan di Texas, Amerika Serikat
terhadap lebih dari 1600 sampel yang diseleksi secara acak. didapatkan angka
prevalensi untuk pasien sepanjang hidup mengalami gangguan panik adalah 3,8% dan
untuk serangan panik 5,6%, serta 2,2% diantaranya mengalami serangan panik dengan
gejala yang terbatas dan tidak memenuhi kriteria diagnostik.
BAB II
PEMBAHASAN
ETIOLOGI
■ Faktor Biologis
– Disfungsi serotonergik = hipersensitifitas serotonin, inhibisi GABAnergik di
amigdala basolateral, otak tengah, dan hipotalamus dapat mencetuskan respon
fisiologis mirip ansietas
– Zat yang mencetuskan panik = CO2, dan bikarbonat (Hiperventilasi)
kolesistokinin dan kafein (perubahan kardiovaskular)
– Pencitraan otak = keterlibatan patologis lobus temporalis, terutama hipokampus.
Salah satu studi MRI melaporkan abnormalitas terutama atrofi korteks di lobus
temporalis kanan
BAB II
PEMBAHASAN
ETIOLOGI
■ Faktor Genetik
– Terdapat resiko 4 hingga 8 kali untuk terjadi gangguan panik diantara keluarga
dengan silsilah yang lebih dekat dibandingkan kerabat dengan silsilah yang lebih
jauh.
■ Faktor Psikososial
– Teori perilaku kognitif = respon yang dipelajari baik dari menirukan perilaku
orang tua mapun melalui proses pembelajaran klasik
– Teori psikoanalitik = serangan yang timbul dari pertahanan yang tidak berhasil
terhadap impuls yang mencetuskan ansietas.
■ Riset menunjukkan bahwa penyebab serangan panik cenderung melibatkan arti
peristiwa yang menimbulkan stress (ini didukung dengan bukti penelitian bahwa
terdapat peningkatan sitokin inflamasi yang dapat menginduksi stress pada pasien
gangguan panic)
BAB II
PEMBAHASAN
MANIFESTASI KLINIS
■ Menurut (DSM V) gejala gangguan panik pingsan.
antara lain :
9. Menggigil atau sensasi panas.
1. Palpitasi, jantung berdebar, atau percepatan
10. Parestesia (sensasi mati rasa atau
detak jantung.
kesemutan).
2. Berkeringat.
11. Derealization (perasaan tidak realistis)
3. Gemetar atau merasa terguncang. atau depersonaliasai
4. Sensasi sesak napas atau tercekik. 12. Takut kehilangan kendali atau "menjadi
gila."
5. Perasaan tersedak.
13. Takut akan kematian.
6. Nyeri dada atau ketidaknyamanan.
7. Mual atau abdominal distres.
8. Merasa pusing, tidak stabil, pening, atau
BAB II
PEMBAHASAN
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis gangguan panik menurut DSM V sebagai berikut:
■ Serangan panik berulang yang tak terduga yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit, dan
selama waktu itu empat (atau lebih) dari 13 GEJALA terjadi:
– Catatan: Lonjakan tiba-tiba dapat terjadi dari keadaan tenang atau keadaan cemas.
– Catatan: Gejala spesifik sebuah penyakit tidak dihitung sebagai salah satu empat gejala
yang diperlukan.
■ Setidaknya satu dari serangan telah diikuti oleh 1 bulan (atau lebih) dari satu atau keduanya
pengikut:
– Kekhawatiran terus-menerus atau khawatir tentang serangan panik tambahan atau
konsekuensinya.
– Perubahan maladaptif yang signifikan dalam perilaku yang terkait dengan serangan
■ Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat.
■ Serangan panik tidak dapat dimasukkan kedalam gangguan jiwa lain, seperti fobia sosal, fobia
spesifik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma
BAB II
PEMBAHASAN
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis Pedoman diagnostik Gangguan Panik menurut PPDGJ III
BAB II
PEMBAHASAN
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
■ Penyakit kardiovaskuler: Anemia, Angina, Gagal jantung kongestive, Keadaan hiperaktif beta
adrenergic, Hipertensi, Prolaps katup mitral , Infark Miokardium, Takikardi atrium paradoksal
■ Penyakit paru: Asma, Hiperventilasi, Embolus paru
■ Penyakit neurologi: Penyakit serebrovaskuler, Epilepsi, Penyakit Huntington, Infeksi, Penyakit
menierre, Migrain, Skelrosis multiple, Transient ischemic attack, Tumor, Penyakit Willson
■ Penyakit endokrin: Penyakit Addison, Sindrom karsinoid, Sindrom Cushing, Diabetes,
Hipertiroidisme, Hipoglikemia, Hipoparatiroidisme, Gangguan menopause, Feokromositoma,
Sindrom pra menstruasi
■ Intoksikasi obat: , Amfetamin, Amilnitrit, Anikolinergik, Kokain, Halusinogen, Mariyuana,
Nikotin, Teofilin
■ Gejala putus obat: Alkohol, Anti hipertensiOpiate dan opioid, Sedative hipnotik
■ Keadaan lain: Anafilaksis, Def.B 12, Gangguan elektrolit, Keracunan logam berat, Infeksi
sistemik, SLE, Arteritis temporal, uremia
BAB II
PEMBAHASAN
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
■ Gangguan panik juga harus dibedakan dari sejumlah gangguan kejiwaan, khususnya gangguan
kecemasan lainnya. Serangan panik terjadi pada banyak gangguan kecemasan, termasuk fobia
sosial dan spesifik, Panik juga dapat terjadi pada PTSD dan OCD. Kunci untuk mendiagnosis
gangguan panik dengan benar dan membedakan kondisi dari gangguan kecemasan lainnya
melibatkan riwayat kepanikan spontan berulang serangan di beberapa titik dalam penyakit
BAB II
PEMBAHASAN
PENATALAKSANAAN
■ Dua terapi yang paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku/ Cognitive-
behavioral therapy (CBT). Terapi keluarga dan kelompok dapat membantu penderita dan
keluarganya menyesuaikan diri dengan keadaan pasien yang memiliki gangguan dan
menyesuaikan diri dengan kesulitan psikososial yang dapat dicetuskan oleh gangguan tersebut.
■ Farmakoterapi:
– Seletive serotonin reutake inhibitor.(SSRI) = Paroxetin
– Benzodiazepin = Alprazolam
– Obat trisiklik dan tertrasiklik = clomipramine dan imipramine
– Monoamine oxidase inhibitor (MAOI) = fenelzin
BAB II
PEMBAHASAN
PENATALAKSANAAN
■ Terapi Kognitif dan Perilaku/Cognitive-behavioral therapy (CBT)
– Dua fokus utama terapi kognitif untuk gangguan panik adalah instruksi tentang kesalahan
pasien akan keyakinan dan informasi tentang serangan panik. Intruksi tentang keyakinan
yang salah berpusat pada kecenderungan pasien untuk salah tafsir tentang gejala tubuh yang
ringan menimbulkan kepanikan, malapetaka, atau kematian yang akan segera datang.
Informasi tentang serangan panik termasuk penjelasan bahwa ketika serangan panik terjadi,
hal itu akan berhenti dan tidak mengancam jiwa.
– Pada sebuah penelitian meskipun sementara sebagai studi percontohan, ditemukan bahwa
terapi CBT sangat potensial dilakukan dengan jarak jauh dengan metode daring atau
telekomunikasi dengan telepon
BAB II
PEMBAHASAN
PROGNOSIS
■ sekitar 30-40% pasien tampak bebas gejala pada pengamatan jangka panjang, sekitar
50% memiliki gejala yang cukup ringan sehingga tidak mengagu kehidupan mereka
secara signifikan dan sekitar 10-21% terus mengalamai gejala yang bermakna.
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan panik terdiri dari serangan panik berulang yang tidak dapat diprediksi diiringi
dengan kekhawatiran yang menetap selama 1 bulan terhadap serangan panik yang akan
muncul berikutnya. Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada laki-laki, gangguan paling
sering berkembang pada dewasa muda sekitar usia 25 tahun. Faktor yang berperan dalam
etiologi dan patofisiologi terjadinya gangguan panik, diantaranya faktor biologis, faktor
genetik dan faktor psikososial Penatalaksanaan yang dianggap efektif untuk menanganinya
adalah terapi CBT, terapi medikasi SSRI, dan trisiklik sebagai terapi lini pertama dan
golongan benzodiazepine potensi tinggi, MAOI dan obat anti panik jenis lain menjadi terapi
lini kedua.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai