Macam2 kecemasan:
a. Kecemasan realitas: kecemasan yg berasal dari eksternal dan memiliki taraf
kecemasan yg berbeda
b. Kecemasan neurotik: kecemasan trhd tidak terkendalinya naluri yg menyebabkan
seseorang melakukan tindakan yg bisa merugikan dirinya. Terbagi menjadi 3
- Cemas umum →kecemasan yg tidak ada hubungan dengan hal tertentu terjadi karena
seseorang merasa takut
- Cemas penyakit →kecemasan yg mencakup pengalaman seseorang terhadap
objek/situasi misal: operasi.
- Cemas dalam bentuk ancaman →kecemasan yg seseorang tsb mempunyai riwayat
kejiwaan misal hysteria (biasanya penderita tsb tidak ingat apa apa).
Kalsifikasi tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan →biasanya berhubungan dengan kehidupan sehari hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dalam meningkatkan persepsinya. Tujuannya untuk memotivasi
belajar dan pertumbuhan kreativitas.
- Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
- Respon kognitif: persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.
- Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus tangan,
suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang →persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian seefektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat →persepsi menyempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil
yang menggambarkan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan atau tuntunan
d. Panik →berhubungan dengan terperangah ketakutan dan terror, rincian terpecah dari
proposinya karena mengalami kehilangan kendali. Jika terjadi panic akan mengalami
peningkatan motorik dan menurunkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran rasional.
Sumber: 121, N. sari fkep. (2021). TINDAKAN PENANGANAN KECEMASAN PADA
KESEHATAN MENTAL TINDAKAN PENANGANAN KECEMASAN PADA KESEHATAN
MENTAL. Center for Open Science. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/uszxf
2.Mengapa pasien merasa khawatir, ketakutan dan sulit konsentrasi disertai kencang di
tengkuk, gemetar dan tdk dpt santai? (Patofisiologi)
Stressor cemas →akan mengaktifkan LHPA (limbic hipotalamus pituitary adrenal axis) →kemudian
merangsang hipotalamus →terjadi sekresi hormon CRH → hormon ACTH aktif → akan
menstimulus produksi hormon kortisol di korteks adrenal dan teraktivasinya neuron adrenergik dari
locus ceruleus (LC) → LC akan mensekresi epineprin dan norepineprin. dimana LC merupakan
tempat diproduksinya NE yang kemudian akan mensekresikan epinephrinestimulasi aktivitas saraf
otonom. Sistem LC bertanggungjawab untuk merespon langsung terhadap stresor dengan “melawan
atau lari/fight or flight”.
Edwards, L. and Guilliams, T.G. (2010) Chronic Stress and the HPA Axis Clinical
Assessment and Therapeutic Considerations. The Standard, 9, 1-12.
4.Apa saja etiologi dan factor risiko dr kasus scenario? (jenis kelamin, usia)
Etiologi dan faktor kecemasan
A. Teori Psikologis
a. Teori Psikoanalisis →Freud menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik
psikis yang tidak disadari. Kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif
terhadap tekanan dari dalam diri. Terjadi: sensor super ego menurun, desakan Id meningkat
dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya.
b. Teori perilaku →kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta),
waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting.
Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
c. Teori interpersonal →bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar
individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
d. Teori keluarga →bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya
konflik dalam keluarga.
B. Teori Biologis
a. Neurotransmitter
- Norepinefrin →agonis adrenergic beta (isoproterenol) dan antagonis alfa 2 (co :
yohimbin) mencetuskan serangan panic. Agonis alfa 2 (klonidin)→ menurunkan
gejala cemas.
- Serotonin →antidepresan serotonergik (clomipramine) punya efek terapetik
gangguan obsesif kompulsif, busprione untuk obat gangguan cemas, fenfluramine
menyebabkan pelepasan serotonin sehingga menyebabkan peningkatan kecemasan
pd pasien dgn gangguan kecemasan.
- GABA →dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh manfaat
benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri, yang meningkatkan aktivitas GABA
pada reseptor GABAa di dalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan.
b. Kelainan pada otak: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis,
oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus
parahipokampus.
c. Penelitian genetik: kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian
terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh
penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini
termasuk kecemasan sekunder.
C. Faktor lain
a. Faktor eksternal
- Ancaman terhadap integritas fisik meliputi yang akan terjadi atau penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (penyakit, trauma
fisik, pembedahan yang akan dilakukan).
- Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
b. Faktor internal
- Usia: berkaitan dengan kemampuan koping, seseorang yang mempunyai
usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan.
- Jenis kelamin: rempuan lebih peka dengan emosinya yang pada akhirnya
peka juga terhadap perasaan cemasnya daripada laki-laki.
- Tingkat pengetahuan: akan membantu seseorang dalam mempersepsikan
suatu hal, sehingga seseorang dapat menurunkan perasaan cemas yang
dialami.
- Tipe kepribadian: orang dengan tipe kepribadian A dengan ciri-ciri tidak
sabar, kompetitif, ambisius, dan ingin serba sempurna lebih mudah
mengalami gangguan kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B.
- Lingkungan dan situasi: seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata
lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan bila dia berada di
lingkungan yang biasa ditempati.
Sumber: Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s., 2010. Ganggaun Pervasif
dalam : Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC
5.Bagaimana hubungan stressor (suami pindah kerja) dgn keluhan yg dirasakan pasien?
Secara fisiologi situasi stress dan kecemasan akan mengaktifkan hipotalamus, yang
selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur utama stress, yaitu sistem endokrin (korteks
adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
Setelah hipotalamus menerima stimulus stres atau kecemasan, bagian anterior
hipotalamus akan melepaskan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang akan
menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior untuk mensekresikan
Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Dengan disekresikannya hormon ACTH ke dalam
darah maka hormon ini akan mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk
mensekresikan hormon glukortikoid yaitu kortisol Hormon kortisol ini juga berperanan
dalam proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal
diteruskan ke amigdala untuk memperkuat pengaruh stress terhadap emosi seseorang.
Sumber: HUBUNGAN ANTARA STRES DAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA
MAHASISWA, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ISSN: 2089-9084 ISM, VOL.2
NO.1, JANUARI-APRIL; sinta.universitas udayana.ac.id
Prognosis
a. Usia
b. Onset
c. Durasi gejala
d. Perkembangan gangguan kecemasan dan depresi
Dalam menentukan prognosis dari gangguan kecemasan menyeluruh, perlu diingat bahwa
banyak segi yang harus dipertimbangkan:
a. Keadaan penderita
b. Lingkungan penderita
c. Dokter yang mengobatinya
d. Ikut mengambil peran dalam menentukan prognosis gangguan kecemasan
menyeluruh
Sumber:Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In: Wiguna M, editor. Synopsis
Psikiatri. Edisi ketujuh jilid dua: Phyladelphia. Hal 60-66
Efek samping:
Gangguan saluran cerna (dipengaruhi jumlah dosis) seperti mual, muntah, dyspepsia,
sakit perut, diare, konstipasi, anoreksia atau kenaikan berat badan, reaksi hipersensitivitas
termasuk gatal, biduran, anafilaksis, myalgia, mulut kering, gugup, halusinasi, mengantuk,
kejang, disfungsi seksual, gangguan pada kandung kemih untuk mengeluarkan urin atau
mengosongkannya, gangguan pengelihatan, gangguan pembekuan darah/perdarahan,
dan hyponatremia.
Efek samping:
Mual dan muntah, pening, kepala kliyengan, sulit tidur (insomnia), mimpi yang tidak biasa,
mimpi buruk, keringat berlebihan, sembelit, gemetar, merasas cemas, dan masalah
seksual
c. Golongan Benzodiazepine
Perhatian khusus:
Golongan obat ini memiliki potensi adiksi yang cukup besar pada beberapa jenis obat,
khususnya yang memiliki waktu paruh pendek dan onset yang cepat, seperti alprazolam.
Karena sifatnya tersebut, alprazolam masih menjadi pilihan dalam terapi gangguan panik
yang sering muncul tiba-tiba dengan durasi yang relative singkat.
Perhatian khusus:
- Obat golongan trisiklik, khususnya Amitriptiline, sering disebut sebagai “Dirty Drug”
karena sifatnya yang berkaitan dengan banyak reseptor, sehingga kemungkinan adanya
efek samping lebih besar.
- Efek samping yang sering muncul adalah efek samping terkait efek antikolinergik,
seperti mata kabur, konstipasi, retention urin, mulut kering, nafsu makan meningkat dan
peningkatan berat badan. Efek samping lain yang perlu mendapat perhatian adalah
pusing, mengantuk, dan pada Sebagian orang dapat muncul disfungsi ereksi.
Non Farmakoterapi
Tujuannya adalah untuk mengurangi kesulitan awal, memenuhi kebutuhan saat ini,
mempromosikan penanganan yang fleksibel dan mendorong penyesuaian.
b. Intervensi Krisis
c. Relaksasi
Tujuannya adalah untuk membuat pasien menjadi tenang, rileks, dan focus dengan cara
melakukan control terhadap tekanan yang ada. (Wolberg, 1988).
d. Psikoterapi Supportif
f. Psikoedukasi
Edukasi yang tepat tentang aspek-aspek dari wabah, sangat diperlukan untuk
meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap tingkah Langkah medis maupun non medis
dari pemerintah dan semua pihan terkait.
Sumber: Krisnawardhani, K. K., & Noviekayati, I. (2021). Terapi Seft (Spiritual Emotional
Freedom Technique) untuk Meredakan Gangguan Cemas Menyeluruh pada Subjek
Dewasa. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(5), 2251.
https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i5.1263